Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Metode Pembelajaran
Dosen Pengampu: Ustadz Rizki Abdurrohman, M.Pd
Disusun oleh:
Definisi
Tafsir adalah penjelasan dan menyingkap (sesuatu yang tertutup), dan tafsir itu
bukanlah ta’wil (mengembalikan makna hakiki kepada al-quran dan sunnah). Para ulama
telah menyebutkan dalam berbagai pendapat dalam menjelaskan arti tafsir dan takwil, dan
mungkin yang paling komprehensif (menyeluruh) darinya adalah yang disebutkan al-
Zarkashi dalam arti tafsir, beliau berkata: ( Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitabullah
yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan
menjelaskan maknanya, menarik kesimpulan hukum-hukumnya dan hikmahnya. Dan itu
didapat dari ilmu bahasa, nahwu, shorof, ilmu bayan, usul fikih, dan bacaan-bacaan lainya,
dan untuk mengetahui sebab-sebab diturunkannya wahyu, naskh(memindahkan), dan
mansukh(menghapus)). Dan sebagian ulama mengatakan arti takwil: (dikutip perkataan
tentang kedudukannya pada hal yang diperlukan untuk penetapannya menjadi sebuah
landasan, jika bukan karena itu, tidak akan hilang makna yang tampak dari susunan
kalimatnya, yaitu diambil dari ucapan, sesuatu itu berubah menjadi ini dan itu, maka
menjadilah seperti itu.”
Maksud dari pokok bahasan tafsir menghasilkan seorang pelajar dengan tujuan dan
sasaran, dari pentingnya pembelajaran tafsir, diantaranya sebagai berikut: (Fatimah Aulyia
Nisa)
1. Pemahaman yang baik tentang kitab Allah ‘azza wa jalla dalam menjelaskan aturan
bahasa Arab, penafsiran Al-Qur'an dengan tafsir, dan penafsiran al-qur’an dalam
penjelasan hadits Nabi.
2. Menanamkan keimanan dan keyakinan teguh bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah
undang-undang/peraturan manusia dalam kehidupan ini, dan umat manusia tidak akan
berubah tanpanya.
3. Menghubungkan makna Al-Qur'an Al-Karim dengan situasi kehidupan praktis dan
ilmu-ilmu Islam lainnya, untuk melengkapi selera pembaca akan ayat-ayatnya yang
jelas.
4. Mengembangkan kemampuan untuk mengambil intisari dan kesimpulan aturan dan
makna dari ayat-ayat Al-Qur'an.
5. Mendemonstrasikan berbagai aspek mukjizat dalam Al-Qur'an dari perspektif ilmiah,
pendidikan dan sastra.
6. Mencapai efek hati dan emosional peserta didik melalui pemahaman mereka tentang
makna ayat-ayat yang mereka baca.
Sebelum masuk mengajar mata pelajaran yang ditentukan, guru harus mempersiapkan
dengan persiapan yang tepat untuk setiap mata pelajaran. Maka bagian dari ayat-ayat yang
perlu diajarkan itu berbeda-beda dalam topiknya. Mengingat perbedaan ini, guru memilih apa
yang cocok untuk itu, yang didalamnya terdapat inovasi dan variasi untuk siswa. Maka
terkadang guru dapat menyesuaikan sebab-sebab turunnya ayat-ayat sebagai pengantar topik,
terkhusus jika ada kisah yang menceritakan sebab-sebab turunnya wahyu. Guru juga mampu
menyelesaikan masalah vitalitas yang diketahui siswa, dan dia mencoba menyelesaikannya
melalui ayat-ayat, dan guru terkadang dapat menyajikan subjek dengan pengantar singkat
tentang subjek ayat yang akan dijelaskan. Maksudnya adalah untuk menganekaragamkan dan
menyiapkan jiwa dan raga para siswa untuk menerima, seseorang dapat memilih salah satu
metode persiapan yang disebutkan dalam bacaan, atau memilih metode lain yang sesuai
dengan topik. (Habibah)
Misalnya Surah Abasa, karena sesungguhnya sebab turunnya bersifat materi hidup,
kaya informasi, dan tuntunan pendidikan yang bagus. Maka kisah Rasulullah saw dengan
Ibnu Umi Maktum bisa menjadi awal penafsiran surah tersebut. Maka seorang guru
menjelaskan melalui itu kesatuan kemanusiaan di depan agama ini. Dan bahwasannya tidak
ada preferensi untuk orang kaya atas orang miskin, orang yang putih atas orang hitam, tidak
untuk orang arab atas non arab. Bahkan setiap orang sama di dalam agama ini pada
hakikatnya karena bahwasannya mereka mengetahui agama Allah, dan hukum-hukum nya
dan apa yang dikehendakiNya dari hamba-hamba-nya.
Di sini, mempelajari Al-Qur'an dan bacaannya harus disertai dengan kegembiraan luar
biasa yang membawa seorang Muslim ke mana pun dia mau, kegembiraan yang lebih besar
dari kegembiraannya dengan segala sesuatu yang ada. Maka Al-quran dan apa yang ada di
dalam isinya dari hukum-hukum dan perintah-perintah yang diketahui adalah kehidupan
yang sebenarnya. Dan dengannya menjadikan kebahagian yang besar. Allah swt berfirman:
"wahai manusia, telah datang kepadamu pelajaran(Al-quran) dari tuhanmu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman".
Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatnya maka demikianl itu, kegembiraan mereka
itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Keterkurungan guru untuk menjelaskan makna kosa kata dan sejenisnya, dan
menafsirkan ayat-ayat secara singkat, jauh dari mengaitkannya dengan realitas, dan jauh dari
merasakan nikmat al-quran bagi umat manusia dianggap sebagai kelalaian dalam tugasnya
terhadap murid-muridnya.
Seorang guru akan memperhitungkan sebanyak mungkin manfaat dari sebuah sarana
pendidikan yang tersedia, terutama bagi para siswa pada tahap pemula (akademik pertama),
karena mereka lebih dekat dengan hal-hal yang nyata (makna asli/sebenarnya) dari pada
makna abstrak, sebagaimana metode pembelajarannya menggunakan gaya bahasa gerakan
isyarat dan suara, serta focus terhadap makna yang lebih umum. Saat semakin bertambahnya
usia (masuk tahap seoanjutnya ), mereka akan semakin memiliki kemampuan untuk
merasakan makna yang tidak jelas (abstrak) sehingga mereka tidak memerlukan banyak
sarana pendidikan dan uslub-uslub yang asli (realitas) juga dapat merasakan dan memahami
makna dengan mengungkapkannya ketika bicara.
Disini selanjutnya guru bisa masuk kedalam penjelasan ayat-ayat tersebut, baik
dengan menjelaskan setiap ayat satu persatu atau dengan menjelaskan secara keseluruhan
ayat-ayat yang mengandung satu pemahaman, atau guru bisa memulai dengan menyebutkan
arti kata-kata sulit dan kosa kata yang asing, dan juga bisa menyisipkan ayat-ayat dengan
menyebutkan asbab turunnya ayat tersebut.
Seperti halnya guru dapat masuk pada tahapan selanjutnya untuk menjelaskan
pelajaran dengan cara menumbuhkan pikiran-pikiran siswa berupa pertanyaan-pertanyaan
dan mengalihkan pemahaman mereka terhadap ayat-ayat al-quran dari sisi pemamahaman
masing2 terhadap ayat- ayat tersebut sebelum dimulainya pembelajaran, Dan melalui prakata
dari guru terhadap ayat2 tersebut. Jika tidak dengan cara ini atau dengan cara lain, maka guru
tersebut bisa menggunakan pengalaman yang dialami dan dijadikannya perumpamaan dari
kehidupan, yang dipelajari dalam teks alquran, maka pembelajaran tersebut akan lebih baik.
Dalam masa mengajar, guru harus memperhatikan ketaqwaannya kepada Allah dan
keinginan yang kuat untuk mengajar siswa, dan menyampaikan pengetahuan kepada siswa
dengan segala kejujuran, menggunakan metode persuasi intelektual (keyakinan mental ), juga
mengobarkan semangat keagamaan, dan semangat terhadap ketentuan -ketentuan Allah, jauh
dari kecenderungan madzhab/golongan (panatisme), mengikuti rosulullah SAW yang
mulia,baik secara lahiriyah maupun batiniah .
Kemudian guru mengambil sebuah langkah dalam menjelaskan ayat-ayat yang memenuhi
semua aspek,dengan mengandalkan kitab2 pokok dalam pembelajaran dan beberapa buku
tafsir, juga mempertimbangkan mulai dari ide yang lebih mudah kemudian ke yang lebih sulit
dengan mempertimbangkan metode yang bersifat umum ( universal ) dan yang bersifat
khusus, karena sesorang pertama-tama akan memahami sesuatu yang secara menyeluruh
kemudian sebagiannya . (Ikfina Muftiyah)
Di akhir pelajarannya, ia memastikan bahwa para siswa memahami apa yang ingin ia
sampaikan kepada mereka dari informasi tersebut, dan bahwa mereka memiliki dampak yang
tulus, dan kontemplasi, yang merupakan inti dari pembelajaran Al-Qur’an.
1-Tulis teks di papan tulis, atau di media lain, di sebelah kanan papan tulis.
Penutup
3-Beberapa siswa membaca pelajaran dari buku teks, memperbaiki kesalahan, dan
menjelaskan yang tidak jelas.
(Iman Mulana)