Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KECERDASAN TRANSEDENTAL (TQ)


Diajukan Untuk memenuhi Tugas Mata kuliah
Psikologi Pendidikan
Dosen pengampu : Mardiana, S.Ag., M.Pd

Disusun oleh :
KELOMPOK

 Marhamah ( 22143888 )
 Nor Rif’ah Faizah ( 21143896 )
 Lailatus Sa’adah ( 21143886 )
 Maulana Muhammad Anshari ( 21143833 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL WASLIYAH


KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat limpahan taufik,
rahmat, beserta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam tercurah kepada Nabi Muhammad
saw, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahilliyah pada zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dari pada mata
perkuliahan “ Psikologi Pendidikan ” tentang “ Kecerdasan Transedental (TQ) ”.
Disini kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini sangat jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami ucapkan banyak maaf atas segala kekurangan baik
dari segi penulisan dan lainnya. Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembacanya .
Wassalamu’allaikum wr. wb.

Barabai, 07 April 2023

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. Pengertian Kecerdasan Transendental (TQ).................................................4
B. Sejarah kecerdasan Transendental (TQ).......................................................5
C. Konsep Kecerdasan Transendental (TQ)......................................................6
D. Takwa sebagai indikator Kecerdasan Ruhaniah.........................................10
E. Qalbu/Hati Sebagai Pusat kecerdasan Rohani............................................12
F. Hubungan Kecerdasan Transendental (TQ) Dengan Beraneka Kecerdasan
Lainnya...............................................................................................................13
BAB III
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara tentang manusia, maka kita akan membicarakan makhluk yang


begitu sempurna dan kompleks. Allah berfirman di dalam Al-Qur`an :

‫س ِن تَ ْق ِو ْي ۖ ٍم‬
َ ‫ان فِ ْٓي اَ ْح‬
َ ‫س‬َ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا ااْل ِ ْن‬
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaikbaiknya.” (QS. At Tiin, 95 : 4)

Bila kita mengurai manusia, maka tampak bagi kita bahwa manusia tidak
hanya sekedar terdiri atas unsur yang bersifat jasmani belaka. Manusia merupakan
gabungan dari unsur jasmani dan rohani. Unsur jasmani manusia merupakan jasad
atau fisik yang tersusun dari materi. Unsur jasmani bersifat fana dan tidak bernilai
tanpa unsur yang lainnya. Sedangkan unsur rohani manusia merupakan substansi
yang berdiri sendiri. Berfungsi sebagai penyempurna unsur yang lain dan
merupakan hakikat manusia.

Selanjutnya, para pemikir muslim berbeda pendapat tentang unsur rohani


yang ada pada diri manusia. Pembahasan dalam hal ini berputar dalam
permasalahan ruh, nafs (jiwa), fithrah, akal, hawa, dan al-qalbu (hati). Manusia,
selain membawa aspek-aspek bawaan dan berbagai potensi yang ada saat ia
dilahirkan ke dunia, juga telah ditanamkan “multiple intelligence quotient”.
Dengan kata lain, kecerdasan yang ada pada manusia tidaklah tunggal, melainkan
jamak.

Tetapi kejamakan kecerdasan itu hendaknya menghasilkan pemikiran,


sikap, tindakan, dan perilaku yang tunggal setelah seseorang bersentuhan dengan
fenomena tertentu.Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Ditambah dengan

1
kecerdasan transendental (TQ), yang merupakan pengembangan dari kecerdasan
spiritual.

Kecerdasan Intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual,


analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk
menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta.

Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan


sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta
kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.

Kecerdasan Spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti


dan memberi makna pada apa yang di hadapi dalam kehidupan, sehingga
seseorang akan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi persoalan di masyarakat.
Sementara itu, kecerdasan transendental merupakan kemampuan seseorang
memaknai hidup dan kehidupannya dalam perspektif Allah subhanahu wa ta’ala.

Posisi kecerdasan transendental (TQ) dalam, termasuk di dalamnya


adalah perbedaannya dengan kecerdasan spiritual menjadi perbincangan yang
sangat menarik. kecerdasan ruhaniah atau transcendental intelligence. Kecerdasan
ruhaniah merupakan yang secara hakiki ditiupkan kedalam tubuh manusia ruh
kebenaran, yang selalu mengajak kepada kebenaran dan kebaikan. Pada ruh
tersebut terdapat bertuhan. Al-Qur‟an sendiri menyatakan bahwa manusia sejak
dini sudah memberikan kesaksian bahwa ia adalah makhluk bertuhan,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-A‟raf ayat 172:

ِ ُ‫ش َه َد ُه ْم َع ٰلٓى اَ ْنف‬


‫س ِه ۚ ْم‬ ْ َ‫َواِ ْذ اَ َخ َذ َربُّكَ ِم ۢنْ بَنِ ْٓي ٰا َد َم ِمنْ ظُ ُه ْو ِر ِه ْم ُذ ِّريَّتَ ُه ْم َوا‬
َ ‫ستُ بِ َربِّ ُك ۗ ْم قَالُ ْوا بَ ٰل ۛى‬
‫ش ِه ْدنَا ۛاَنْ تَقُ ْولُ ْوا يَ ْو َم ا ْلقِ ٰي َم ِة اِنَّا ُكنَّا عَنْ ٰه َذا‬ ْ َ‫اَل‬
‫ٰغفِلِ ْي ۙ َن‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap roh mereka (seraya berfirman), "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka
menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami bersaksi". (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami
2
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". (QS.
Al-A‟raf, 7: 172).

Begitu banyak diantara masyarakat yang hanya terpesona pada masalah


ritual agama dan kurang mempraktekkannya dalam kehidupan keseharian.
Beragama hanya sebatas pengetahuan, bukan penghayatan apalagi pengamalan.
Bangunan-bangunan peribadahan semakin bertambah banyak, akan tetapi
jama‟ahnya tidak bertambah bahkan semakin berkurang. Masjid maupun gereja
hanya ramai di hari jum‟at atau minggu, tetapi betapa nelangsanya di hari-hari
yang lain (sepi).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kecerdasan Transendental (TQ) ?


2. Bagaimana Sejarah Kecerdasan Transendental (TQ) ?
3. Bagaimana Hubungan Kecerdasan Transendental (TQ) Dengan
Kecerdasan Lainnya ?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Kecerdasan Transendental (TQ)


2. Untuk memahami Sejarah Kecerdasan Transendental (TQ)
3. Untuk Mengetahui Hubungan Kecerdasan Transendental (TQ) Dengan
Kecerdasan Lainnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecerdasan Transendental (TQ)

Transcendental Quotient atau TQ merupakan kecerdasan transendental


yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaknai hidup dan
kehidupannya melalui perspektif agama. TQ juga bisa kita sebut sebagai
kecerdasan ruhaniah/ilahiyah, yaitu pengembangan dari kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan transendental ini memiliki konsep visioner yang jauh ke depan. TQ
adalah kemampuan tertinggi umat manusia, karena orang yang memiliki
kebijaksanaan TQ semacam ini dalam hidup niscaya telah memberikan jalan
hidupnya kepada sang pencipta.1

TQ berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami dan


melaksanakan aturan transendental itu sendiri. Bagi umat Islam, aturan
trasendentalnya adalah Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sementara bagi umat lain, aturan trasendentalnya adalah peraturan-


peraturan yang ada dalam kitab-kitab agama mereka masing-masing. Meski
begitu, konsep kecerdasan transendental ini lebih ditujukan untuk umat Islam.

Kecerdasan transendental pada dasarnya harus tercermin pada perilaku


manusia. Pemahaman filosofis terhadap kecerdasan transendental dan
penerapannya secara konsekuen dan konsisten, memberikan banyak terhadap
perilaku manusia di dalam berbagai kondisi. Selain perilaku dalam menjalankan
ibadah, perilaku seseorang dengan kecerdasan transendental tinggi juga tercermin
pada akhlak mereka yang mulia.2
1
Rina Sausan, “PENGARUH VERBAL BULLYING TERHADAP KECERDASAN
INTERPERSONAL SISWA KELAS V SD DI KELURAHAN BABAKAN CIPARAY KOTA
BANDUNG (Penelitian Survey Terhadap Siswa Kelas V SD di Kelurahan Babakan Ciparay Kota
Bandung Tahun Ajaran 2020-2021)” (FKIP UNPAS, 2020), hal. 6.
2
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-iq-eq-tq/ Diakses Tanggal 07-04-2023 Pukul 21.00
Wita
4
B. Sejarah kecerdasan Transendental (TQ)

Konsep kecerdasan yang satu ini merupakan konsep paling baru yang
mulai diterima sama banyak orang. Lebih mengejutkannya lagi, konsep
kecerdasan transendental ini diciptakan oleh orang Indonesia. TQ dipelopori oleh
pemikiran Toto Tasmara yang diterbitkan dalam buku berjudul Kecerdasan
Ruhaniah (Transcendental Intelligence) pada tahun 2001. Kemudian diteliti lebih
lanjut oleh Syahmuharnis dan Harry Sidharta di tahun 2006 dengan menerbitkan
buku Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik.

Pada bagian pengantar Toto menyampaikan, bahwa penggunaan kata


kecerdasan ruhaniah atau Transcendental Intelligence dimaksudkan agar orang-
orang lebih mudah memahami perbandingan konsep buatannya dengan konsep
kecerdasan spiritual negara Barat. Konsep yang ia tawarkan banyak merujuk pada
Al-Quran dan hadis yang diyakini sebagai sumber pemikiran yang bersifat
universal dan juga sebagai cara hidup manusia (way of life).

Dalam menyajikan konsep kecerdasan transendental, Toto banyak


mengaitkannya dengan ajaran mahabbah dan akhlak. Menurutnya, kecerdasan
ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusatkan pada hati yang diliputi rasa cinta
(mahabbah) kepada Allah SWT. Toto pun menggunakan taqwa sebagai indikator
pengukurannya.

Melalui pemikiran Toto, Syahmuharnis dan Harry Sidharta mencoba


penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan berbagai pandangan ilmiah tentang
spiritualisme dan konsep kehidupan menurut aturan transendental. Menurut
keduanya, konsep kecerdasan ini sangat perlu dipahami agar meresap ke dalam
akal budi manusia, sehingga melandasi seluruh perilakunya sehari-hari.

Konsep TQ dalam buku mereka pun sama dengan konsep TI ciptaan


Toto. Hanya saja, TQ yang merupakan pengembangan lanjutan dari TI ciptaan
Toto ini lebih jelas lagi, terutama dalam penjabaran cara pengukuran dan kaitan
TQ dengan konsep kecerdasan lainnya yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu,
seperti IQ, EQ, SQ, dan lainnya.
5
C. Konsep Kecerdasan Transendental (TQ)

Secara harfiah, transendental berarti sesuatu yang teramat penting, hal-


hal yang di luar kemampuan manusia biasa untuk memahaminya. Kecerdasan
transendental merupakan kemampuan umat manusia secara individu dan kolektif
(berjamaah) untuk memahami dan melaksanakan aturan Tuhan untuk
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Ketika kita berbicara tentang transendental, maka kita berbicara tentang


dimensi ke-Tuhanan. Yang berlaku adalah aturan dan ketentuan Tuhan, bukan lagi
sekedar nilai-nilai kebaikan atau norma-norma kehidupan dalam perspektif
manusia. Bukan pula sekedar etika dan nilai-nilai universal tentang Hak Asasi
Manusia (HAM). Dalam kecerdasan transendental, nilai-nilai, norma, dan etika
kemanusiaan dibawa lagi ke dimensi yang lebih tinggi untuk mendapatkan
pengesahan benar atau salah. Karena aturan dan ketentuan Tuhan, maka itulah
kebenaran yang berlaku di alam semesta tidak hanya di muka bumi semata.

Kecerdasan transendental memposisikan manusia sebagai makhluk


ciptaan Tuhan sehingga ada aturan-aturan Tuhan yang harus diikuti. Kita
berbicara tentang agama yang memuat aturan- aturan Tuhan dalam kitab sucinya.

Logika kehidupan adalah, segala sesuatu yang ada di dunia harus tunduk
patuh kepada aturan dari yang menciptakannya. Ketika manusia menciptakan
pesawat terbang, maka ada aturan-aturan atau prosedur bagi pesawat terbang
untuk bisa terbang, mendarat dengan mulus, ketentuan perawatan, dan seterusnya.
Aturan atau prosedur tersebut dibuat oleh manusia, dan dijalankan oleh manusia
sebagai operatornya. Bila aturan atau prosedur itu tidak diikuti, maka alamat
pesawat akan rusak, jatuh, bertabrakan, dan sebagainya.

Begitu pula saat manusia menciptakan bibit tanaman bermutu tinggi, ada
aturan atau prosedur yang terkait dengan pemeliha- raan bibit, penanaman,
perawatan tanaman, pemanenan hingga pasca panen agar bibit bermutu tinggi
menghasilkan produksi terbaiknya. Tanpa mengikuti aturan itu, sulit bagi bibit
tersebut menghasilkan sesuai dengan keunggulan potensinya. Semua ciptaan
6
manusia memiliki tata-aturan atau prosedur sen- diri dalam penggunaan dan
perawatannya. Begitu pulalah manusia. Ia harus mengikuti aturan dari Sang
Pencipta agar bisa hidup sukses dan bahagia dunia dan akhirat.

Bagi umat Islam, hal ini berarti kita berbicara tentang Al Quran, kitab
suci yang diturunkan Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasulnya Nabi
Muhammad SAW. Kitab suci yang tidak hanya sekedar berisi aturan-aturan
kehidupan dunia dan akhirat, tetapi juga mengajak manusia untuk membaca dan
memahami kebesaran-Nya. Kitab suci yang jika dijalankan umat dengan sepenuh
hati akan membuat mereka sukses meraih kehidupan bahagia dunia dan akhirat.3

Kecerdasan transendental bagi umat Muslim, bermakna untuk kembali


kepada Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, dua panduan hidup umat
Islam. Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia harus tunduk, patuh atau tawaduq
kepada-Nya. Allah telah menganugerahkan akal budi kepada manusia untuk
memahami dan menerapkan aturan-Nya di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memahami hal ini, Allah adalah sentral dari semua ciptaan-Nya, termasuk
kehidupan umat manusia. Perhatikan Surat (23) Al Mu'minuun ayat 115: “Maka
apakah kamu me- ngira, bairwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami.”

Sangat jelas di sini, bahwa manusia diciptakan dengan tujuan tujuan jelas
yang telah ditetapkan Allah. Hanya manusialah yang dilengkapi dengan akal pikir
dan hati nurani di antara seluruh ciptaan-Nya. Atas anugerah itu, Allah
menjadikan manusia sebagai khalifatullah (pemimpin) di muka bumi seperti
tertulis dalam Surat (35) Faathir ayat 39: “Dialah yang menjadikan kamu
khalifah-khalifah di muka bumi.”

Seperti halnya sebuah amanat, maka kepercayaan sebagai khalifatullah


itu tentunya memiliki konsekuensi atau tanggung jawab. Dan, tanggung jawab itu
pada saatnya akan diminta oleh Yang Maha Kuasa setelah ketentuan hidupnya
pada saat kiamat kelak karena segala sesuatu yang berjiwa akan merasakan apa
3
Harry Sidharta Syahmuharnis, “TQ Transcendental Quotient Kecerdasan Diri Terbaik,” Jakarta:
Penerbit Republika, 2006, hal. 54-55.
7
yang namanya kematian seperti dijelaskan Surat (3) Ali 'Imran ayat 185. “Pada
saat kematian itu, maka proses panjang manusia kembali kepada Allah
berlanjut.”

Bagaimana meraih kebahagiaan spiritual tersebut Tidak seperti


pandangan para pakar dari Barat atau ahli agama lain, kebahagiaan spiritual dalam
Islam diperoleh dengan selalu berkomuni- kasi dan menyebut nama Allah. Hal ini
secara jelas disampaikan Allah dalam Surat (13) Ar Ra'd ayat 28: “(yaitu) orang-
orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” Juga Surat
(48) Al Fath ayat 4: “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang mukmin su- paya keimanan mereka bertambah.”

Kedua ayat ini memperlihatkan betapa spiritual itu sesungguhnya terkait


dengan ketenteraman batin dan hubungan manusia dengan Penciptanya. Di sini
definisi spiritual menurut teori kecerdasan transendental mendapat pembenaran
sekaligus membedakannya dengan definisi spiritual menurut pandangan Danah
Zohar dan lan Marshall.

Ayat di atas memberikan jawaban bahwa ketenteraman hati hanya bisa


dicapai, pertama dengan iman kepada-Nya, dan beri kutnya dengan selalu
mengingat (dan menyebut nama) Allah. Ja- di, iman saja belum cukup. Ia harus
ditindaklanjuti dengan selalu mengingat-Nya (menjalankan amal saleh), termasuk
membaca Al Quran. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam salah satu hadis-
nya:

Bacalah (Al Quran), karena sesungguhnya ketenangan jiwa (sakinah) itu


turun karena (bacaan) Al Quran. Selanjutnya, Allah memberikan resep agar
manusia meraih kebahagiaan dalam Surat (13) Ar Ra'd ayat 29: “Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagian dan tempat kembali
yang baik.”

8
Dari ayat ini (Surat Ar Ra'd ayat 28-29) bisa disimpulkan bahwa
ketenteraman hati dan kebahagiaan hidup adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Ketenteraman hati adalah pangkal dari kebaha giaan hidup. Tidak mungkin
kebahagiaan hidup diraih tanpa ada- nya ketenteraman hati, kecuali kebahagiaan
itu sifatnya hanya semu atau parsial semata. Tantangan bagi manusia adalah,
bagaimana meraih kebahagiaan dunia yang juga membuat natin bahagia?

Kunci untuk meraih ketenteraman hati dan kebahagiaan hidup adalah


dengan menjadi orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Itulah yang
menjadi jawaban dari resep spiritualisme di dalam Islam. Dalam Al Quran, iman
dan beramal saleh selalu dipisahkan oleh Allah untuk memberikan penekanan
bahwa iman harus diikuti dengan amal saleh, yaitu mengerjakan semua kebaikan
dan meninggalkan kebathilan. 4

Kecerdasan transendental bisa menjadi sebuah terobosan pemikiran


terbaik tentang rahasia kehidupan yang orisinal berdasarkan Islam. Ajaran Islam
mengatasi sifat-sifat jelek pada manusia yang disampaikan Allah dalam Surat (70)
Al Ma'arij: Ayat 19: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesali lagi
kikir. Ayat 20: Apabila ia ditimpa kesulitan ia berkeluh kesah. Ayat 21: dan
apabila ia mendapatkan kebaikan ia amat kikir; Ayat 22: kecuali orang-orang
yang mengerjakan shalat; Ayat 24: dan orang-orang yang dalam hartanya
tersedia bagian tertentu; Ayat 25: bagi orang (miskin) yang meminta dan orang
yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta). Ayat 29: Dan orang-
orang yang memelihara kemaluan- nya; Ayat 32: Dan orang-orang yang
memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.5

D. Takwa sebagai indikator Kecerdasan Ruhaniah

Dalam bahasa arab, kata taqwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayatan-


waqyan-waqiyatan-waqan. Waqaitu fulanan artinya menjaga sifulan, menutupi
dia dari penyakit. Di dalam Al qur’an terdapat 242 kosa kata “Taqwa” delapan

4
Ibid,. Hal. 60
5
Ibid,. Hal 64
9
puluh satu ayat diantaranya berisi perintah dan anjuran agar bertaqwa. Dari segi
ini saja kita dapat melihat betapa pentingnya posisi taqwa dalam ajaran Islam.6

Taqwa didefinisikan sebagai sikap yang mengerjakan perintah Agama


dan menjauhi larangannya. Menurut Ibn Mas’ud, taqwa adalah engkau menaati
Allah di atas cahaya dari Allah, mengharapkan pahala Allah, dan engkau
meninggalkan kemaksiatan di atas cahaya dari Allah dan takut siksaan Allah.
Orang yang benar-benar bertaqwa adalah orang yang memiliki kecerdasan ruhiyah
yang tinggi, karena tidaklah seseorang dapat merealisasikan taqwa dalam
kehidupannya kecuali ruh dirinya telah berhasil memenangkan pertempuran yang
terjadi dalam jiwanya. Maka, taqwa merupakan indikator kecerdasan ruhiyah, dan
kecerdasan ruhiyah merupakan cerminan pribadi taqwa.7

Takwa merupakan bentuk rasa tanggung jawab yang dilaksanakan


dengan penuh rasa cinta dan menunjukkan amal prestatif di bawah semangat
peng- harapan ridha Allah. Sehingga, sadarlah kita bahwa dengan bertakwa,
berarti ada semacam nyala api di dalam qalbu yang mendorong pembuktian atau
penunaian amanah sebagai "rasa tanggung jawab yang mendalam" atas
kewajiban-kewajiban kita sebagai muslim. Tentunya pembuktian atau penunaian
amanah itu dilakukan dengan semangat yang berwawasan pencapaian amal
prestasi.

Tanggung jawab adalah menanggung dan memberi jawaban,


sebagaimana di dalam bahasa Inggris, kita mengenal responsibility, yakni able to
respond. Dengan demikian, pengertian takwa yang kita tafsirkan sebagai
"tindakan bertanggung jawab" (yang ternyata lebih mendalam dari responsibility)
dapat didefinisikan sebagai "sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima
sesuatu Amanah adalah titipan yang menjadi tanggungan, bentuk kewajiban, atau
utang yang harus kita bayar dengan cara melunasinya sehingga kita merasa aman
atau terbebas dari segala tuntutan.

6
Ajeng Kartini, “Taqwa penyelamat ummat,” AL’ULUM 52, no. 2 (2012): hal. 27.
7
Rd Laili Al Fadhli, “MANUSIA DAN KECERDASAN TRANSENDENTAL DALAM
ISLAM,”, hal. 13.
10
Bertanggung jawab berarti kemampuan seseorang untuk menunaikan
amanah karena adanya harapan atau tujuan tertentu, yakni "bebas merdeka dari
segala belenggu, iman, aman, amanah, dan mutmainah". Sedangkan, yang
dimaksudkan dengan pilihan-pilihan amal saleh adalah cara kita berikhtiar
(memilih yang terbaik) untuk memberikan respons yang paling baik.

Dengan demikian, seseorang diwajibkan untuk melakukan penalaran,


analisis, dan keberanian untuk mengambil sikap sebelum memberikan respons
atau jawaban. Takwa sebagai bentuk tanggung jawab hanya bergandengan tangan
dengan kebaikan saja. Takwa hanya dapat bersanding dengan prinsip keimanan.
Di luar hal itu, tidak ada takwa atau tanggung jawab. Sehingga, seseorang tidak
diperkenankan untuk mengikuti apa saja di luar pengetahuannya karena seluruh
keputusannya tersebut akan dimintai pertanggungjawabannya.8 Sebagaimana
firman Allah SWT :

ٰۤ ُ
‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ْس لَكَ بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ ُ ‫َواَل تَ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.


Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggung jawabannya.” (Al-Isra : 36)9

Karena rasa tanggung jawab itu pula, maka seorang muslim tidak
mungkin mengkhianati hati nuraninya dengan melakukan perbuatan dosa dan per-
musuhan yang sengit penuh dendam kesumat. Karena prinsip keimanannya lebih
menekankan pada perdamaian, kebebasan, dan penghargaan yang mendalam
terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

E. Qalbu/Hati Sebagai Pusat kecerdasan Rohani

Kata Qalbu dengan segala bentuknya (tunggal maupun jamak diungkap


dalam Al-Qur’an sebanyak 132 kali dalam 126 surat). Jumlah ini tidak termasuk
8
Toto Tasmara, Kecerdasan ruhaniah (transcendental intelligence): Membentuk kepribadian
yang bertanggung jawab, professional, dan berakhlak (Gema insani, 2001), hal. 2-3.
9
https://www.merdeka.com/quran/al-isra/ayat-36 Diakses Tanggal 07-04-2023 Pukul 21.20 Wita

11
kata kerjanya (fiil) dan juga tidak termasuk sinonimnya seperti Dalam bahasa
arab, istilah qalbu digunakan untuk menyebut banyak hal seperti : Jantung, hati,
isi, akal, semangat, keberanian, bagian dalam, bagian tengah untuk menyebut
sesuatu yang murni.10

Qalbu adalah hati nurani yang menerima limpahan cahaya kebenaran


Ilahiah, yaitu ruh. Sebagaimana sejak di alam ruh, kita telah melakukan ke-
saksian kebenaran, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap diri
mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab,
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi..." (al-Araaf: 172)

Kata qalbu dari segi etimologi adalah bentuk masdar (kata benda dasar)
dari akar kata (qalaba) yang dapat diartikan sebagai; berubah, berpindah dan atau
berbalik.11 Pokoknya qalbu merupakan lokus atau tempat di dalam wahana jiwa
manusia yang merupakan titik sentral atau awal segala awal yang menggerakkan
perbuatan manusia yang cenderung kepada kebaikan dan keburukan. Qalbu juga
merupakan saghafa atau hamparan yang menerima suara hati (conscience) yang
berasal dari ruh dan sering pula disebut dengan nurani (bersifat cahaya) yang
menerangi atau memberikan arah pada manusia untuk bertindak dan bersikap
berdasarkan keyakinan atau prinsip yang dimilikinya.

Dengan qalbu itulah, Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakan-


nya dari segala makhluk yang diciptakan-Nya. Sebaliknya, karena qalbu itu pula,
manusia membinatangkan dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi dikarenakan qalbu
merupakan titik sentral kecerdasan dan sekaligus kebodohan ruhaniah bagi
manusia. Itulah sebabnya, Allah menempatkan qalbu sebagai sentral ke- sadaran
manusia sehingga Allah sendiri tidak mempedulikan tindakan yang tampak kasat
mata, bahkan Allah memaafkan kesalahan yang tidak dengan sengaja disuarakan
oleh hati nuraninya perbuat.
10
Anri Saputra, Mela Rospita, dan Vivik Shofiah, “Qalbu Dalam Kajian Psikologi Islam,” Al-
Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 18, no. 1 (2019): hal. 39.
11
Ahmad Dibul Amda dan Mirzon Daheri, “Makna Semantik Qalbu dalam Al-Qur’an,”
Syaikhuna: Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam 11, no. 2 (2020): hal. 195.
12
Di dalam qalbu terhimpun perasaan moral, mengalami dan menghayati
tentang salah-benar, baik-buruk, serta berbagai keputusan yang harus diper-
tanggungjawabkannya secara sadar, sehingga kualitas qalbu akan menentukan
apakah dirinya bisa tampil sebagai subjek, bahkan sebagai wakil Tuhan di muka
bami (divine vicegerency) ataukah terpuruk dalam kebinatangan yang hina,
bahkan lebih hina dari binatang yang melata. Qalbu merupakan awal dari sikap
sejati manusia yang paling autentik, yaitu kejujuran, keyakinan, dan prinsip-
prinsip kebenaran.

Perasaan moral tersebut akan ditampilkan dalam bentuk tindakan yang


berorientasi pada prestasi (achievemnents orientation 'amal saleh'). Dengan
pemahaman ini, tumbuhlah kecerdasan ruhaniah yang paling awal, yaitu
kesadaran untuk bertanggung jawab. Sehingga, seorang karyawan yang datang
terlambat dengan sengaja, pada hakikatnya dia sedang mengkhianati hati
nuraninya sendiri,

F. Hubungan Kecerdasan Transendental (TQ) Dengan Beraneka


Kecerdasan Lainnya

Bila Danah Zohar dan Ian Marshall menyebut Spiritual Quotient (SQ)
sebagai kecerdasan sejati (The Ultimate Intelligence), maka penulis menilai TQ-
lah sebagai kecerdasan sejati tersebut selain spiritualisme sejati (The Ultimate
Spiritualism). TQ merupakan tingkat kecerdasan paling tinggi dibandingkan
dengan beraneka kecerdasan lainnya: kecerdasan spiritual (SQ), kecerdasan
emosional (EQ), kecerdasan kreativitas (CQ), kecerdasan kepemimpinan (LQ),
kecerdasan dalam berhubungan antar manusia (RQ), kecerdasan mental (AQ),
kecerdasan rasional (IQ), dan beraneka kecerdasan lainnya.12

Manusia yang memiliki TQ tinggi secara otomatis memiliki EQ, SQ,


CQ, AQ, dan RQ yang tinggi pula. Secara IQ belum belum tentu memiliki IQ
yang tinggi, namun sudah barang tentu mereka termasuk orang yang cerdas.
Mengapa bisa seperti itu ?. Orang-orang yang memiliki TQ tinggi memahami dan

12
Syahmuharnis, “TQ Transcendental Quotient Kecerdasan Diri Terbaik,” hal. 64.
13
mengamalkan aturan trasendental secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi
manusia untuk menjalankan hidup untuk memperoleh kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Aturan tersebut mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam


menjalankan ibadah maupun dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Mereka
menjalankan kehidupan dengan selalu mengerahkan akal-budi, menjaga kesadaran
diri, mengedepankan etika dan moral, dilandasi iman dan takwa, mengacu kepada
aturan trasendental, dan selalu mengiringi perjuangan hidupnya dengan doa dan
ibadah. Semua perilaku di atas adalah komponen kecerdasan trasendental (TQ).13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Transcendental Quotient atau TQ merupakan kecerdasan transendental


yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaknai hidup dan
kehidupannya melalui perspektif agama. TQ juga bisa kita sebut sebagai
kecerdasan ruhaniah/ilahiyah, yaitu pengembangan dari kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan transendental ini memiliki konsep visioner yang jauh ke depan. TQ
adalah kemampuan tertinggi umat manusia, karena orang yang memiliki

13
https://yuliakurniasih30.wordpress.com/tag/hubungan-keimanan-dan-kecerdasan-transendental-
tq-yang-tinggi/ Diakses Tanggal 07-04-2023 Pukul 22.00 Wita

14
kebijaksanaan TQ semacam ini dalam hidup niscaya telah memberikan jalan
hidupnya kepada sang pencipta.

TQ berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk memahami dan


melaksanakan aturan transendental itu sendiri. Bagi umat Islam, aturan
trasendentalnya adalah Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Sementara bagi umat lain, aturan trasendentalnya adalah peraturan-


peraturan yang ada dalam kitab-kitab agama mereka masing-masing. Meski
begitu, konsep kecerdasan transendental ini lebih ditujukan untuk umat Islam.

Konsep kecerdasan yang satu ini merupakan konsep paling baru yang
mulai diterima sama banyak orang. Lebih mengejutkannya lagi, konsep
kecerdasan transendental ini diciptakan oleh orang Indonesia. TQ dipelopori oleh
pemikiran Toto Tasmara yang diterbitkan dalam buku berjudul Kecerdasan
Ruhaniah (Transcendental Intelligence) pada tahun 2001. Kemudian diteliti lebih
lanjut oleh Syahmuharnis dan Harry Sidharta di tahun 2006 dengan menerbitkan
buku Transcendental Quotient: Kecerdasan Diri Terbaik.

Pada bagian pengantar Toto menyampaikan, bahwa penggunaan kata


kecerdasan ruhaniah atau Transcendental Intelligence dimaksudkan agar orang-
orang lebih mudah memahami perbandingan konsep buatannya dengan konsep
kecerdasan spiritual negara Barat. Konsep yang ia tawarkan banyak merujuk pada
Al-Quran dan hadis yang diyakini sebagai sumber pemikiran yang bersifat
universal dan juga sebagai cara hidup manusia (way of life).

Dalam menyajikan konsep kecerdasan transendental, Toto banyak


mengaitkannya dengan ajaran mahabbah dan akhlak. Menurutnya, kecerdasan
ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusatkan pada hati yang diliputi rasa cinta
(mahabbah) kepada Allah SWT. Toto pun menggunakan taqwa sebagai indikator
pengukurannya.

Manusia yang memiliki TQ tinggi secara otomatis memiliki EQ, SQ, CQ,
AQ, dan RQ yang tinggi pula. Secara IQ belum belum tentu memiliki IQ yang

15
tinggi, namun sudah barang tentu mereka termasuk orang yang cerdas. Mengapa
bisa seperti itu ?. Orang-orang yang memiliki TQ tinggi memahami dan
mengamalkan aturan trasendental secara sungguh-sungguh. Tata aturan bagi
manusia untuk menjalankan hidup untuk memperoleh kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B. Saran

Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini oleh sebab itu, penulis memohon agar para pembaca dapat memberikan kritik
maupun saran yang membangun agar dapat memberikan makalah yang lebih baik
lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al Fadhli, Rd Laili. “MANUSIA DAN KECERDASAN TRANSENDENTAL


DALAM ISLAM,” t.t.
Amda, Ahmad Dibul, dan Mirzon Daheri. “Makna Semantik Qalbu dalam Al-
Qur’an.” Syaikhuna: Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam 11, no. 2
(2020): 190–210.
Kartini, Ajeng. “Taqwa penyelamat ummat.” AL’ULUM 52, no. 2 (2012).
Saputra, Anri, Mela Rospita, dan Vivik Shofiah. “Qalbu Dalam Kajian Psikologi
Islam.” Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman 18, no. 1 (2019): 37–51.
Sausan, Rina. “PENGARUH VERBAL BULLYING TERHADAP
KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS V SD DI
16
KELURAHAN BABAKAN CIPARAY KOTA BANDUNG (Penelitian
Survey Terhadap Siswa Kelas V SD di Kelurahan Babakan Ciparay Kota
Bandung Tahun Ajaran 2020-2021).” FKIP UNPAS, 2020.
Syahmuharnis, Harry Sidharta. “TQ Transcendental Quotient Kecerdasan Diri
Terbaik.” Jakarta: Penerbit Republika, 2006.
Tasmara, Toto. Kecerdasan ruhaniah (transcendental intelligence): Membentuk
kepribadian yang bertanggung jawab, professional, dan berakhlak. Gema
insani, 2001.
https://www.merdeka.com/quran/al-isra/ayat-36 Diakses Tanggal 07-04-2023
Pukul 21.20 Wita
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-iq-eq-tq/ Diakses Tanggal 07-04-
2023 Pukul 21.00 Wita
https://yuliakurniasih30.wordpress.com/tag/hubungan-keimanan-dan-kecerdasan-
transendental-tq-yang-tinggi/ Diakses Tanggal 07-04-2023 Pukul 22.00
Wita

17

Anda mungkin juga menyukai