Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN PUSTAKA

Tata Laksana Hipertensi


Pradana Tedjasukmana
Departemen Kardiologi, RS Premier Jatinegara dan RS Grha Kedoya, Jakarta, Indonesia

PENDAHULUAN kan kurang lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 jauh dari berhasil. Data NHANES 2005-2008
Hipertensi merupakan keadaan yang ditandai tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 di Amerika Serikat menunjukkan dari semua
dengan peningkatan tekanan darah sistolik dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. penderita hipertensi, hanya 79,6% sadar telah
(TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD) menderita hipertensi; namun hanya 47,8%
≥140/90 mm Hg. Walau upaya, tindakan sudah banyak dilaku- yang berusaha mencari terapi. Dan dari 70,9%
kan dan tersedia banyak obat untuk menga- pasien yang menjalani terapi, 52,2% tidak
Hipertensi menjadi topik pembicaraan yang tasi hipertensi, tata laksana hipertensi masih mencapai kontrol tekanan darah target.
hangat dan menjadi salah satu prioritas
masalah kesehatan di Indonesia maupun di
seluruh dunia, karena dalam jangka panjang
peningkatan tekanan darah yang berlang-
sung kronik akan menyebabkan peningkatan
risiko kejadian kardiovaskuler, serebrovaskuler
dan renovaskuler. Analisis Kearney dkk, mem-
perlihatkan bahwa peningkatan angka kejadi-
an hipertensi sungguh luar biasa: pada tahun
2000, lebih dari 25% populasi dunia merupa-
kan penderita hipertensi, atau sekitar 1 miliar
orang, dan dua pertiga penderita hipertensi
ada di negara berkembang. Bila tidak dilaku-
kan upaya yang tepat, jumlah ini akan terus
meningkat, dan pada tahun 2025 yang akan
datang, jumlah penderita hipertensi dipredik-
si akan meningkat menjadi 29%, atau sekitar Graik 1 Angka kejadian hipertensi pada orang dewasa ≥20 tahun berdasarkan umur dan jenis kelamin (Data NHANES
1,6 miliar orang di seluruh dunia. 2005-2008)

Tabel 1 Perkiraan jumlah penderita hipertensi di dunia dan A: Systolic blood pressure B: Diastolic blood pressure

perkembangannya Age at risk:


256 80-89 256 Age at risk:
years 80-89
years
128 70-79 128
70-79
years years
(loating absolute risk and 95% CI)

(loating absolute risk and 95% CI)

64 60-69 64 60-69
years years
32 32 50-59
IHD morttality

IHD morttality

50-59
years
years
16 16
40-49 40-49
years years
8 8

4 4

2 2
Di Indonesia, angka kejadian hipertensi
berkisar 6-15%4 dan masih banyak penderita 1 1
yang belum terjangkau oleh pelayanan ke-
sehatan, terutama di daerah pedesaan. Se-
mentara itu, di Amerika Serikat, data NHANES 120 140 160 180 70 80 90 100 110

(National Health and Nutrition Examination Usual systolic blood Usual diastolic blood
pressure (mm Hg) pressure (mm Hg)
Survey) memperlihatkan bahwa risiko hiper-
tensi meningkat sesuai dengan peningkatan Graik 2 Peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik berhubungan dengan peningkatan risiko kematian karena kar-
usia. Data NHANES 2005-2008 memperlihat- diovaskular

CDK-192/ vol. 39 no. 4, th. 2012 251

CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 251 4/10/2012 2:55:57 PM


TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK HIPERTENSI hamilan, sindrom obstructive sleep apnea, hi- Penelitian INTERSALT (International Study of
Prospective Studies Collaboration oleh Lewing- pertensi akibat obat-obatan, alkohol, kokain. Sodium, Potassium, and Blood Pressure) untuk
ton dkk memperlihatkan bahwa makin tinggi Beberapa tanda klinis yang mengarah pada mengetahui hubungan antara asupan garam
tekanan darah, baik sistolik (TDS), maupun di- hipertensi renovaskular di antaranya adalah dengan tekanan darah adalah contoh/ilustrasi
astolik (TDD), makin tinggi pula risiko kejadian bising abdominal di daerah periumbilikal, hi- yang baik tentang peranan keseimbangan na-
kardiovaskular. pertensi yang cepat memberat atau hiper- trium dan cairan tubuh terhadap hipertensi.
tensi maligna, ginjal yang mengecil unilateral, Penelitan ini merupakan penelitian epidemio-
Peningkatan angka kejadian kematian kare- hipertensi berat pada anak-anak atau di atas logi dengan sampel sebesar 10.079 pasien
na penyakit jantung iskemik (IHD, ischaemic usia 50 tahun, hipertensi akut, hipertensi de- pria dan wanita dengan usia 20 – 59 tahun
heart disease) pada setiap dekade meningkat ngan gangguan ginjal yang tidak dapat dijelas- dari 52 negara. Hasilnya memperlihatkan bah-
seiring peningkatan TDS maupun TDD. Hal kan, perburukan fungsi ginjal akut, hipertensi wa makin tinggi asupan garam seseorang,
yang sama dijumpai untuk kejadian kematian refrakter terhadap 3 golongan antihipertensi. makin tinggi pula tekanan darah rata-rata
karena stroke. Di samping itu, penelitian MRFIT orang tersebut. Dengan menurunkan asupan
(Multiple Risk Factor Intervention Trial) mem- PENATALAKSANAAN HIPERTENSI garam, terjadi penurunan tekanan darah yang
perlihatkan bahwa peningkatan TDS berhu- Pertimbangan Patoisiologis diikuti dengan penurunan kejadian PJK (Pe-
bungan dengan peningkatan kejadian ESRD. Meskipun mekanisme regulasi tekanan darah nyakit Jantung Koroner) dan penurunan risiko
Selain mengakibatkan komplikasi kejadian belum diketahui sempurna, pada saat ini dike- stroke. Berdasarkan penelitian ini, AHA (Ame-
kardiovaskular, serebrovaskular, renovaskular, tahui ada tiga sistem yang sangat berperan rican Heart Association) merekomendasikan
data WHO tahun 2000 juga memperlihatkan dalam homeostasis tekanan darah. Ketiga pada hipertensi asupan Natrium yang ideal
bahwa hipertensi mempunyai dampak paling sistem tersebut adalah: sistem saraf simpatis, adalah 1,5 gram sehari atau ekuivalen dengan
besar terhadap kematian global dibanding- sistem RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosterone 3,8 gram NaCl sehari.
kan faktor-faktor risiko lain. System), dan keseimbangan natrium-cairan
tubuh (ADH/aldosteron). Hal lain yang perlu diketahui dalam patoisi-
Tujuan terapi hipertensi adalah mencegah ologi hipertensi adalah perihal resistensi insu-
komplikasi, menurunkan kejadian kardio- Hal yang perlu diingat dalam penatalaksa- lin. Peningkatan tekanan darah karena resist-
vaskular, serebrovaskular, dan renovaskular, naan hipertensi adalah bahwa patoisiologi ensi insulin dapat karena beberapa penyebab,
dengan kata lain menurunkan efek terkanan peningkatan tekanan darah pada tiap pasien di antaranya adalah peningkatan: a) produksi
darah tinggi terhadap kerusakan end-organ. berbeda-beda. angiotensinogen oleh jaringan adiposa jari-
Secara umum, target tekanan darah yang ha- ngan viseral yang resisten terhadap insulin; b)
rus dicapai adalah 140/90 mmHg, sedangkan Pada pasien 1, peningkatan tekanan darah ter- penurunan kadar NO karena resistensi insulin
untuk pasien diabetes atau dengan penyakit utama terjadi karena sistem RAAS-nya, sedang- yang dapat menyebabkan disfungsi endotel;
ginjal kronik (chronic kidney diseases, CKD), tar- kan faktor lainnya (seperti sistem saraf simpa- c) peningkatan reseptor AT1 dan ekspresi
get tekanan darah adalah 130/80 mmHg (JNC tis dan natrium tubuh total) berperan lebih endotelin-1; d) peningkatan reabsorpsi natri-
7, ESC/ESH). kecil. Berbeda dengan pasien 2, kadar natrium um di tubulus proksimal serta, e) peningkat-
dalam tubuh yang terutama mempengaruhi an aktiitas simpatik.7 Pasien-pasien ini pada
Hipertensi yang umum dijumpai adalah hi- peningkatan tekanan darah. Lain lagi dengan umumnya lebih resisten dan membutuhkan
pertensi primer, mencakup 90% dari semua pasien 3, pengaruh tekanan darah paling besar terapi kombinasi untuk kontrol hipertensinya.
penderita hipertensi, sisanya 10% hipertensi dihasilkan oleh sistem saraf simpatis. Dengan Pasien hipertensi dan juga diabetes melitus,
sekunder. Kemungkinan hipertensi sekunder memahami patoisiologinya, penatalaksan- yang melibatkan resistensi insulin, lebih sulit
harus dipikirkan pada hipertensi yang resisten aan hipertensi dapat diarahkan sesuai dengan diterapi dan pada umumnya membutuhkan
terhadap terapi (membutuhkan ≥3 golongan permasalahan utamanya (Gambar 1). dua golongan obat antihipertensi atau lebih.
antihipertensi).

Penyebab utama hipertensi sekunder adalah


gangguan yang berhubungan dengan ke-
lainan ginjal dan sistim endokrin. Gangguan
ginjal dapat disebabkan karena penyakit
parenkim ginjal (glomerulonefritis, polycystic
kidney disease), maupun penyakit ginjal vasku-
lar (stenosis arteri renalis dan displasia ibro-
muskuler). Penyebab endokrin di antaranya
adalah penyakit tiroid, penyakit adrenal (sin-
drom Cushing, aldosteronisme primer dan
feokromositoma). Selain itu, klinisi juga perlu
memperkirakan penyebab sekunder lainnya
seperti coarctatio aorta, hipertensi karena ke- Gambar 1 Perbandingan patoisiologi peningkatan tekanan darah pada masing-masing pasien

252 CDK-192/ vol. 39 no. 4, th. 2012

CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 252 4/10/2012 2:55:58 PM


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2 Hypertension Writing Group Deinition and Classiication of Hypertension antaranya adalah usia lanjut, kelebihan berat
badan atau obesitas, dislipidemia yang ditan-
dai dengan peningkatan kadar LDL ≥ 130
mg/ dL, kadar kolesterol HDL < 40 mg/dL un-
tuk pria dan < 50 mg/ dL untuk wanita, kadar
trigliserida ≥ 150 mg/ dL, peningkatan kadar
gula darah puasa, dan resistensi insulin serta
diabetes melitus, merokok, riwayat kejadian
kardiovaskular dini dalam keluarga (pria ≤ 50
tahun, wanita > 60 tahun), gaya hidup tidak
sehat (kurang berolah raga, sedentary).

Para dokter sebaiknya juga mengetahui be-


berapa petanda awal/subklinis hipertensi
yang harus dideteksi sebelum terjadi kerusak-
an end-organ. Petanda awal ini umumnya
terjadi pada beberapa organ seperti jantung,
vaskular, ginjal dan retina. Pada pemeriksaan
dapat ditemukan tanda-tanda peningkatan
pulse wave velocity, small artery stifness, pen-
ebalan intima media (IMT) karotis, kalsiikasi
koroner dan disfungsi endotel. Pada ginjal da-
pat ditemukan tanda-tanda mikroalbuminuri,
(albumin urin 30-300 mg sehari), peningkatan
kadar kreatinin serum serta penurunan eGFR
(estimated glomerular iltration rate) antara 60-
90 mL/ menit. Pada funduskopi dapat dilihat
Guideline tata laksana hipertensi di antaranya (komorbiditas). Dengan perkataan lain para perubahan pada fundus akibat hipertensi.
adalah dari JNC 7 (2003) dan dari ESC/ ESH ahli menyarankan pendekatan holistik da- Pasien seringkali sudah mengalami kerusak-
(2007). Keduanya merupakan rujukan utama lam tata laksana hipertensi. Dalam kaitan ini, an target organ saat datang berobat, karena
tatalaksana hipertensi. Selain itu, para ahli ASH (American Society of Hypertension) me- petanda awal hipertensi berlangsung asimp-
juga menganjurkan jangan hanya memusa- rekomendasikan klasiikasi hipertensi seperti tomatik.
tkan perhatian pada angka tekanan darah, yang terlihat dalam tabel 2.
namun juga harus ditelusuri faktor-faktor ri- Kerusakan organ target yang perlu menda-
siko kadiovaskular lainnya, adanya kerusakan Faktor risiko kardiovaskular yang perlu menda- patkan perhatian di antaranya pada jantung,
target organ serta adanya penyakit penyerta patkan perhatian dalam terapi hipertensi, di vaskular, ginjal dan otak. Kerusakan jantung
seperti penebalan dinding ventrikel kiri (LVH,
Tabel 3 Pedoman penatalaksanaan hipertensi (ESC/ESH) left ventricular hypertrophy), disfungsi jantung
sistolik dan diastolik, gagal jantung simp-
tomatik, infark miokard, angina pektoris, serta
penyakit jantung iskemik. Gangguan vasku-
lar yang dapat terjadi adalah penyakit arteri
perifer, stenosis arteri karotis, serta aneurisma
aorta. Gangguan pada ginjal di antaranya ada-
lah albuminuria (> 300 mg sehari) dan CKD.
Gangguan pada otak seperti riwayat stroke
atau TIA (Transient Ischemic Attack)

Pendekatan holistik juga direkomendasikan


oleh ESC/ESH (lihat tabel 3).

Pada tabel 3 di samping, terlihat jelas bahwa


besarnya risiko kardiovaskuler tidak hanya
pada tekanan darahnya, tetapi juga pada ke-
beradaan faktor-faktor risiko lain, seperti sin-
drom metabolik, kerusakan organ target sub-

CDK-192/ vol. 39 no. 4, th. 2012 253

CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 253 4/10/2012 2:55:59 PM


TINJAUAN PUSTAKA

klinis, diabetes melitus, dan adanya penyakit Saat ini tersedia 5 golongan obat antihiper- Individual Drug Classes) (tabel 5).
kardiovaskular atau ginjal. Berdasarkan hal tensi: diuretik tiazida, antagonis kalsium, ACEi
tersebut, dibedakan 4 kelompok risiko kardio- (Angiotensin Converting Enzyme inhibitors), TERAPI KOMBINASI
vaskuler (risiko kejadian kardiovaskuler fatal ARB, dan beta-blockers. Obat-obat ini dapat Data penelitian klinik hipertensi memperli-
maupun tidak fatal dalam 10 tahun menda- digunakan sebagai monoterapi maupun se- hatkan bahwa mayoritas pasien hipertensi
tang): risiko rendah, sedang (moderate), tinggi, bagai bagian dari terapi kombinasi. Kelima memerlukan paling sedikit dua golong-
dan sangat tinggi. jenis golongan obat ini telah terbukti dapat an obat untuk mencapati target tekanan
menurunkan morbiditas dan mortalitas kardio- darah. JNC 7 (2003) dan ESC/ ESH (2007)
Semua pasien hipertensi harus melakukan vaskuler pada pengobatan hipertensi jangka menganjurkan untuk langsung mulai de-
perubahan pola hidup (therapeutic lifestyle panjang. ngan kombinasi dua macam obat pada
changes), seperti berolahraga teratur, menu- kelas II hipertensi (≥160/100 mmHg) atau
runkan berat badan bagi yang kelebihan Guideline ESC/ ESH 2007 memberi petunjuk pada kelompok hipertensi dengan risiko
berat badan, berhenti merokok, mengurangi pemilihan golongan obat antihipertensi se- kardiovaskuler tinggi atau sangat tinggi
asupan garam, dan lain-lain. Pasien hipertensi bagai terapi inisial berdasarkan karakteristik (Gambar 2).
dengan risiko kardiovaskuler tinggi harus dio- kerusakan target organ subklinis (tabel 4).
bati lebih agresif dengan target tekanan darah Kombinasi dengan garis solid adalah yang
yang lebih rendah dibandingkan dengan JNC 7 (2003) merekomendasikan pilihan jenis bermanfaat dan evidence based, sedangkan
mereka yang memiliki risiko kardiovaskular obat antihipertensi berdasarkan ada tidaknya kombinasi dengan garis putus-putus tidak
lebih rendah. penyakit komorbid (Compelling Indications for direkomendasikan.

Obat antihipertensi perlu dimulai berdasarkan Tabel 5 Pilihan jenis obat antihipertensi berdasarkan ada tidaknya penyakit komorbid
pada 2 kriteria: 1) tingkatan tekanan darah sis-
tolik dan diastolik, dan 2) tingkatan risiko kar-
diovaskular (tabel 3).

Tujuan pengobatan hipertensi adalah menu-


runkan dan mencegah kejadian kardiosere-
brovaskular dan renal, melalui penurunan
tekanan darah dan juga pengendalian dan
pengobatan faktor-faktor risiko yang reversi-
bel.

Tabel 4 Terapi antihipertensi sesuai dengan kerusakan or-


gan target

Thiazide diuretics

Angiotensin receptor
antagonists
β-blockers

α-blockers
Calcium antagonists

ACE inhibitore

Gambar 2 Rekomendasi terapi kombinasi (ESC/ ESH)

254 CDK-192/ vol. 39 no. 4, th. 2012

CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 254 4/10/2012 2:56:00 PM


TINJAUAN PUSTAKA

SIMPULAN
1. Hipertensi merupakan gangguan kese- matian. Sayangnya mayoritas pasien kombinasi untuk mencapai target teka-
hatan yang membebani masyarakat mo- hipertensi tidak memperoleh pengo- nan darah.
dern, karena tingkat kejadiannya tinggi, batan optimal, karena pada umumnya 4. Pencapaian target tekanan darah dan
dampaknya sangat besar terhadap organ hipertensi bersifat asimptomatik. Kare- pengontrolan faktor-faktor risiko kar-
target (jantung, otak, ginjal, mata, pem- na itu, edukasi pasien sangat penting diovaskular lainya serta pengobatan
buluh darah) dan terjadinya kematian untuk meningkatkan kepatuhan pasi- penyakit komorbid harus dilakukan un-
prematur. en. tuk mengurangi morbiditas dan mor-
2. Pengobatan hipertensi bermanfaat 3. Pada mayoritas pasien hipertensi, data talitas akibat hipertensi (pendekatan
mengurangi angka kesakitan dan ke- literatur menunjukkan perlunya terapi holistik).

DAFTAR PUSTAKA
1. High Blood Pressure. Statistical Fact Sheet 2012 Update. [Internet] 2012. American Heart Association. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.heart.org/idc/groups/heart public/@
wcm/@sop/@smd/documents/downloadable/ucm_319587.pdf
2. Armilawaty, Amalia H, Amiruddi R. Hipertensi dan faktor risikonya dalam kajian epidemiologi. [Internet] 2007 [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://ridwanamiruddin.wordpress.
com/2007/12/08/hipertensi-dan-faktor-risikonya-dalam-kajian-epidemiologi/
3. Fields LE, Burt VL, Cutler JA, Hughes J, Roccella EJ, Sorlie P. The Burden of Adult Hypertension in the United States 1999 to 2000: A Rising Tide. Hypertension. 2004;44:398-404.
4. Kartari DS. Review Hipertensi di Indonesia, Tahun 1980 ke Atas. [Internet] Cermin Dunia Kedokteran 1988 (50). [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.kalbe.co.id/iles/cdk/
iles/03_50_ReviewHipertensidiIndonesia.pdf/03_50_ReviewHipertensidiIndonesia.html
5. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, et al. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet 2005;365:217-23.
6. Kirby M. Has ASCOT signalled the end for beta blockers as irst-line antihypertensive agents? Br J Diabetes Vasc Dis. 2005;5:100–02.
7. Kotchen TA. Insulin Resistance and Hypertension. Hypertension and the Kydney. [Internet]. Chapter 5. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.kidneyatlas.org/book3/adk3-05.
QXD.pdf
8. Lewington S, Clarke R, Qizilbash N, Peto R, Collins R. Prospective Studies Collaboration. Age-speciic relevance of usual blood pressure to vascular mortality: A meta-analysis of individual
data for one million adults in 61 prospective studies. Lancet. 2002;360:1903-13.
9. Mancia G, De Backer G, Dominiczak A, Cifkova R, Fagard R, Germano G, et al. 2007 Guidelines for the management of arterial hypertension: The Task Force for the Management of Arterial
Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Eur. Heart J 2007;28:1462 - 536.
10. Jefrey S. Global burden of hypertension may reach 1.5 billion by 2025. [Internet] 2005. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/538629
11. Park JB. Explore the Rationale for the Dual Mechanism CCB/ARB Approach in Hypertension Management. Slide presented at: Angioplasty Summit; 2008 April 23-25; Seoul, South Korea.
12. Stainler J, Elliott P, Kestelloot H, et al. INTERSALT Cooperative Research Group. Inverse relation of dietary protein markers with bloodpressure. Circulation 1996; 94: 1629-34.
13. Stamler J, Rose G, Stamler R, Elliott P, Dyer A, Marmot M. INTERSALT study indings. Public health and medical care implications. Hypertension 1989;14:570-7.
14. U.S. Departement of Health and Human Services. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Na-
tional High Blood Pressure Education Program. [Internet] 2003. [cited 2012 Feb 20]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/538629

CDK-192/ vol. 39 no. 4, th. 2012 255

CDK-192_vol39_no4_th2012 ok.indd 255 4/10/2012 2:56:01 PM

Anda mungkin juga menyukai