Anda di halaman 1dari 2

Koneksi Antar Materi

Anggota Kelompok : Kelas : MIPA 01


Agnes Dhea Pramadhitta
Fifi Fatmawati Rahayu
Irfiani Shafira
Julia Mawarni

Kekuatan sosial budaya Indonesia yang beragam dapat menjadi kekuatan kodrat alam
dan zaman dalam mendidik.
Pendidikan di Indonesia secara perlahan akan mengalami perkembangan dan perubahan. Maka
dalam menuntun peserta didik dengan memberikan pengajaran sesuai tuntunan alam dan
zaman. Hal tersebut dapat dimulai dari lingkungan keluarga yang merupakan pusat pendidikan
termulia yang meneruskan segala tradisi, baik yang mengenai hidup kemasyarakatan,
keagamaan, kesenian, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Mendidik dengan menyesuaikan
kepribadian, minat, dan bakat peserta didik dengan memfasilitasi kegiatan pembelajaran yang
memerdekakan dengan memberikan kebebasan pada peserta didik sesuai bakatnya dengan
tetap beracuan pada nilai dan norma adat istiadat yang berlaku.

Identitas manusia Indonesia adalah unik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saja seperti
sikap ramah tamah, gotong royong dan sopan.
Identitas sebagai negara Indonesia dengan berlandaskan Pancasila sebagai perekat dan
mempersatu perbedaan sosio kultural. Interaksi sosiokultural dalam pendidikan menjadi
penting karena dapat mencegah disintegrasi bangsa, baik yang disebabkan oleh cemburu sosial
maupun kurangnya rasa toleransi terhadap teman yang berbeda. Manusia dan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, dimana manusia tertaut dengan tingkah laku, norma dan ajaran
budaya. Oleh karena itu pendidikan sendiri sebenarnya saling terintegrasi dengan kebudayan,
pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan.

Pendidikan Indonesia mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia.


Pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan.
Penyesuaian nilai luhur kearifan budaya daerah asal terhadap pemikiran Ki Hajar Dewantara
yang menjadi penguatan karakter murid adalah dengan mengintegrasikan nilai sosio kultural
dalam kurikulum sekolah agar dapat diimplementasikan dalam kegiatan akademik dan non
akademik sekolah. Sikap gotong royong, ramah tamah, tegur sapa, dan kegiatan keagamaan,
kesenian daerah baik itu berupa tarian daerah, bahasa daerah dapat diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar. Satu kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah adanya pembelajaran
yang membentuk sikap peserta didik sesuai dengan konteks lokal sosial budaya,

Anda mungkin juga menyukai