Tugas AIK 4 Fakhrur Rafiq Yusuf
Tugas AIK 4 Fakhrur Rafiq Yusuf
AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN IV
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. hakikat ayat-ayat allah..................................................................................................3
B. kesatuan ayat qauliyah dan kauniyah............................................................................6
C. interkoneksitas dalam memahami ayat quliyah dan kauniyah.......................................7
7
BAB III.....................................................................................................................................8
PENUTUP................................................................................................................................8
A. Kesimpulan...................................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Integrasi adalah konsep yang menegaskan bahwa integrasi keilmuan yang
disasar bukanlah model melting-pot integration, di mana integrasi hanya difahami hanya
dari perspektif ruang tanpa subtansi. Integrasi yang dimaksud adalah model penyatuan
yang antara satu dengan lainnya memiliki keterkaitan yang kuat sehingga tampil dalam
satu kesatuan yang utuh. Hal ini perlu karena perkembangan ilmu pengetahuan yang
dipelopori Barat sejak lima ratus tahun terakhir, dengan semangat modernisme dan
sekulerisme telah menimbulkan pengkotak-kotakan (comparmentalization) ilmu dan
mereduksi ilmu pada bagian tertentu saja.
Hal ini berakibat pada pendangkalan ilmu-ilmu umum, karena ilmu umum
dipelajari secara terpisah dengan ilmu agama. Ilmu agama menjadi tidak menarik karena
terlepas dari kehidupan nyata, sementara ilmu umum berkembang tanpa sentuhan etika
dan spiritualitas agama, sehingga disamping kehilangan makna juga bersifat detruktif.1
Allah menciptakan manusi di dunia ini sebagai hamba, disamping itu, manusia memiliki
tugas pokok yaitu menyembah kepada-Nya. Selain itu manusia juga sebagai khalifah,
oleh karena itu, manusia diberi kemampuan jasmani (pisiologis) dan ruhani (psikologis)
yang dapat ditumbuh kembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang
berdaya untuk melaksanakan tugas pokok dalam kehidupannya di dunia.2 Untuk
mengembangkan kemampuan dasar jasmaniyah dan ruhaniyah tersebut, maka
pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menentukan sampai dimana titik optimal
kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai. Akan tetapi proses pengembangan
kemampuan manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak
dan bakat. Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan tidak
hanya untuk hidup.
Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan, dan itu
memerlukan pendidikan untuk memperolehnya. Inilah salah satu perbedaan antara
manusia dengan makhluk lain, yang membuat lebih unggul dan mulia. Pendidikan
dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan penting dalam membentuk
generasi mendatang adalah aspek pendidikan. Dengan demikian ilmu kealaman atau
bisa dibilang adanya jarak pemisah antara ayat-ayat kauliyah dan ayat-ayat kauniyah.
Padahal keduanya saling berhubungan erat. Hal ini berakibat pada pendangkalan ilmu-
ilmu umum, karena ilmu umum dipelajari secara terpisah dengan ilmu agama. Ilmu
agama menjadi tidak menarik karena terlepas dari kehidupan nyata, sementara ilmu
umum berkembang tanpa sentuhan etika dan spiritualitas agama, sehingga disamping
kehilangan makna juga bersifat detruktif.1 Allah menciptakan manusi di dunia ini
sebagai hamba, disamping itu, manusia memiliki tugas pokok yaitu menyembah
kepada-Nya.
Selain itu manusia juga sebagai khalifah, oleh karena itu, manusia diberi
kemampuan jasmani (pisiologis) dan ruhani (psikologis) yang dapat ditumbuh
kembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya untuk
melaksanakan tugas pokok dalam kehidupannya di dunia.2 Untuk mengembangkan
kemampuan dasar jasmaniyah dan ruhaniyah tersebut, maka pendidikan merupakan
sarana yang tepat untuk menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan-
kemampuan tersebut dapat dicapai. Akan tetapi proses pengembangan kemampuan
manusia melalui pendidikan tidaklah menjamin akan terbentuknya watak dan bakat.
Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan, karena manusia diciptakan tidak hanya untuk
hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan, dan itu
memerlukan pendidikan untuk memperolehnya. Inilah salah satu perbedaan antara
manusia dengan makhluk lain, yang membuat lebih unggul dan mulia.
Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan penting
dalam membentuk generasi mendatang adalah aspek pendidikan. Dengan demikian
Kuasa, sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa sarat dengan nilainilai
spiritual.5 Ayat Al-Qur'an menyebutkan bahwa penciptaan manusia dan penciptaan
makhluk hidup berbeda dengan teori evolusi. teori Darwin yang dikritik oleh ilmuwan
evolusionis sendiri yaitu Pierre Paul Grasse, mengakui teori evolusi yang tidak masuk
akal. Teori evolusi seolah telah menjadi sumber keyakinan di bawah kedk atheisme6 .
Konsep ini secara diam-diam tanpa disadari telah membentuk pola pikir, paradigma
bahkan keyakinan peserta didik yang menafikan adanya penciptaan.
Dengan menerapkan sistim pendidikan yang terpadu antara ilmu umum dan
ilmu agama baik dalam konsep maupun penerapannya, diharapkan terbentuk pola fikir
yang sesuai dengan ajaran Islam pada diri peserta didik. Sehingga dalam
pelaksanaannya tidak ada pemisahan antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan
umum karena sumber dari segala ilmu itu adalah satu yaitu Allah SWT. Selama ini
pelajaran IPA hanya disampaikan pada materi pelajarannya saja, belum terintegrasi pada
muatan-muatan agama, sehingga materi yang disampaikan hanya pada materi pokok
saja. Kondisi seperti inilah yang menjadikan pembelajaran IPA tidak memiliki bobot
dan minim mutu yang kuat, pelajaran yang diperoleh sangat minim dari nilai spiritual,
sehingga ilmu umum tanpa disadari mempunyai dampak destruktif jika tidak dilandasi
iman oleh para pelakunya. Padahal ilmu agama terutama nilai-nilai tauhid sangat sesuai
dengan materi pelajaran selain pelajaran agama, sebagai penanaman akidah.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
“Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan
mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana” (Asy
Syura:51)
Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena ma’na wahyu secara
lughawi memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain:
1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk
menyusukan Musa yang masih bayi.
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil)…” (Al Qashash:7).
2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang
di bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang.
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia” (An
Nahl:68).
3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk
bertasbih pagi dan sore.
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada
mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang” (Maryam:11).
4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah
Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam perang Badr.
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat;
Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang
yang telah beriman…” (Al Anfal:12).
5. Bisikan syaitan
“…Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar
mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musrik” (Al An’am :121).
Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna (mewahyukan) yang berarti
membisikkan.
6. Hadits Qudsi, juga termasuk dalam wahyu (hadits yang ma’nanya dari Allah
SWT, sedangkan redaksinya dari Rasulullah SAW), dan
7. hadits Nabawiy, (makna dan redaksinya dari Rasulullah SAW) karena pada
hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah SAW mempinyai nilai wahyu,
firman Allah SWT:
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dia; dan bertaqwa-lah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya” (Al Hasyr:7).
“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-
kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang
tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian
tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
berfikir” (Ar Ra’du:4)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata):Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imron:190-
191).
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.
A. Kesimpulan
Allah telah memberikan bukti-bukti keberadaannya kepada kita melalui ayat-
ayat yang allah ciptakan. Ayat-ayat yang allah ciptakan itu ada yang melalui perantara
malaikat jibril (ayat qauliyah) dan ada yang tanpa melalui perantara malaikat jibril (ayat
kauniyah). ayat qauliyah merupakan ayat yang terdapat pada al-quran dan ayat kauniyah
merupakan ayat-ayat (tanda-tanda) allah yang berupa segala bentuk ciptaannya yang ada
di alam semesta dan segala isinya. Ayat-ayat tersebut antara lain bertujuan untuk
membuktikan kebenaran keberadaan allah , kebesarannya, tak bersekutu, serta
pengetahuan dan kekuasaannya yang tak terbatas.
Selain terdapat banyak ayat qauliyah yang mengajak manusia untuk
merenungkan secara mendalam tentang ayat kauniyah untuk dapat mengetahui
pengetahuan allah, sebenarnya ayat qauliyah dan ayat kauniyah juga memiliki sudut
interkoneksitas lainnya yaitu ayat kauniyah mampu membuktikan secara ilmiah mampu
secara nyata langsung hal-hal alamiah yang terdapat pada ayat qauliyah, sehingga
dengan pembuktian tersebut maka , akan lebih meyakinkan kembali tentang kebenaran
dan betapa menakjubkannya ayat-ayat qauliyah dan selanjutnya akan lebih
memperkokoh rasa keimanan kita kepada allah swt.
B. Saran
Allah telah memberikan signal-signal pengetahuan alamiah dalam ayat-ayat
qauliyahnya . dan diantara signal-signal tersebut ada yang sudah dapat diketahui oleh
manusia dan ada yang belum dapt di ketahui oleh manusia, dan semestinya kita dapat
mempelajari tentang pengetahuan tersebut dan bahkan mungkin dapat menguak signal-
signal yang belum diketahui oleh manusia itu. Karna terdapat banyak ayat dalam al-
quran maupun hadist yang memerintahkan kita untuk menggali pengetahuan allah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adian, Donny Gahrial. Menyoal Objektivisme Ilmu Pengetahuan dari David Hume
sampai Thomas Kuhn. Bandung: Teraju, 2002.
Ali, Mukti. Islam dan Sekularime di Turki Modern. Jakarta: Djambatan, 1994.
Ambary, Hasan Muarif. Ensiklopedia Islam I. Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1996.
Amsal, Bahtiar. Filsafat Agama. Jakarta: Wacana Ilmu dan Pemikiran, 1999.
Arkoun, Mohammed. Nalar Islami dan Nalar Modern: Berbagai Tantangan dan Jalan
Baru. Jakarta: INIS, 1994.