Anda di halaman 1dari 3

- Nama Artikel : Mahkamah Agung Republik Indonesia – Pengadilan

Agama Depok
Link Jurnal : https://pa-depok.go.id/kdrt-kekerasan-dalam-rumah-
tangga/
- Penulis : Drs. M. Sofyan Lubis, SH. MM
- Tahun Terbit : 2021
- Judul Artikel : KDRT – Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- Resume
Perlu diketahui bahwa batasan pengertian Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah tangga yang terdapat di dalam undang-undang No. 23 tahun
2004. Mengingat UU tentang KDRT merupakan hukum publik yang
didalamnya ada ancaman pidana penjara atau denda bagi yang
melanggarnya, maka masyarakat luas khususnya kaum lelaki, dalam
kedudukan sebagai kepala keluarga sebaiknya mengetahui apa itu kekerasan
dalam rumah tangga . Bagi korban KDRT undang-undang telah mengatur
akan hak-hak yang dapat dituntut kepada pelakunya. UU No.23 tahun 2004
juga mengatur kewajiban masyarakat dalam PKDRT, dimana bagi setiap
orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT). Namun untuk kejahatan kekerasan psikis dan fisik
ringan serta kekerasan seksual yang terjadi di dalam relasi antar suami-isteri,
maka yang berlaku adalah delik aduan.
Jika yang menjadi korban adalah seorang anak, laporan dapat
dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh atau anak yang bersangkutan. Dan
perlu diketahui juga, bahwa pada umumnya UU No.23 tahun 2004 tentang
PKDRT, bukan hanya melulu ditujukan kepada seorang suami, tapi juga juga
bisa ditujukan kepada seorang isteri yang melakukan kekerasan terhadap
suaminya, anak-anaknya, keluarganya atau pembantunya yang menetap
tinggal dalam satu rumah tangga tersebut. Menyinggung tentang Kekerasan
pada Anak (child abuse) dan perempuan secara klinis diartikan sebagai suatu
tindakan yang dilakukan satu individu terhadap individu lain yang
mengakibatkan gangguan fisik dan atau mental. Seperti akhir triwulan
pertama tahun 2007 lalu, muncul kasus dengan tingkat ekstrimitas yang
tinggi, yakni sejumlah kasus pembunuhan anak oleh ibu kandungnya sendiri.
Kasus terkini, Maret 2008, seorang ibu membunuh bayi dan balita dengan
cara menceburkan mereka ke bak mandi. 
Faktor penyebab terjadinya kekerasan pada anak dan perempuan, pada
umumnya sebagaimana disinggung dalam suatu teori yaitu yang behubungan
dengan stress di dalam keluarga (family stress). Stres berasal dari anak
misalnya anak dengan kondisi fisik, mental, dan perilaku yang terlihat
berbeda dengan anak pada umumnya. Namun tentunya teori tersebut hanya
melingkupi kekerasan dalam rumah tangga. Penyebab utama lainnya adalah,
kemiskinan, masalah hubungan social baik keluarga atau komunitas,
penyimpangan prilaku social (masalah psikososial). Diantara dampak
kekerasan pada anak dan perempuan adalah stigma buruk yang melekat pada
korban diantaranya, Pertama, Stigma Internal yaitu, Kecenderungan korban
menyalahkan diri, menutup diri, menghukum diri, menganggap dirinya aib,
hilangnya kepercayaan diri, dan terutama adalah trauma sehingga seperti
halnya perempauan tidak mau lagi berkeluaraga setelah dirinya trauma
menerima kekerasan dari suaminya. Kedua, Stigma Eksternal yaitu,
kecenderungan masyarakat menyalahkan korban, media informasi tanpa
empati memberitakan kasus yang dialami korban secara terbuka dan tidak
menghiraukan hak privasi korban. Selain stigma buruk yang melekat pada
korban, kejahatan pada anak dan perempuan juga dapat menghancurkan
tatanan nilai etika dan social seperti halnya dampak buruk dari human
trafficking. Untuk mencegah dan menghentikan kekerasan pada anak dan
perempuan dibutuhkan beberapa pendekatan diantaranya, pendekatan
individu, Pendekatan sosial, endekatan medis, Dan terakhir adalah pendekatan
hukum.

Anda mungkin juga menyukai