Disusun oleh :
DHIYANI ANGGRAENI
ELLIN FEBRIANI
LIZA MORINA
RAHAJENG
RIZKA RAHMA
REZA ANISA
YUNI RASIDAWATI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga kami
Implementasi Alur Pencegahan Self Extubation Sebesar 100% untuk Mencegah Self
Tim inovasi menyadari banyak pihak yang turut membantu sejak awal penyusunan
sampai selesainya makalah. Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua rekan-rekan yang telah membantu sehingga dapat selesainya pembuatan
Tim inovasi menyadari bahwa dalam penyusunan makalah inovasi ini banyak sekali
kekurangannya, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
Tim Inovasi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................................iii
DAFTAR DIAGRAM................................................................................................................................iv
LANGKAH I.............................................................................................................................................1
MENENTUKAN TEMA DAN JUDUL.........................................................................................................1
1. Landasan Teoritis.......................................................................................................................1
2. Penentuan Tema dan Judul.......................................................................................................6
3. Tujuan Umum............................................................................................................................8
4. Tujuan Khusus............................................................................................................................8
LANGKAH II............................................................................................................................................9
MENGANALISA FAKTOR PENYEBAB.......................................................................................................9
1. Kejadian Self-Extubation dari Juli 2016 sampai dengan Maret 2017.........................................9
2. Hasil Rekap kuesioner tentang tingkat pengetahuan perawat terhadap alur pencegahan self
extubation yang diisi oleh 24 perawat ccu......................................................................................10
3. Hasil rekap kuisioner tentang kendala dalam pelaksanaan alur pencegahan self extubation
yang diisi oleh 24 perawat ccu.........................................................................................................11
4. Hasil Rekap dari monitoring pengkajian SERAT pada pasien yang terpasang ETT bulan Januari-
Februari 2017..................................................................................................................................13
LANGKAH III.........................................................................................................................................16
PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB DOMINAN.......................................................................................16
1. Faktor penyebab self extubation.............................................................................................16
2. Fishbone..................................................................................................................................17
3. Penentuan faktor Penyebab Dominan.....................................................................................18
4. KESIMPULAN............................................................................................................................20
LANGKAH IV.........................................................................................................................................21
MEMBUAT RENCANA..........................................................................................................................21
1. Rencana Perbaikan..................................................................................................................21
2. Melaksanakan Perbaikan.........................................................................................................24
MENELITI HASIL PERBAIKAN................................................................................................................29
1. Monitoring Hasil Perbaikan.....................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................30
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kejadian Self-Extubation dari Juli 2016 sampai dengan Maret 2017
Tabel 2.2 Rekap kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang alur pencegahan self
Tabel 2.3 Data kendala dalam pelaksanaan alur pencegahan self extubation
iii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.3 Jumlah pasien yang dilakukan pengkajian SERAT pada bulan Januari-Februari
s2017
Diagram 2.4 Jumlah pasien yang dilakukan pengkajian SERAT (sesuai alur pencegahan self
extubation)
iv
LANGKAH I
1. Landasan Teoritis
JCI adalah versi internasional dari The Joint Commision ( USA ). Misi JCI adalah
dengan visi Rumah Sakit Premier Bintaro “ Menjadi penyelenggara pelayanan kesehatan
kepada seluruh stakehoder” .Tujuan utama pelayanan kesehatan rumah sakit adalah
pelayanan pasien. Penyediaan pelayanan yang paling sesuai di suatu rumah sakit untuk
mendukung dan merespon terhadap setiap kebutuhan pasien yang unik, memerlukan
perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi (Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit KARS
September 20II).
Banyak dokter, perawat, apoteker, terapis rehabilitasi, dan praktisi jenis pelayanan
kesehatan mempunyai peran yang jelas dalam asuhan pasien. Peran tersebut ditentukan oleh
lisensi, kredensial, sertifikat, undang-undang, dan pengalaman, juga kebijakan rumah sakit
atau uraian tugas. Sebagian pelayanan bisa dilaksanakan oleh pasien, keluarganya atau
pembantu pelaksana asuhan lainnya yang terlatih. Pemberian pelayanan pasien harus
dikoordinir dan diintegrasikan oleh semua individu yang terkait dalam asuhan pasien (Buku
RS Premier Bintaro selalu mengedepankan Patient Safety Goals. Hal ini sesuai dengan
1
pasien dan kepuasan pelanggan serta perbaikan yang berkesinambungan dari waktu ke
Berhubungan dengan keselamatan pelanggan, tujuan utama klien dirawat di ruang ICU
adalah untuk mensuport fungsi organ-organ vital . Tindakan yang hanya bisa dilakukan di
ruang ICU salah satunya support fungsi pernapasan pada pasien terintubasi dengan
mesin ventilator, chemical dan physical restrain sering digunakan untuk mengendalikan
Self – extubation bisa diartikan juga sebagai extubasi yang tidak direncanakan, bisa
berhubungan dengan tidak digunakannya restrain atau penggunan restrain yang tidak sesuai
atau sedasi yang tidak sesuai akan menyebabkan resiko tinggi self- extubation pada pasien
yang menggunakan mesin ventilator. Self – extubation atau tercabutnya tube ETT oleh pasien
penggunaan restrain dan sedasi, tidak sesuainya perbandingan pasien – perawat terlebih pada
saat shift malam dengan rasio yang lebih rendah. Komplikasi dari extubasi yang tidak
respiratory arrest. Semua hal ini dapat menyebabkan meningkatnya LOS dan biaya
perawatan di rumah sakit. ( Nursing Critical Care, September 20I3 – volume 8 – Issue 5 “
Salah satu dari sekian standar – standar yang berfokus pada pasien dalam buku “ Joint
Commission International 2011 dan Standar Akreditasi Rumah Sakit, Edisi ke – 4 “ yaitu
Perawatan pasien Care of Patients ( COP ). Dalam Care of Patients ( COP ) pada bagian
Perawatan Pasien Beresiko Tinggi dan Penyediaan Layanan Beresiko Tinggi standar PP.3.7 :
2
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan alat pengekang (restrain) dan
Banyak penelitian yang dilakukan mengenai restrain secara fisik terhadap pasien di
ruang Intensive Care Unit.Penggunaan physical restrain di ruang ICU pada pasien yang
terintubasi sering digunakan, bisa murni physical restrain ataupun kombinasi dengan
pemberian sedasi. Hal ini dilakukan untuk mencegah tercabutnya alat – alat kesehatan yang
bersifat life support seperti tracheal tube, central venous, arterial cateter, dan drains. Physical
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Taichung Veterans General Hospital berjudul
case-control study ( Chang LY, Wang KW, Chao YF, 2008 ). Dengan hasil bahwa rata-rata
insiden terjadinya Unplanned Extubations 8,7 %. Faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan
Unplanned Extubations meliputi penggunaan restrain secara fisik ( resiko meningkat 3 kali ),
infeksi nosokomial ( resiko meningkat 2.02 kali ), dan score GCS ≥ 9 pada saat masuk di
ruang Intensive care unit ( resiko meningkat 98 kali ). Penurunan kesadaran, infeksi
fisik sudah digunakan. Untuk meminimalkan resiko Unplanned Extubations perawat harus
Dalam sebuah penelitian yang di publikasikan dalam Article in Italian( Bambi S, Lumini
update. Menyebutkan bahwa Unplanned Extubations ( UEs ) di ruang dewasa Intensive Care
Unit menjadi indikator kualitas dan keamanan perawatan terhadap pasien ( patient safety care
). Hasil dari penelitian mereka disebutkan bahwa jumlah kejadian Unplanned Extubations
( UEs ) bervariasi antara 0,3 % - 27 % sebelum tahun 2000. Akhir-akhir ini kejadian
3
meningkat mulai dari 0,5% - 35,8% tanpa perubahan yang bermakna. Dari seluruh jumlah
kejadian Unplanned Extubations rata –rata angka kejadian Self Extubations ( SE ) dan
Accidental Extubation ( AE ) berkisar antara 50% - I00%. Faktor utama resiko terjadinya
Unplanned Extubations adalah : APACHE II score ≥ I7, agitasi, penggunaan restrain secara
fisik yang tidak konsisten, penggunaan midazolam, dan penurunan kesadaran. Penggunaan
restrain secara fisik yang tidak konsisten merupakan faktor resiko dari Self Extubations.
Tindakan untuk mencegah Unplanned Extubations sangatlah penting dilakukan oleh perawat,
hal inipun akan sangat diperkuat bila didukung dengan ketenagaan yang baik dengan tingkat
Hasil dari penelitian terhadap I2I kuesioner ( pasien ICU ) yang di publikasikan ke
dalam Official Journalof The European Society of Intensive Care Medicine ( ESICM ),
practice “ tahun 2012 adalah : Physical restrain digunakan pada lebih dari 50% pasien ICU
yang terintubasi dengan mesin ventilator. Physical restrain sering digunakan pada pasien
yang masih gelisah meskipun sudah dalam pemberian sedasi, neuromuscular blockers, dan
Alasan penggunaan restrain diantaranya adalah untuk melindungi pasien dari injury,
mempertahankan terapi yang sedang berjalan, dan mengendalikan perilaku yang merusak/
tidak kooperatif. Restrain terdiri dari restrain fisik, restrain lingkungan/ chemical.
Unplanned Extubation ( UE ) meliputi dua tipe Self –extubation lebih kepada pasien
yang mencabut ETT ,penyebab self-extubation meliputi ketidaknyamanan atau nyeri akibat
4
disebabkan karena tercabutnya ETT dengan ketidaksengajaan disaat berlangsungnya tindakan
keperawatan dan medis atau dari tindakan pasien itu sendiri seperti batuk.
jumlah self extubation dan yang membutuhkan intubasi ulang mengindikasikan perlunya
review dalam pemberian protocol sedasi dan review dalam hal keperawatan.Peningkatan
jumlah self-extubation yang tidak membutuhkan intubasi ulang memerlukan review dalam
Panagiotis Kiekkas, Diamanto Aretha. Eleftheria Panteli, George I Baltopoulos and Kriton S
Filos.)
SERAT adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi
self-extubation. Hal ini berdasarkan pada Bloomsbury Sedation Score dan Glasgow Coma
Scale yang mempunyai sensitivitas 100% dan spesifikasi 79% dalam mengidentifikasi
pasien yang beresiko tinggi Self-extubation. SERAT merupakan suatu alat untuk
assessment pasien yang beresiko untuk Self-extubation, resiko tinggi apabila Bloomsbury
sedation score – Glasgow Coma Scale score di daerah warna hitam ( the dark grey zone >
top right zone ) dan resiko sedang di daerah abu-abu ( the light grey zone > middle zone ).
Pasien dengan resiko tinggi self-extubation harus dimonitor lebih ketat untuk mencegah
5
2. Penentuan Tema dan Judul
Pada pertengahan tahun 2015- Mei 2016 tim ccu melakukan inovasi dengan membuat alur
pencegahan self extubation yang bertujuan untuk menurunkan angka self extubation di ruang
ccu RSPB. Dimana di dalam nya menggunakan SERAT sebagai metode pengkajian untuk
Evaluasi terus dilakukan secara berkelanjutan dan ternyata masih didapatkan angka
kejadian self extubation. Menurut data surveillance inok dan patient safety report di ruang
CCU Rs Premier Bintaro dari bulan Juli - Desember 2016 : 58 pasien terpasang ETT yang
6
melakukan Self-extubation : 2 pasien, Di bulan Januari- Maret 2017 pasien terpasang ETT :
3%
r)
be et
)
em ar
es -M
-i D ri
ul ua
(J n
16 (Ja
20 17
20
7
Karena itu tim sepakat melakukan evaluasi dan identifikasi ulang penyebab dari kejadian
self extubation. Tema yang di angkat dalam inovasi tahun 2017 adalah “mencegah self
extubation”. Judul yang kami ambil adalah “Meningkatkan Implementasi Alur Pencegahan
Self Extubation sebesar 100% untuk Mencegah Self Extubation di Ruang CCU RSPB”
3. Tujuan Umum
4. Tujuan Khusus
Extubation
Extubation
8
LANGKAH II
Melakukan analisa faktor penyebab dominan yang didapat dari pengumpulan data melalui 3
sumber yaitu patient safety report, monitoring SERAT pada pasien yang terpasang ETT
(register pasien terintubasi) dan dengan menyebar kuesioner pada perawat CCU di Rumah
Tabel 2.1 Kejadian Self-Extubation dari Juli 2016 sampai dengan Maret 2017
9
pasien lain
ISO Tn.H Bulan 3 (2016) C Hand Holder Perawat sedang
& Limb handover pasien
holder lain
Ccu 6 Tn.S Bulan 3 (2016) B Limb Holder Perawat sedang
terima pasien
baru
Tabel 2.2 Rekap kuesioner tingkat pengetahuan perawat tentang alur pencegahan self
10
18 Itjmi 100
19 Ellin 100
20 Betty 100
21 Rahajeng 100
22 Nining 90
23 Rizka 100
24 Fitriani 100
Kesimpulan :
Dari 24 orang: 18 orang mendapat skor 100, 6 orang mendapat skor 90 (skor >90
Perawat ccu memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang alur pencegahan self
extubation
3. Hasil rekap kuisioner tentang kendala dalam pelaksanaan alur pencegahan self
Tabel 2.3 Data kendala dalam pelaksanaan alur pencegahan self extubation
11
3. Keluarga/ pasien tidak menyetujui 3 4.4 %
restrain mekanik
4. Tingginya aktifitas di ruangan dan 11 16.5 %
banyak tindakan/implementasi
( mendampingi dokter visite,
menghubungi dokter, cek gds/jam,
membagikan obat, menulis
intergreted+observasi pasien/jam)
5. Komputer terbatas untuk 1 1.5 %
dokumentasi
6. Belum terbiasa dengan SERAT, 5 7.5 %
alur self extubation perlu
ditempatkan di beberapa tempat
supaya hapal
7. Terlalu banyak form/checklist yang 7 10.5 %
harus diisi oleh perawat
8. Pasien dengan kategori SERAT 5 7.5 %
B/C tidak dilakukan restrain
chemical (sedasi) karena
kontraindikasi
Kesimpulan:
Dari ke-8 kendala pelaksanaan alur pencegahan self extubation yang dianggap sebagai
factor penyebab self extubation, diambil 4 faktor penyebab dengan presentase terbesar
yaitu:
a. Pada pasien yang membutuhkan restrain mekanik, sudah dilakukan restrain tetapi tetap
bisa mencabut ETT (restrain tidak kuat, tenaga pasien terlalu kuat). Dengan prosentase
sebesar 29.8 %. Dilakukan evaluasi ulang terhadap restrain mekanis yang ada :
a) Hand holder: dari 12 buah, 9 buah sobek dan tali putus (47.4 % rusak)
12
b) Limb holder: dari 12 buah, 10 buah tali terputus (52.6 % rusak)
b. Pembagian tugas tidak seimbang dengan ketenagaan, 1 perawat kelola 2 pasien tidak
d. Terlalu banyak form/checklist yang harus diisi oleh perawat dengan prosentase sebesar
10.5 %
4. Hasil Rekap dari monitoring pengkajian SERAT pada pasien yang terpasang ETT
54%
46%
perawat patuh
Perawat tidak
patuh
Dari diagram diatas didapatkan hasil Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan
pengkajian SERAT
13
Dari 24 perawat, 13 perawat yang rutin melakukan pengkajian SERAT :
Pada bulan Januari – Februari 2017 dari 23 pasien yang terpasang ETT :
Diagram 2.3 Jumlah pasien yang dilakukan pengkajian SERAT pada bulan
Januari-Februari 2017
Dari 6 pasien yang dilakukan pengkajian SERAT: 2 sesuai alur pencegahan self
14
Diagram 2.4 Jumlah pasien yang dilakukan pengkajian SERAT (sesuai alur
15
LANGKAH III
Dari analisa data untuk mengidentifikasi faktor penyebab self extubation, didapatkan
2 METODE Pasien dengan kategori SERAT B/C tidak dilakukan restrain chemical/
sedasi
16
2. Fishbone
METODE SDM
Belum ada pemantauan
Tingginya aktifitas di ruangan/
implementasi metode
banyak implementasi yang harus
SERAT
dikerjakan
Pasien dengan kategori Kepatuhan perawat kurang
SERAT B/C tidak dilakukan dalam menjalankan metode
restrain chemical/ sedasi SERAT Belum terbiasa dengan SERAT
SELF EXTUBATION
17
3. Penentuan faktor Penyebab Dominan
Selanjutnya dilakukan penentuan faktor penyebab dominan dengan melakukan brainstorming tim inovasi dan berdasarkan sumber data dari
No Faktor penyebab masalah Akibat yang ditimbulkan bila tidak diperbaiki Kesimpulan
1 Pasien dengan kategori SERAT B/C tidak Angka kejadian self extubation akan tetap tinggi di ruang CCU RSPB Berpengaruh
dilakukan restrain chemical/ sedasi
2 Letak Bed pasien (isolasi) Angka kejadian self extubation akan tetap tinggi Berpengaruh
3 Belum ada pemantauan implementasi Ketidak efektifan implementasi pemantauan metode SERAT Sangat
metode SERAT berpengaruh
4 Keluarga/pasien tidak menyetujui restrain Perawat dan dokter tidak bisa melakukan restrain terhadap pasien yang Berpengaruh
mekanik terpasang ETT sehingga menimbulkan tingginya angka self extubation
5 Belum terbiasa dengan SERAT Tidak ada evaluasi terhadap implementasi SERAT Berpengaruh
6 Komputer terbatas untuk melakukan Perawat tidak bisa melakukan pendokumentasian SERAT sehingga tidak Berpengaruh
18
pendokumentasian bisa dilakukan pemantuan untuk metode SERAT
7 Kepatuhan perawat kurang dalam Implementasi metode SERAT tidak terdokumentasi dengan baik Sangat
menjalankan metode SERAT berpengaruh
8 Beban kerja perawat tidak sesuai dengan Tingginya beban kerja perawat, 1 perawat kelola 2 pasien terpasang ETT Sangat
kondisi pasien sehingga tidak bisa bedside care terhadap pasien terpasang ETT berpengaruh
9 Terlalu banyak form yang harus diisi Beban kerja perawat semakin bertambah sehingga menimbulkan kurangnya Sangat
pendokumentasian dan monitoring metode SERAT berpengaruh
10 Restrain mekanik rusak Ketidak efektifan fungsi restrain untuk pasien Sangat
berpengaruh
11 Tingginya aktifitas di ruangan/ banyak Perawat tidak bisa bedside care sehingga kondisi pasien dengan SERAT Sangat
implementasi yang harus dikerjakan B/C tdak termonitor dengan intensif berpengaruh
19
4. KESIMPULAN
Dari penentuan penyebab dominan, tim sepakat menentukan 6 faktor penyebab masalah
c. Restrain mekanik rusak (tidak kuat karena tenaga pasien terlalu kuat)
(mendampingi dokter visit, menghubungi dokter, cek gds/jam, bagi obat, menulis
e. Beban kerja perawat yang tidak sesuai dengan kondisi pasien (1 perawat kelola 2 pasien
on ventilator)
20
LANGKAH IV
MEMBUAT RENCANA
1. Rencana Perbaikan
21
sesuai alur vital sign ccu
pencegahan self Sosialisasi ke perawat ccu
extubation
3 Restrain mekanik Agar pada pasien Melakukan identifikasi Ruang Mulai Tim Mendesain ulang restrain
rusak (tidak kuat dengan kategori ulang/ evaluasi terhadap CCU Maret inovasi, mekanik yang lebih kuat,
karena tenaga pasien SERAT B/C yang restrain mekanik yang RSPB 2017 SPV ccu, lentur tetapi tetap safety ke
terlalu kuat) membutuhkan sudah dibuat Bagian pasien
restrain mekanik, inventor Mengajukan desain yang baru
tidak melakukan self y ke supervisor ccu dan bagian
extubation inventory
4 Tingginya aktifitas Agar perawat tetap Melakukan bedside Ruang Mulai Perawat Melakukan pendelegasian
di ruangan/ banyak dapat melakukan care prioritas pada CCU Maret ccu tugas monitoring kepada staff
implementasi yang berbagai pasien dengan kategori RSPB 2017 lain saat akan meninggalkan
harus dikerjakan implementasi tanpa SERAT B/C pasien
(mendampingi mengabaikan Tidak meninggalkan Membuat tanda khusus/
dokter visit, monitoring pasien pasien tanpa warning untuk pasien dengan
menghubungi dengan kategori pengawasan kategori SERAT B/C
dokter, cek gds/jam, SERAT B/C Membuat tanda khusus Melakukan sosialisasi ke
bagi obat, menulis agar seluruh staff lebih perawat ccu
integrated, observasi memperhatikan pasien
vital sign tiap jam, dengan kategori
22
dsb) SERAT B/C
5 Beban kerja perawat Agar perawat dapat Meningkatkan peran PJ Ruang Mulai Tim Berkolaborasi dengan
yang tidak sesuai melakukan shift dalam pembagian CCU Maret inovasi, supervisor ccu
dengan kondisi monitoring ketat tugas RSPB 2017 SPV ccu, Menekankan kepada setiap pj
pasien (1 perawat pada pasien dengan PJ shift shift untuk melakukan
pegang 2 pasien on kategori SERAT pembagian tugas secara
ventilator) B/C seimbang sesuai dengan
kondisi pasien
6 Belum ada Agar pasien yang Membuat rekap Ruang Mulai Tim Menentukan perawat yang
pemantauan terintubasi dapat data/register pasien CCU Maret inovasi akan mengisi register pasien
implementasi termonitor secara yang terintubasi dan RSPB 2017 yang terintubasi perbulan
metode SERAT ketat dan berkala, monitoringnya secara bergantian
sesuai dengan alur Menentukan staff yang Menunjuk PJ yang akan
pencegahan self bertugas untuk melakukan monitoring
extubation sehingga melakukan monitoring implementasi metode SERAT
tidak terjadi self implementasi metode perbulan secara bergantian
extubation SERAT
23
2. Melaksanakan Perbaikan
2 Terlalu banyak form Monitoring SERAT CCU Melakukan kolaborasi dengan supervisor dan Yuni Perbaikan
24
yang harus diisi oleh masih terpisah di form staff IT berhasil
perawat pengkajian ulang Menyatukan monitoring SERAT ke dalam
observasi vital sign ccu
Sosialisasi ke perawat ccu
3 Restrain mekanik Hand holder: dari 12 buah, 9 Mendesain ulang restrain mekanik yang lebih Ellin, Dhiyani, Masih
rusak (tidak kuat buah sobek dan tali putus kuat, lentur tetapi tetap safety ke pasien Ambar berjalan
karena tenaga pasien (75% rusak) Mengajukan desain yang baru ke supervisor
terlalu kuat) Limb holder: dari 12 buah, 10 ccu
buah tali terputus (85% Melakukan proses pemesanan restrain
rusak) mekanik yang baru
Melakukan ujicoba pemakaian restrain
mekanik yang baru
25
4 Tingginya aktifitas Perawat sulit melakukan Melakukan pendelegasian tugas monitoring Ajeng, Desi Masih
di ruangan/ banyak bedside care dan sulit kepada staff lain saat akan meninggalkan berjalan
implementasi yang melakukan monitoring kepada pasien
harus dikerjakan pasien dengan kategori SERAT Membuat tanda khusus/ warning untuk pasien
(mendampingi dokter B/C dengan kategori SERAT B/C
visit, menghubungi Melakukan sosialisasi ke perawat ccu
dokter, cek gds/jam,
bagi obat, menulis
integrated, observasi
vital sign tiap jam,
dsb)
26
27
5 Beban kerja perawat Pembagian tugas tidak Berkolaborasi dengan supervisor ccu Desi,Yuni Masih
yang tidak sesuai seimbang dengan ketenagaan, Menekankan kepada setiap pj shift untuk berjalan
dengan kondisi 1 perawat kelola 2 pasien melakukan pembagian tugas secara seimbang
pasien (1 perawat dengan program yang banyak sesuai dengan kondisi pasien
pegang 2 pasien on tidak bisa bedside care
ventilator )
6 Belum ada Pasien yang terintubasi tidak Menentukan perawat yang akan mengisi Desi, Ajeng Masih
pemantauan dilakukan monitoring register pasien yang terintubasi perbulan berjalan
implementasi metode pengkajian SERAT secara secara bergantian (perawat yang pasiennya
SERAT berkala melakukan self extubation)
Menunjuk PJ yang akan melakukan
monitoring implementasi metode SERAT
perbulan secara bergantian
28
Kolaborasi dengan SPV dan Staff IT
29
MENELITI HASIL PERBAIKAN
90% 84%
80%
70% Sebelum inovasi
60% 54%
46% Setelah inovasi
50%
40%
30%
20% 16%
10%
0%
Perawat yang patuh Perawat yang tidak
patuh
6 pasien yang dilakukan Jumlah pasien yang terintubasi
pengkajian SERAT ( 26%) bulan Maret-April 2017
23 pasien tidak dilakukan sebanyak 9.
pengkajian SERAT (74%) 9 pasien sudah dilakukan
pengkajian SERAT ( 100%)
30
Tabel 2. Jumlah Pasien Yang dilakukan Pengkajian Serat
(Maret-April 2017)
120%
100%
100%
80% 74%
Sebelum inovasi
60% Setelah inovasi
40%
26%
20%
0%
0%
Pasien yang dilakukan Pasien yang tidak
pengkajian SERAT dilakukan pengkajian
SERAT
(67%) (22%)
31
pasien tidak diRestrain, dan
mendampingi dokter
melakukan tindakan
S
C
e
o
b
t
l
e
u
l
m
u
a
n
m
h
1
i
n
o
v
a
s
i
32
Tabel 3. Jumlah Pasien yang dilakukan Pengkajian SERAT sesuai Alur
Pencegahan Self Extubation (Maret-April 2017)
90%
80% 78%
70% 67%
60%
50%
sebelum inovasi
40% 33% setelah inovasi
30%
22%
20%
10%
0%
sesuai alur pencegahan tidak sesuai alur
self extubation pencegahan self
extubation
3 Restrain mekanik Masih dalam tahap pembuatan restrain mekanik yang baru On
rusak process
33
5 Beban kerja perawat Pembagian tugas sudah berusaha dilakukan secara Sudah
seimbang sesuai dengan kondisi pasien (peran PJ shift) berjalan
yang tidak sesuai
dengan kondisi pasien
(1 perawat pegang 2
pasien on ventilator )
6 Belum ada Sudah ada data register pasien yang terintubasi, dan Sudah
berjalan
pemantauan monitoring SERAT setiap bulan
implementasi metode Yang akan mengisi register adalah perawat yang pasiennya
SERAT melakukan self extubation
Yang akan melakukan monitoring serat adalah tim inovasi dan
supervisor ccu
Kesimpulan:
34
Dari 6 faktor penyebab yang dilakukan perbaikan, 4 diantaranya telah berhasil dilakukan
perbaikan. Jadi sejauh ini tim memutuskan bahwa inovasi telah berhasil meningkatkan
implementasi alur pencegahan self extubation. Namun demikian, masih belum bisa dilakukan
evaluasi sepenuhnya karena perbaikan masih ada yang on process. Dan tim akan melanjutkan
implementasi tersebut sebagai upaya untuk mencegah self extubation. Ada pun self
extubation yang terjadi walaupun sudah dilakukan tindakan perbaikan, berasal dari faktor
2. Analisa Dampak
Dampak Positif
Dampak Negative
- Membutuhkan fasilitas dan biaya untuk membuat tanda warning dan restrain mekanik
- Pasien merasa tidak nyaman dengan terpasangnya restrain mekanik
35
DAFTAR PUSTAKA
AJCC AMERICAN JOURNAL OF CRITICAL CARE, January 2016, Volume 25, No. 1
Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat jendral Bina Upaya Kesehatan
Data Patient Safety Report Bulan Juli 2016 – Maret 2017. QMR
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke- 4 Berlaku sejak
Kristi J. Stinson, RN, PhD, APN-BC. Practice Issues With Use Of Physical Restrains IN
Kavitha Selvan BS, Hawa Edriss MD, Mark Sigler MD, Jim Tseng BA. Self-extubation in
ICU patients.
36
LAMPIRAN
37
38
39