Anda di halaman 1dari 38

Dampak Psikososial Dan Spiritual Keluarga Pada Kondisi Kritis Menurut Teori

Keperawatan Merle Mishel

Disusun Oleh :
Ernawati Dwi Rahma (0432950421099)
Januriwan (0432950421101)
Neti Widi Astuti (0432950421095)
Novita Purwadewi (0432950421096)
Nurul Nurlaila Bachriani (0432950421076)
Ratih Nurhayati (0432950421094)
Rida Dwika Iriani (0432950421091)
Setto yudha Pratama (0432950421090)
Siti Nurazizah (0432950421093)
Sri Pademi (0432950421098)
Syafitri Melati Sukma (0432950421100)
Wina Sulastri (0432950421092)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH


2022

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
karunianya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul “Dampak Psikososial Dan Spiritual
Keluarga Pada Kondisi Kritis Menurut Teori Keperawatan Merle Mishel” tepat pada waktunya.

Makalah yang kami susun ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KGD dari
dosen pengampu mata pelajaran Ibu Ns. Puji Astuti, M.Kep, Sp.Kep.MB

Sudah tentu makalah yang kami buat belum sepenuhnya sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk memberikan masukan yang bersifat membangun
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih.

Bogor, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi adalah unik karena keperawatan ditujukan ke berbagai
respon individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya. Perawat memiliki
berbagai peran seperti pemberi perawatan, sebagai perawat primer, pengambil keputusan klinik,
advokat, peneliti dan pendidik. Perawat seringkali harus melakukan berbagai peran lebih dari
satu dalam waktu yang bersamaan, sehingga dalam menjalankan tugas tersebut perawatan harus
memiliki kerangka berpikir yang sama.
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan tentang
keperawatan. Model konseptual keperawatan diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir
perawat. Sehingga perawat perlu memahami beberapa konsep ini sebagai kerangka konsep
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktik keperawatan.
Salah satu ahli dalam keperawatan adalah Merle H. Mishel yang termasuk ke dalam
teori Middle Range dengan teorinya ketidakpastian. Teori ini mengatakan bahwa untuk
mengartikan sebuah makna yang berkaitan dengan situasi sakit, terjadi ketika pengambil
keputusan tidak mampu melaksanakan tugasnya dalam memaknai secara objektif, atau
ketidakmampuan untuk memprediksi secara akurat hasil yang diharapkan (Mishel, 1998).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah konsep teori Merle H. Mishel?
2. Apakah mayor konsep dan definisi dari teori keperawatan Merle H. Mishel?
3. Apakah asumsi utama teori Merle H. Mishel ?
4. Bagaimana dampak psikologis dan spiritual keluarga pada pasien kritis?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat membaca dan mempelajari tentang konsep keperawatan menurut
Merle H. Mishel
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep teori keperawatan Merle H. Mishel.
b. Untuk mengetahui mayor konsep utama dan definisi teori Merle H. Mishel.
c. Untuk mengetahui asumsi utama teori Merle H. Mishel.
d. Untuk mengetahui bagaimana dampak psikologis dan spiritual keluarga pada pasien
kritis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Merle Mishel


Merle Mishel menemukan idenya ketika ayahnya meninggal karena kanker kolon.
Mishel menyadari bahwa ayahnya tidak dapat menemukan apa yang terjadi pada dirinya.
Waktu itu, dokter tidak mberkomunikasi secara efekti terhadap pasien. Ayah mishel berusaha
untuk mengontrol sebagian aspek ketika sedang berusaha menghadapi ketidakpastian dari
sakitnya ini. Mishel tidak menyadari keadaan ini sebagai sebuah ketidakpastian tetapi sebagai
sesuatu yang ambigu. Setelah itu ketika dia menjalani studi doktoralnya, mishel kembali ke ide
ini dan menggunakannya untuk disertasi. Mishele membuat sebuah skala untuk menguji ambigu
yang diterima dalam penyakit. Skala ini kemudian dinamakan menjadi Mishel Uncertainty in
Ilness Scale.
Ketidakpastian merupakan aspek bersama dalam pengalaman terhadap penyakit.
Penyakit dapat mengganggu stabilitas kehidupan yang diterima, dan hasil penyakit ini dapat
menjadi tidak bisa diprediksi. Banyak aspek yang mempengaruhi perasaan ketidakpastian,
dalam hal ini, mempengaruhi pengaruh psikologis terhadap pengalaman. Untuk menjelaskan
fenomena inilah Dr..Merle Mishel mengembangkan Uncertainty in Illness Theory.
Pada saat Mishel memulai penelitian Uncertainty, konsep belum diterapkan dalam
kesehatan dan konteks illness. Teori Uncertainty in Ilness original menggambarkan informasi
pengolahan models (Warburton, 1979) dan penelitian kepribadian (Budner, 1962) dari disiplin
psikologi, karakteristik dari Uncertainty merupakan skema kognitif atau representasi internal
dari situasi atau kejadian. Mishel attributes yang mendasari stres – coping – kerangka adaptasi
dalam teori kerja original Lazarus dan Folman (1984). Aspek unik adalah aplikasi kerangka
Uncertainty sebagai stressor dalam konteks penyakit. Kerangka teori di atas sangat bearti untuk
keperawatan.
Teori rekonseptualisasi, Mishel (1990) mengakui bahwa pendekatan barat terhadap ilmu
pengetahuan mendukung pandangan mekanistik dalam penekanan pada kontrol dan
prediktabilitas. Dengan menggunakan teori sosial kritis, Mishel mengakui bisa dalam teori
aslinya, orientasi terhadap kepastian dan adaptasi. Kemudian Mishel menggunakan prinsip-
prinsip dari teori chaos yang berfokus sistem terbuka. Dengan menggunakan teori chaos
memungkinkan untuk menginterpretasikan ketepatan mengenai penyakit kronis. Suatu
ketidakseimbangan menjadikan orang-orang dalam ketidakpastian secara terus-menerus dalam
menemukan makna baru dalam penyakit.

Teori Asli Tahun 1988

Rekonseptual tahun 1990

Bailey & Steward 2010, Mishel 1990

B. Mayor Konsep dan Definisi Teori Keperawatan Merle H. Mishel


1. Uncertainty adalah ketidakmampuan untuk menentukan makna atau sakit mengenai
peristiwa terkait. Hal ini terjadi ketika pembuat keputusan tidak dapat menetapkan nilai
objek tertentu atau peristiwa atau tidak dapat memprediksi hasil yang akurat.
2. Cognitives schema adalah suatu interprestasi subjektif dari seseorang dalam pengobatan
penyakit dan rawat inap.
3. Stimuli Frame adalah bentuk, komposisi dan struktur stimuli seseorang untuk menangkap
struktur ke dalam skema kognitif.
4. Symtom pattern adalah derajat gejala yang terjadi dengan konsistensi cukup, hal tersebut
dianggap memiliki pola atau konfigurasi.
5. Event Familiarity adalah sejauh mana situasi, kebiasaan atau berulang, atau mengandung
isyarat yang diaku.
6. Events congruence mengacu pada konsistensi antara yang diharapkan dan pengalaman
penyakit terhadap peristiwa terkait.
7. Structure providers adalah sumber daya yang tersedia untuk membantu orang dalam
menginterpretasikan kerangka stimulus.
8. Credible authority adalah tingkat kepercayaan dan keyakinan seseorang terhadap penyedia
layanan kesehatan.
9. Social supports mempengaruhi uncertainty dengan cara membantu individu untuk
menginterpretasikan arti dalam suatu peristiwa.
10. Cognitive capacities adalah kemampuan seseorang untuk mengelola informasi dalam
kendala situasi, ini mencermikan kemampuan bawahan.
11. Inference mengacu pada evaluasi uncertainty yang terkait menggunakan ingatan
pengalaman.
12. Illusion mengacu pada keyakinan yang dibangun dari uncertainty.
13. Adaptation mencerminkan perilaku biopsikososial yang terjadi dalam diri seseorang yang
dapat didefinisikan secara terpisah dari perilaku biasa.
14. New view of life mengacu pada formulasi/ penyusunan yang menghasilkan arti baru dari
integrasi uncertainty secara terus-menerus menjadi diri sendiri – struktur uncertainty
diterima sebagai bagian ritme hidup yang alami.
15. Probabilistic thinking merujuk pada kepercayaan dalam kondisi di dunia, di mana harapan
mengenai kepastian yang berkelanjutan dan prediksi ditinggalkan.
C. Asumsi Utama Teori Merle H. Mishel
Teori ketidakpastian dalam kesakitan Mishel merupakan teori middle - range dan
berfokus pada manusia. Teori ketidakpastian dalam kesakitan asli Mishle yang pertama kali
diterbitkan pada 1988, termasuk beberapa asumsi utama. Dua asumsi pertama dalam teori yang
mencerminkan bagaimana ketidakpastian dikonsepkan dalam model psikologi proses informasi
adalah sebagai berikut:
1. Ketidakpastian merupakan kondisi kognitif, menunjukkan tidak adekuatnya skema kognitif
yang ada untuk mendukung inteprestasi dari kejadian-kejadian yang berhubungan dengan
penyakit.
2. Ketidakpastian merupakan pengalaman yang netral, tidak diinginkan dan tidak dihindari
sampai dinilai sebagai pengalaman demikian.
Dua asumsi lainnya mencerminkan akar teori ketidakpastian dalam model tradisional
stres dan koping yang mengajukan hubungan liner stres, koping, adaptasi sebagaimana berikut:
3. Adaptasi mencerminkan keberlanjutan perilaku biopsikososial seorang individu pada
normalnya dan merupakan hasil yang diharapkan dari usaha koping untuk mengurangi
ketidakpastian yang dinilai sebagai bahaya atau mempertahankan ketidakpastian yang
dinilai sebagai kesempatan.
4. Kejadian penyakit, ketidakpastian, penilaian, koping dan adaptasi memiliki hubungan linier
dan satu arah, bergerak dari situasi-situasi yang mempromosikan ketidakpastian menuju
adaptasi.
Mishel menentang asumsi ke 3 dan 4 rekonseptualisasi teorinya yang dipublikasikan
pada 1990. Rekonseptualilasi merupakan dampak dari adanya temuan yang kontadiktif ketika
teori tersebut diterapkan pada orang - orang dengan penyakit kronis. Formulasi awal dari teori
menyatakan bahwa ketidakpastian secara umum dinilai sebagai kesempatan hanya pada kondisi
yang menunjukkan arah menurun yang diketahui, dengan kata lain, ketidakpastian dinilai
sebagai kesempatan ketika dibandingkan kepastian yang negatif. Mishel dan yang lainnya
menemukan bahwa orang-orang juga memulai ketidakpastian sebagai sebuah kesempatan
dalam situasi tanpa arah menurun yang jelas, terutama pada penyakit-penyakit kronis jangka
panjang dan bahwa dalam konteks ini orang-orang sering kali mengembangkan pandangan baru
mengenai kehidupan.

D. Aplikasi Model Konseptual Merle H. Mishel Dalam Paradigma Keperawatan


Paradigma keperawatan Menurut Mishel :
1. Konsep Manusia
Menurut Mishel keraguan masing -masing pasien harus dipahami sebagai karakteristik
masalah dari pengalaman penyakit individu, terlepas dari sifat akut kronis dari berbagai
penyakit.
2. Konsep Sehat
Keraguan terhadap suatu penyakit dianggap sebagai stressor kognitif dan dapat
mempengaruhi kontrol dari individu. Selain itu keraguan tersebut sagat berkaitan dengan
kping maladaptif, distress psikologi yang lebih tinggi dan penurunan akan kualitas
kehidupan.
3. Konsep Lingkungan
Keperawatan membantu pasien agar dapat beradaptasi dan dapat mengatasi keraguan
secara produktif dan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan mereka sehungga dapat
meningkatkan kualitas hidup mereka.

E. Dampak Psikologis dan Spiritual Keluarga Pada Pasien Kritis


Pasien sakit kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam keselamatan
jiwa pasien tersebut. Penyakit kritis adalah suatu keadaan penyakit kritis dimana
memungkinkan sekali klien meninggal atau keadaan hampir meninggal atau sakaratul maut.
Pasien kritis adalah pasien yang mengalami sakit kritis tidak hanya terdiri dari perubahan
fisiologis, tetapi juga proses psikososial, perkembangan, dan spiritual.
Keluarga adalah supporting system yang sangat penting dalam proses penyembuhan pasien.
Secara konsep, kondisi sehat biasanya pasien membutuhkan pemenuhan kebutuhan akan
psikososial yang merupakan fungsi internal keluarga. Kondisi sakit pasien lebih membutuhkan
rasa aman dan nyaman ketika keluarga berada di dekat pasien.
Keluarga yang menghadapi hospitalisasi pada pasien kritis pada akhirnya akan menimbulkan
dampak pada keluarga itu sendiri. Dampak keluarga tersebut dapat berupa dampak fisik,
psikologi, sosial, spiritual serta ekonomi.
1. Dampak fisik dapat berupa gangguan tidur, kelelahan dan gangguan kesehatan. Lingkungan
fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap
tidur. Ruangan yang lebih banyak penghuninya dan suasana kurang tenang menyebabkan
seseorang menjadi lebih sulit untuk tidur. Hasil penelitian (Eaton PM, et al, 2011)
menyatakan bahwa anggota keluarga mempunyai resiko tinggi untuk mengalami kesulitan
tidur selama masa hospitalisasi karena seringnya ada gangguan-gangguan yang dapat
menurunkan kuantitas atau kualitas tidur.
2. Kondisi fisik keluarga pasien yang tidak stabil, juga membuat mereka rentan terhadap
resiko gangguan psikologis seperti stress, kecemasan, gangguan mental hingga depresi.
Hasil penelitian (Day A, et al, 2013) mengemukakan bahwa gangguan fisik itu terjadi pada
98 responden di Kanada, yaitu berupa faktor yang berkontribusi terhadap kurang tidur
keluarga dalam menunggu pasien di ICU adalah kecemasan sedang (43,6%), ketegangan
(28,7%) dan ketakutan (24,5%).
3. Dampak sosial bagi anggota keluarga dalam menghadapi pasien kritis adalah timbulnya
berbagai respon psikososial bagi anggota keluarga pasien. Adanya isolasi sosial antara
pasien sakit dengan lingkungan sosial keluarganya. Isolasi yang terjadi berupa keluarga
tidak terlibat dalam perawatan pasien, keluarga bisa melihat pasien hanya pada waktu
besuk, dan pemberian informasi (penyuluhan) dari perawat tidak adekuat. Dukungan sosial
sebenarnya memerankan suatu peranan yang sangat penting dalam memberikan dukungan
pada keluarga yang sedang menghadapi stressor. Fungsi dukungan sosial yang berisi tentang
pemberian empati, cinta, kejujuran dan perawatan serta memiliki kekuatan yang
hubungannya konsisten sekali dengan status kesehatan. Pernyataan ini didukung dengan
penelitian tentang kenyamanan (Hinkle J, et al, 2009) yang terdiri dari non material dan
material. Non material dapat berupa jam kunjungan yang fleksibel, penjelasan terhadap apa
yang dapat keluarga lakukan disamping pasien, bagaimana keluarga dapat berkontribusi
dalam perawatan pasien. Bersifat material seperti fasilitas ruang tunggu yang memadai.
4. Dampak spiritual yang timbul selama keluarga menunggu pasien kritis di ruang ICU, yaitu
bahwa tingkat keimanan keluarga meningkat. Hasil penelitian (Hawari, D , 2006) yang
dilakukan ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan kekebalan dan
daya tahan dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Studi menunjukkan bahwa
agama dan spiritualitas hendaknya dilibatkan dalam proses konseling psikologi.
5. Dampak ekonomi bagi keluarga ketika menunggu pasien di ICU, yaitu keluarga
mengeluarkan biaya yang lebih banyak. Perawatan di ICU merupakan perawatan khusus
sehingga memerlukan biaya yang mahal. Hasil penelitian (Sanders, C. A, 1983)
menunjukkan bahwa Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston menghabiskan 65%
biaya ICU untuk biaya langsung dan 35% untuk biaya tidak langsung.
Mishel dan Braden (1988) menemukan bahwa dukungan sosial memiliki dampak langsung
terhadap ketidakpastian dengan mengurangi kompleksitas persepsi dan dampak tidak langsung
melalui efeknya pada prediktabilitas pola gejala. Persepsi stigma yang terkait dengan beberapa
kondisi, terutama infeksi HIV (Regan-Kubinski dan Sharts-Hopko, 1995; Weitz, 1989)
dan Down sindrom (Van Riper dan Selder, 1989), ada rasa ketidakpastian pada keluarga yang
tidak yakin tentang bagaimana orang lain akan menanggapi diagnosis. Anggota keluarga telah
terbukti secara konsisten untuk mengalami tingkat ketidakpastian yang tinggi juga, yang
selanjutnya dapat mengurangi jumlah dukungan yang dialami oleh pasien (Brown dan Powell-
ope, 1991; Hilton, 1996; Wineman, O ‘Brien, Nealon dan kaskel, 1993). Selain itu,
ketidakpastian yang tinggi pada interaksi dengan penyedia layanan kesehatan di mana pasien
dan anggota keluarga menerima informasi yang tidak jelas atau penjelasan sederhana yang tidak
sesuai pengalaman mereka, atau merasa bahwa penyedia layanan tidak ahli atau cukup
responsif untuk membantu mereka menjelaskan penyebab penyakit (Becker et al, 1993;.
Comaroff dan Maguire, 1981; Mason, 1985; Sharkey, 1995).
Sejumlah penelitian telah melaporkan dampak negatif dari ketidakpastian pada hasil psikologis,
ditandai dengan berbagai kecemasan, depresi, putus asa dan tekanan psikologis (Failla, Kuper,
Nick, dan Lee, 1996; Grootenhuis dan last, 1997; Jessop dan Stein, 1985; Miles, Funk dan
Kasper, 1992; Mishel dan Sorenson, 1991; Schepp, 1991; Wineman, 1990). Ketidakpastian juga
telah terbukti berdampak negatif terhadap kualitas hidup (Braden, 1990; Padilla, Mishel, dan
Grant, 1992), kepuasan dengan hubungan keluarga (Wineman et al, 1993.) kepuasan dengan
layanan kesehatan (Green and Murton, 1996; Turner, Tomlinson, dan Harbaugh, 1990), dan
pemeliharaan pemberi perawatan keluarga untuk aktivitas perawatan diri sendiri (Brett dan
Davies, 1988); Hang, 1987; O’Brien, Wineman, dan Nealon, 1995).
Mishel mengkonsep kembali teori ketidakpastian tahun 1990 untuk mengakomodasi tanggapan
terhadap ketidakpastian dari waktu ke waktu pada orang dengan kondisi kronis. Teori asli
diperluas untuk mencakup gagasan bahwa ketidakpastian tidak dapat diselesaikan tetapi dapat
menjadi bagian dari realitas individu. Dalam konteks ini, ketidakpastian dikaji sebagai
kesempatan dan mendorong pembentukan sesuatu yang baru, pandangan probabilistik hidup.
Untuk mengadopsi pandangan baru kehidupan ini, pasien harus dapat mengandalkan sumber
daya sosial dan penyedia layanan kesehatan denga menerima sendiri gagasan pemikiran
probabilistik (Mishel, 1990). Jika ketidakpastian dapat diterima sebagai bagian dari kehidupan
normal, hal itu dapat menjadi kekuatan positif untuk beberapa peluang yang dihasilkan dengan
kondisi kejiwaan positif (Gelatt, 1989; Mishel, 1990).
BAB III
APLIKASI TEORI MERLE H. MISHEL DALAM PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan lakukan

Langkah pertama dalam melakukan proses keperawatan adalah perawat menemui pasien untuk

melakukan anamnesa kepada pasien untuk mendapatkan data dari pasien berdasarkan konsep yang

relevan. Tahapan yang dilakukan adalah : pengkajian, penentuan diagnosa, tujuan, Im plementasi

dan evaluasi.

Berikut adalah data untuk pasien dengan ca mamae grade 3 post operasi

I. Data umum Pasien

Pasien masuk ke rumah sakit pada tanggal 11 Februari 2022 melalui polklinik dengan berjalan kaki,

tidak disertai dengan kasus trauma, pasien tidak mempuyai riwayat alergi obat dan makanan. Pasien

beragama kristen protestan, pendidikan S1 Ekonomi. Pasien menganggap pasien diberikan penyakit

adalah hukuman dari Tuhan Yang Maha Esa. Pasien tidak mempunyai kendala keterbatasan fisik.

II. Keadaan umum

Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan daerah mamae kiri bengkak, merah dan nyeri (

keluhan 3 bulan yang lalu )nyei hilang timbul, pasien direncanakan untuk dilakukan tindakan

operasi. Kesadaran compos mentis, dengan nilai GCS 15 ( E : 4, M: 6 dan V : 5. tanda - tanda
vital masih dalam batas normal : TD : 110/80, Nadi : 94x/menit, Suhu : 36 dan Pernafasan :

10x/menit. Tinggi Badan Pasien : 152cm, Berat Badan : 42 Kg ( sebelum sakit 56 Kg )

III. Anamnesa Pasien

a. Riwayat penyakit terdahulu tidak ada , riwayat penyakit keluarga hanya dari bapak pasien

menderita Diabetes dan ibu tidak ada masalah kesehatan.anggota keluarga lain juga tidak

mempunyai masalah kesehatan yang serius.pasien selama ini belum pernah dirawat.

b. Riwayat khemotherapi dan radiotehrapi disangkal

c. Riwayat merokok, minum -minuman keras dan penggunaan obat - obatan terlarang/ obat -

obatan penenang : disangkal

d. Riwayat kehamilan dan kelahiran : pasien dikandung oleh ibu selama 9 bulan tanpa ada

kendxala dan lahir secara spontan tanpa ada tindakan.

e. Riwayat imunisasi : menurut pasien lengkap, 12 bulan terahir dilakukan imunisasi influenza.

f. Pole Eliminasi : pola BAB normal 1kali sehari, konsistensi lunak, BAK 4-5kali sehari

normal, tidak ada keluhan nyeri dan warna normal.

g. Sitem neurologi :

 Penglihatan : isokor, pengihatan masih baik

 Refleks cahaya : baik, berespon, tidak menggunkan mata palsu, pasien tidak

menggunkana alat bantu untuk membaca

 Pendengaran : baik, tidak ada kelainan, itdak menggunkan alat bantu pendengaran
 Bicara : artikulasi jelas

 Sensori dan motorik : tidak ditemukan keluhan.

h. Respirasi

Pola nafas normal, sura nafas vesikuler, gerakan dada simetris,teratur, pernafasan

dada,tidakditemukan batuk, slem tidak ada

i. Kardiovaskuler

Warna kulit normal, denyut nadi teratur, akral hangat, pulsasi kuat

j. Gastrointestinal : mulut tidak ada kelainan, mukosa sedikit kering,, nafsu makan sedikit

menurun, gigi geligi masih terawat dengan baik ( pasien rutin ke dokter gigi ), tidak ada

gangguan menelan, tonsil normal, kelenjar thyroid normal, abdomen supel.

k. Reproduksi

Pasien mengalami menstruasi sejak kelas 1 SMP, saat menstruasi tidak ada masalah baik jumlah

perdarahan atauun keluhan nyeri yang sangat saat menstruasi, pasien belu memasuki masa

menopause.

l. Integumen

Kulit normal, bersih dan lembab, diteukan luka post op di daerah mamae kiri, luka bersih ( 1 hari

post op ), pasien tidak termasuk kedalam pasien yang beresiko terjadi decubitus ( di hitung dengan

skala braden nilanya : 12 )


IV. Status fungsional

Menurut pasien, aktivitas sehari - hari masih dibantu sebagian,karena masih mengeluh nyeri pada

daerah post operasi, kebutuhan mandi juga masih dibantu,, kelainan gerak tidak dtemukan, pasien

tidak menggunakan restrain.. pasien tidak di masukkan ke dalam kategori pasien dengan resiko

jatuh ( di nilai dengan menggunakan skala Morse, total nilai :0 ).

V. Sosial - Ekonomi

Pasien tinggal sendiri, dukungan sosial lainnya hanya seorang asisten rumah tangga, pasien tinggal

dirumah yang tidak berlantai 2, penerangan cukup, tidak terlalu besar ( ukuran rumah ), tempat

tidur aman, dan kebersihan lingkungan baik dengan penggunaan toilet duduk.

VI. Psikologi-Mental-Spiritual-Budaya

Pasien merasa cemas, namun masih bisa kooeratif dengan petugas, saat pasien tidak mempuyai

keyakinan yang bertentangan dengan pengobatan ( misal pantang makan, tidak mau dirawat oleh

ptugas pria ), pasien belum mau untuk menerima pelayanan doa yang disediakan oleh pihak rumah

sakit.

VII. Komunikasi/Kebutuhan Edukasi

Bicara normal, tidak ada gangguan bicara, untuk edukasi pasien lebih senang dengan demonstrasi.

VIII. Skrining Assesmen Nyeri

Pasien mengeluh nyeri daerah luka operasi ( menggunakan vas Scale, nilai 4-5 )
IX. Skrinning Gizi

Asupan gizi kurang karena pasien merasa tidak nafsu makan karena sakit dan merasa masih belum

jelas tentang pengobatan dan prognosa penyakitnya.

X. Data Pendukung

A. Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi tanggal 11.02.2022

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Hemoglobin 10.2 g/dl


12.0 – 16.0

Trombosit 536.000 /ul


150.000 – 450.000

Kimia ( fungsi ginjal )

ureum 21.0 mg/dl


16.6 – 48.5

creatinin 1.14 Mg/dl 0.51-0.95

Hematologi tanggal 12.10.2018

hemoglobin 10.8 g/dl


12.0 – 16.0
Hematologi tanggal 13.02.2022

Hemoglobin 10.9 g/dl 12.0 – 16.0

LED 71 mm 0 - 15

Lekosit 6.850 /ul


5.000 – 10.000

Trombosit 465.000 /ul


150.000 – 450.000

Kimia

SGOT 33 U/L 0 - 32

SGPT 6 U/L 0 - 33

Diabetes

Gula Darah 66 mg/dl 70 - 180

Sewaktu

Elektrolit

Natrium 139 Meq/l 135 - 147

Kalium 4.7 Meq/l


3.5 – 5.0

a. Hasil pemeriksaan pa jaringan ( VC ) : dinayatakan positive adenocarsinoma grade 3

b. Hasil pemeriksaan ct scan thorax dan whole Abdomen tanggal 12.02.2022


Kesan :

 Nodul multiple, menyangat kontras di kedua paru dengan efusipleura

kanan prominem, sugestif metastase

 Massa besar, menyengat kontras, tepi irregular di region mamae kanan, ukuran

sekitar 8.0 x 4.67 x 9.84 cm dan mamae kiri, ukuran 4,48 x 1.92 x 5.96 cm dengan

limfadenopati multiple axilla bilateral, sugestif gambaran malignancy.

 Tulang – tulang vertebra dan contras masih intak, tidak mencurigakan lesi fokal/SOL

XI. Data Fokus

a. Data Subjektif

 Pasien mnegatakan nyeri pada daerah luka operasi

P : nyeri saat bergerak ( terpasang drain vacuum

) Q : nyeri seperti ditusuk jarum

R : nyeri dirasakan di payudara kiri

S : skala nyeri 4-5

T : Nyeri di rasa kadang – kadang ( terutama sat bergerak )

 Pasien mengatakan masih bingung dengan diagosa dan prognosa penyakitnya

b. Data Objektif

 pasien tampak kesakitan dan tampak memegang daerah yang sakit

 terdapat luka operasi di mamae kiri

 terdapat drai vacuum di daerah incici

 pasien tampak kurang mnegerti tentang diagnose dan prognosis penyakitnya.

 observasi tanda – tanda vital :


• TD : 110/80mmHg
• Nadi : 94x/menit
• Pernafasan : 10x/menit
• Suhu : 36C

 Tanda – tanda infeksi tidak ditemukan

 Terdapat luka sayatan kedalaman 5cm panjang 10 cm, luka bersih

 Terpasang drain tanggal 11.02.2022

XII. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul dari masalah diatas :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik

2. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, perawatan, oengobatan berhubungan

dengan kurangnya paparan sumber informasi

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuga dengan

faktor psikologis

5. Cemas berhubungan dengan diagnose, pengobatan dan prognosenya

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengankatan bedah jaringan

7. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh dan fungsi tubuh

XIII. Rencana keperawatan

1. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (

pembedahan )

Noc dan indikator Nic dan aktivitas

Noc : control nyeri setelah Nic : Manajemen nyeri


dilakukan perawatan selama 3x24 Aktifitas :

jam, nyeri pasien berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri konprehensif

: yang meliputi lokasi, karakteristik. Durasi,

Indikator : frekuensi, kulitas, intensitas atau beratnya

1. Menggunakan skala nyeri untuk nyeri dan faktro pencetus

mengidentifikasi tingkat nyeri 2. Pastikan perawatan analgetik bagi pasien

2. Pasien mengatakan nyeri dilakukan dengan pemantauan yang ketat.

berkurang 3. Gunakan strategi komunikasi terapeutik

3. Pasien mampu beristirahat dan untuk mengetahui pengalaman nyeri dan

tidur sampaikan penerimaan pasien terhadap

4. Mengenali apa yang terkait nyeri

dengan gejala nyeri’ 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien

5. Melaporkan nyeri yang mengenai nyeri

terkontrol 5. Gali bersama pasien faktor – faktor yang

dapat menurunkan atau memperberat nyeri

6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan

lainnya, mengenai efektifitas pengontrolan

nyeri yang pernah digunakan sebelumnya.

7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi respon pasien terhadap

ketidaknyamanan ( misal suhu,

ruangan,pencahayaan, kebisingan )
8. Berikan obat sebelum melakukan aktivitas

untuk meningkatkan partisipasi pasien.

2. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri

Noc dan indikator Nic dan aktivitas

Noc : pasien dapat melakukan Nic : membantu perawatan diri pasien

perawatn diri ( mandi, 1. Berikan bantuan sampai psn mampu

menggunakan pakaian ) setelah melakukan perawatan diri mandiri

diberi motivasi perawatan selama Lakukan pengulangan yang konsisten

2x24 jam,pasien mampu melakukan terhadap rutintas kesehatan yang

mandi dan mengganti pakaian , dimaksud untuk membangun ( perawatan

dengan indicator : diri )

1. Mandi di bak mandi 2. Dorong kemandirian pasien, tetapi bantu

2. Mandi dengan bersiram pasien jika dibutuhkan

3. Mencuci badan bagian bawah 3. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri

4. Mengeringkan badan 4. Monitor kemampuan perawatan diri

5. Memilih pakaian secara mandiri

6. Memakai pakaian bagian 5. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan

bawah alat – alat kebersihan diri , alat bantu


7. Memakai pakaian bagian atas untuk berpakaian, berdandan, eliminasi dan

8. Mengancingkan baju makan

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit , perawatan, pengobatan berhubungan

dengan kurangnya paparan sumber informasi

Noc dan indikator Nic dan aktivitas

Noc : pengetahuan tentang Nic : Teaching proses

penyakit, setelah diberikan 1. Kajing tingkat pengetahuan klien tentang

penjelasa selama 2x pasien proses penyakit

mengerti proses penyakitnya dan 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit,tanda

program perawatan serta terapi dan gejala serta penyebabnya

yang diberikan. 3. Sediakan informasi tentang perkembangan

Indicator : pasien

Pasien mampu menjelaskan 4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang

kembali tentang proses penyakit , mungkin diperlukan untuk mencegah

mengenal kebutuhan dan perawatan komplikasi di masa yang akan dating dan

dan pengobatan tanpa cemas atau control proses penyakit.

5. Berikan informasi tentang perkembangan

pasien
6. Jealskan alasaan doalksanakannya tindakan

atau terapi

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuga dengan

faktor psikologis

Noc dan indikator Nic dan aktivitas

Noc : Nic : terapi gizi

Status nutrisi : setelah diberikan 1. Kolaborasi dengan tim kesehatanlain untuk

penjelasan dan perawatan selama mengembangkan rencana

4 x 24 jam, kebutuhan nutrisi keperawatandengan melibatkan pasien dan

terpenuhi orang – orang terdekatnya dengan tepat

Indicator ; 2. Tentukan pencapaian berat badan harian

1. Pemasukan nutrisi adekuat sesuai keinginan

2. Asupan cairan adekuat 3. Rundingkan denga ahi gizi dalam

3. Membrane mukosa lembab menentukan asuha kalori harian yang

dan konjungtiva tidak pucat diperlukan untuk mempertahankan berat

4. Pasien mau dan mampu badan yang sudah ditentukan.

mneghabiskan porsi diet yang 4. Monitor perilaku pasien yang berhubungan

di sediakan dengan pola makan, penambahan dan kehilangan

5. Nilai Hb tidak kurang dari 10 berat badan.


mg/dl 5. Bantu pasien untuk mengevaluasi

kesesuaian/konsekuensi pilihan makanan dan

aktivitas fisik.

6. Cemas berhubungan dengan diagnose, pengobatan dan prognosenya

Noc dan indikator Nic dan aktivitas

Noc : Nic : peningkatan koping

Control kecemasan dan coping 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan

setelah dilakukan perawatan selama memberikan jaminan

2x24 jam cemas berkurang 2. Berikan susasana penerimaan sediakan

Indicator : informasi yang actual mengenai diagnosis,

1. Pasien mampu mengungkapkan penanaganan dan prognosis

cara mengatasi cemas 3. Berikan penilaian menganai pemahaman

2. Pasien mampu mengidentifikasi, pasien tantang proses penyakit

mengungkapkan gejala cemas 4. Berikan penilaian dan diskusikan respon

3. Postur tubuh, ekspresi wajah, alternative terhadap situasi ( yang ada )

bahasa tubuh dan tingakt aktivitas 5. Berikan penilaian ( kemampuan )

menunjukkan berkurangnya penyesuaian pasien terhadap perubahan –

kecemasan perubahan dalam citra tubuh, sesui dengan

4. Pasien mampu menggunkan indikai

strategi koping yang efektif 6. Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat

5. Pasien mampu menggunakan keputusan

teknik relaksasi untuk 7. Tidak mendukung pembuatan keputusan saat


mengurangi kecemasan pasien berada pada situasi yang penuh stress

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengankatan bedah jaringan

Noc dan indikator Nic dan aktivitas

Noc : Nic :

Setelah dilakukan perawatan 3x24 1. Berikan perawatan luka insisi pada luka yang

jam, integritas kulit yang baik bisa diperlukan

dipertahankan ( sensasi, elastisitas, 2. Berikan balutan yang sesuai dengan jenis luka

temperature, hidrasi , pigmentasi ) 3. Pertahankan tehnikbalutan steril ketika

Indicator : melakukan perawatan luka dengan tepat

1. Perfusi jaringan baik 4. Periksa luka setiap kali perubahan balutan

2. Mampu melindungi kulit dan 5. Bandingkan dan catat setiap perubahan luka

mempertahankan kelembaban 6. Ajurkan pasien atau keluarga pada prosedur

kulit dan perawatan alami perawatan luka

7. Anjukan pasien untuk mengenal tanda – tanda

dan gejala infeksi

8. Dokumentasi lokasi luka, ukuran dan tampilan

6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh dan fungsi tubuh

Noc dan indikator Nic dan aktivitas


Noc : Nic :

Setelah dilakuakn tindakan 1. Bantu pasien dan keluarga untuk

keperawatan selama 3x24 jam, mengidentifikasi area dari harapan dalam

diharapan pasien mampu hidup

menggunakan koping mekanisme 2. Demosntrasikan harapan dengan menunjukkan

positive terhadap kondisi tubuh yang bahwa sesuatu dalam diri pasien adalah

sekarang, dengan indicator : sesuatu yang berharga dan memandang bahwa

1. Pasien mampu mengidentifikasi penyakit pasien adalah hanya satu segi dari

sesuatu yang muncul sebelum individu

depresi 3. Kembangkan daftar mekanisme koping pasien

2. Pasien mampu menunda 4. Bantu pasien mengembangkan spiritualitas

keputusan besar sampai merasa diri

lebih baik 5. Fasilitas kaitan antara kehilangan personal

3. Pasien mampu menerima pasien dengan gambaran dirinya.

keterbatasan diri 6. Libatkan pasien secara aktif pada

4. Pasein mampu mempertahankan perawatannya sendiri

penampilan dan kebersihan diri 7. Berikan emosi dukungan pasien

5. Mampu mengungkapkan harapan

masa depan yang posisif.

6. Psien mampu menunjukkan

semangat hidup yang positif

7. Pasien mampu mengungkapkan

kedamaian batin
XII. EVALUASI

DiagnosaNyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik( pembedahan ). telah

dilakukan evaluasi dengan respon pasien mengatakan nyeri masih ada, namun berkurang (

skala 2-3 ), klien mampu beradaptasi untuk rasa nyeri, klien dapat beristirahat dengan

cukup. Dapat disimpulkan masalah teratasi sebagian sehingga intervensi dapat dilanjutkan :

menganjurkan melakukan teknik relaksasiyang telah diajarkan

Diagnosa Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri. Telah dilakukan

evaluasi dengan respon pasien dimana pasien sudah mau dan mampu untuk mandi dengan

bersiram, memakai baju sendiri walaupun terkadang masih perlu bantuan. Dapat

disimpulkan masalah teratasi.

Diagnosa Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, perawatan, pengobatan

berhubungan dengan kurangnya paparan sumber informasi. Setelah dilakukan evaluasi,,

bahwa pasien sudah mendapatkan informsai dari medis mengenai penyakit, perawatan dan

pengobatan yang diberikan oleh medis, pasien mampu menjelaskan kembali mengenai

penyakitnya, perawatn dan pengobatan yang dilakukan selanjutnya, namun ekspresi wajah

pasien masih cemas akan keberhasilan tindakan lanjut apakah tindakan tersebut dapat

menyembuhkan atau tidak. sehingga dapat disimpulkan jika masalah teratasi sebagian.
Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor psikologis. Telah dilakukan evaluasi respon pasien makan sudah mulai bisa,

namun tidak secara langsung dihabiskan, harus bertahap, hb tidak kurang dari 10 mg/dl,

konjungtiva tidak pucat. Dapat disimpulkan diagnosa di atas teratasi.

Diagnosa cemas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan dan prognosenya.

Telah dilakukan evaluasi terhadap pasien, cemas masih terbaca dari raut wajah dan belum

adanya persetujuan untuk melanjutkan tindakan pengobatan, yaitu khemoterapi.namun

pasien sudah mulai bisa mengungkapkan kecemasan yang dirasakan. Dapat disimpulkan

kalau masalah teratasi sebagian.

Diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan jaringan (

tindakan pembedahan ). telah dilakukan evalusi terhadap pasien. Respon pasien kulit

membaik, tidak ada tanda - tanda infeksi dan lembab. Dapat disimpulkan kalau masalah

teratasi sebagian

Diagnosa gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh dan

fungsi tubuh.. telah dilakukan evaluasi terhadap pasien, respon pasien pasien masih merasa

ada sesuatu yang kurang dari bagian tubuhya, namun sudah mulai bisa beradaptasi ( 10%

).dapat disimpulkan masalah belum teratasi, sehingga perlu di lanjutkan intervensi yaitu

Membantu pasien meningkatkan spiritualitas diri.


BAB IV
ANALISIS KEKUATAN DAN KELEMAHAN DARI TEORI

A. Analisa kekuatan

1. Penggunaan konsep teori Middle Range Teori, sangat ideal untuk digunakan

dalam penelitian, dimana di dalam konsep teori ini mempunyai variabel yang

terbatas dan dapat dilakukan pengujian secara langsung.

2. Teori dari Ketidakpastian lebih di focuskan kepada pasien yang mengalami

kasus - kasus penyakit kronis, seperti kanker, penyakit generatif dan masalah

psikiatri sehingga lebih mendalami ke koping mekanisme dan pandangan

seseorang terhadap penyakitnya.

3. Teori Illnes Trajetory untuk keperawatan praktis dikembangkan dalam kerangka

kerja untuk memahami bagaimana pasien yang menderita penyakit - penyakit

kronis mampu bertoleransi terhadap kondisi ketidakpastian yang memunculkan

suatu kehilangan kontrol sehingga dapat memanage dan dapat membangkitkan

semangat dari ketidakpastian dari diagnosa yang diderita ( kanker )

B. Analisa kelemahan dari teori

1. Teori yang dikemukakan oleh Merle H. Mishel hanya difokuskan kepada

masalah mekanisme koping pasien dalam menghadapi penyakitnya, tidak

mendalami bagaimana dengan perawatan diri pasien dirumah ( self care )

2. Teori Illnes Trajetory hanya difokuskan kepada pasien masalah psikiatri dan

pasien penyakit kronis, sehingga sangat jarang bisa digunakan untuk pasien

penyakit lain.

3. Dalam teori ini, diartikan sebagai ketidakmampuan pasien untuk menentukan

makna kejadian suatu penyakit dan kemungkinan memprediksi secara akurat


akibat yang ditimbulkan oleh penyait tersebut
BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, teori yang diungkapkan oleh Merle H.

Mishel termasuk kedalam Middle Range teori, yaitu suatu pengembangan teori pada tingkat

yang lebih kongkret daripada Grand Teori,karena pada Grand teori lebih berfokus pada

fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan

diri,kesatuan manusia, atau menjadi manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri

dari konsep-konsep dan pernyataan relasional

yang menjelaskan fenomena abstrak.Sedangkan Midle Range Theory diorganisasi dalam lingkup

terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara langsung. Teori Middle-Range

memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan praktik. Hubungan antara penelitian

dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam

disiplin praktik.

Midle range teori adalah bagian dari struktur disiplin ilmu keperawatan.Teori ini menjelaskan

fenomena spesifik yang terkait dengan praktek keperawatan. Kajian analisis teori transendensi-

diri menjelaskan bagaimana penuaan atau mendorongkerentanan manusia melampaui batas-batas

untuk diri intrapribadi fokus pada maknakehidupan, interpersonal pada koneksi dengan orang
lain dan lingkungan, temporaluntuk mengintegrasikan masa lalu, sekarang, dan masa depan,

dan transpersonally untuk terhubung dengan dimensi di luar fisik realitas. Transendensi-diri ini

terkait dengankesejahteraan atau penyembuhan, salah satu dari diidentifi kasi fokus dari

disiplinkeperawatan. Teori ini telah diuji dalam penelitian dan digunakan untuk memandu

praktik keperawatan. Dengan ekspansi Middle Range Teori memperkaya disiplin

ilmukeperawatan.

Dari beberapa ciri yang dimiliki Middle Range Teori ada beberapa aspek yang menjadi catatan

penting yaitu posisi Middle Range Teori berada pada lingkaran tengah, semi konsep semi

praktis. Dapat dilakukan ditarik keatas mendekati tatanan konsep dapat pula ditarik kebawah

lebih mendekati praktik klinik, tergantungan penggunaan konsep-konsep dan aplikasinya. Hal ini

dapat kita lihat pada beberapa cirri yang diungkapkan oleh beberapa ahli yang menyatakan

Middle Range Teori dipengaruhi oleh penggunaannya yang mampu diaplikasikan dalam

berbagai situasi, masih memiliki suatu unsur abstrak ,namun lebih mudah diaplikasikan ke dalam

praktik dibandingkan dengan Grand Teori.


Daftar Pustaka

Alligood, M. R. & Tomey, Ann M. (2010). Nursing Theorists and Their Work (7th ed.).
Maryland Heights, Missouri: Mosby Elsevier.

De Graves, S. & Aranda, S. (2008). Living with hope and fear-the uncertainty of childhood
cancer after relapse. Cancer Nursing, 31 (4), 292-301
Gloria Bulechek, Howard Butcher, Joane Dochterman, Cheryl Wagner ( 2016 ). Nursing
Intervention Classification ( NIC ).6thed. Philadepphia : Elsevier

Meleis, Afaf Ibrahim. 2010.Transitionstheory: middle-range and situation specific theories in


nursing research and practice. New York: SpringerPublishingCompany.

Mishel, M. (1981). The measurement of uncertainty in illness. Nursing Research, 30 (5),

Mishel, M. & Sorenson, D. (1991). Uncertainty in gynecological cancer: a test of the


mediating functions of mastery and coping. Nursing Research, 40 (3), 161-171.

Parker,Marilyn E. & Smith, Marlaine Cappelli. 2010. Nursing theories and nursing practice. 3rd
ed. Philadelphia: F. A. Davis Company

Sue Moorhead, Marion Johnson, Meridian Le Maas, Elizabeth Swanson ( 2016 ).Nursing
Outcomes Classification ( NOC ).5thed.Philadelphia :Elsevier

Smith, Mary Jane & Liehr, Patricia R., (2003). Middle range theory for Nursing. New York,
NY: Springer Publishing Company, Inc.

Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. Sixth edition. Toronto: The CV
Mosby Company St. Louis

http://elnurch.blogspot.co.id/2012/10/teori-keperawatan-menurut-mishel.html

https://sovaevie.wordpress.com/tag/merle-h-mishel/

http://dewaadisurya.blogspot.co.id/2012/04/tugas-nursing-theory.html

Anda mungkin juga menyukai