Anda di halaman 1dari 6

Nama : Wafa Khilda Dalilah

Nim : H.2210205
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Kelas : PGSD (A)
Jawaban

 Tabel perbandingan antara ilmu, pengetahuan, dan logika

Ilmu Pengetahuan Logika


Pragdima : Pragdima : Pragdima :
1. PARADIGMA 1. Positivistik 1. Paradigma
FUNGSIONALIS/POSITIVIS 2. Fenomenologik Cartesian-
T 3. hermeneutik. Newtonian
2. PARADIGMA 2. Paradigma
INTERPRETIF Holistik-Dialogis
3. PARADIGMA KRITIS 3. Positivisme dalam
4. PARADIGMA Paradigma IPA
POSTMODERN 4. Phenomenologi
Definisi : Filsafat Ilmu Definisi : Pengetahuan Definisi : Logika adalah
merupakan suatu pengetahuan adalah hasil tahu manusia suatu cara yang diciptakan
yang benar secara hakiki terhadap sesuatu, atau untuk meneliti ketepatan
mengenai objek pengetahuan segala perbuatan manusia penalaran dan mencegah
yang diperoleh melalui untuk memahami suatu kesesatan berpikir.
pendekatan atau sudut pandang objek yang dihadapinya,
metode atau sistem yang hasil usaha manusia untuk
filosofis. memahami suatu objek
tertentu.
Dimensi : Dimensi : Dimensi : akal sebagai
1. Dimensi Ontologis 1. Faktual, alat berfikir yang utama
2. Dimensi Epistemologi 2. Konseptual, dalam dimensi ilmu logika.
3. Dimensi Aksiologi, 3. Prosedural dan Artinya agar akal bisa
4. Metakognif, bereksistensi atau bisa ber
olah fikir yang analoginya
ibarat agar kereta api bisa
berjalan diatas rel nya
maka Tuhan membuat
setting hukum kehidupan
yang serba dualistik atau
konsep yang berlandaskan
kepada prinsip
dualisme,sehingga bila
akal ibarat kereta api maka
hukum kehidupan adalah
rel nya, sebab itu bila ingin
mengenal makna ‘akal’
secara fundamental maka
kita harus
memparalelkannya dengan
prinsip dualisme yang
menjadi kerangka hukum
kehidupan.

2. Thomas Kuhn mengemukakan konsep paradigma sebagai berikut:


“A paradigm is a fundamental image of the subject matter within a Science. It serves
to difeny what should be studied, what qeustion should be Asked, how they should be
asked and what rules should be followed in Interpretating the answer obtained. The
paradigms is the broadest unit of Consensus within a science and serves to
defferenciate on scientific Community (or subcommunity) from another. It subsumes,
defines, and interrelates the exemplars, theories, methods and instrument, that exist
within It”.
(Paradigma adalah pandangan dasar tentang pokok bahasan ilmu. Mendefinisikan apa
yang harus diteliti dan dibahas, pertanyaan apa yang Harus dimunculkan, bagaimana
merumuskan pertanyaan, dan aturan-aturan Apa yang harus diikuti dalam
mengintepretasikan jawaban. Paradigma adalah Konsensus terluas dalam dunia ilmiah
yang berfungsi membedakan satu Komunitas ilmiah dengan komunitas lainnya.
Paradigma berkaitan dengan Pendefinisian, eksemplar ilmiah, teori, metode, serta
instrumen yang tercakup Di dalamnya).

 Imam Ghazali : Paradigma mendasar bagi peserta didik ketika mencari ilmu adalah
Membersihkan dirinya dari pemikiran-pemikiran yang mengarah pada arus
Kesombongan akademik. Dengan paradigma inilah peserta didik akan menerapkan
Proses pencarian ilmu dengan instrument mengedepanakan sikap open minded
Terhadap segala hal. Selain itu, dalam proses mencari ilmu hendaknya peserta
didikjuga menerapkan nalar berpikir sentripetal. Artinya seorang murid senantiasa
Mengarahkan semua yang diperoleh ketika mencari ilmu difungsikan sebagai salah
Satu instrument untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Kedua, fondasi utama yang
Ditanamkan pada seorang murid hendaknya mengurangi hubbub dunya (cinta
dunia)Maupun urusan-urusan duniawi. Salah satu formulasi yang hendaknya seorang
Murid lakukan dalam hal ini adalah dengan mencari ilmu di tempat yang jauh Dengan
rumah dan keluarga. Hal ini sebagai upaya membentuk karakter murid di Lingkungan
yang baik dan merasakan berjuang dalam mencari ilmu. Di samping itu, Belajar di
sekitar rumah dapat mmpengaruhi konsentrasi dan fokus belajar sehingga Akan
mengurangi kesanggupannya mengetahui hakikat-hakikat ilmu pengetahuan. Ketiga,
seorang murid dalam mencari ilmu memiliki tanggung jawab Keilmuan secara
personal. Sebagai manusia yang berilmu, seorang murid tidaklah Elok untuk
menyombongkan diri atas ilmunya sehingga menyepelekan gurunya. Menjadi seorang
murid adalah menyerahkan seluruh persoalannya kepada gurunya Dengan keyakinan
bahwa nasehatnya menjadi penerang permasalahan yang Dihadapinya. Termasuk dari
menyombongkan diri adalah dengan men-kotak-Kotakkan guru dan tidak mau diajar
jika guru tidak terkenal dengan keahliannya. Hal Inilah yang menjadi alasan Ghazali
sebagai adab yang tercela dan menjauhkan dari Keberkahan ilmu pengetahuan yang
telah dicari. Ilmu pengetahuan tidak akan Berkah selain dengan tawadu’ dan
mengucapkan terimakasih kepada siapa saja yang Membawa ilmu kepadanya.
Keempat, sesuai dengan tujuan pendidikan yang diungkapkan oleh Al Ghazali bahwa
segala ilmu harus mendekatkan diri kepada Alloh, hendaknya Seorang murid
mendahulukan untuk mempelajari hal wajib, yaitu Al-Quran. Dengan Mempelajari
Alquran sebagai sesuatu yang wajib dan harus didahulukan mampu Memotivasi akan
taat beribadah serta memahami agama Islam secara dalam, sebab Al-Quran adalah
sumber primer pendidikan Islam. Langkah mempelajari ilmu Pengetahuan menurut
Al-Ghazali dimulai dengan mendalami ilmu agama hingga Menguasainya dengan
sempurna, lalu melangkah kepada ilmu lain sesuai tingkatan Kepentingannya. Kelima,
mendalami suatu ilmu tidak dapat dilakukan secara Bersamaan karena ditakutkan
tidak terfokus secara dalam dan memahami imu yang Dipelajari. Berdasarkan hal
tersebut hendaknya tidak mempelajari ilmu secara Serentak bersamaan, akan tetapi
dilakukan bertahap dan mempelajari yang lebih Wajib. Keenam, ilmu yang sedang
dipelajari hendaknya diseleseikan terlebih dahulu Hingga khatam dan melanjutkan
bidang ilmu berikutnya.Ketujuh, seorang murid hendaknya meningkatkan semangat
dan memotivasi Diri dalam mempelajari bidang ilmu yang berorientasi kepada akhirat
dan mencari Tahu faktor-faktor yang menyebabkan mendapatkan ilmu yang barokah
agar bisa Diaplikasikan untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Kedelapan adalah niat
dan Tujuan mencari ilmu yang berorientasi kepada akhirat juga sebagai penghias jiwa
Dan menjadikan cantiknya akhlak bagi seorang murid. Terakhir nasihat yang
Disampaikan Al-Ghazali untuk murid adalah dalam menapaki suatu ilmu harus
Memahami betul maksud dan tujuan bidang ilmu yang telah dipelajarinya sebagai
Upaya agar seorang murid mampu mengkalsifikasikan ilmu dan memprioritaskan
Ilmu yang diutamakan. Karakteristik pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.
Proses pendidikan Yang diterapkan secara interaksi konvensional antara murid dan
guru adalah sebagai upaya menjemput tujuan.Murid yang mampu menerapkan
nasehat-nasehat Al-Ghazali di atas juga ditopang dengan guru yang ‘alim akan
membentuk murid memiliki akhlak yang baik dan berorientasi pada akhirat. Hal ini
tak dapat dipisahkan karena ilmu tanpa amal adalah suatu yang tidak berarti, sedang
amal tanpa ilmu takkan sampai kepada Alloh.
 Immanuel Kant : Kant berpandangan bahwa akal merupakan sumber moralitas,
dan estetika muncul dari kemampuan penilaian yang tidak memihak. Pandangan Kant
terus memiliki pengaruh besar pada bidang ilmu filsafat kontemporer, terutama
bidang ,epistemologetika, teori politiki, dan estetika pasca modern.   Dia berusaha
menjelaskan hubungan antara akal dan pengalaman manusia dan bergerak
melampaui apa yang dia yakini sebagai kegagalan filsafat dan metafisika tradisional.
 Ismail raji al faruqi : tauhid, integrasi kebenaran Islam dan ilmu pengetahuan, dan
ayatisasi atau pemberian ayat-ayat terhadap ilmu pengetahuan.
 Kuntowijoyo : suatu konstruksi pengetahuan yang memuat konsep-konsep dan saling
terkait satu sama lainnya yang memungkinkan realitas dipahami sebagaimana al-
Quran memahaminya.

3. Tabel perbandingan ilmu bebas nilai dan tidak bebas nilai

Ilmu bebas nilai Ilmu tidak bebas nilai


Josep Situmorang Ilmu yang memandang
menyatakan sekurang- bahwa ilmu itu selalu terikat
kurangnya terdapat 3 faktor dengan nilai dan harus
yang menjadikan parameter dikembangkan dengan
atau indikator bahwa ilmu mempertimbangkan aspek
itu bebas nilai, yaitu: nilai.

1.Ilmu harus bebas dari


pengendalian nilai.
Maksudnya bahwa ilmu
harus bebas dari segala
pengaruh eksternal seperti
ideologi, agama, sosial
maupun budaya.
2. Kebebasan usaha ilmiah
supaya otonom ilmu
terjamin, menyangkut
kemungkinan yang tersedia
dan penentuan diri.
3. Penelitian ilmiah tidak
luput dari pertimbangan etis
yang biasa dituding
menghambat kemajuan
ilmu, karena nilai etis
sendiri itu bersifat universal.
Josep Situmorang Jurgen Habermas
Thales (640-546 s. M) Galileo- Galilei
4. Islam mengakui bahwa ilmu itu adalah milik Allah s.w.t. Sekuat apa pun manusia
berusaha untuk menggapainya, jika tanpa kuasa dari Sang Pemilik ilmu, maka
manusia tidak akan mampu untuk meraih dan menggapainya.
Sekalipun semuanya bergantung kepada kehendak Allah s.w.t., lalu manusia berlepas
tangan sajakah? Maka ini pun adalah kesalahan. Manusia tetap beredar di jalannya,
berusaha mencari ilmu, karena biasanya proses tidak akan pernah mengkhianati hasil.
Jadi, dalam pandangan Islam, ilmu pada hakikatnya adalah milik Allah s.w.t.
Berbeda dengan konsep ilmu yang berkembang pada peradaban Barat. Bagi mereka,
ilmu hanya akan bisa diusahakan melalui akal dan panca indra semata. Selagi manusia
mau berusaha menggunakan akalnya, maka mereka akan mendapatkan ilmu.
Dari sisi objek, baik Islam maupun Barat sama-sama mengakui bahwa ilmu itu
memiliki objek formal dan objek materil. Epistemologi Islam mengakui bahwa objek
ilmu itu berada pada alam fisik yang bisa dirasa dan dipikirkan, kemudian juga
termasuk alam metafisik, yang tidak bisa dijangkau oleh akal dan indra manusia.
Maka di sini, Islam menggunakan konsep wahyu untuk memahaminya.
Adapun epistemologi Barat, mereka tidak mengakui adanya alam metafisik tersebut.
Bagi mereka objek ilmu itu hanyalah apa yang bisa diindra dan apa yang bisa
dipikirkan oleh akal manusia. Oleh karenanya, jika sesuatu berhubungan dengan alam
metafisik, maka itu bukan bagian dari ilmu.

5. Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang


untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan
terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan
satu pekerjaan merenungkan, mencermati, menghayati, memikirkan yang dilakukan
seseorang secara sungguh-sungguh tentang akibat atau kesudahan dari suatu hal.
6. Ontologi adalah bagian filsafat yang membahas hakekat realitas atau hakekat yang
ada, termasuk hakekat ilmu pengetahuan sebagai sebuah realitas. Ada tiga macam
yang ada (realitas) yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu alam fisik (cosmos),
manusia (antropos), dan Tuhan (Teos).
• Epistemologi atau teori ilmu pengetahuan membahas secara mendalam
mengenai tiga masalah pokok, yaitu sumber ilmu pengetahuan, metode ilmu
pengetahuan, dan kebenaran ilmu pengetahuan.
• Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada
umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan. Di dunia ini terdapat banyak
cabang pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah-masalah nilai seperti,
epistimologis, etika dan estetika.

7. Jika dilihat sejarah peradaban umat manusia, pada mulanya ilmu (dalam bentuknya
yang paling awal) dan agama berkembang bersama, seiring dan sejalan. ilmu dan
agama lahir karena kebutuhan, yaitu untuk menjawab berbagai macam tantangan yang
selalu dihadapi manusia dalam eksistensinya. Manusia ketika dilahirkan dalam
keadaan yang lemah dan tidak berdaya, sekali pun demikian, di dalam dirinya
memiliki bakat untuk mengembangkan akal-pikiran yang akan menuntunnya
mengarungi kehidupan. Ilmu dan agama merupakan cara yang dimiliki manusia untuk
mengenali misteri kebenaran dan kenyataan di dalam struktur pengetahuan yang lebih
luas. Jadi, secara epistemologis, ilmu dan agama merupakan jenis pengetahuan yang
dimiliki manusia di antara jenis pengetahuan yang lain. Di dalam kehidupan konkret,
agama dan ilmu bersifat komplementer, saling melengkapi. Pemahaman dan
penghayatan yang baik atas ilmu dan agama maupun pengetahuan yang lainnya akan
membuka mata kesadaran manusia bahwa sifat realitas itu plural.
8. Paradigma
Merupakan pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan.
 Perspektif
Dalam konteks ilmu pengetahuan dimana menilai dan melihat sesuatu dari suatu
objek, lingkungan, warna atau benda yang nantinya di cerna oleh penglihatan lalu di
asumsikan oleh otak yang bisa di sebut sebagai pengetahuan secara pandangan yang
terlihat.

 Sudut Pandang
Sederhananya adalah posisi pengarang dalam sebuah cerita.
Dimana setiap orang bisa menyampaikan pendapat yang didapatnya dari membaca,
melihat atau mendengarkan.

 Argument Pakar
Sebuah Penjelasan dan opini yang disampaikan oleh ahlinya di bidang tersebut yang
telah di teliti dengan detail berdasarkan sumber sumber terpercaya dan pengalaman
yang jika di sebarluaskan perkataan dan tulisannya bisa di jadikan acuan sebagai salah
satu sumber ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai