Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PEMASARAN PARIWISATA DAN HOSPITALITY

REVIEW JURNAL TOURISM MANAGEMENT


“Enlightened Hedonism: Exploring the Relationship of Service Value,
Visitor Knowledge and Interest, To Visitor Enjoyment at Heritage
Attractions”

Oleh:
KELOMPOK 5

Dyna Triadi 2010526039


Sherly Cecilia 2110526007
Dia Alenda 2110526008
Rhefaa Sekarwangi 2110526021
Puja Febri Agali 2110526023
Diah Maharini 2110526029
Violeta Putricia Alfazena 2110526030
Relfi Deva 2110526034
Elvi Fitria 2110526040
Wira Yana Satya 2110526054

Dosen Pengampu:
Dr. Verinita, S.E., M.Si.

PROGRAM STUDI SI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
PEMBAHASAN JURNAL
Judul Jurnal Enlightened hedonism: Exploring the relationship of service value, visitor
knowledge and interest, to visitor enjoyment at heritage attractions
Nama Jurnal Tourism Management
Tahun 2013
Penulis Stephen J.Calver dan Stephen J. Page
Objek Penelitian Wisatawan di wisata warisan Inggris, Wales, dan Irlandia utara.

Metode Penelitian:
Penelitian ini melakukan survei lebih dari 184 objek wisata budaya warisan di tiga
lokasi dengan populasi sampel 109.000 responden. Survey yang digunakan adalah sebuah
self-completion methodology yang dikembangkan dan divalidasi mengikuti dua studi
komparatif.

Measures and data collection


➢ Adanya wawancara mendalam dengan pengunjung dan penggunaan dimensi reduction
techniques dalam mengevaluasi item survey untuk membangun database yang
komprehensif.
➢ Adanya questionnaire dengan tiga section dengan perhitungan skala likerts 1-5.

Reliability
Analisis reliabilitas digunakan untuk mengevaluasi stabilitas dan konsistensi dari
setiap konstruksi laten. Item-total yang dikoreksi digunakan untuk memvalidasi retensi
item di atas korelasi 0,30 (Tabachnick & Fidell, 2001). Item yang ditolak pada tahap ini
ialah:
➢ Knowledge of family history and genealogy/Interest in family
➢ History and genealogy
➢ Knowledge of outdoor activities/Interest in outdoor activities

Nilai Alpha Cronbach untuk masing-masing dimensi dalam model dijelaskan


dengan factor loadings, rata-rata dan standar deviasi untuk item.
Lalu kemudian juga hypothesised model diuji menggunakan Structural Equation
Modelling (SEM).
Hipotesis:

Gambar di atas merupakan hypothesised model dari jurnal


1) Bagaimana service offer di tempat wisata bersejarah berhubungan dengan pengetahuan
dan minat pengunjung untuk mempromosikan visitor enjoyment?
2) Menyelidiki hubungan antara layanan, pengaruh pengetahuan pengunjung dan tujuan
hedonis pengunjung serta efek pada perilaku selanjutnya.
TEORI DALAM JURNAL
1. Hedonic Value
Pengalaman hedonis adalah salah satu cara utama yang digunakan pengunjung
untuk menilai value yang dirasakan dari pengalaman mereka tentang atraksi wisata
bersejarah. Hedonic evaluation bergantung pada konteks, dan kenikmatan sementara
yang mungkin merupakan ambisi yang tepat untuk membangun pengalaman
pengunjung di banyak wisata bersejarah, yang juga mungkin dapat memberikan
kegembiraan melalui acara yang dipentaskan atau bahkan euforia, jika wisata tersebut
memiliki dimensi religius atau spiritual. Hedonic dimension didukung oleh service-
dominant logic di mana layanan itu terlibat dengan pemahaman pengunjung saat ini
tentang sejarah dan inti estetika daya tarik heritage, penyediaan stimulasi, daya tarik
dan kesenangan.
Dalam jurnal juga didefinisikan bahwa hedonic value merupakan sebuah respon
afektif yang berasal dari aspek pengalaman disaat kunjungan termasuk layanan,
dampak emosional, discovery, stimulasi dan enjoyment of catering yang memberi
struktur pada dimensi hedonic value. Item yang dimuat ke variabel laten ini meliputi:
➢ Element of the visit had a real emotional impact on me (elemen kunjungan
berdampak secara emosional terhadap saya).
➢ The property stimulated my interest in history and arts (properti yang ada di tempat
wisata menstimulasi minat saya dalam sejarah dan seni).
➢ The property informed and stimulated my interest in outdoor activities (properti-
properti wisata menginformasikan dan menstimulasi minat saya dalam aktivitas
wisata indoor).
➢ I felt I understood the story the property was trying to tell (saya merasa saya paham
dengan cerita yang berusaha disampaikan dengan properti).
➢ The service that I received at the property contributed to my enjoyment (pelayanan
yang saya terima di tempat wisata berkontribusi terhadap kenyamanan saya dalam
berwisata).
➢ The events programme for the property always includes something that interest me
(program-program acara yang disjaikan selalu menarik perhatian dan minat saya).

2. Anthropogenic service value


Anthropogenic service value mencerminkan kemudahan pengunjung untuk
menavigasi objek wisata, memperoleh staf yang menekankan keramahtamahan dan
layanan, dan penyediaan fasilitas yang memungkinkan perilaku sosial seperti area
piknik, ukuran meja yang memadai di restoran, menu keluarga, dan lainnya.
Anthropogenic value dimension merupakan sebuah respon afektif terhadap
aktivitas manusia dan konteks sosial. Item yang dimuat ke variabel laten ini meliputi:
➢ The whole visit felt relaxed and informal (keseluruhan kunjungan terasa santai dan
tidak kaku).
➢ The people working at the property were warm, friendly, and helpful (orang-orang
yang bekerja di tempat wisata ini hangat, ramah, dan sangat membantu).
➢ It would be great place to come with friends (sepertinya merupakan tempat yang
menarik untuk dikunjungi Bersama teman-teman).
➢ It was easy to find may way around (mudah untuk menemukan jalan lain disekitar
lokasi wisata).

3. Knowledge and interest art and history


Tempat wisata bersejarah pada intinya memiliki jaringan naratif sejarah dan
estetika yang rumit yang harus dilestarikan, ditafsirkan, dan direvisi terus-menerus. Ini
dilakukan untuk menjaga bangunan, keutuhan koleksi, relevansi cerita dan dalam
beberapa kasus kelangsungan cara pemilik dan komunitas yang tinggal di dekat, atau
di dalam batasan wisata bersejarah. Daya tarik wisata bersejarah memiliki budaya yang
mencakup kehidupan sosial dan sejarah masyarakat lokal dan meluas ke imajinasi dan
aspirasi penduduk yang lebih luas melampaui batas-batas negara.
Knowledge and interest for art and history termasuk dalam kategori knowledge of
the humanities yang merupakan sebuah respon kognitif yang bersumber dari
pengetahuan dan pemahaman tentang seni, sejarah seni, arsitektur, sejarah lokal,
sejarah keluarga, lanskap dan arsitektur. Kategori lingkungan alam juga ditawarkan
kepada responden untuk dipilih. Item yang dimuat ke variabel ini meliputi:
➢ History
➢ Family history, genealogy
➢ Art/Art history

4. Knowledge and interest art natural environment


Pengetahuan dan minat terhadap lingkungan alam sangat penting untuk
meningkatkan kesadaran lingkungan dan perlindungan lingkungan. Pengetahuan
tentang lingkungan alam berarti memahami aspek fisik, biologis, sosial dan ekonomi
dari sistem lingkungan. Ini termasuk segala sesuatu yang berkaitan dengan tumbuhan,
hewan, perubahan iklim, kualitas air tanah, udara bersih, dll. Pemahaman yang baik
terhadap aspek-aspek tersebut dapat membantu masyarakat lebih memperhatikan
perlindungan lingkungannya. Memahami minat terhadap lingkungan alam Ketertarikan
atau kepedulian terhadap masalah konservasi merupakan keingina manusia untuk
belajar lebih banyak tentang bagaimana kita dapat melestarikan rumah kita di bumi.
Fitur ini dapat menjadi salah satu faktor pendorong individu atau komunitas untuk
mengambil tindakan nyata untuk melindungi dunia kita.
Knowledge and interest art natural environment merupakan sebuah respon
kognitif yang bersumber dari pengetahuan dan pemahaman tentang berkebun,
hortikultura, satwa liar, sejarah alam, dan kegiatan luar ruangan. Responden diminta
untuk menunjukkan apakah mereka memiliki pengetahuan khusus, minat umum, atau
tidak keduanya. Pengetahuan dapat berasal dari Pendidikan formal, kepentingan pribadi
atau paparan media. Item yang dimuat ke variabel ini meliputi:
➢ Gardening/Horticulture
➢ Wildlife/Natural history
➢ Outdoor activities

5. Perceived value and behaviour


Value perception and behaviour merupakan persepsi nilai yang mewakili nilai
yang diperoleh pengunjung dari pengalaman mereka tentang wisata bersejarah.
Berdasarkan model hipotesis perceived value and behaviour di pengaruhi oleh:
a) Perceived Value
➢ Nilai layanan antropogenik (anthropogenic service value) yang dimana
mengacu pada kualitas pelayanan seperti keramahtamahan yang diterima dan
sejauh mana tempat wisata mengakomodasi kebutuhan pribadi dan sosial akan
sambutan, kehangatan serta kebutuhan utilitarian akan kenyamanan dan
efisiensi, penyediaan fasilitas yang memungkinkan perilaku sosial. Sehingga
memenuhi kebutuhan psikologis pengunjung dan pengunjung merasa betah.
Dengan perolehan kepuasan ini pengunjung merasa senang dan ingin
mengunjungi kembali bersama orang terdekatnya.
➢ Nilai hedonis (hedonic value) yang dimana mengacu pada kualitas pengalaman
seperti menggambarkan aspek pengalaman kunjungan termasuk layanan,
dampak emosional, penemuan, stimulasi, dan kenikmatan. Efek tidak langsung
menghubungkan komponen layanan hedonis dengan sejauh mana daya tarik
warisan merangsang minat pada seni, sejarah, dan lingkungan alam. Nilai
hedonis ini memang memiliki pengaruh besar terhadap kepuasan pengunjung
karena pengunjung bisa merasakan sensasi yang sesuai dengan imajinasinya dan
kepuasan psikologis.
➢ Pengetahuan tentang lingkungan alam (knowledge and interest natural
environment) ini berkaitan dengan kepuasan pengunjung terhadap pengetahuan
yang di peroleh dari kegiatan wisata mengenai alam sekitar, margasatwa/sejarah
alam sktivitas luar ruangan.
➢ Pengetahuan tentang humaniora (knowledge and interest art and history) ini
berkaitan dengan kepuasan pengunjung terhadap pengetahuan yang diperoleh
mengenai sejarah, sejarah keluarga, silsilah dan seni.
b) Perceived Behaviour
➢ Kenikmatan (enjoyment), kenikmatan tersendiri yang diperoleh atas kepuasan
psikologis pengunjung.
➢ Nilai uang (value of money), Nilai uang adalah evaluasi utilitarian/
memperlihatkan minat pengunjung terhadap kepuasan yang mereka peroleh.
➢ Kunjungan kembali (revisit), pengunjung merasa puas dan ingin mengunjungi
kembali tempat wisata.
➢ Rekomendasi (recommend), saat pengunjung puas secara tidak langsung
mereka akan merekomendasikan kepada orang terdekat seperti keluarga dan
teman-temannya mengenai tempat wisata tersebut.

High value diwakili oleh pengukuran hedonic pengalaman enjoy pengunjung di


tempat wisata yang dilakukan untuk kepentingannya sendiri dan bukan sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Value for money adalah utilitarian evaluation oleh pengunjung.
Behavioral intentions diwakili oleh kesediaan untuk merekomendasikan dan
mengunjungi kembali tempat wisata tersebut. Ada hubungan positif yang kuat antara
adult enjoyment dan revisit behaviour.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang telah mengusulkan bahwa
adanya hubungan yang kuat antara hedonik sebagai respon afektif dan overall perceived
value. Penelitian juga menunjukkan adanya dual nature of service value dan kekuatan nilai
layanan antropogenik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebelumnya tingkat
pengetahuan di antara atribut pengunjung itu lemah, prediktor kesenangan yang tidak
signifikan dan hasil perilaku positif lainnya.
Stimulasi dan minat dalam sejarah, seni dan lingkungan alam merupakan hasil dari
service culture yang hedonis pada lokasi wisata. Hedonic service culture secara signifikan
mempengaruhi kenikmatan berwisata, repeat visits, rekomendasi, dan value for money
ratings. Penelitian ini menunjukkan kekuatan prediksi yang lebih kuat dari value
assesment dibandingkan dengan hedonis. Diasumsikan bahwa penilaian nilai hedonis akan
menjadi prediktor yang lebih kuat dari keseluruhan nilai perceived value and behaviour
karena terkait erat dengan proses sosial psikologis, termasuk pendidikan, minat dan
pembelajaran dari individu tersebut. Penelitian ini telah mengidentifikasi perceived value
sebagai evaluasi dari hedonic and anthropogenic service value.
Anthropogenic service value menjadi predictor yang kuat terhadap perceived value
and behaviour. Karena pengunjung mengalami layanan yang ramah dan hangat, suasana
santai dan informal, yang memfasilitasi kebutuhan sosial mereka, nilai kunjungan yang
dirasakan yang diwakili oleh meningkatnya kenikmatan dan value for money.
Jalur regresi variabel laten hedonic service value ke perceived value and behaviour juga
kuat menunjukkan pentingnya dimensi kedua dari layanan yang berkaitan dnegan
pengalaman inti yang ditawarkan atraksi wisata sejarah. Seperti pengunjung yang
mengalami intellectual stimulation, dampak emosional, a sense of discovery dan
menerima layanan yang membantu mereka untuk menikmati pengalaman perceived value
dari kunjungan tersebut.
Jalur regresi dari variabel laten yang mewakili lingkungan alam, seni dan sejarah tidak
mendukung hipotesis bahwa mereka akan memiliki efek langsung dan positif pada
perceived value and behaviour. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai dan kenikmatan yang
dirasakan untuk daya tarik pengunjung cagar budaya tidak secara langsung dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan dan minat sebelumnya.
Signifikan kovarians antara error variance untuk pengetahuan dan minat serta error
varians untuk hedonic service value menunjukkan bahwa knowledge and interest of the
natural environment/history and art signifikan terhadap perceived value tetapi catalist
untuk enjoyable dan pengalaman ynag merangsang pengunjung adalah layanan yang
mendasari pembangunan cerita yang menarik dan memuaskan secara emosional.

Kesimpulan:
Penelitian ini adalah konfirmasi bahwa selama dua dekade terakhir, pemahaman
tentang nilai warisan telah matang, dan masih terus berkembang (Pearson & Sullivan,
1995). Pemahaman tentang apa yang dibutuhkan pengunjung dan bagaimana mereka
menciptakan nilai bersama dalam pengalaman kunjungan mereka dapat lebih diperkaya
dengan dialog, keterlibatan, dan transfer pengetahuan yang lebih besar antara sektor
warisan dan akademisi.
Rekomendasi variabel:
Penelitian ini menunjukkan bahwa layanan yang meningkatkan dan
menginterpretasikan inti intelektual, bukannya terbatas pada fungsi peripheral. Untuk
mempertahakan popularitas dan meningkatkan kesuksesan bisnis, perlu ada pemahaman
yang lebih besat tentang potensi kontruktivis individu dan bagaimana pertemuan layanan
dapat meningkatkan konduktivitas dari inti intelektual ke basis pengetahuan dan imajinasi
pengunjung. Penelitian ini lebih lanjut harus berupaya memahami fenomena ini dalam
konteks media dan teknologi yang berkembang pesat.
DAFTAR PUSTAKA
Calver, S. J., & Page, S. J. (2013). Enlightened hedonism: Exploring the relationship of
service value, visitor knowledge and interest, to visitor enjoyment at heritage
attractions. Tourism Management, 39, 23–36.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2013.03.008

Anda mungkin juga menyukai