“Mbak ini espresso coffee-nya . Terimakasih atas pesanannya” seru pelayan kedai kopi. Lekasl
kulajukan langkahku menuju lantai 2 cafe itu, dudk seorang diri disatu meja luar cafe.Sore ini dikala
senja, langit memancarkan sinar jingga yang sangat pekat.Aku menikmati espresso coffe-ku di sini
sambil mengerjakan tugas kuliahku.
Terdapat seorang lelaki yang duduk bersebranan dengan mejaku. Saat aku melihatnya, ia berbadan
cukup tinggi, memiliki hidung mancung, dan berkumis tipis. Ia mengenakan kaos hitam dan celana
jeans selutut. Sama-sama menikmati indahnya senja yang ingin di gantikan oleh datangnya gelap.
Tak kuhiraukan dia aku asyik menikmati espresso.
Srpp...srppp, tak terasa espresso yang ku pesan sudah habis begitu saja, karena kunikmati sambil
mengerjakan tugas kuliahku.Aku lekas menghubungi Kakaku untuk menjemputku di cafe itu.Setelah
lama menunggu akhirnya Kakakku sampai dan aku lekas meninggalkan cafe itu. Belum selesai aku
meninggalkan cafe itu, seseorang memanggilku.
“ Iya, ini memang miliku” jawabku pelan sambil mengambil barangku yang ada di genggamannya
Saat aku hendak melanjutkan perjalananku menuju pintu keluar, pria itu tiba tiba saja
memanggilku kembali. Dan aku pun mau tak mau menghentikan langkahku
“Hei! Bukankah sebelumnya kita pernah bertemu di suatu tempat” lontar pria tersebut
“Maaf tapi aku tidak pernah melihatmu sebelumnya” jawabku sambil membuka pesan yang masuk
di telepon genggamku
Ternyata itu pesan dari kakakku yang sudah menunggu lama di luar cafe.
“ Namaku Alya, Alya Anindita” jawabku sambil berjalan keluar dan membuka pintu cafe.
Aku tidak peduli lagi dengannya aku bergegas keluar dan menghampiri Kakaku
Keesokan paginya di kampus, secara tidak sengaja aku bertemu lagi deannya.Iya, dia anak
yang aku temui kemarin di cafe. Saat itu aku tidak terlalu memerhatikannya dan lebih memilih untuk
menyapa ketiga temannku, yaitu Tian, Reno,Dan Celline.
“Kita lagi ngerjain hukuman yang di kasih sama senior kita” ujar celline dengan ekspresi wajah marah
“Karna pagi tadi celline ga sengaja nyenggol espresso punya senior kita” jawab Reno sambil tertawa
kecil
“HHHHH iya al, tadi pagi si celline lagi ga fokus” ucap Tian sambil tertawa bersama Reno
“ hustt diem.. kasian celline harus ngerjain tugas tambahan” jawab Alya sambil menepuk pelan
pundak Tian
Alya bingung dan penasaran siapa senior yang memberikan tugas tambahan kepada celline.
“ Cel, siapa nama kakak yang kasih kamu tugas tambahan?” tanya Alya
Hari pun sudah mulai gelap, dari senja yang indah kini sudah berubah menjadi malam yang
gelap.
Malam kian larut bulanpun semakin tinggi. Jarum jam pun sudah menunjukkan ke angka 12 malam
dan Alya belum juga tertidur.Entah mengapa Alya terus memikirkan kejadian tadi siang dan kejadian
kemarin di cafe . Memikirkan bagaimana cara Alya bertemu dengannya. Alya tak ingin Kak Fiko
berfikiran buruk tentangnya. Tadi siang Alya hanya terbawa emosi.
Dan satu hal, perasaan bersalah menghantuiku. Kak Fiko sudah berbuat baik kepadannya sedangkan
Alya tidak memberi feedback , bahkan terimakasih saja tak keluar dari mulut Alya. Tak ada yang
salah dengannya, dia sudah berusaha menolong Alya.
Keesokan harinya Alya mencari Kak Fiko namun tidak bisa menumuinnya. Sekarang Alya sudah tidak
bisa bertemu Kak Fiko lagi karna fiko sudah tidak berada di kampus itu lagi. Memang benar
penyesalan selalu datang di akhir. Aku Alya Anindita, si penggemar kopi dan penikmat senja. Senja
hari ini, masih menjadi spasi panjang ironinya, esok tak bisa lagi kunikmati senja di tempat yang
sama karna di tempat ini akan selalu mengingatkanku tentang pertemuan pertama ku dengan kak
Fiko yang tak bisa terlupakan
-TAMAT-