Makalah HK Bisnis Kel 5
Makalah HK Bisnis Kel 5
“ASURANSI”
Disusun Oleh :
1. Mutiara Safila Mawadah (2103101078)
2. Hani’ah Adistya (2103101079)
3. Fahrezi Pranayuda (2103101082)
4. Rahma Zaujatul Hafiqah (2103101084)
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2022
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa. Atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Hukum Bisnis tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di dunia maupun di yaumul qiyamah nanti.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis
sekaligus menjadi bahan diskusi kelompok dan memperdalam materi tentang Asuransi
dengan di bimbing oleh dosen Hukum Bisnis itu Bapak Dr.Ir.Tri Jarwa SE.,MA.,AK .
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat kerja tim penyusun yang baik dan
dapat diandalkan satu sama lain sehingga terjalin kekompakan dalam tim penyusunan
makalah ini. Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
dalam penyusunan makalah masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna dalam penyusunan makalah
ini bisa lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang
sederhana ini, dapat memberi pengetahuan serta ilmu sebagai pembelajaran bagi para
pembacanya.
Sekian dari kami. Terimakasih.
Madiun, 15 April 2022
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................ii
Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. LatarBelakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................1
D. Manfaat....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
1.1 Pengertian Asuransi......................................................................................................3
1.2 Sejarah Asuransi...........................................................................................................3
1.3 Prinsip-prinsip asuransi...............................................................................................4
1.4 Syarat sah Asuransi......................................................................................................6
1.5 Manfaat Asuransi..........................................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................9
Daftar Pustaka.....................................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia di dalam hidupnya selalu menginginkan semua yang
dilakukannya berjalan dengan lancar, baik itu usaha, perjalanan, pendidikan
anak-anaknya, ataupun kesehatan. Akan tetapi tidak semua dari apa yang
direncanakan selalu menjadi kenyataan. Terkadang ada peristiwa-periswa yang
tidak dapat dihindari oleh manusia, contohnya adalah bencana alam.
Kemungkinan menderita kerugian itulah yang disebut dengan risiko.
Ada beberapa cara yang dilakukan oleh manusia atas risiko yang tidak
pasti tersebut. Cara yang pertama adalah dengan cara menghindari resiko
dengan mengusahakan supaya kehilangan atau kerugian itu tidak terjadi. Yang
kedua adalah menghadapi resiko agar risiko yang terjadi tidak semakin besar.
Dan yang ketiga adalah mengalihkan resiko kepada orang lain, hal inilah yang
disebut perjanjian pengalihan resiko atau asuransi.
Man S. Sastrawidjaja dan Endang mengatakan bahwa adanya kegunaan
positif dari asuransi membuat perlu adanya perkembangan asuransi. Sehingga
asuransi yang semula hanya asuransi yang terdapat di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD), saat ini sudah mengalami perkembangan,
baik hal tersebut merupakan asuransi sosial ataupun asuransi komersial.
B. Rumusan Masalah
1. Arti dari pengertian asuransi ?
2. Bagaimana sejarah nya asuransi ?
3. Apa saja prinsip asuransi?
4. Apa saja syarat sah asuransi?
5. Apa saja manfaat dari asuransi ?
6. Apa saja jenis- jenis asuransi ?
7. Apa saja hukum asuransi ?
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1.Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Hkum Bisnis
2. Membahas materi tentang asuransi
3. Untuk memnambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembelajar.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk para pembaca dapat memnambah
pengentahuan dan memahami materi ini tenta g asuransi itu. Walaupun dalam
makalah ini hanya ada sedikit pembahasan tapi didalam maklah ini juga banyak materi
asuransi dari berbagai sumber lain yang lebih ringkas dan dapat mudah dipahami oleh
pembaca.
iv
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber pembelajaran,
bertambah nya wawasan dan pengetahuan bagi penulis makalah maupun
pembaca makalh ini. Dengan makalah Ini kita dapat memahami apa itu asurasi
di Indonesia
v
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Asuransi
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya aktivitas yang
berkaitan dengan finansial, resiko merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari.
Salah satu hal yang dapat meminimalisir resiko tersebut adalah dengan asuransi.
Asuransi menguntungkan kehidupan masyarakat dengan mengurangi kekayaan yang
harus disisihkan untuk menutupi kerugian akibat berbagai resiko yang didapat.
Terdapat beberapa definisi mengenai asuransi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan suatu
mekanisme perlindungan terhadap harta yang dimiliki dimana didalamnya terdapat
pihak tertanggung yang membayar sejumlah dana kepada pihak penanggung guna
mendapatkan penggantian rugi atas resiko yang mungkin akan terjadi di masa yang
akan datang.
Asuransi yang kita kenal hari ini sangat berguna sebagai sarana mengelola risiko.
Dengan memiliki asuransi, kita memindahkan risiko finansial atau kerugian yang
seharusnya kita tanggung jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, ke perusahaan
asuransi. Dalam rangka memperingati Hari Asuransi yang jatuh pada 18 Oktober, yuk
kita melihat sejarah di balik kehadiran asuransi baik di dunia dan di Indonesia.
Di dunia
1750 SM
Investopedia mencatat, pada tahun ini ditemukan hukum Kode Hammurabi yang
diciptakan oleh Raja Hammurabi dari Babilonia (sekarang Irak). Salah satu aturan
vi
yang diatur dalam Kode Hammurabi adalah kewajiban bagi para pedagang yang
membeli barang dengan pinjaman dan mengangkutnya dengan kapal perlu membayar
sejumlah ekstra dana sebagai garansi bahwa pinjamannya akan batal jika kapalnya
dicuri. Ini diyakini menjadi cikal bakal asuransi.
600 SM
Sekitar 600 SM, orang Yunani dan Romawi membuat asuransi jiwa dan kesehatan
pertama. Produk ini memberikan perawatan bagi keluarga yang ditinggalkan jika
pencari nafkah meninggal.
1200
Pada abad ke-12 di Anatolia, sejenis asuransi negara diperkenalkan. Dengan adanya
asuransi ini, jika pedagang dirampok di daerah tersebut, maka kas negara akan
mengganti kerugian pedagang.
1347
Polis asuransi mandiri yang tidak terikat kontrak atau pinjaman muncul di Genoa pada
abad ke-14. Polis asuransi untuk pertama kalinya ditemukan di tahun 1347. Pada abad
berikutnya, asuransi maritim mandiri dibentuk. Pemisahan asuransi dari kontrak dan
pinjaman merupakan suatu perubahan besar yang mempengaruhi asuransi di tahun-
tahun berikutnya.
vii
harus beritikad baik, kalau tidak, maka perjanjian dapat dibatalkan. Istilah
itikad baik atau goede trouw (Belanda) atau utmost goodfaith (Inggris), adalah
kemauan baik dari setiap pihak untuk melakukan perbuatan hukum agar akibat
hukum dari kehendak atau perbuatan hukum itu dapat tercapai dengan baik.
Itikad baik selalu dilindungi oleh hukum, sedangkan tidak adanya unsur
tersebut tidak dilindungi. Itikad baik dianggap ada pada tiap-tiap pemegang
kedudukan dan apabila tidak ada, harus dibuktikan (pasal 533 jo Pasal 1965
BW).
3. Indemnity
Seperti yang ditulis dalam KUHD pasal 252, 253 dan 278, pihak penangguna
akan menyediakan dana kompensasi agar si tertanggung dapat berada dalam
posisi keuangan sebelum terjadi peristiwa tertentu yang mengakibatkan
kerugian tersebut. Prinsip ini sering dikatakan sebagai prinsip ganti rugi. Isi
prinsip indemnitas adalah keseimbangan, seimbang antara jumlah ganti
kerugian dengan kerugian yang benar-benar diserita oleh tertanggung,
keseimbangn antara jumlah pertanggungan dengan nilai sebenarnya benda
pertanggungan. Prinsip ini hanya berlaku bagi asuransi kerugian, tetapi tidak
berlaku bagi asuransi jumlah (jiwa), karena pada asuransi jumlah prestasi
penanggung adalah membayar sejumlah uang seperti yang telah ditetapkan
pada saat perjanjian ditutup.
4. Proximate cause
Penyebab yang menimbulkan kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa
ada intervensi dari sesuatu.
5. Subrogation
Setelah klaim dibayar maka ada pengalihan hak tuntut dari Tertanggung kepada
Penanggung. Prinsip ini diartikan sebagai penyerahan hak menuntut /
menggugat dari tertanggung kepada Penanggung maka ketika jumlah ganti
kerugian sepenuhnya sudah diganti oleh Penanggung. Dasar hukum prinsip ini
terdapat dalam pasal 284 KUHD.
6. Contribution
Penanggung memiliki hak untuk mengajak Penanggung yang lain untuk
menanggung bersama-sama, namun kewajiban memberikan indemnity terhadap
Tertanggung tidak harus sama. Prinsip ini terjadi jika ada double insurance
sebagaimana diatur dalam pasal 278 KUHD, yaitu jika dalam satu-satunya
polis, ditandatangani oleh beberapa Penanggung. Dalam hal yang demikian,
maka penanggung itu bersama-sama menurut imbangan dari jumlah-jumlah
untuk Penanggung telah menandatangani polis, memikul kewajiban sesuai
harga sebenarnya dari kerugian yang diderita oleh tertanggung.
viii
1.4 Syarat-syarat Sah Asuransi
perjanjian asuransi tidak boleh terlepas dari syarat sahnya perjanjian yang
diatur di dalam Pasal 1320 BW. Menurut ketentuan Pasal 1320 BW,
terdapat 4 syarat sahnya Perjanjian, yaitu :
1. Kesepakatan (Consensus)
Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian
asuransi. Kesepakatan tersebut pada pokonya meliputi :
a. Obyek Asuransi
b. Pengalihan resiko dan Pembayaran Premi
c. Evenemen dan ganti kerugian
d. Syarat-syarat khusus asuransi.
Kesepakatan menjadi dasar berlakunya Perjanjian Asuransi.
Sehingga Berlakunya Perjanjian Asuransi bukan pada saat
penandatangan polis atau pada saat penyerahan polis. Keberlakuan
Perjanjian Asuransi adalah pada saat Kesepakatan, hal ini sebagaimana
tercantum di dalam Pasal 257 KUHD, yaitu Perjanjian Pertanggungan
ada seketika setelah hal itu diadakan; hak mulai saat itu, malahan
sebelum Polis ditandatangani dan kewajiban kedua belah pihak dari
penanggung dan tertanggung berjalan akan tetapi tentu saja untuk hal
tersebut harus ada pembayaran premi terlebih dahulu dari Tertanggung
kepada Penanggung, sebab berdasarkan Pasal 246 KUHD, tidak
dianggap telah terjadi Perjanjian Pengalihan Resiko atau Perjanjian
Asuransi tanpa adanya pembayaran Premi. Hal tersebut pula yang
membawa kewajiban bagi tertanggung untuk segera menandatangani
dan menyerahkannya kepada Tertanggung, dalam batas wakru maksimal
24 jam, apabila tidak ditentukan dalam jangka waktu lebih panjang oleh
ketentuan undang-undang (Pasal 259 KUHD). Perkecualian tersebut
adalah apabila Perjanjian Asuransi tersebut dilakukan secara tidak
langsung atau dengan melalui perantara, maka batas waktunya adalah 8
hari setelah melakukan perjanjian (Pasal 260 KUHD). Akan tetapi
apabila terjadi permasalahan, maka untuk pembuktian telah terjadi
asuransi adalah tetapi dengan adanya pembuatan bukti tertulis (Pasal
258 KUHD), akan tetapi karena Pasal 259 KUHD hanya mencantumkan
adanya bukti tertulis, sehingga apabila diperbolehkan untuk alat bukti
lainnya yang dibuat secara tertulis.
2. Kecakapan atau Kewenangan (Authority)
Kecakapan dalam perjanjian asuransi dapat dinyatakan dengan
dengan kewenangan atau wewenang dari kedua belah pihak, baik itu
dari pihak Penanggung ataupun dari pihak Tertanggung.
Kewenangan tersebut ada yang bersifat subyektif dan ada yang
bersifta obyektif, tentu saja dalam hal ini kewenangan yang bersifat
subyektif adalah terkait dengan kedewasaan. Di mana tentu saja usia
dari para pihak harus cakap hukum, di mana kecakapan ini diatur di
dalam Undang-Undang no 1 tahun 1974 dan UU notaris, yaitu 18 tahun,
sehat ingatan, tidak dibawah perwalian atau pemegang kuasa yang sah.
Syarat obyektif, adalah terkait dengan kewenangan para pihak dalam
ix
mewakili suatu perusahaan (hal ini apabila Penanggung dan
Tertanggung berbentuk Perseroan Terbatas), selain itu adalah adanya
hubungan kepentingan antara Tertanggung dengan obyek asuransi,
apabila Tertanggung tidak memiliki hubungan kepentingan dengan
obyek, maka penanggung tidak wajib memberikan ganti kerugian (Pasal
250 KUHD). Hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah Tertanggung
mencari keuntungan memperkaya diri dari pemberian ganti kerugian
obyek asuransi yang bukan haknya. Pasal 264 KUHD mengatur bahwa
Perjanjian Asuransi dapat pula dilakukan dengan beban pihak ketiga,
baik berdasarkan amanat umum atau khusus, maupun di luar
pengetahuan yang berkepentingan sekalipun, apabila pertanggungan
tersebut diadakan tidak dinyatakan di dalam polisnya, maka
pertanggungan tersebut dianggap dilakukan untuk dirinya sendiri (Pasal
267 KUHD). Pertanggungan untuk pihak ketiga harus dengan tegas
dinyatakan di dalam polisnya, apakah hal tersebut karena pemberian
amanat atau diluar sepengetahuan yang berkepentingan, sebab
Perjanjian asuransi tanpa adanya pemberian amanat adalah batal (Pasal
265 KUHD dan Pasal 266 KUHD).
3. Obyek Tertentu (Fixed Obyek)
Obyek asuransi dapat dikatakan sebuat harta kekayaan yang
memiliki nilai ekonomi, sehingga dapat dihargai dengan sejumlah uang.
Obyek asuransi ini memiliki hak subyektif yang tidak berwujud, hak
subyektif ini disebut dengan kepentingan. Artinya kepentingan akan
selalui mengikuti dimana obyek asuransi itu berada. Pasal 268 KUHD
memberikan pengertian mengenai kepentingan, yaitu :
a. Dapat dinilai dengan uang
b. Dapat terancam bahaya
c. Tidak dikecualikan oleh Undang-Undang
Hal tersebut dengan maksud bahwa kepentingan tersebut memberi suatu
ukuran akan adanya ganti kerugian berupa sejumlah uang. Sedangkan
Pasal 1. 25 UU no 40 tahun 2014 menyatakan bahwa obyek asuransi
adalah jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, benda
dan jasa,serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi,
dan atau berkurang nilainya.
Terkait dengan obyek asuransi tersebut terdapat satu prinsip yang
dianut, yaitu adanya sutau pemberitahuan yang jelas megenai obyek
oleh Tertanggung, hal ini terkait dengan adanya perlindungan hukum
bagi Penanggung dari ketidakjujuran Tertanggung.
4. Kausal yang Halal / diperbolehkan (Legal Cause)
Kausa yang halal atau diperbolehkan maksudnya adalah isi
perjanjian asuransi itu tidak dilarang oleh Undang-Undang, tidak
bertentangan dengan dengan ketertiban umum, dan tidak bertentangan
dengan kesusilaan. Dapat diartikan pula dengan obyek yang dilarang
untuk diperdagangkan, tidak adanya kepentingan, tidak adanya
pembayaran premi guna mengalihkan resiko.
x
Tentu saja untuk syarat sahnya perjanjian, apabila syarat pertama
dan kedua yang merupakan syarat subyektif dilanggar, maka akibat
hukumnya adalah dapat dibatalkan dan apabila syarat ketiga dan syarat
keempat yang dilanggar, maka akibat hukumnya adalah batal demi
hukum
2. Memberikan Ketenangan
Asuransi menawarkan perlindungan terhadap risiko yang terjadi di kemudian hari. Hal
ini bisa mendatangkan rasa tenang, karena tidak perlu khawatir lagi jika sesuatu tidak
terduga terjadi. Meskipun penanganan kerugiannya berdasarkan jenis asuransi yang
kamu pilih. Akan tetapi, setidaknya bisa menanggung sebagian dari beban biaya yang
ditangguhkan.
4. Meminimalisir Kerugian
Dengan memiliki asuransi, maka dapat meminimalisir biaya kerugian jika mengalami
kejadian tidak terduga. Jadi, kebutuhan akan tetap terpenuhi secara stabil. Sebab,
sebagian biaya sudah ditanggung oleh perusahaan asuransi untuk mengganti kerugian
yang kamu alami. Jika tidak ada asuransi, bisa saja akan kebingungan untuk
memperoleh tanggungan dari mana.
xi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
A.Seperti dalam perjanjian pada umumnya, maka perjanjian asuransi jiwa terbentuk
sejak adanya kata sepakat atau konsensus antara pengambil asuransi dengan
penanggung, dan sejak saat itu pula timbul hak dan kewajiban d i antara para pihak
tersebut.
B.Adanya polis dalam perjanjian .asuransi jiwa sangat penting, dalam kedudukannya
sebagai dasar pelaksanaan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Disamping
itu polis dapat digunakan sebagai alat bukti,. apabila terjadi sengketa diantara para
pihak, baik sengkata yang berhubungan dengan pembentukan perjanjian maupun
sengketa mengenai hak dan kewajiban yang timbul.
C.Di dalam perjanjian asuransi jiwa, pihak penanggung dapat membatalkan perjanjian
yang telah dibuat, apabila terbukti adanya kesengajaan yang merupakan itikad buruk
dari pengambil asuranai atau orang yang herkepentinganatas uang pertanggungan,
dengan memperb«rat resiko yang menjadi heban penanggung.
D.Di dalam perjanjian asuransi jiwa, pihak penanggung dapat membatasi atau
membatalkan tanggung jawabnya untuk membayar uang pertanggungan, apabila
terbukti tertang - gung meninggal dunia karena bunuh d ir i, dipidana mati , berkelahi
tanding, karena kesalahan pengambil asuransi. atau kesalahan tertunjuk, dan mungkin
sebab-sebab kematian tertanggung yang lain yang tergantung atas penilaian dan
pertimbangan penanggung.
SARAN
A. Alangkah baiknya, apabila di dalam KUHD yang mengatur - tentang
pertanggungan jiwa, ditambahkan pasal yang me - ngatur mengenai pengertian
asuransi jiwa yang lebih lengkap dan dapat mencakup semua unsur-unsurnya,
hal in i di maksudkan untuk memperoleh kesatuan pengertian, sehingga dapat
dihindarkan pelbagai penafsiran.
B. Hendaknya, di dalam pasal 304 KUHD ditambah dengan ke - tentuan
mengenai tertunjuk atau orang yang menerina pertanggungan, sebab hal in i
harus ada dalam perjan - jian asuransi jiwa.
C. Hendaknya di dalam pasal KUHD ditambah mengenai - pembatasan atau
peniadaan tanggung jawab penanggung yang disebabkan adanya kematian
tertanggung akibat kelahi tanding, akibat perbuatan pengambil asuransi atau
orang yang berkepentingan atas uang pertanggungan, hal in i dimaksudkan
agar dapat sejalan dengan perkem - bangan asuransi jiwa dewasa ini.
xii
DAFTAR PUSTAKA
https://erepository.uwks.ac.id
http://staffnew.uny.ac.id
xiii