Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam teknik pengambilan sampel pada
kacang hijau dalam karung yang bagian ujungnya terinfestasi serangga yang disimpan
pada gudang penyimpanan?
a. Lubang tersebut harus digunting dan diambil untuk diperiksa lebih lanjut di
laboratorium, apakah serangga berasal dari produk (dari dalam karung) atau dari
luar karung.
b. Kotoran dan sarang laba-laba juga dikoleksi sebagai subcontoh.
c. Apabila infestasi serangga terjadi di sepanjang jahitan karung, produk yang
berada di bawah jahitan tersebut harus dikoleksi.
d. Jumlah yang diambil biasanya sekitar 0.5-1 kg. Sejumlah contoh yang sama
harus pula diambil tanpa diayak untuk diinkubasi di laboratorium
e. Produk yang tidak terkontaminasi harus diambil contohnya sebagai kontrol.
f. Contoh yang sudah diambil, kemudian dimasukkan ke kantong plastik,
diidentifikasi, dan ditutup rapat (sebaiknya kedap udara).
g. Apabila ditemukan adanya serangga hidup dalam contoh, contoh harus
difumigasi menggunakan kloroform. Kloroform dapat. melarutkan kantong
plastik. Contoh yang mengandung serangga hidup sebaiknya disimpan di dalam
wadah gelas.
PT. Teh Primarindo yang memproduksi teh dalam kemasan. Hasil kerusakan
kemasan selama 1 bulan produksi pada Maret 2020 adalah sebagai berikut.
o Pada line 1 shift 1 terjadi kerusakan berupa kemasan bocor, cembung, tutup
kemasan miring, dan isi kurang masing-masing sebesar 60, 40, 20, 50
kemudian di shift kedua sebesar 80, 30, 30, 20
o Pada line 2 shift 1 terjadi kerusakan berupa kemasan bocor, cembung, tutup
kemasan miring, dan isi kurang masing-masing sebesar 40, 35, 10, 45
kemudian di shift kedua sebesar 45, 30, 15, 50
o Pada line 3 shift 1 terjadi kerusakan berupa kemasan bocor, cembung, tutup
kemasan miring, dan isi kurang masing-masing sebesar 80, 40, 30, 40
kemudian di shift kedua sebesar 65,30,25,40
1. Buatlah tabel stratifikasi kerusakan kemasan pada PT Teh Primarindo!
Jelaskan digram perbaikan mutu Juran (1998) di bawah, kaitkan dengan tindakan apa
saja yang perlu dilakukan!
Pada gambar tersebut, ditunjukkan suatu proses yang menghasilkan cacat secara
reguler pada tingkat sekitar 10%. Angka 10% ini merupakan area yang menandakan
"kronis" (tingkat mutu lama). Tingkatan cacat kronis ini berjalan terus sampai ada
tindakan terobosan untuk mengubahnya. Tindakan ini disebut "perbaikan mutu"
seperti telah diuraikan di atas.
Puncak sporadis terjadi pada periode waktu tertentu sebagai hasil dari perubahan
proses akibat kurang berhasilnya pengendalian. Hal ini disebut sebagai masalah
sporadis yang dapat diperbaiki dengan tindakan korektif (corrective action) atau
disebut sebagai memadamkan kebakaran (fire fighting). Tindakan korektif ini
termasuk dalam wilayah pengendalian mutu.
Sumber Pustaka :