Anda di halaman 1dari 7

TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARIM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Metode Pembelajaran
Dosen Pengampu: Ustadz Rizki Abdurrohman, M.Pd

Disusun oleh:

Fatimah Aulyia Nisa 19.01.011


Habibah 19.01.012
Hilda Ainun Sipa 19.01.013
Ikfina Muftiyah 19.01.014
Iman Mulana 19.01.015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL HIDAYAH TASIKMALAYA
TAHUN 2022
METODE PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN TAFSIR AL-QUR'AN AL
KARIM

Definisi

Tafsir adalah penjelasan dan menyingkap (sesuatu yang tertutup), dan tafsir itu
bukanlah ta’wil (mengembalikan makna hakiki kepada al-quran dan sunnah). Para ulama
telah menyebutkan dalam berbagai pendapat dalam menjelaskan arti tafsir dan takwil, dan
mungkin yang paling komprehensif (menyeluruh) darinya adalah yang disebutkan al-
Zarkashi dalam arti tafsir, beliau berkata: ( Tafsir adalah ilmu untuk memahami kitabullah
yang diturunkan kepada Nabi-Nya Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan
menjelaskan maknanya, menarik kesimpulan hukum-hukumnya dan hikmahnya. Dan itu
didapat dari ilmu bahasa, nahwu, shorof, ilmu bayan, usul fikih, dan bacaan-bacaan lainya,
dan untuk mengetahui sebab-sebab diturunkannya wahyu, naskh(memindahkan), dan
mansukh(menghapus)). Dan sebagian ulama mengatakan arti takwil: (dikutip perkataan
tentang kedudukannya pada hal yang diperlukan untuk penetapannya menjadi sebuah
landasan, jika bukan karena itu, tidak akan hilang makna yang tampak dari susunan
kalimatnya, yaitu diambil dari ucapan, sesuatu itu berubah menjadi ini dan itu, maka
menjadilah seperti itu.”

Dan kebutuhan terhadap ilmu tafsir merupakan kebutuhan yang mendesak/sangat


perlu, karena Al-Qur'an adalah sebuah kitab mujizat dalam segala aspeknya, dan di antara
mukjizatnya adalah kumpulan makna yang banyak dengan ungkapan yang singkat, dan ini
bagian dari kesempurnaan ilmu tafsir, dengan hal ini diperlukan penafsiran untuk
memperjelas makna-makna yang tersembunyi tersebut, serta kemungkinan adanya
pengucapkan kata yang lebih dari satu makna, maka memerlukan sebuah
kualitas/pembobotan. Iyas bin Muawiyah berkata: (Perumpamaan orang yang membaca Al-
Qur’an yang mengetahui tafsirnya atau tidak mengetahui tafsirnya adalah seperti
perumpamaan orang yang datang kepada mereka dengan sebuah kitab dari miliknya pada
malam hari dan mereka tidak memiliki lampu. sedangkan perumpamaan orang yang
mengetahui tafsirnya adalah seperti orang yang datang kepada mereka dengan membawa
pelita, lalu mereka mengetahui apa yang ada di dalamnya/kitab), dan ini adalah perumpamaan
yang luar biasa yang menjelaskan pentingnya ilmu tafsir, dan kebutuhannya bagi pembaca
Al-Qur'an.
Dan Imam Al-Alusi, semoga Allah merahmatinya menyimpulkan, atas kemuliaan
ilmu tafsir dengan kehormatan kedudukan/subjeknya, maka subjeknya adalah firman Allah
Yang Maha Esa, dan disinilah keagungan kedudukan dari ilmu tafsir dan pentingnya ilmu
tafsir.

Tujuan Pembelajaran Tafsir

Maksud dari pokok bahasan tafsir menghasilkan seorang pelajar dengan tujuan dan
sasaran, dari pentingnya pembelajaran tafsir, diantaranya sebagai berikut: (Fatimah Aulyia
Nisa)

1. Pemahaman yang baik tentang kitab Allah ‘azza wa jalla dalam menjelaskan aturan
bahasa Arab, penafsiran Al-Qur'an dengan tafsir, dan penafsiran al-qur’an dalam
penjelasan hadits Nabi.
2. Menanamkan keimanan dan keyakinan teguh bahwa Al-Qur’an Al-Karim adalah
undang-undang/peraturan manusia dalam kehidupan ini, dan umat manusia tidak akan
berubah tanpanya.
3. Menghubungkan makna Al-Qur'an Al-Karim dengan situasi kehidupan praktis dan
ilmu-ilmu Islam lainnya, untuk melengkapi selera pembaca akan ayat-ayatnya yang
jelas.
4. Mengembangkan kemampuan untuk mengambil intisari dan kesimpulan aturan dan
makna dari ayat-ayat Al-Qur'an.
5. Mendemonstrasikan berbagai aspek mukjizat dalam Al-Qur'an dari perspektif ilmiah,
pendidikan dan sastra.
6. Mencapai efek hati dan emosional peserta didik melalui pemahaman mereka tentang
makna ayat-ayat yang mereka baca.

Pengantar Pembelajaran Tafsir

Sebelum masuk mengajar mata pelajaran yang ditentukan, guru harus mempersiapkan
dengan persiapan yang tepat untuk setiap mata pelajaran. Maka bagian dari ayat-ayat yang
perlu diajarkan itu berbeda-beda dalam topiknya. Mengingat perbedaan ini, guru memilih apa
yang cocok untuk itu, yang didalamnya terdapat inovasi dan variasi untuk siswa. Maka
terkadang guru dapat menyesuaikan sebab-sebab turunnya ayat-ayat sebagai pengantar topik,
terkhusus jika ada kisah yang menceritakan sebab-sebab turunnya wahyu. Guru juga mampu
menyelesaikan masalah vitalitas yang diketahui siswa, dan dia mencoba menyelesaikannya
melalui ayat-ayat, dan guru terkadang dapat menyajikan subjek dengan pengantar singkat
tentang subjek ayat yang akan dijelaskan. Maksudnya adalah untuk menganekaragamkan dan
menyiapkan jiwa dan raga para siswa untuk menerima, seseorang dapat memilih salah satu
metode persiapan yang disebutkan dalam bacaan, atau memilih metode lain yang sesuai
dengan topik. (Habibah)

Misalnya Surah Abasa, karena sesungguhnya sebab turunnya bersifat materi hidup,
kaya informasi, dan tuntunan pendidikan yang bagus. Maka kisah Rasulullah saw dengan
Ibnu Umi Maktum bisa menjadi awal penafsiran surah tersebut. Maka seorang guru
menjelaskan melalui itu kesatuan kemanusiaan di depan agama ini. Dan bahwasannya tidak
ada preferensi untuk orang kaya atas orang miskin, orang yang putih atas orang hitam, tidak
untuk orang arab atas non arab. Bahkan setiap orang sama di dalam agama ini pada
hakikatnya karena bahwasannya mereka mengetahui agama Allah, dan hukum-hukum nya
dan apa yang dikehendakiNya dari hamba-hamba-nya.

Dan seorang guru memperhatikan dalam mukaddimah(pembuka) bahwa dia


mengajarkan murid-muridnya mata pelajaran ini untuk membangkitkan tekad mereka, dan
mencerahkan jalan meraka untuk memahami apa yang diinginkan Allah swt, mencintai
kepada mereka Al-Qur'an yang Mulia, menyalakan bara semangat di dada mereka.
mengambil agama ini dengan kekuatan dan kesabaran. Merasa bagi mereka bahwa itu adalah
ruh yang menghidupkan hati dan mencerahkan pikiran, dan sesungguhnya itu adalah
petunjuk mereka kepada Allah. Dan sesungguhnya itu adalah nikmat Allah kepada mereka,
dan sesungguhnya dengan rahmatNya dan karuniaNya. Dia menurunkannya kepada mereka
sehingga mereka dapat merenungkannya, memahaminya, dan bertindak sesuai dengan apa
yang datang kepadanya.

Di sini, mempelajari Al-Qur'an dan bacaannya harus disertai dengan kegembiraan luar
biasa yang membawa seorang Muslim ke mana pun dia mau, kegembiraan yang lebih besar
dari kegembiraannya dengan segala sesuatu yang ada. Maka Al-quran dan apa yang ada di
dalam isinya dari hukum-hukum dan perintah-perintah yang diketahui adalah kehidupan
yang sebenarnya. Dan dengannya menjadikan kebahagian yang besar. Allah swt berfirman:
"wahai manusia, telah datang kepadamu pelajaran(Al-quran) dari tuhanmu, penyembuh bagi
penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman".
Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmatnya maka demikianl itu, kegembiraan mereka
itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Keterkurungan guru untuk menjelaskan makna kosa kata dan sejenisnya, dan
menafsirkan ayat-ayat secara singkat, jauh dari mengaitkannya dengan realitas, dan jauh dari
merasakan nikmat al-quran bagi umat manusia dianggap sebagai kelalaian dalam tugasnya
terhadap murid-muridnya.

Langkah-Langkah Interpretasi Bahan Ajar

Sebelum memasuki siswanya, guru memperhitungkan bahwa dia telah mengikuti


pelajarannya di buku catatannya, dan bahwa dia telah meninjau materi dari buku pelajaran
dan dari beberapa buku lain, agar dapat memperkaya pikiran siswa dengan informasi, selain
menjawab pertanyaan mereka tentang subjek(tema), atau yang tidak mungkin di luar
pengetahuan mereka tentang batasan buku yang telah ditentukan.(Hilda Ainun Sipa)

Seorang guru akan memperhitungkan sebanyak mungkin manfaat dari sebuah sarana
pendidikan yang tersedia, terutama bagi para siswa pada tahap pemula (akademik pertama),
karena mereka lebih dekat dengan hal-hal yang nyata (makna asli/sebenarnya) dari pada
makna abstrak, sebagaimana metode pembelajarannya menggunakan gaya bahasa gerakan
isyarat dan suara, serta focus terhadap makna yang lebih umum. Saat semakin bertambahnya
usia (masuk tahap seoanjutnya ), mereka akan semakin memiliki kemampuan untuk
merasakan makna yang tidak jelas (abstrak) sehingga mereka tidak memerlukan banyak
sarana pendidikan dan uslub-uslub yang asli (realitas) juga dapat merasakan dan memahami
makna dengan mengungkapkannya ketika bicara.

Dan guru mulai menyampaikan pelajarannya setelah ia memudahkan metode


pembelajarannya dengan mempertimbangkan hal-hal diatas dalam pendahuluan- guru
membaca ayat-ayat al qur’an yang ingin dijelaskan dengan bacaan yang tenang dan baik.
Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dengan suara lantang
maupun pelan, tergantung pada waktu yang siswa miliki.

Disini selanjutnya guru bisa masuk kedalam penjelasan ayat-ayat tersebut, baik
dengan menjelaskan setiap ayat satu persatu atau dengan menjelaskan secara keseluruhan
ayat-ayat yang mengandung satu pemahaman, atau guru bisa memulai dengan menyebutkan
arti kata-kata sulit dan kosa kata yang asing, dan juga bisa menyisipkan ayat-ayat dengan
menyebutkan asbab turunnya ayat tersebut.
Seperti halnya guru dapat masuk pada tahapan selanjutnya untuk menjelaskan
pelajaran dengan cara menumbuhkan pikiran-pikiran siswa berupa  pertanyaan-pertanyaan
dan mengalihkan pemahaman mereka terhadap ayat-ayat al-quran dari sisi pemamahaman
masing2 terhadap ayat- ayat tersebut sebelum dimulainya pembelajaran, Dan melalui prakata
dari guru terhadap ayat2 tersebut. Jika tidak dengan cara ini atau dengan cara lain, maka guru
tersebut bisa menggunakan pengalaman yang dialami dan dijadikannya perumpamaan dari
kehidupan, yang dipelajari dalam teks alquran, maka pembelajaran tersebut akan lebih baik.

Dalam masa mengajar, guru harus memperhatikan ketaqwaannya kepada Allah dan
keinginan yang kuat untuk mengajar siswa, dan menyampaikan pengetahuan kepada siswa
dengan segala kejujuran, menggunakan metode persuasi intelektual (keyakinan mental ), juga
mengobarkan semangat keagamaan, dan semangat terhadap ketentuan -ketentuan Allah, jauh
dari kecenderungan madzhab/golongan (panatisme), mengikuti rosulullah SAW yang
mulia,baik secara lahiriyah maupun batiniah .

Kemudian guru mengambil sebuah langkah dalam menjelaskan ayat-ayat yang memenuhi
semua aspek,dengan mengandalkan kitab2 pokok dalam pembelajaran dan beberapa buku
tafsir, juga mempertimbangkan mulai dari ide yang lebih mudah kemudian ke yang lebih sulit
dengan mempertimbangkan metode yang bersifat umum ( universal ) dan yang bersifat
khusus, karena sesorang pertama-tama akan memahami sesuatu yang secara menyeluruh
kemudian sebagiannya . (Ikfina Muftiyah)

Di akhir pelajarannya, ia memastikan bahwa para siswa memahami apa yang ingin ia
sampaikan kepada mereka dari informasi tersebut, dan bahwa mereka memiliki dampak yang
tulus, dan kontemplasi, yang merupakan inti dari pembelajaran Al-Qur’an.

Di sini, langkah-langkah kursus dapat diringkas dalam poin-poin berikut:

1-Tulis teks di papan tulis, atau di media lain, di sebelah kanan papan tulis.

2- Membaca teks Alquran sebagai bacaan teladan dari guru.

3. Beberapa siswa membaca teks dengan keras.

4- Semua siswa membaca teks dalam hati (jika waktu mengizinkan).

5-Ekstrak kata-kata sulit dan tulis artinya di papan tulis.

6- Penjelasan rinci tentang ayat-ayat dari guru.


7- Dapatkan penilaian dan tuliskan di papan tulis.

Penutup

Di akhir pelajaran, guru membuat poin-poin berikut:

1- Mengajukan pertanyaan sumatif dan evaluatif kepada siswa untuk memastikan


pemahaman mereka tentang pelajaran.

2- Memberikan arahan pendidikan berdasarkan ayat-ayat yang dijelaskan; untuk berhubungan


dengan realitas.

3-Beberapa siswa membaca pelajaran dari buku teks, memperbaiki kesalahan, dan
menjelaskan yang tidak jelas.

4- Memberikan pekerjaan rumah.

(Iman Mulana)

Anda mungkin juga menyukai