Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN EVALUASI

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Profesi Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu : Maria Wisnu Kanita, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

UMI NUR KASANAH


NIM. SN221163

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN NUTRISI

A. Konsep Dasar Nutrisi

1. Pengertian Kebutuhan Nutrisi


Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk
pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh (Harnanto & Rahayu,
2016).
Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan
tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas,
mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara
fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan
membentuk kekebalan.
Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau
kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
meningkatkan suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang
diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air.
Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air. a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan gula
kompleks (polisakarida). Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan susu adalah sumber karbohidrat
sederhana. Roti, sereal, kentang, beras, pasta, dan gandum berisi karbohidrat
kompleks.
Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap gram karbohidrat
mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam oksidasi lemak,
meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan, yang membantu
sintesis vitamin K dan B12, memproduksi komponen karbon dalam sintesis
asam amino esensial.

b. Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungkan
dengan rantai peptida. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen. Tubuh mensintesis protein antara lain membentuk hemoglobin untuk
membawa oksigen ke jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan
albumin untuk regulasi tekanan osmotik darah.
Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan proses tubuh,
pembentukan kembali protein sel, dan energi, memelihara sistem imunitas
tubuh, sel, cairan tubuh, tulang, kulit, gigi, otot, rambut, darah, dan serum.
Katabolisme protein memberi 4 kcal/g. Katalis enzim dibentuk dari protein
pada regulasi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan katabolisme.
c. Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak, kolesterol,
dan phospholopid. Lemak adalah zat organik yang terdiri dari karbon,
hidrogen, dan oksigen. Lemak secara ideal membentuk sekitar 20% berat badan
pada orang yang tidak gemuk. Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi
organ vital, energi, simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin,
dan transport vitamin larut lema Lemak yang dioksidasi menghasilkan energi 9
kcal/g. Lemak memberikan rasa kenyang karena menetap di lambung lebih
lama daripada karbohidrat atau protein.

d. Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam
penggunaan energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan sebagai :
1) Vitamin larut lemak, disimpan di hati atau jaringan adiposa, sehingga intake
vitamin berlebihan dapat menyebabkan keracunan.
2) Vitamin larut air, disimpan dalam tubuh. Intake berlebihan diabsorbsi oleh
jaringan, dan diekskresikan dalam urine.

e. Mineral
Mineral membantu membentuk jaringan tubuh dan regulasi metabolisme,
seperti calcium, magnesium, sodium, potassium, fosfor, besi (Fe), iodine, zinc,
air.

2. Anatomi Sistem Pencernaan


Pada dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh manusia terjadi di
sepanjang saluran pencernaan dan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu proses
penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Selanjutnya
adalah proses penyerapan sari-sari makanan yang terjadi di dalam usus. Kemudian
proses pengeluaran sisa-sisa makanan melalui anus. Sistem pencernaan makanan
pada manusia terdiri dari beberapa organ (Armini et al., 2016), antara lain adalah :
a. Mulut : Dilakukan pencernaan secara mekanik oleh gigi dan kimiawi oleh
ludah yang dihasilkan kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis yang
mengandung enzim amilase (ptyalin).
b. Lambung : Dilakukan secara mekanik dan kimiawi, (semacam ada missing
sentence). Sekretin yaitu hormone yang merangsang pankreas untuk
mengeluarkan sekretnya. Renin yaitu enzim yang mampu menggumpalkan
kasein (sejenis protein) dalam susu.
Fungsi asam lambung (HCl):
1) Merangsang keluarnya sekretin
2) Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk memecah protein.
3) Desinfektan
4) Merangsang keluarnya hormon kolesistokinin yang berfungsi merangsang
empedu mengeluarkan getahnya.
c. Usus : Di dalam duodenum terdapat getah pankreas (bersifat basa) yang
mengandung steapsin (lipase), amilase dan tripsinogen. Enterokinase adalah
suatu aktivator enzim. Dalam usus halus makanan diabsorbsi. Usus
memperluas bidang penyerapan dengan melakukan jonjot usus (villi). Dalam
usus besar (kolon), air direabsorbsi serta sisa makanan dibusukkan menjadi
feses selanjutnya dibuang melalui anus (proses defekasi).

Proses Pencernaan Makanan


Proses pencernaan makanan di dalam tubuh ada dua macam, yaitu : a.
Pencernaan mekanis
Pencernaan mekanis merupakan pemecahan atau penghancuran makanan
secara fisik dari zat makanan yang kasar menjadi zat makanan yang lebih
halus. Contohnya gjgi memotong-motong dan mengunyah makanan, gerak
yang mendorong makanan dari kerongkongan sampai ke usus (gerak
peristaltik).
b. Pencernaan kimiawi
Pencernaan kimiawi merupakan proses pemecahan makanan dari molekul
kompleks menjadi molekul-molekul yang sederhana dengan bantuan getah
pencernaan (enzim) yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri dari alat-alat pencernaan vang berhubungan
langsung dengan proses pencernaan mekanis dan kimiawi, saluran pencernaan
tersebut meliputi : mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), usus halus
(intestinum tenue), usu besar (kolon) dan anus. Kelenjar pencernaan merupakan
organ yang menghasilkan berbagai enzim yang membantu proses pencernaan
makanan. a. Mulut
Mulut manusia berupa rongga yang dilapisi oleh jaringan epitel pipih berlapis
banyak. Dalam rongga tersebut terdapat alat pencernaan seperti gigi, lidah, dan
kelenjar ludah (kelenjar saliva) yang membantu proses pencernaan mekanis
dan kimiawi.
1) Gigi
Struktur gigi pada manusia dapat dibedakan atas gigi sulung (gigi susu)
dan gigi tetap. Gigi yang pertama kali tumbuh sejak anak berusia enam
bulan disebut gigi susu. Gigi susu berangsur-angsur akan berubah menjadi
gigi sulung. Gigi sulung bersifat tidak tetap (akan tanggal) dan berjumlah 20
buah. Mulai umur enam sampai empat belas tahun secara berangsur-angsur
gigi sulung akan digantikan oleh gigi tetap (gigi permanen).
Jumlah gigi tetap 32 buah, karena ada penambahan pada gigi geraham
kecil (premolar). Berdasarkan strukturnya, jenis gigi pada manusia
dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a) Gigi seri (incisor) : terletak berderet lurus di bagian depan berbentuk
pipih dan tajam untuk mengiris dan memotong makanan.
b) Gigi taring (caninus) : ujungnya berbentuk runcing untuk mecabik dan
menyobek makanan.
c) Geraham depan (premolar) : bentuknya berlekuk-lekuk untuk mengiris
dan menghabiskan makanan.
d) Geraham belakang (molar) : bentuknya berlekuk-lekuk untuk
menghaluskan makanan dan terletak pada bagian belakang

Gigi manusia melekat pada rahang atas dan rahang bawah yang
terlindung oleh gusi. Struktur gigi manusia terdiri atas bagian :

a) Email gigi: merupakan bagian terluar dari gigi, berupa lapisan yang
paling keras dan berwarna putih.
b) Dentin atau tulang gigi: tersusun oleh zat kapur dan fosfor, lapisan email
dan dentin disebut mahkota gigi
c) Sumsum gigi (pulpa): terdapat dibagian dalam tulang gigi, pada sumsum
gigi terdapat banyak pembuluh darah dan syaraf.
d) Lapisan semen (sementum): melapisi dentin yang masuk dan tertanam ke
dalam rahang, pulpa dan sementum membentuk akar gigi.

2) Lidah
Selain gigi, di dalam rongga mulut manusia juga terdapat lidah. Selain
sebagai alat pengecap, lidah di dalam pencernaan makanan berfungsi untuk:
a) Mencampurkan makanan;
b) Mendorong makanan dalam proses menelan;
c) Membersihkan mulut dari sisa makanan.
Lidah membentuk lantai pada rongga mulut. Di bagian belakang, otototot
lidah melekat pada tulang hyoid (tulang pangkal lidah yang berbentuk
seperti huruf V). Permukaan lidah penuh dengan tonjolan (papilla) yang
mengandung puting-puting pengecap, sehingga lidah dapat merasakan
makanan seperti asam, manis, pahit, dan asin.

3) Kelenjar Ludah
Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang
menghasilkan cairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: a) Kelenjar
parotis, yang terletak di dekat telinga;
b) Kelenjar submaksilaris yang terletak di bawah rahang atas;
c) Kelenjar submandibularis yang terletak di bawah lidah.
Di dalam cairan ludah mengandung air sebanyak 90%, dan sisanya terdiri
atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur
bakteri), dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat
menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Pengeluaran air ludah akan
bertambah jika ada rangsangan dari luar, seperti mencium aroma makanan,
melihat atau membayangkan suatu makanan yang lezat atau karena lapar.
Cairan ludah berfungsi untuk:
a) Memudahkan menelan makanan karena makanan tercampur dengan
lendir dan air
b) Melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa
c) Membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan
enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi
maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH
7)

4) Proses Menelan Makanan


Agar makanan masuk ke dalam saluran pencernaan di dalam rongga
perut untuk diproses lebih lanjut, makanan harus ditelan. Menelan adalah
proses menggerakkan makanan dari rongga mulut menuju lambung yang
berlangsung dalam waktu 4-7 detik.
Proses menelan terbagi atas :
1) Gerakan sadar, yaitu gerakan lidah yang menekan makanan ke atas dan
mendorong makanan ke belakang kemudian masuk ke dalam
kerongkongan,
2) Gerakan tidak sadar, yaitu gerakan di daerah faring, berupa reflex yang
menggerakkan laring ke atas sehingga epiglotis menutup glotis. Dengan
demikian, makanan tidak masuk ke rongga hidung dan saluran
pernapasan. Gerakan di daerah kerongkongan, berupa gerak peristaltik
yang mendorong makanan ke arah bawah, masuk ke dalam lambung.

b. Kerongkongan (esophagus)
Kerongkongan merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti selang
air, sebagai penghubung antara rongga mulut dan lambung yang terletak di
belakang trakea (tenggorokan). Panjang kerongkongan pada manusia lebih
kurang 25 cm yang berakhir pada bagian kardiak lambung. Kerongkongan
tersusun oleh dua pertiga otot polos dan sepertiga otot lurik. Pada
kerongkongan dihasilkan lendir yang membantu gerak peristaltik, sehingga
makanan terdorong ke arah lambung. Akan tetapi, kerongkongan ini tidak
menghasilkan enzim pencernaan dan tidak melakukan absorbsi sari makanan.

c. Lambung (Ventrikulus)
Lambung pada manusia terletak pada bagian kiri atas rongga perut di bawah
diafragma. Dinding lambung terdiri atas lapisan otot yang tersusun memanjang,
melingkar, dan menyerong. Adanya kontraksi otot-otot lambung tersebut,
makanan akan teraduk dengan baik menjadi bubur (chyme/kim).
Lambung terdiri atas tiga bagian, yaitu kardiak (bagian yang merupakan
tempat masuknya kerongkongan), fundus (bagian tengah lambung), dan pilorus
(bagian yang berbatasan dengan usus dua belas jari). Lambung juga berperan
sebagai kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim pencernaan dan sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon.
Lambung menghasilkan getah lambung yang terdiri atas :
1) Air dan lendir;
2) Ion-ion organik,
3) Asam lambung (HCl), dan
4) Enzim – enzim pencernaan (pepsin, renin dan lipase).

Disamping itu juga lambung menghasilkan asam lambung (HCl), adapun


fungsi HCl yang disekresikan oleh lambung, adalah :
1) Asam Klorida (HCl) merupakan asam kuat yang dapat memberikan
lingkungan asam dan mengubah makanan menjadi asam (pH 1-3). Asam
lambung ini dapat membantu membunuh mikroba pathogen vang masuk
bersama makanan ke dalam lambung.

2) Mengaktifkan kerja enzim, yaitu mengubah pepsinogen (proenzim) menjadi


enzim pepsin.
3) Merangsang membuka dan menutupnya katup pada bagian pilorus yang
berhubungan dengan duodenum.
4) Merangsang pengeluaran getah usus.

Pepsin yang dihasilkan oleh lambung berfungsi menghidrolisis protein


menjadi pepton. Renin adalah enzim yang dapat menggumpalkan protein susu
(kasein) dengan bantuan ion kalsium (Ca2+). Sedangkan enzim lipase adalah
enzim yang dapat menghidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
Proses pencernaan di dalam lambung akan berlangsung selama 2-6 jam,
tergantung pada jenis makanannya. Makanan yang berlemak akan bertahan
lebih lama di dalam lambung. Sedangkan makanan yang banyak mengandung
protein dan karbohidrat hanya akan tinggal sebentar di dalam lambung. Di
dalam lambung tidak terjadi penyerapan sari-sari makanan, akan tetapi terjadi
penyerapan air, mineral, alkohol, dan obat - obatan.

d. Hati dan Kandungan empedu


Hati terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri. Struktur mikroskopik organ ini
terdiri atas lobulus-lobulus berbentuk segi enam yang terdiri atas sel-sel hati.
Fungsi hati adalah sebagai berikut :
1) Pusat metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,
2) Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh (detoksifikasi),
3) Tempat menyimpan cadangan makanan seperti glikogen, dan
4) Menghasilkan protein plasma seperti heparin, fibrinogen dan protrombin 5)
Menghasilkan cairan empedu.
Setelah diserap oleh usus, sari-sari makanan dibawa oleh darah menuju ke
hati dan seluruh tubuh. Pada hati bermuara dua pembuluh darah, yaitu: vena
porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus yang mengandung darah
miskin oksigen, tetapi kaya nutrisi (sari makanan) dan arteri hepatica yang
merupakan cabang arteri coeliaca (arteri yang mengalirkan darah ke saluran
cerna) yang kaya oksigen.

e. Pankreas
Pankreas juga merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan. Pankreas
memiliki panjang kurang dari 12 cm dan tebal 2,5 cm. Pankreas terbagi atas
tiga bagian, yaitu bagian kepala yang melekat pada duodenum, bagian badan
yang merupakan bagian tengah pankreas, dan bagian ekor yang merupakan
bagian yang memanjang ke arah ujung kiri atas.
Pankreas terletak di bawah lambung dan mempunyai dua saluran yaitu:
saluran (ductus) wirsungi dan saluran (ductus) sastorini yang berfungsi
mengalirkan getah yang disekresikan pankreas ke duodenum. Pankreas
merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin.
Di dalam getah pankreas terdapat enzim-enzim pencernaan, yaitu:
1) Tripsinogen berupa proenzim : suatu protease yang belum aktif. Tripsinogen
akan diaktifkan oleh enterokinase yang dihasilkan usus halus menjadi
tripsin. Tripsin berfungsi memecah protein menjadi pepton.
2) Kimotripsinogen : merupakan proenzim yang akan diaktifkan oleh tripsin
menjadi kimotripsin yang berfungsi mengubah protein dan proteosa menjadi
pepton, perptida dan asam amino.
3) Lipase Pankreas (steapsin) : merupakan enzim yang memecah emulsi lemak
menjadi asam lemak dan gliserol.
4) Amilopepsin (amylase pankreas) : merupakan enzim yang memecah amilum
dan dekstrin menjadi maltose dan glukosa.
5) Ribonuklease & deoksiribonuklease : merupakan enzim yang mencerna
DNA/RNA menjadi nukleotida.

Sebagai kelenjar endokrin, pankreas menghasilkan beberapa jenis hormone


yaitu:

1) Sekretin, hormon yang berfungsi merangsang sel-sel pankreas untuk


mensekresikan getah pankreas, HCO3 dan juga mengurangi sekresi getah
lambung.
2) Koleisistokinin, hormon yang berfungsi merangsang sel-sel pankreas
mensekresikan getah pankreas vang kaya enzim dan menyebabkan kontraksi
pada kandung empedu.
3) Insulin, hormon yang sangat penting dalam mensintesis glikogen dari
glukosa. Kekurangan produksi hormon insulin akan menyebabkan penyakit
diabetes mellitus (DM ).

f. Usus Halus (Intenstinum Tenue)


Usus halus merupakan saluran pencernaan terpanjang yang panjangnya lebih
kurang 7 meter dengan diameter 2,5 cm. Fungsi usus halus adalah mencerna
makanan dan mengabsorpsi sari makanan.
Penyerapan sari-sari makanan ke dalam dinding usus melalui berbagai cara,
yaitu secara : difusi, osmosis, difusi difasilitas, endositosis, dan transport aktif.
Usus halus terdiri atas tiga bagian, yaitu:
1) Duodenum (usus dua belas jari), panjangnya 25 cm;
2) Jejenum (usus kosong) panjangnya 2,5 m; 3) Ileum (usus
penyerapan) panjangnya 4 m.
Setiap hari, usus halus mensekresikan lebih kurang 2000 cc getah usus dari
sel-sel usus (kelenjar Lieberkühn) menuju lumen usus.

Getah usus mengandung :


1) Peptidase, merupakan kelompok enzim yang memecah polipeptida menjadi
asam amino;
2) Maltase, laktase, dan sukrase merupakan enzim yang memecah disakarida
(maltosa, laktosa, dan sukrosa) menjadi monosakarida enzim-enzim tersebut
disebut juga disakase;

3) Lipase usus, merupakan enzim yang memecah lemak menjadi asam lemak
dan gliserol;
4) Erepsinogen, merupakan proenzim yang diaktifkan oleh enterokinase
menjadi erepsin yang mengubah pepton menjadi asam amino;
5) Enterokinase, merupakan enzim yang mengaktifkan tripsinogen menjadi
tripsin dan erepsinogen menjadi erepsin.

g. Usus Besar (Kolon) dan Anus


Usus besar (kolon) terletak di antara ileum dan anus. Kolon dihubungkan
dengan dinding perut belakang oleh mesokolon. Panjang usus besar lebih
kurang 1,4 meter dan lebar lebih kurang 6 cm. Secara anatomi, usus besar
terbagi atas sekum kolon asenden (naik), kolon transversal (mendatar), kolon
desenden (turun), rektum, dan anus. Pada kolon terjadi pengaturan kadar air
feses, dan terjadi gerakan peristaltik yang mendorong sisa makanan menuju
rektum atau poros usus. Bila poros usus sudah penuh, maka akan timbul
rangsangan untuk buang air besar (defekasi). Rangsangan ini disebut
gastrokolik.
Di samping gerakan peristaltik, pada kolon juga terjadi gerak segmentasi
yang berfungsi memberi tempo terjadinya absorbsi air dan mineral. Proses
pencernaan pada kolon manusia juga dibantu oleh bakteri usus Escherichia coli
yang merombak sisa-sisa makanan sehingga terbentuk feses. Apabila jumlah
bakteri tersebut melebihi kondisi normal, maka akan dapat menimbulkan
penyakit pada usus, seperti diare. Adanya perombakan sisa makanan oleh
bakteri ini, maka dapat dihasilkan beberapa vitamin seperti vitamin K, yang
diperlukan dalam proses pembekuan darah. Anus merupakan lubang akhir dari
saluran pencernaan tempat keluarnya kotoran (feses). Dinding anus terdiri atas
dua lapisan yaitu otot lurik pada bagian luar dan otot polos di bagian dalam.

Rasa Lapar Dan Haus


Kerja organ-organ pencernaan di dalam tubuh tidak berjalan dengan sendirinya,
tetapi ada suatu sistem yang mengkontrol sistem pencernaan tersebut, yaitu sistem
saraf dan hormon, begitu pula dengan rasa lapar dan haus (Armini et al., 2016).
Rasa lapar dikendalikan oleh sistem saraf yang berpusat pada hipotalamus, ada
dua teori mengenai timbulnya rasa lapar, yaitu:
a. Teori glukostatik : rasa lapar disebabkan oleh menurunnya kadar glukosa
(kadar gula) dalam darah.
b. Teori lipostatik : rasa lapar disebabkan oleh berkurangnya kadar lemak di
dalam sel-sel lemak.
Rasa haus akan muncul bila cairan dalam tubuh menjadi kental. Hal ini akan
menyebabkan osmoreseptor pada hipotalamus terangsang sehingga timbul rasa
ingin minum (haus).

3. Fisiologi Sistem Pencernaan


Proses fisiologis secara berurutan yang melibatkan semua komponen sistem
percernaan adalah digesti, absorpsi, motilitas, sekresi dan ekskresi (Malik et al.,
2022).
a. Digesti
Digesti adalah proses dimana makanan “dipecah” secara mekanik dan kimia
(enzim) dari molekul besar menjadi lebih kecil. Makanan dicerna dari materi,
yang mengandung zat dengan berat molekul tinggi seperti protein dan pati yang
tidak dapat melewati membran sel epitel usus. Sebelum molekul kompleks ini
dapat digunakan, mereka didegradasi menjadi molekul yang lebih kecil, seperti
glukosa dan asam amino.
b. Absorpsi
Makanan yang tertelan dikunyah, ditelan, dan melewati kerongkongan ke
dalam Iambung kemudian dicerna menjadi cairan yang disebut chyme. Chyme
melewati Iambung ke duodenum. Chyme di duodenum bercampur dengan
cairan empedu dan pankreas yang selanjutnya memecah nutrisi. Chyme
kemudian masuk ke usus halus untuk mengabsorpsi nutrisi. Usus halus
memiliki organ penyerapan berbentuk seperti “jari” yang disebut vili yang
melapisi dinding bagian dalam usus halus dan menyerap sebagian besar nutrisi.
Sisa chyme dan air masuk ke usus besar, untuk menyempurnakan penyerapan
(sebagian besar air) dan membuang sisa makanan.
c. Motilitas
Saluran pencernaan dapat diumpamakan sebuah “selang” dengan panjang
sekitar 5 meter pada orang dewasa. Saluran pencernaan memanjang dari mulut
sampai anus. Motilitas (peristaltik) saluran pencernaan berfungsi untuk
memindahkan Makanan di sepanjang saluran pencernaan untuk mencapai
tempat yang tepat untuk pencampuran, pencernaan dan penyerapan. Motilitas
pencernaan terjadi karena otot polos berkontraki. Proses motilitas (peristaltik)
saluran pencernaan berada di bawah kendali saraf dan hormon.
d. Sekresi dan Ekskresi
Kelenjar eksokrin mengeluarkan enzim, ion, air, musin dan zat lain dalam
saluran pencernaan. Kelenjar terletak di dalam saluran pencernaan, di dinding
lambung dan usus, atau di luarnya (kelenjar ludah, pankreas, hati, lihat di atas).
Sekresi berada di bawah kendali saraf dan hormon. Beberapa zat diekskresikan,
oleh hati, ke dalam saluran pencernaan yaitu empedu. Kotoran (feses) yang
dikeluarkan oleh saluran usus terutama terdiri dari bakteri yang telah
berkembang biak di saluran tersebut, dan bahan yang tidak tercerna seperti
selulosa, serta komponen membran sel tumbuhan yang tidak dapat diserap.
Residu yang tidak tercerna sebagian besar merupakan bahan yang tidak
dibutuhkan, dan karena itu dikeluarkan dari tubuh. Namun, sebagian kecil
bahan feses terdiri dari zat yang diekskresikan seperti pigmen (produk
penguraian hemoglobin) yang memberikan warna khas pada feses.

4. Etiologi
Beberapa kelainan klinis yang akan timbul bila terjadi gangguan dalam proses
pencernaan manusia (Armini et al., 2016), antara lain :

a. Karies gigi (gigi berlubang)


Disebabkan oleh infeksi beberapa jenis bakteri patogen yang ada pada
rongga mulut. Timbulnya gigi berlubang disebabkan oleh pemecahan
karbohidrat menjadi asam laktat yang dilakukan oleh bakteri. Asam ini dapat
melarutkan email dan dentin gigi sehingga menimbulkan lubang yang dapat
mencapai akar gigi.
b. Parotitis
Yaitu infeksi pada kelenjar parotis yang dikenal dengan penyakit
gondongan. Hal ini diakibatkan oleh sejenis virus yang ditularkan melalui
percikan ludah. Penyakit ini biasanya sering terjadi pada anak-anak usia 5 - 15
tahun.
c. Xerostomia
Kelainan akibat kurangnya produksi air ludah (saliva) yang sangat sedikit,
sehingga mengakibatkan proses pencernaan di dalam mulut terganggu.
d. Gastritis
Yaitu kelainan klinis akibat adanya suatu peradangan akut dan kronis pada
lapisan mukosa lambung yang disebabkan oleh masuknya makanan yang
tercemar oleh mikroba dan akibat produksi asam lambung yang berlebihan.
e. Hepatitis (liver)
Yaitu kelainan klinis pada organ hati yang terjadi akibat infeksi virus.
Berdasarkan tingkat virulensinya dikenal adanya hepatitis A, B dan hepatitis
Non A dan Non B.
f. Diare
Kelainan klinis karena adanya iritasi pada dinding kolon yang disebabkan
infeksi bakteri seperti Shygella disentriae. Di samping itu dapat disebabkan
karena tekanan psikis, seperti stres, gelisah, gizi yang buruk, zat-zat beracun,
dan bahan makanan yang menyebabkan iritasi dinding usus, seperti cuka, dan
sambel. Apabila kim dari perut mengalir ke usus terlalu cepat maka defekasi
menjadi lebih sering dengan feses yang mengandung banyak air. Keadaan
seperti ini disebut diare. Penyebab diare antara lain ansietas (stress), makanan
tertentu, atau organisme perusak yang melukai dinding usus. Diare dalam
waktu lama menyebabkan hilangnya air dan garam-garam mineral, sehingga
terjadi dehidrasi.
g. Sembelit (Konstipasi)
Salah satu gejala kelainan klinis yang biasanya ditandai dengan susah buang air
besar. Hal ini disebabkan karena kolon (usus besar) mengabsorsi air dari sisa
makanan secara berlebihan, sehingga terbentuk feses yang padat, keras dan
kering serta susah dikeluarkan. Sembelit juga bisa diakibatkan oleh kurang
mengkonsumsi makanan yang berupa tumbuhan berserat, banyak
mengkonsumsi daging, tekanan psikis seperti stres, rasa cemas, gelisah, takut
dan sebagainya.
h. Radang usus buntu (apendiksitis)
Kelainan klinis yang teriadi karena usus buntu meradang, membengkak dan
timbul nanah. Gejala ini disebabkan oleh adanya infeksi pada usus buntu akibat
masuknya benda yang sulit dipecah, seperti biji-bijian yang keras, kerikil dan
sebagainya. Gejalanya rasa sakit yang luar biasa di perut sebelah kanan bawah.
pengobatan peradangan ini biasanya dengan jalan operasi.
i. Ambaein (Hemoroid)
Yaitu kelainan klinis akibat pelebaran pembuluh vena pada bagian anus.
Biasanya terjadi pada orang-orang yang cenderung terlalu lama duduk terus
menerus, atau pada orang yang sering menderita sembelit.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


a. Diet
Diet yang sembarangan dapat mempengaruhi kerja sistem pencernaan
sehingga terjadi gengguan dalam mencerna nutrisi dan akhirnya proses
pencernaan tida optimal dalam melakukan fungsinya. Diet yang dapat
mempengaruhi sistem pencernaan antara lain adalah makanan pedas, asam dan
bersantan pekat (Harnanto & Rahayu, 2016).

b. Penyakit
Sistem pencernaan adalah organ yang paling sering di lalui oleh bendabenda
dari luar tubuh misal makanan, sehingga sangat rentan sekali terkena gangguan
apabila sistem pertahanan tubuh tidak adekuat. Tidak heran jika banyak terjadi
gangguan pada sistem pencernaan karena hal tersebut yang kita tidak tahu dan
menyadari berapa banyak kuman yang masuk kedalam sistem pencernaan kita
(Harnanto & Rahayu, 2016).
c. Bahan kimia
Sering kita memasukan bahan kimia kedalam mulut kita baik disengaja
maupun tidak disengaja, dan melukai salah satu organ di rongga mulut dan
bahkan masuk sampai organ pencernaan bagian dalam sehingga mengakibatkan
fungsi organ tersebut mengalami gangguan (Harnanto & Rahayu, 2016).
d. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
memengaruhi pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat disebabkan oleh
kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami
kebutuhan gizi (Astari, 2019).
e. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi
dapat memengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan
yang layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa
mengonsumsi makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka (Astari,
2019).
f. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan
tertentu juga dapat memengaruhi status gizi.Misalnya di beberapa daerah,
terdapat larangan makan pisang dan papaya bagi para gadis remaja.Padahal,
makanan tersebut merupakan sumber vitamin yang sangat baik.Ada pula
larangan makan ikan bagi anak-anak karena ikan dianggap dapat
mengakibatkan cacingan, padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat
baik bagi anak-anak (Astari, 2019).
g. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kekurangan variasi makanan, sehingga tubuh tidak memperoleh
zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.Kesukaan dapat mengakibatkan
merosotnya gizi pada remaja bila nilai gizinya tidak sesuai dengan yang
diharapkan (Astari, 2019).
h. Ekonomi
Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan status gizi karena penyediaan
makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.Oleh karena itu,
masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu
mencukupi kebutuhan gizi keluargannya dibandingkan masyarakat dengan
kondisi perekonomian rendah (Astari, 2019).

6. Batasan Karakteristik (Tanda dan Gejala)


Gejala penyakit pencernaan (Kesuma et al., 2018) :
Kode Tanda dan Gejala
G1 Mual
G2 Kembung
G3 Hilang (berkurang) nafsu makan
G4 Muntah
G5 Diare
G6 Tinja bercampur darah
G7 Nyeri perut
G8 Demam
G9 Dada terasa terbakar
G10 Kram perut
G11 Sesekali muntah darah
G12 Sering muntah darah
G13 Perih dari leher sampai perut
G14 Nyeri di leher, pusar dan punggung
G15 Nyeri ulu hati
G16 Berat badan turun drastis
G17 Lidah berwarna putih
G18 Sakit saat buang air

Penyakit dan gejalanya (Kesuma et al., 2018) :


Penyakit Gejalanya
Crohn G1, G3, G6, G7
Gastritis Akut G1, G2, G3, G4
Gastritis Kronis G1, G3, G6, G12
Maag G1, G3, G7, G13
Tukak Lambung G1, G3, G7, G14
Gastriporesis G1, G3, G4, G15
Gastroenteristis G1, G3, G4, G16
Usus Buntu G1, G3, G4, G8, G18
Tifus G1, G4, G8, G17
Gerd G1, G4, G9
Iritasi Usus Besar G1, G5, G10

Tanda dan gejala menurut Astari, (2019) yaitu : a.


Defisit nutrisi
1) Data mayor
- Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
2) Data minor
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
b. Berat badan lebih
1) Data mayor
- IMT > 25 kg/m2 (pada dewasa) atau berat dan panjang badan lebih dari
presentil 95 (pada anak 2-18 tahun)
2) Data minor
- Tebal lipatan kulit trisep >25 mm

7. Patofisiologi dan Pathway


Secara umum gastroenteritis disebabkan oleh masuknya mikroorganisme hidup
ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Organisme
masuk pada mukosa epitel, berkembang biak pada usus dan menempel pada
mukosa usus serta melepaskan enterotoksin yang dapat menstimulasi cairan dan
elektrolit keluar dari sel mukosa. Infeksi virus ini menyebabkan destruksi pada
mukosa sel dari vili usus halus yang dapat menyebabkan penurunan kapasitas
absorbsi cairan dan elektrolit. Interaksi antara toksin dan epitel, usus menstimulasi
enzim Adenilsiklase dalam membrane sel dan mengubah cyclic AMP yang
menyebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit, sehingga timbul diare. Diare
yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan integritas kulit
pada daerah perianal (Asta, 2019).

Selain itu juga, Sekresi air dan elektrolit secara berlebihan ini dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan asidosis
metabolik sehingga dapat menimbulkan kekurangan volume cairan dalam tubuh
serta gangguan pertukaran gas akibat dari asidosis metabolik. Kekurangan volume
cairan secara terus menerus dapat menimbulkan syok hipovolemi. Selain itu juga,
proses invasi dan pengerusakan mukosa usus, organisme menyerang enterocytes
(sel dalam epitelium) sehingga menyebabkan peradangan (timbul mual muntah)
dan kerusakan pada mukosa usus. Hal ini menyebabkan penurunan nafsu makan,
serta gangguan pada psikologi klien yang dapat menyebabkan ansietas. Penurunan
nafsu makan dapat mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh (Asta, 2019).
Pathway

8. Penatalaksanaan
a. Diare
Prinsip terapi yang digunakan (Chalik, 2016), yaitu :
1) Penggantian cairan (rehidrasi).
2) Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit
digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotic.
3) Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu
dengan cara:
a) Menekan peristaltik usus (loperamid)
b) Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
c) Pemberian absorben untuk menyerap toksin yang dihasilkan oleh bakteri
atau toksin penyebab diare yang lain (karbo absorben, kaolin)
d) Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lendir usus yang luka
4) Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada
diare.
5) Probiotik
Untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Lactobasillus dan bifidobacteria
(disebut Lactid Acid Bacteria/LAB) merupakan probiotik yang dapat
menghasilkan antibiotik alami yang dapat mencegah/menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dapat menghasilkan asam laktat yang
menyebabkan pH usus menjadi asam. Suasana asam akan menghambat
pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan
memperbaiki pencernaan bayi dan mencegah diare.

b. Gastritis
Prinsip terapi pada gastritis (Chalik, 2016), yaitu :
1) Terapi dapat dilakukan dengan mengurangi sekresi asam lambung yang
berlebihan dengan menggunakan antasida, antagonis reseptor H2 (ranitidin)
dan penghambat pompa proton (omeprazol). Juga agen protektif mukosa
lambung dapat digunakan seperti sukralfat.
2) Dukungan terapi tanpa obat sangat membantu meringankan gejala dan
keparahan gangguan seperti merubah gaya hidup dan pola makan yang
misalnya mengurangi stress, mengatur jadwal makan, hindari makan
makanan yang pedas, kecut. Selain itu juga menghindari penggunaan
obatobat yang dapat memicu atau memperparah gangguan seperti golongan
AINS (aspirin) dan steroid.

9. Komplikasi
a. Malnutrisi
Kekurangan zat makanan (nutrisi) ataupun kelebihan (nutrisi)
b. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
metabolism karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam pengguanaan
kalori.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh berbagai
masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya obesitas,
serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
d. Penyakit jantung koroner
Merupakan gangguan nutrisi yangs sering disebabkan oleh adanya peningkatan
kolesterol darah dan merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya
perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain. e. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh
pengonsumsian lemak secara berlebihan.
f. Anoreksia nervosa
Merupakan penurunan berat badan secara mendadak dan berkepanjangan,
ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen,
kedinginan, letargi, dan kelebihan energi.
B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting
yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan. Keluhan utama pada pasien
gangguan sistem pencernaan secara umum antara lain:
1) Nyeri
Keluhan nyeri dari pasien sering menjadi keluhan utama dari pasien
untuk meminta pertolongan kesehatan yang bersumber dari masalah saluran
gastrointestinal dan organ aksesori. Dalam mengkaji nyeri, perawat dapat
melakukan pendekatan PQRST, sehingga pengkajian dapat lebih
komprehensif. Kondisi nyeri biasanya bergantung pada penyebab dasar yang
juga mempengaruhi lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
2) Mual muntah
Keluhan mual muntah merupakan kondisi yang sering dikeluhkan dan
biasanya selalu berhubungan dengan kerja involunter dari gastrointestinal.
Mual (nausea) adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering
mendahului muntah. Mual disebabkan oleh distensi atau iritasi dari bagian
mana saja dari saluran GI, tetapi juga dapat dirangsang oleh pusat-pusat otak
yang lebih tinggi. Interpretasi mual terjadi di medulla, bagian samping, atau
bagian dari pusat muntah. Muntah merupakan salah satu cara traktus
gastrointestinal membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir
semua bagian atau traktus gastrointestinal teriritasi secara luas, sangat
mengembang, atau sangat terangsang.
3) Kembung dan Sendawa (Flatulens)
Akumulasi gas di dalam saluran gastrointestinal dapat mengakibatkan
sendawa yaitu pengeluaran gas dari lambung melalui mulut (flatulens) yaitu
pengeluaran gas dari rektum. Sendawa terjadi jika menelan udara dimana
cepat dikeluarkan bila mencapai lambung. Biasanya, gas di usus halus
melewati kolon dan di keluarkan. Pasien sering mengeluh kembung,
distensi, atau merasa penuh dengan gas.
4) Ketidaknyamanan Abdomen
Ketidaknyamanan pada abdomen secara lazim berhubngan dengan
gangguan saraf lambung dan gangguan saluran gastrointestinal atau bagian
lain tubuh. Makanan berlemak cenderung menyebabkan ketidaknyamanan
karena lemak tetap berada di bawah lambung lebih lama dari protein atau
karbohidrat. Sayuran kasar dan makanan yang sangat berbumbu dapat juga
mengakibatkan penyakit berat. Ketidaknyamanan atau distress abdomen
bagian atas yang berhubungan dengan makanan yang merupakan keluhan
utama dari pasien dengan disfungsi gastrointestinal. Dasar distress gerakan
abdomen ini merupakan gerakan peristaltik lambung pasien sendiri.
Defekasi dapat atau tidak dapat menghilangkan nyeri.
5) Diare
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi feses. Diare dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap di dalam feses,
yang disebut diare osmotic, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab
tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau
usus besar. Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa
usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik termasuk
mucus. Iritasi oleh mikroba jga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi
peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan
elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat
tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat
meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit.
6) Konstipasi
Konstipasi didefinisikan sebagai defekasi yang sulit atau jarang.
Frekuensi defekasi berbeda-beda setiap orang sehingga definisi ini bersifat
subjektif dan dianggap sebagai penurunan relative jumlah buang air besar
pada seseorang. Defekasi dapat menjadi sulit apabila feses mengeras dan
compact atau padat. Hal ini terjadi apabila individu mengalami dehidrasi
atau apabila tindakan BAB ditunda sehingga memungkinkan lebih banyak
air yang terserap keluar sewaktu feses berada di usus besar. Diet berserat
tinggi mempertahankan kelembaban feses dengan cara menarik air secara
osmosis ke dalam feses dan dengan merangsang peristaltic kolon melalui
peregangan. Dengan demikian, orang yang makan makanan rendah serat
atau makananan yang sangat dimurnikan beresiko lebih besar mengalami
konstipasi. Selain itu, olah raga juga mendorong defekasi dengan
merangsang saluran GE secara fisik. Dengan demikian, orang yang
sehariharinya jarang bergerak berisiko tinggi mengalami konstipasi.

b. Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan dengan anamnesis atau wawancara
untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama
dari pasiennya. Perawat memperoleh data subjektif dari pasien mengenai
awitan masalahnya dan bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi
dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat
mempengaruhi masalah kesehatan.
Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal:
1) Pengkajian rongga mulut
2) Pengkajian esofagus
3) Pengkajian lambung
4) Pengkajian intestinal
5) Pengkajian anus dan feses
6) Pengkajian organ aksesori

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Setiap keluhan utama harus ditanyakan pada pasien sedetail- detailnya dan
semuanya dibuat di riwayat penyakit sekarang. Pasien diminta untuk
menjelaskan keluhannya dari gejala awal sampai sekarang.

Tanyakan apakah pada setiap keluhan utama yang terjadi memberikan


dampak terhadap intake nutrisi, berapa lama dan apakah terdapat perubahan
berat badan? Pengkajian ini akan memberikan kemudahan pada perawat untuk
merencanakan intervensi dalam pemenuhan nutrisi yang tepat sesuai kondisi
pasien. Tanyakan pada pasien apakah baru-baru ini mendapat tablet atau
obatobatan yang sering kali dijelaskan warna atau ukurannya dari pada nama
dan dosisnya. Pasien diminta untuk memperlihatkan semua tablet- tablet jika
membawanya dan catat semuanya. Masalah ini menjadi petunjuk yang
bermanfaat melengkapi pengkajian.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS
(masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan
obat2 dan adanya alergi.

e. Riwayat Penyakit dan Riwayat MRS


Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila ada, maka perlu
ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan, berapa lama
dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran gastrointestinal.
Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice, panyakit
kandung empedu, kolitis, kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan pada
seluran intestinal mempunya predisposisi penting untuk dilakukan rawat
lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat
mengumpulkan data-data penunjang masa lalu seperti status rekam medis saat
dirawat sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan.
f. Riwayat Penggunaan Obat-obatan
Anamnesis tentang penggunaan obat atau zat yang baru baik dari segi
kuantitas maupun kualitas akan memberi dampak yang merugikan pada pasien
akibat efek samping dari obat atau zat yang telah dikonsumsi. Beberapa obat
akan mempengaruhi mukosa GI seperti obat anti inflamasi non-steroid
(NSAIDs), asam salisilat dan kortiko steroid yang memberikan resiko
peningkatan terjadinya gastritis atau ulkus peptikum. Kaji apakah pasien
menggunakan preparat besi atau ferum karna obat ini akan mempengaruhi
perubahan konsistensi dan warna feses (agak kehitaman) atau meningkatkan
resiko konstipasi. Kaji penggunaan laksantia /laksatif pada saat melakukan
BAB. Beberapa obat atau zat juga bisa bersifat hepatotoksik atau bersifat racun
terhadap fisiologis kerja hati yang memberikan resiko pada peningkatan
peradangan atau keganasan pada hati.

g. Riwayat Alergi
Perawat mengkaji adanya alergi terhadap beberapa komponen makanan atau
agen obat pada masa lalu dan bagaimana pengaruh dari alergi tersebut, apakah
memberikan dampak terjadinya diare atau konstipasi.

h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik keperawatan pada sistem GI dimulai dari survei umum
terhadap setiap kelainan yang terlihat atau mengklarifikasi dari hasil pengkajian
anamnesis.
1) Ikterus
Ikterus atau jaundice merupakan suatu kondisi yang sering ditemukan
perawat di klinik dimana konsentrasi bilirubin dalam darah mengalami
peningkatan abnormal sehingga semua jaringan tubuh yang mencakup
sklera dan kulit akan berubah warna menjadi kuning atau kuning kehijauan.
Ikterus akan tampak sebagai gejala klinis yang nyata bila kadar bilirubin
serum melampaui 2-2,5 mg/dl. Peningkatan kadar bilirubin serum dan gejala
ikterus dapat terjadi akibat gangguan pada ambilan hepatic, konjugasi
bilirubin, atau ekskresi bilier.

2) Kaheksia dan atrofi


Kegagalan saluran GI untuk menyerap makanan secara fisiologis dapat
menyebabkan kehilangan berat badan dan kaheksia (kondisi tubuh terlihat
kurus dan lemah). Keadaan ini dapat disebabkan oleh keganasan GI. Keriput
pada kulit yang terlihat di abnomen dan anggota badan menunjukkan
penurunan berat badan yang belum lama terjadi.
3) Pigmentasi kulit
Pigmen kulit secara umum dapat disebabkan oleh gangguan fumgsi hati,
hemokromatosis (akibat stimulus hemosiderin pada melanosit sehingga
memproduksi melamin), dan sirosis primer. Malabsorpsi dapat
manimbulkan pigmentasi tipe Addison (pigmentasi solaris) pada puting
susu, lipatan palmaris, daerah-daerah yang tertekan, dan mulut.
4) Status mental dan tingkat kesadaran
Sindrom ensefalopati hepatik akibat sirosis lanjut yang tidak
terkompensasi (gagal hati kronik) atau hepatitis fulmin (gagal hati akut)
merupakan kelainan neurologis organik . kondisi penyakit ini tergantung
pada etiologi dan faktor-faktor presipitasinya.
Pada kondisi klinik pasien pada kondisi ensefalopati hepatik akan
mengalami penurunan kesadaran menjadi stupor, kemudian koma.
Kombinasi kerusakan hepatoseluler dan shunting forto sistemik akibat
struktur hepatik yang terganggu (keduanya ekstra hepatik dan intra hepatik)
menimbulkan sindrom ini. Kelainan ini mungkin berkaitan dengan
kegagalan hepar untuk menyingkirkan metabolit dari darah portal.
Metabolit-metabolit yang toksik ini dapat meliputi amonia, asam amonia,
asam rantai pendek.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang Muncul (PPNI, 2017)

a. Defisit Nutrisi (D.0019) b.d Ketidakmampuan mencerna makanan


Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Penyebab
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6) Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal .

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
- Cepat kenyang setelah makan
- Kram/nyeri abdomen
- Nafsu makan menurun
Objektif
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare

b. Diare (D.0020) b.d Inflamasi Gastrointestinal


Definisi
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak terbentuk.

Penyebab
Fisiologis
1) Inflamasi gastrointestinal.
2) Iritasi gastrointestinal.
3) Proses infeksi.
4) Malabsorsi.
Psikologis
1) Kecemasan.
2) Tingkat stres tinggi.
Situasional
1) Terpapar kontaminan.
2) Terpapar toksin.
3) Penyalahgunaan laksatif.
4) Penyalahgunaan zat.
5) Program pengobatan (Agen tiroid, analgesik, pelunak feses, ferosultat,
antasida, cimetidine dan antibiotik).
6) Perubahan air dan makanan.
7) Bakteri pada air.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam.
- Feses lembek atau cair.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
- Urgency
- Nyeri/kram abdomen
Objektif
- Frekuensi peristaltic meningkat
- Bising usus hiperaktif

c. Hipovolemia (D.0023) b.d Kehilangan cairan aktif


Definisi
Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan / atau intraselular

Penyebab
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menyempit
- Membran mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hemtokrit meningkat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Objektif
- Pengisian vena menurun
- Status mental berubah
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- Berat badan turun tiba-tiba
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rencana/Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil (PPNI, Intervensi Keperawatan (PPNI,
2019) 2018)
1 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) b.d keperawatan selama …x24 jam maka
Ketidakmampuan status nutrisi membaik, dengan Observasi
mencerna makanan kriteria hasil : 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Pola makanan yang dihabiskan makanan
meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
(5) jenis nutrien
3. Kekuatan otot menelan meningkat 5. Identifikasi perlunya penggunaan
(5) selang nasogastrik
4. Serum albumin meningkat (5) 6. Monitor asupan makanan
5. Verbalisasi keinginan untuk 7. Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi meningkat 8. Monitor hasil pemeriksaan
(5) laboratorium
6. Pengetahuan tentang pilihan makanan
yang sehat meningkat (5) Terapeutik
7. Pengetahuan tentang pilihan 1 Lakukan oral hygiene sebelum
minuman yang sehat meningkat makan, jika perlu
(5) 2 Fasilitasi menentukan pedoman diet
8. Perasaan cepat kenyang menurun 3 Sajikan makanan secara menarik
(5) dan suhu yang sesuai
9. Nyeri abdomen menurun (5) 4 Berikan makanan tinggi serat untuk
10. Sariawan menurun (5) mencegah konstipasi
11. Rambut rontok menurun (5) 5 Berikan makanan tinggi kalori dan
12. Diare menurun (5) tinggi protein
13. Berat badan membaik 6 Berikan suplemen makanan, jika
14. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
(5)
15. Frekuensi makan membaik (5) pelu
16. Nafsu makan membaik (5) 7 Hentikan pemberian makan melalui
17. Membrane mukosa membaik (5) selang nasogastric jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu

2 Diare (D.0020) b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Diare (I.03101)


Inflamasi gastrointestinal keperawatan selama …x24 jam maka
eliminasi fekal membaik, dengan kriteria Observasi
hasil : 1. Identifikasi penyebab diare (mis.
Eliminasi Fekal (L.04033) : Inflamasi gastrointestinal, iritasi
1 Kontrol pengeluaran feses meningkat gastrointestinal)
(5) 2. Identifikasi riwayat pemberian
2 Keluhan defekasi lama dan sulit makanan
menurun (5) 3. Identifikasi gejala invaginasi
3 Mengejan saat defekasi menurun 4. Monitor warna, volume, frekwensi,
(5) dan konsistensi tinja.
4 Distensi abdomen menurun (5) 5. Monitor tanda dan gejala
5 Terasa massa pada rektal menurun hipovolemia
(5) 6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit
6 Urgency menurun (5) didaerah perineal
7 Nyeri abdomen menurun (5) 7. Monitor jumlah pengeluaran
8 Kram abdomen menurun (5) diare
9 Konsistensi feses membaik (5) 8. Monitor keamanan penyiapan
10 Frekuensi defekasi membaik (5) makanan
11 Peristaltik usus membaik (5)
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap dan
elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk kultur,
jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan,
pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
3. Anjurkan melanjutkan pemberian
ASI

Kolaborasi
1 Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
2 Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/ spasmolitik
3 Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses.
3 Hipovolemia (D.0023) Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia (I.03116)
b.d Kehilangan cairan keperawatan selama …x24 jam maka
aktif status cairan membaik, dengan Observasi
kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
Status Cairan (L.03028) : hipovolemia (mis. frekuensi nadi
1 Kekuatan nadi meningkat (5) meningkat, nadi teraba lemah, TD
2 Turgor kulit meningkat (5) menurun, membran mukosa
3 Suhu tubuh membaik kering )
(36,5oC - 37,5oC) 2. Monitor intake output cairan
4 Intake cairan membaik (5)

5 Membrane mukosa membaik (5) Terapeutik


1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl,RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian produk darah

4. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tidakan
keperawaan pada klien evaluasi terus menerus dilakuakan pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, digunakan komponen
SOAP :
S Data subjektif, data yang didapatkan dari keluhan klien langsung

O Data objektif, data yang di dapatkan dari hasil observasi perawat secara
langsung

A Analisis, merupakan interpretasi dari subjektif dan objektif. Analisa


merupakan diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat di
tuliskan masalah baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien.

P Planning, perencanaan keperawatan yang akan dilakukan, dilanjutkan,


dimodifikasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Armini, N. K. A., Arief, Y. S., Kristiawati, & Wahyuni, E. D. (2016). Modul Sistem
Pencernaan (D. Adzhani Putri Sabila & N. Gading Ekapuja Aurizki, S.Kep. (eds.);
1st ed.). Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Asta, R. A. B. P. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis Akut Dengan
Diare Di Rsu Dr. Slamet Garut. 1–56.
Astari, W. (2019). Laporan Pendahuluan Nutrisi.
Chalik, R. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Harnanto, A. M., & Rahayu, S. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia II. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kesuma, C., Informatika, M., & Informatika, M. (2018). Pengembangan Sistem Pakar
Mendeteksi Penyakit Pencernaan. 6(1), 41–48.
Malik, M. Z., Salam, A. Y., Sugiyarto, Wardani, N. H. R., Panma, N. Y., Lestari, T. P.,
Rahim, A., Wijayanti, A. R., Faridah, V. N., & Nurarifah. (2022). Keperawatan
Medikal Bedah II (Pemenuhan Kebutuhan Klien Dewasa Dengan Gangguan
Kebutuhan Sistem Endokrin, Pencernaan dan Perkemihan). Rizmedia Pustaka
Indonesia.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (SDKI) (Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (SIKI) (Edisi 1). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Keperawatan (SLKI) (Edisi 1). DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai