DISUSUN OLEH:
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
1
KATA PENGANTAR
Makalah tentang Konsep Teori Evolusioner Bass dan Teori Psikologi Positif
Seligman ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan dengan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis tidak luput menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa penulis menyampaikan
rasa hormat dan terima kasih pada Ibu Dina Haya Sufya, M.Si selaku dosen pengampu
mata kuliah.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
siswa yang memiliki kemungkinan mengalami drop out: Ayahnya adalah
seorang profesor psikologi terkemuka dan keluarganya secara umum cerdas dan
berbakat.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori David Buss
2.1.1 Biografi David Buss
David Buss dilahirkan pada 14 April 1953 di Indianapolis,
Indiana, dari pasangan Arnold H. Buss, Sr. dan Edith Nolte. Arnold
H. Buss memiliki beberapa prestasi, yaitu:
6
tanpa alasan yang jelas. Anak muda tersebut hanya ingin memulai
perkelahian saja Berbagai pengalaman buruk tersebut membuat
Buss memutuskan untuk mengambil kelas malam. Ia berhasil
menyelesaikan SMA-nya. Tetapi prestasinya terlalu rendah untuk
mendaftar ke perguruan tinggi. Di tahun 1971, ia beruntung
memenangkan lotre untuk masuk ke University of Texas. Di
universitas, kecintaan dan ketertarikan Buss terhadap ilmu
pengetahuan dan tingkah laku manusia tumbuh. Mata kuliah
Geologi dan Astronomi memaparkannya dengan pentingnya
evolusi. Seperti kebanyakan tokoh kepribadian, Buss merasa bahwa
pengalaman masa kecil dan kepribadiannya berpengaruh terhadap
teori kepribadiannya.
7
performanya di masa sekolah lanjutan, Buss memiliki prestasi yang
baik sebagai mahasiswa undergraduate dan mengembangkan minat
terhadap psikologi dan tingkah laku manusia.
8
2.2 Prinsip Psikologi Evolusi
Istilah "psikologi evolusi" dicetuskan pada tahun 1973 oleh ahli biologi
Michael Ghiselin (1973), dan kemudian dipopulerkan oleh ahli antropologi john
tobby dan psikolog leda cosmides pada awal tahun 1990-an. psikologi evolusioner
dapat diartikan sebagai studi ilmiah tentang pikiran dan perilaku manusia dari
perspektif evolusi dan berfokus pada 4 pertanyaan utama, yaitu:
9
hanya sejumlah variasi yang akan diwariskan secara ajeg dari
orangtua kepada keturunannya. Variasi-variasi lain tidak akan
diwariskan kepada keturunan. Hanya variasi yang diwariskan saja
yang akan berperan dalam proses evolusi. (c) Seleksi (selection).
Organisme yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat
diwariskan akan memproduksi lebih banyak keturunan dibandingkan
dengan organisme yang kurang memiliki sifat-sifat yang dapat
diwariskan oleh karena sifat-sifat tersebut membantu memecahkan
problem khusus dan dengan demikian memberi sumbangan kepada
reproduksi dalam satu lingkungan tertentu (Buss et al., 1998 dalam
Hastjarjo, 2003)
Sirkuit syaraf didesain oleh seleksi alamiah untuk memecahkan
problem yang dihadapi nenek moyang selama sejarah evolusioner
spesies (Cosmides & Tooby, 1997). Satu problem yang harus
dipecahkan berkaitan dengan kelangsungan hidup (survival),
misalnya problem “Makanan apa yang harus dimakan?”. Orang
memiliki banyak pilihan makanan: ada padi, buah-buahan, kacang,
dan daging tetapi ada juga daun-daunan, batu, tanaman beracun,
bangkai busuk, dan kotoran. Cosmides & Tooby (1997) memberikan
ilustrasi mengenai perilaku lalat dan manusia terhadap kotoran.
Perilaku lalat dan manusia akan berbeda saat menghadapi seonggok
kotoran bau. Seonggok kotoran akan menjadi tempat bagi lalat betina
untuk menempatkan telur. Lalat jantan akan suka terbang mengitari
onggokan kotoran oleh karena mereka dapat memperoleh pasangan
di tempat itu. Sebaliknya, seonggok kotoran bau akan menimbulkan
rasa jijik serta dihindari oleh manusia karena kotoran itu dapat
merupakan sumber penyakit. Seleksi alamiah dalam kasus ini dapat
digambarkan sebagai prinsip “jika makan kotoran, maka akan mati”.
Sejumlah orang yang memiliki sirkuit syaraf yang membuat kotoran
10
terasa manis akan suka memakan kotoran. Akibatnya, mereka akan
terkena penyakit dan kemudian meninggal. Orang-orang yang
memiliki sirkuit syaraf yang menyebabkan mereka menghindari
makan kotoran, akan lebih sedikit peluangnya untuk sakit dan akan
hidup lebih panjang. Jumlah pemakan kotoran akan tinggal sedikit
pada generasi selanjutnya dan lama kelamaan akan hilang dari
populasi. Tidak ada lagi orang-orang yang memiliki sirkuit syaraf
yang membuat kotoran terasa lezat. Populasi akan diisi oleh orang
yang menghindari kotoran dan menyukai makanan yang kaya gula
dan lemak. Preferensi orang terhadap makanan yang mengandung
banyak gula dan lemak itulah disebut sebagai mekanisme psikologis.
Dengan kata lain, mengapa manusia memiliki sekumpulan sirkuit
syaraf tertentu adalah karena sirkit yang dimiliki lebih baik dalam
memecahkan problem adaptif yang dihadapi nenek-moyang kita dulu
selama sejarah evolusioner spesies dibandingkan dengan sirkuit
syaraf lain.
Manusia juga menghadapi problem adaptif yang berkaitan
dengan reproduksi. Salah satu problem adaptif itu menyangkut
memilih seorang wanita yang subur. Orang-orang jaman dulu yang
menikahi wanita tidak subur akan gagal bereproduksi. Sebaliknya,
orang-orang yang menikahi wanita subur akan berhasil dalam
bereproduksi. Selama beribu-ribu generasi kemudian akan
muncullah secara evolusioner preferensi pria terhadap wanita yang
subur. Lebih tepatnya, preferensi dan ketertarikan pria terhadap
tanda-tanda pada diri wanita yang berkorelasi secara reliabel dengan
fertilitas (Buss & Schmitt, 1993).
Proses seleksi alamiah diibaratkan bekerja seperti sebuah
penyaring (Buss et al., 1998). Variasi-variasi yang menghambat
solusi yang sukses terhadap problem adaptif akan dibuang;
11
sementara itu variasi-variasi yang memberi sumbangan pada solusi
sukses terhadap problem adaptif akan berhasil masuk lewat saringan
selektif. Selama beberapa generasi, proses penyaringan akan
cenderung memproduksi dan mempertahankan karakteristik-
karakteristik yang berinteraksi dengan lingkungan fisik, sosial dan
internal yang mempromosikan reproduksi individu yang memiliki
karakteristik-karakterisitik tersebut. Karakteristik-karakteristik
inilah yang dinamakan adaptasi.
2. Adaptasi
Adaptasi adalah produk proses evolusioner. Adaptasi adalah
satu karakteristik yang berkembang secara reliabel dan dapat
diwariskan yang muncul menjadi satu ciri satu spesies melalui seleksi
alamiah oleh karena karakteristik tersebut membantu secara langsung
atau tidak langsung untuk memfasilitasi reproduksi selama periode
evolusinya (Buss et al., 1998). Fungsi adaptasi adalah untuk
memecahkan satu problem adaptif. Pengertian adaptasi dalam
psikologi evolusioner ini berbeda dengan pengertian adaptasi yang
umum dipakai oleh psikologi. Pengertian umum adaptasi biasanya
menunjuk pada pengertian yang menyangkut kebahagiaan pribadi,
kesesuaian sosial, kemampuan menyesuaikan diri dengan kondisi yang
berubah atau kesejahteraan hidup. Adaptasi merupakan karakteristik
yang bersifat dapat diwariskan. Adaptasi diturunkan oleh orang tua
kepada anak keturunan. Agar supaya adaptasi dapat diwariskan kepada
keturunan maka perlu ada gen adaptasi. Meskipun adaptasi merupakan
karakteristik yang diwariskan, faktor lingkungan mungkin memainkan
peranan penting dalam perkembangan ontogenetiknya (Buss et al.,
1998). Satu karakteristik dinilai sebagai adaptasi jika memenuhi dua
kriteria (Buss et al., 1998), yakni (a) karakteristik tersebut harus secara
ajeg muncul dalam bentuk yang lengkap pada saat yang tepat dalam
12
kehidupan organisme, (b) karakteristik itu merupakan karakteristik
yang tipikal dari semua atau kebanyakan anggota spesies. Adaptasi
tidak selalu harus ada pada saat kelahiran. Misalnya, gerakan dengan
dua kaki merupakan satu karakteristik yang berkembang secara ajeg
dari manusia, namun kebanyakan manusia baru mampu berjalan
dengan dua kaki pada usia setahun
3. Mekanisme psikologis hasil evolusi (evolved psychological
mechanism)
Semua perilaku yang kasat-mata akan dilandasi oleh mekanisme
psikologis selain oleh input (Buss, 1995a). Misalnya, jika seorang anak
dan seorang dewasa merespons secara berbeda stimulus yang sama,
maka hal ini disebabkan karena mereka memiliki mekanisme
psikologis yang berbeda. Contoh lain, jika seorang pria dan wanita
mempunyai respons yang berbeda terhadap stimulus yang sama, hal
itu disebabkan karena pria dan wanita memiliki mekanisme psikologis
yang berbeda. Mekanisme fisiologis dan juga psikologis merupakan
hasil proses evolusi dengan cara seleksi alami.
Buss (1995a, h. 6) merumuskan mekanisme psikologis sebagai
sekumpulan proses didalam diri organisme yang (a) ada dalam bentuk
yang sekarang ini oleh karena mekanisme ini memecahkan satu
problem khusus dari keberlangsungan hidup atau reproduksi individu
secara berulang kali sepanjang sejarah evolusioner manusia, (b) hanya
mengambil informasi atau input tertentu yang dapat bersifat internal
atau eksternal, dapat disarikan secara aktif atau diterima secara pasif
dari lingkungan, dan menetapkan bagi individu problem adaptif
tertentu yang dihadapinya, dan (c) mengubah informasi menjadi
output melalui satu prosedur dimana outputnya akan mengatur
aktivitas fisiologis, memberikan informasi pada mekanisme psikologis
lain atau menghasilkan tindakan, dan memecahkan satu problem
13
adaptif tertentu. Salah satu tugas utama psikologi evolusioner adalah
mengidentifikasikan, menggambarkan dan memahami mekanisme
psikologis. Fungsi mekanisme psikologis adalah memecahkan
problem adaptif khusus yang telah didesain oleh proses seleksi alami
(Buss, 1995a, h. 6). Tabel berikut ini merupakan contoh beberapa
kandidat mekanisme psikologis dengan kemungkinan fungsinya.
4. Peran sentral konteks dalam psikologi evolusioner
Psikologi evolusioner memberikan peran penting bagi faktor
lingkungan, situasional dan kontekstual (Buss, 1995). Salah satu peran
itu disebut sebagai konteks selektif kesejarahan (historical selective
context) yang menunjukkan adanya tekanantekanan seleksi yang
dihadapi manusia dan nenek moyangnya selama beribu-ribu generasi.
Di satu pihak, manusia dan simpanse mempunyai nenek moyang yang
sama, maka ada sejumlah kesamaan mekanisme antara manusia dan
simpanse. Misalnya mekanisme penglihatan antara manusia dan
simpanse adalah sama. Di lain pihak, sejarah evolusi manusia berbeda
dengan spesies lain, tekanan seleksi yang dialami manusia juga unik,
maka mekanisme psikologis manusia juga unik dan tidak dimiliki oleh
spesies lain. Peran lingkungan juga tergambar dalam konsep konteks
ontogenetik (ontogenetic context). Konteks ontogenetik
menggambarkan bahwa pengalaman-pengalaman selama
perkembangan dapat “melangsir” orang untuk memiliki strategi yang
berbeda. Misalnya, ketiadaan figur ayah pada masa kanak-kanak
mendorong orang mengembangkan strategi mencari pasangan dengan
cara yang lebih permisif. Sebaliknya, kehadiran seorang ayah selama
masa kanak-kanak mendorong orang untuk mengembangkan strategi
monogami dalam mencari pasangan. Bentuk ketiga dari peran konteks
terdapat dalam input situasional yang dekat (immediate situational
inputs) yang mempengaruhi bekerjanya satu mekanisme psikologis
14
tertentu. Misalnya, mekanisme psikologis seperti rasa cemburu akan
diaktifkan hanya oleh input kontekstual tertentu seperti adanya tanda-
tanda ketidaksetiaan. Satu tugas penting psikologi evolusioner adalah
menjelaskan ketiga bentuk input kontekstual tersebut (Buss, 1995a, h.
11).
Akibat hal tersebut, muncul paradoks: “jika seleksi alam memisahkan sifat
maladaptive dan selama waktu yang panjang menghasilkan sifat manusia yang
universal, maka bagaimana bisa individu secara konsisten berbeda dalam
kecendrungan mereka untuk berpikir dsn bertindak (dengan kata lain: kepribadian
mereka)?”
Adaptasi manusia harus tetap bersifat universal dan khusus bagi masing-
masing spesies. Berarti, seharusnya tidak ada perbedaan yang signifikan antar
individual. Namun, Tooby dan Cosmides berpendapat: Jika trait menunjukkan
perbedaan individual yang signifikan, maka hal itu tidak dapat disebut sebagai
adaptasi. Berdasarkan definisinya, adaptasi bersifat species typical (khusus bagi
masing-masing spesies). Beberapa psikolog evolusi berpendapat bahwa ada 2
15
solusi untuk paradoks ini, yaitu: Perbedaan kepribadian adalah “noise”; atau,
Perbedaan kepribadian adalah “by-product” dari strategi evolusi adaptif (evolved
adaptive strategies). Tokoh lainnya berpendapat bahwa trait adalah sesuatu yang
lebih dari pada sekedar noise atau by-products, yang disebut adaptations. Teori
Buss sendiri pada intinya berusaha untuk membahas secara mendalam mengenai
berbagai masalah adaptif dan solusi atau mekanismenya.
16
kotoran dan menyukai makanan yang kaya gula dan lemak. Preferensi orang
terhadap makanan yang mengandung banyak gula dan lemak itulah disebut
sebagai mekanisme psikologis. Dengan kata lain, mengapa manusia memiliki
sekumpulan sirkuit syaraf tertentu adalah karena sirkit yang dimiliki lebih baik
dalam memecahkan problem adaptif yang dihadapi nenek-moyang kita dulu
selama sejarah evolusioner spesies dibandingkan dengan sirkuit syaraf lain.
17
Karakteristik utama dari conscientiousness adalah kapasitas dan
komitmen seseorang untuk bekerja. Orang dengan conscientiousness dapat
dipercaya untuk menyelesaikan pekerjaan dan tanggung jawab. Mereka juga
adalah orang-orang yang dapat kita andalkan saat dibutuhkan. Ciri-cirinya:
berhati-hati, detail, fokus dan reliabel.
d. Stabilitas emosi
Kewaspadaan atau sensitivitas seseorang terhadap bahaya dan ancaman
adalah sesuatu yang penting dan adaptif. Salah satu hal yang termasuk dalam
behavioral disposition ini adalah kemampuan seseorang untuk mengelola
stresnya. Ketakutan dan kecemasan adalah emosi yang adaptif. Neurotisme:
kecenderungan seeorang untuk mengalami perasaan negatif, seperti cemas,
bersalah, dan sedih. Kecenderungan untuk sensitive terhadap ancaman
misalnya menjadi adaptif untuk lingkungan yang berbahaya. Memiliki
kecemasan atau ketakutan dalam tingkat tertentu adalah adaptif karena
membantu kita untuk bertahan hidup. Saat tingkatnya kurang atau berlebih,
maka dapat mengganggu keberfungsian kita sehari-hari.
e. Keterbukaan
Kecenderungan seseorang untuk berinovasi dan kemampuannya
memecahkan masalah. Berkaitan erat dengan kecerdasan. Kemauan untuk
mencoba hal baru dan memiliki pengalaman baru dibandingkan bertahan
dengan sesuatu yang bersifat rutin. Orang-orang seperti ini sering kali menjadi
seorang penjelajah di kelompoknya. Contoh: pekerja seni dan peneliti.
18
bertemu dengan Mihaly Csikszentmihalyi. Kesempatan itupun mereka pergunakan
untuk melakukan diskusi mengenai psikologi positif.Pada awalnya psikologi
memiliki tiga tujuan utama, yaitu :Menyembuhkan penyakit mental Membantu
semua orang untuk hidup dengan lebih produktif dan bermakna Mengidentifikasi
dan memelihara bakat atau potensi manusiaNamun, setelah perang dunia II yang
menimbulkan kesedihan dan trauma bagi seluruh penduduk dunia, muncul
berbagai penyakit mental seperti depresi, stress, trauma,dll.
Banyak psikolog yang tidak menyukai metode penyakit ini. Menurut mereka
hal itu berarti telah mereduksi arti manusia itu sendiri yaitu, individu yang
memiliki potensi dan selalu maju untuk berkembang. Pemikiran inilah yang
menjadi dasar bagi Seligman untuk mendirikan psikologi positif. Dia menganggap
dengan begitu, maka psikologi telah berpaling dari tujuan awalnya, yaitu untuk
membuat orang lebih sejahtera. Dengan jabatan presidensilnya, Seligman bersama
dengan anggota Steering Comitee yang lain (Mihaly Csikszentmihalyi, Ed Diener,
Kathleen Hall Jamieson, Chris Peterson, and George Vaillant) mengembangkan
psikologi positif.
19
Sebaliknya orang optimis akan memandang kejadian buruk (bad events)
yang menimpa mereka sebagai sesuatu yang bersifat temporer (misal: hari ini bos
saya lagi bad mood; atau bos saya marah kalau saya terlambat menyelesaikan
laporan; atau saya tidak berhasil dalam bisnis karena salah memilih lokasi toko;
dst). Contoh kalimat yang bersifat temporer semacam ini membuat orang bisa
melihat kejadian buruk sebagai sesuatu yang bersifat sementara bukan permanen
dan bisa dihindari di masa mendatang.
Menurut Prof. Seligman, ada tiga cara untuk membangun kekuatan positif
manusia:
1. Have a Pleasant Life (life of enjoyment):
2. Have a Good Life (life of engagement):
3. Have A Meaningful Life (life of Contribution) :
20
2.6 Positive Emotional States and Processes
a. Positive Emotional States (Perkembangan)
Kesehatan kita sangat dipengaruhi oleh emosi kita. Emosi ini berupa pikiran
kita, baik pikiran positif maupun pikiran negatif. Dengan adanya pikiran yang positif,
maka kita dapat merasakan timbulnya rasa optimis dalam diri kita. Pada akhirnya
pengaruh ke tubuh kita akan terasa sehat dan selalu semangat dalam menjalankan
kehidupan. Sebaliknya orang yang suka atau selalu berpikir negatif cenderung akan
mudah sakit. Disebabkan orang yang seperti itu akan kehilangan keseimbangan
tubuhnya.
21
dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah
oleh rangsangan yang sama.
d. Belajar melalui pengkondisian, dengan metode ini objek situasi yang pada
mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil
dengan cara asosiasi. Penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas
pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa
remaja.
e. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, dengan
pelatihan, remaja dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang
biasa membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak
bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.
22
c. Suasana Hati dan Proses Transformasi Informasi, salah satu bagian awal yang
amat penting dari keseluruhan proses kognitif ialah melakukan transformasi
informasi untuk disimpan di dalam gudang ingatan setelah informasi itu
diterima melalui alat indera (sensory). Kesimpulan keadaan emosional seperti
suasana hati yang sedih atau gembira dapat mempengaruhi proses
transformasi informasi yang netral. Suasana hati yang sedih dapat
mengganggu seseorang melakukan transformasi informasi ke dalam gudang
ingatan.
d. Suasana Hati dan Proses Berusaha, suasana hati mempengaruhi proses
berusaha dalam menjalankan sesuatu tugas yang menggunakan kapasitas
kognitif pengaruh ini sangat tergantung pada jenis tugas yang di berikan
kepada seseorang. Suasana hati yang negatif mesalnya stres dan
depresi semakin mengganggu hal ini berarti semakin banyak suatu tugas
makin besar pengaruh suasana hati yang buruk di dalamnya yang dapat
memperlemah usaha-usaha penyelesaian tugas.
e. Kecemasan dan kinerja, demikian pula mengenai kecemasan dan interaksinya
dengan tingkat kesukaran tugas lebih dari 20 peneliti menemukan bahwa
kecemasan memiliki pengaruh negatif yang berakibat menurunkan kapasitas
kognitif seseorang dalam mengerjakan tugas yang lebih sukar atau komplek
sementara itu untuk tugas yang sederhana maka kecemasan cenderung sudah
berpengaruh didalamnya (Eyseak,1984).
23
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Psikologi evolusioner dipandang sebagai satu perkembangan baru terpenting
dalam ilmu-ilmu keperilakuan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini dan juga
paling kontroversial. Sejumlah kritikan dialamatkan kepada psikologi evolusioner.
Misalnya, konsep modularitas dirumuskan secara subjektif tanpa ada dukungan
hasil penelitian empiris di bidang neurologi, dan penjelasan tentang adaptasi bersifat
spekulatif serta mirip sebuah dongengan (just-sostory) sehingga tidak dapat diuji
dan tidak ilmiah. Keterbatasan utama psikologi evolusioner adalah tidak adanya
hipotesis yang dapat diuji dari teori.
Psikologi Positif secara resmi didirikan oleh Martin E.P. Seligman pada
tahun 1998. Seligmen yang waktu itu menjabat sebagai Presiden APA (American
Psychological Assosiation) secara otomatis dinobatkan sebagai bapak psikologi
positif.Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari psikologi positif, yaitu lebih menekankan apa yang
benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/buruk.Psikologi positif
tidak bermaksud mengganti atau menghilangkan penderitaan, kelemahan atau
gangguan (jiwa), tapi lebih kepada menambah khasanah atau memperkaya, serta
untuk memahami secara ilmiah tentang pengalaman manusia.
2. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami
24
DAFTAR PUSTAKA
Buss, David dkk. 1998. Adaptations, Exaptatations, and Spandrels. American
Psychologist, 53, 5, 533-548.
Hastjarjo, D. (2003). Mengenal sepintas psikologi evolusioner. Buletin Psikologi, 11(2).
Buss, D. M. (1995). Evolutionary psychology: A new paradigm for psychological
science. Psychological inquiry, 6(1), 1-30.
25