Disusun oleh :
KELOMPOK
Marhamah ( 22143888 )
Nor Rif’ah Faizah ( 21143896 )
Lailatus Sa’adah ( 21143886 )
Maulana Muhammad Anshari ( 21143833 )
PENULIS
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Kecerdasan Transendental (TQ).................................................4
B. Sejarah kecerdasan Transendental (TQ).......................................................5
C. Konsep Kecerdasan Transendental (TQ)......................................................6
D. Takwa sebagai indikator Kecerdasan Ruhaniah.........................................10
E. Qalbu/Hati Sebagai Pusat kecerdasan Rohani............................................12
F. Hubungan Kecerdasan Transendental (TQ) Dengan Beraneka Kecerdasan
Lainnya...............................................................................................................13
BAB III
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
س ِن تَ ْق ِو ْي ۖ ٍم
َ ان فِ ْٓي اَ ْح
َ سَ لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaikbaiknya.” (QS. At Tiin, 95 : 4)
Bila kita mengurai manusia, maka tampak bagi kita bahwa manusia tidak
hanya sekedar terdiri atas unsur yang bersifat jasmani belaka. Manusia merupakan
gabungan dari unsur jasmani dan rohani. Unsur jasmani manusia merupakan jasad
atau fisik yang tersusun dari materi. Unsur jasmani bersifat fana dan tidak bernilai
tanpa unsur yang lainnya. Sedangkan unsur rohani manusia merupakan substansi
yang berdiri sendiri. Berfungsi sebagai penyempurna unsur yang lain dan
merupakan hakikat manusia.
1
kecerdasan transendental (TQ), yang merupakan pengembangan dari kecerdasan
spiritual.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep kecerdasan yang satu ini merupakan konsep paling baru yang
mulai diterima sama banyak orang. Lebih mengejutkannya lagi, konsep
kecerdasan transendental ini diciptakan oleh orang Indonesia. TQ dipelopori oleh
pemikiran Toto Tasmara yang diterbitkan dalam buku berjudul Kecerdasan
Ruhaniah (Transcendental Intelligence) pada tahun 2001. Kemudian diteliti lebih
lanjut oleh Syahmuharnis dan Harry Sidharta di tahun 2006 dengan menerbitkan
buku Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik.
Logika kehidupan adalah, segala sesuatu yang ada di dunia harus tunduk
patuh kepada aturan dari yang menciptakannya. Ketika manusia menciptakan
pesawat terbang, maka ada aturan-aturan atau prosedur bagi pesawat terbang
untuk bisa terbang, mendarat dengan mulus, ketentuan perawatan, dan seterusnya.
Aturan atau prosedur tersebut dibuat oleh manusia, dan dijalankan oleh manusia
sebagai operatornya. Bila aturan atau prosedur itu tidak diikuti, maka alamat
pesawat akan rusak, jatuh, bertabrakan, dan sebagainya.
Begitu pula saat manusia menciptakan bibit tanaman bermutu tinggi, ada
aturan atau prosedur yang terkait dengan pemeliha- raan bibit, penanaman,
perawatan tanaman, pemanenan hingga pasca panen agar bibit bermutu tinggi
menghasilkan produksi terbaiknya. Tanpa mengikuti aturan itu, sulit bagi bibit
tersebut menghasilkan sesuai dengan keunggulan potensinya. Semua ciptaan
6
manusia memiliki tata-aturan atau prosedur sen- diri dalam penggunaan dan
perawatannya. Begitu pulalah manusia. Ia harus mengikuti aturan dari Sang
Pencipta agar bisa hidup sukses dan bahagia dunia dan akhirat.
Bagi umat Islam, hal ini berarti kita berbicara tentang Al Quran, kitab
suci yang diturunkan Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasulnya Nabi
Muhammad SAW. Kitab suci yang tidak hanya sekedar berisi aturan-aturan
kehidupan dunia dan akhirat, tetapi juga mengajak manusia untuk membaca dan
memahami kebesaran-Nya. Kitab suci yang jika dijalankan umat dengan sepenuh
hati akan membuat mereka sukses meraih kehidupan bahagia dunia dan akhirat.3
Sangat jelas di sini, bahwa manusia diciptakan dengan tujuan tujuan jelas
yang telah ditetapkan Allah. Hanya manusialah yang dilengkapi dengan akal pikir
dan hati nurani di antara seluruh ciptaan-Nya. Atas anugerah itu, Allah
menjadikan manusia sebagai khalifatullah (pemimpin) di muka bumi seperti
tertulis dalam Surat (35) Faathir ayat 39: “Dialah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi.”
8
Dari ayat ini (Surat Ar Ra'd ayat 28-29) bisa disimpulkan bahwa
ketenteraman hati dan kebahagiaan hidup adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Ketenteraman hati adalah pangkal dari kebaha giaan hidup. Tidak mungkin
kebahagiaan hidup diraih tanpa ada- nya ketenteraman hati, kecuali kebahagiaan
itu sifatnya hanya semu atau parsial semata. Tantangan bagi manusia adalah,
bagaimana meraih kebahagiaan dunia yang juga membuat natin bahagia?
4
Ibid,. Hal. 60
5
Ibid,. Hal 64
9
puluh satu ayat diantaranya berisi perintah dan anjuran agar bertaqwa. Dari segi
ini saja kita dapat melihat betapa pentingnya posisi taqwa dalam ajaran Islam.6
6
Ajeng Kartini, “Taqwa penyelamat ummat,” AL’ULUM 52, no. 2 (2012): hal. 27.
7
Rd Laili Al Fadhli, “MANUSIA DAN KECERDASAN TRANSENDENTAL DALAM
ISLAM,”, hal. 13.
10
Bertanggung jawab berarti kemampuan seseorang untuk menunaikan
amanah karena adanya harapan atau tujuan tertentu, yakni "bebas merdeka dari
segala belenggu, iman, aman, amanah, dan mutmainah". Sedangkan, yang
dimaksudkan dengan pilihan-pilihan amal saleh adalah cara kita berikhtiar
(memilih yang terbaik) untuk memberikan respons yang paling baik.
ٰۤ ُ
ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل
َ ول ِٕى ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ا
َ َْس لَكَ بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب ُ َواَل تَ ْق
َ ف َما لَي
Karena rasa tanggung jawab itu pula, maka seorang muslim tidak
mungkin mengkhianati hati nuraninya dengan melakukan perbuatan dosa dan per-
musuhan yang sengit penuh dendam kesumat. Karena prinsip keimanannya lebih
menekankan pada perdamaian, kebebasan, dan penghargaan yang mendalam
terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
11
kata kerjanya (fiil) dan juga tidak termasuk sinonimnya seperti Dalam bahasa
arab, istilah qalbu digunakan untuk menyebut banyak hal seperti : Jantung, hati,
isi, akal, semangat, keberanian, bagian dalam, bagian tengah untuk menyebut
sesuatu yang murni.10
Kata qalbu dari segi etimologi adalah bentuk masdar (kata benda dasar)
dari akar kata (qalaba) yang dapat diartikan sebagai; berubah, berpindah dan atau
berbalik.11 Pokoknya qalbu merupakan lokus atau tempat di dalam wahana jiwa
manusia yang merupakan titik sentral atau awal segala awal yang menggerakkan
perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Qalbu juga
merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati (conscience) yang
berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani (bersifat cahaya) yang
menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk bertindak dan bersikap
berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.
Bila Danah Zohar dan Ian Marshall menyebut Spiritual Quotient (SQ)
sebagai kecerdasan sejati (The Ultimate Intelligence), maka penulis menilai TQ-
lah sebagai kecerdasan sejati tersebut selain spiritualisme sejati (The Ultimate
Spiritualism). TQ merupakan tingkat kecerdasan paling tinggi dibandingkan
dengan beraneka kecerdasan lainnya: kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan
emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), kecerdasan kepemimpinan (LQ),
kecerdasan dalam berhubungan antar manusia (RQ), kecerdasan mental (AQ),
kecerdasan rasional (IQ), dan beraneka kecerdasan lainnya.12
12
Syahmuharnis, “TQ Transcendental Quotient Kecerdasan Diri Terbaik,” hal. 64.
13
mengamalkan aturan trasendental secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi
manusia untuk menjalankan hidup untuk memperoleh kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
https://yuliakurniasih30.wordpress.com/tag/hubungan-keimanan-dan-kecerdasan-transendental-
tq-yang-tinggi/ Diakses Tanggal 07-04-2023 Pukul 22.00 Wita
14
kebijaksanaan TQ semacam ini dalam hidup niscaya telah memberikan jalan
hidupnya kepada sang pencipta.
Konsep kecerdasan yang satu ini merupakan konsep paling baru yang
mulai diterima sama banyak orang. Lebih mengejutkannya lagi, konsep
kecerdasan transendental ini diciptakan oleh orang Indonesia. TQ dipelopori oleh
pemikiran Toto Tasmara yang diterbitkan dalam buku berjudul Kecerdasan
Ruhaniah (Transcendental Intelligence) pada tahun 2001. Kemudian diteliti lebih
lanjut oleh Syahmuharnis dan Harry Sidharta di tahun 2006 dengan menerbitkan
buku Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik.
Manusia yang memiliki TQ tinggi secara otomatis memiliki EQ, SQ, CQ,
AQ, dan RQ yang tinggi pula. Secara IQ belum belum tentu memiliki IQ yang
15
tinggi, namun sudah barang tentu mereka termasuk orang yang cerdas. Mengapa
bisa seperti itu ?. Orang-orang yang memiliki TQ tinggi memahami dan
mengamalkan aturan trasendental secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi
manusia untuk menjalankan hidup untuk memperoleh kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
17