Cover Catin
Cover Catin
Oleh:
YUNITA FATIMAH
P27824421089
Yunita Fatimah
NIM. P27824421089
Dwi Indana Zulfa A.Md Keb Rekawati M.Kes. Elfira Nurul Aini,SST.,M.Keb
NIP. 198008012005012013 NIP. 196706011989032002 NIP. 198901252020122005
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi pada Nn. F di Puskesmas
Sidosermo. Laporan ini disusun sebagai laporan praktikum lahan mata kuliah
Asuhan Kebidanan Prakonsepsi.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dwi Purwanti, S. Kp., S. ST., M. Kes. selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Sutomo
2. Ibu Rekawati S, A Per.Pen M.Kes. selaku dosen pembimbing praktikum lahan
3. Ibu Elfira Nurul Aini,SST.,M.Keb selaku dosen pembimbing praktikum
lahan.
4. Ibu drg. Harjanti selaku Kepala Puskesmas Sidosermo yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk praktikum di Puskesmas Sidosermo
5. Ibu Dwi Indana Zulfa A.Md. Keb selaku pembimbing di lahan praktik, yang
selalu meluangkan waktu untuk membimbing kami
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini..
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................43
5.2 Saran.................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................45
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
hal yang terencana. Wanita hamil dan bayi yang berada dalam lingkungan
sehat kemungkinan lebih besar memiliki bayi yang sehat.
Untuk mencapai kehamilan yang ideal dan bayi dalam kondisi sehat
membutuhkan serangkaian persiapan dan berbagai skrining kesehatan, seperti
pemeriksaan fisik, konseling dan edukasi kepada calon pengantin. Keuntungan
diberikannya asuhan prakonsepsi adalah dapat mengidentifikasi penyakit
medis agar kemungkinan yang mengganggu proses kehamilan dapat segera
dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat dihindari.
Selain itu untuk mengkaji kesiapan psikologis, dan pencapaian tujuan hidup.
Sampai saat ini asuhan kebidanan prakonsepsi masih jarang dilakukan oleh
calon pengantin, pdahal trsebut sangat penting bagi kehidupan selanjutnya
bagi pasangan suami istri. Bidan sebagai garda terdepan memilki peran sangat
penting dalam hal tersebut. Selain berperan dalam melakukan tindakan medis
bidan juga memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukannya asuhan
prakonsepsi diharapkan dapat terwujudnya kehamilan yang ideal guna
mewujudkan keluarga berkualitas.
Berdasarkan asalasan yang sudah diuraikan sebelumnya, penuli
mengangkat asuhan kebidanan pada calon pengantin sebagai topik laporan
komperhensif asuhan kebidanan pada prakonsepsi.
2
1.2 Tujuan Praktik
Mahasiswa Mampu:
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis
dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik
5
calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) dan anemia.
Keterangan:
6
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
1. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
a. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa haemoglobin
Pengecekan darah diperlukan untuk memastikan calon ibu tidak
mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Hemoglobin
adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transportasi oksigen dari paruparu ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kadar
normal hemoglobin pada laki-laki dewasa : 14- 18 gram/dl, wanita
dewasa : 12-16 gram/dl. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah
dikenal dengan istilah anemia.
b. Pemeriksaan Rhesus Rh
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah
7
mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB, atau O
rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi (+ atau -).
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi
antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam
darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Umumnya,
masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa
ber- rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah
pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-
laki rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan
ber-rhesus negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif,
tidak bermasalah. Tetapi, bila berrhesus positif, masalah mungkin timbul
pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin
yang dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan. Antibodi
anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
a. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit
kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit
metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti: janin yang
tidak sempurna/cacat, hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta macrosomia
(bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
sehingga janin tumbuh sangat besar).
b. Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan
memantau clearence virus. Selain itu pemeriksaan ini juga
bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita hepatitis B
maka dapat diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.
8
c. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes,
klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada pasangan, sehingga bisa
dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan
terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa
mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya.
a. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di
Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya
virus toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar
melalui kotoran atau bulu binatang peliharaan. Oleh karena itu
diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo,
dan herpes yaitu yang biasa disingkat dengan istilah
pemeriksaan TORCH. Kelompok penyakit ini sering kali
menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran),
bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada
anak.
b. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau
kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk
mengetahui adanya penyakit metabolik atau sistemik. Penyakit
infeksi saluran kemih saat kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan
bayi berupa kelahiran prematur, berat janin yang rendah dan
resiko kematian saat persalinan. 8. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan
pasangan laki-laki. Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga
kategori yaitu jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk
sperma. Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus
9
lebih dari 20 juta setiap cc-nya dengan gerakan lebih dari 50%
dan memiliki bentuk normal lebih dari 30%.29.
c. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular
Seksual (ISR/IMS) Pemeriksaan ini ditujukan untuk
menghindari adanya penularan penyakit yang ditimbulkan
akibat hubungan seksual, seperti sifilis (penyakit raja singa),
gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human Immunodeficiency
Virus (HIV, penyebab AIDS). (Rosiati,2010).
Kelainan Genetik yang dapat dicegah dengan Pemeriksaan
Kesehatan Prakonsepsi Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan
terhadap penyakit terutama penyakit keturunan dan penyakit
menular seksual (PMS), seperti HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit
keturunan antara lain: (Fanjari, 2000)
a. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang
menurun dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam
penyakit ini, sang ayah dan ibu bebas dari penyakit, tetapi
semua anak-anak terkena pembiakan yang cepat pada butir-butir
darah merah. Hal ini menyebabkan mereka kekurangan darah.
Mereka membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya.
Jenis penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat
membunuh penderita.
b. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang
mempunyai daya beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus
menerus. Luka sedikit saja mungkin akan banyak menyebabkan
pendarahan. Penyakit keturunan ini akan berpindah melalui
perempuan, akan tetapi penyakitnya diderita oleh anak laki-laki
dan bukan anak perempuan. Satu bentuk penyakit yang sulit
ditemukan obatnya.
c. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit
keturunan ini akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif
bertentangan dengan darah sang suami yang positif. Jika anak
10
lahir dengan selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan
darah, dan sebagian dari anak- anak tersebut perlu pencucian
darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali.
2.1.5 Pemberian Imunisasi Calon Pengantin
Pemberian imunisasi calon pengantin dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus,
sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai
status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status
T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum
mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan,
maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat
yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT
11
perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi
Kronis) dan anemia gizi besi, serta defisiensi asam folat.
Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang
dan tablet tambah darah.
2.1.7 Konseling/ Konsultasi Kesehatan Pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan
pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun
program persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan
suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan
untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap
secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh
suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017). Bimbingan
konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan
kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan
rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat
melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun,
2010).
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage
counseling yang merupakan upaya membantu pasangan calon
pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor
yang profesional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-
cara yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar
dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan,
kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya
(Willis, 2009). Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi
untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan
untuk membantu pasangan agar saling memahami, dapat
memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling
menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi
12
yang baik (Kertamuda, 2009). Bimbingan konseling pra nikah
mempunyai objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota
keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya
pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan
hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat
untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-
individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari
pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013). Menurut Kemenkes
(2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum memasuki
jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang
sehat dan aman. Catin perempuan akan menjadi calon ibu
yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.Catin laki-laki
akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga,
seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan
perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi
pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena
struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial
13
maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual.
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban
yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi
b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya. Hak inii menjamin setiap pasangan dan
individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak
serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi.
Informasi yang perlu diketahui natra lain:
1) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara
mengatasinya.
2) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-
laki terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV
– AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR), serta
memahamicara penularannya, upaya pencegahan, dan
pengobatan.
3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-
masinng alat dan obat kontrasepsi.
4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan.
Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan
selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas,
serta memperoleh bayi yang sehat.
5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan
kasih sayang, saling menghargai dan menghormati
14
pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual
antara lain:
1) Melakukan hubungan seksual pada saat
menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur
dan mulut karena berisiko dalam penularan
penyakit dan merusakorgan reproduksi.
c. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan
tugas antara laki-laki dan perempuanyang ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan
yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan
gender adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah
sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan
kemampuan personil mereka dan membuat pilihan- pilihan
tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan
dan laki-laki dapat saling menghormati dan menghargai
satu sama lain, misalnya: Dalam mengambil keputusan
dalam rumah tangga dilakukan secara bersama dan
tidak memaksakan ego masing-masing
a) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan
rumah tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak.
b) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama
laki-laki dan perempuan.
c) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian
15
ASI eksklusif
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di
bawah ini:
a) Kekerasan secara fisik (memukul, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok, melukai,
dan lain-lain)
b) Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina,
komentarkomentar yang merendahkan, membentak,
mengancam, dan lain-lain)
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga.
2.2 Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan
2.2.1Definisi Perencanaan Kehamilan dan Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi,
namun masa prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa
pranikah. Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan
berkeluarga yang optimal melalui perencanaan.
Kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi
dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan
psikologi keluarga (Mirza, 2008). Merencanakan kehamilan
merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan
kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan
menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra
artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan
adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa)
(Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan
terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah
16
sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang
dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah
perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang
optimal sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi
(pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses
fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik.
Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi
(implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya
kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan masa sebelum konsepsi. Perawatan
prakonsepsi adalah satu set intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh
perilaku dan kondisi sosial untuk mencapai status kesehatan wanita
dan kesehatan kehamilan melalui upaya preventif dan manajemen
(CDC, 2006).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan
sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka
menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan
intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada
perempuan dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian
lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk
17
menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan social
uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan
melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-
faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya
konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil
yang maksimal (Winardi, 2016).
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita
(istri) untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari
pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya
(Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap
dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur
merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali” (Indriarti, dkk , 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14
sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011).
Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk perhitungan masa subur
dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek
dikurangi 18.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur
antara lain:
1. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun secara fisik
dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan beresiko lebih
besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat dan
persalinan premature. Sedangkan pada usia >15 tahun kondisi
fisik mulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas
perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat
18
sesudah usia tersebut. Usia reproduktif perempuan yang terbaik
pada usia 20 tahunan, selanjutnya kesuburan bertahap menurun
pada usia 30 tahun, terutama setelah 35 tahun (American
Society for Reproductive Medicine, 2012)
2. Frekuensi Senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan
antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus
(senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan
normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam
organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin
jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi
yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini
berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual
tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya
terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri
(Khaidir, 2006).
3. Lama Berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0%
dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama,
85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama
suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan
faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).
2.2.3 Persiapan Kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan
19
yang sehat diantaranya:
1. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian
penting dari pelayanan kesehatan prakonsepsi yang
bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam menjalani
kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur.
Aktivitas fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama
berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu selama 1/2 jam,
dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain
menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan. Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan
kehamilan membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat
badan harus benar- benar dikontrol agar dapat aman selama
kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang
mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus
disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas
rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat
mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah lemak
yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur.
Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan
diabetes selama kehamilan.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan
menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai
masalah selama kehamilan, juga janin yang dikandung,
20
Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan
hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol
memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan
untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi
kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan
bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok dapat
menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-
laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan
kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk
menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-
laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
sperma. Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi
oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait
dengan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah mengatur pola makan
dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak konsumsi
buah dan sayuran, menghindari makanan yang mengandung
zat- zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga
menyebabkan kelainan fisik, dan cacat kongenital. Saat
terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi
yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga
calon ibu harus memperhatikan asupan makanan yang
mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung:
a. Protein Berfungsi untuk meningkatkan produksi
sperma. Makanan sumber protein seperti telur, ikan,
21
daging, tahu dan tempe.
b. Asam folat Berperan dalam perkembangan system saraf
pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi
risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak
70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam
folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan
selama kehamilan, maka dapat membantu
mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang
bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan,
seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau,
caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra,
kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam
folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu
untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi
rasa mual, serta tentu merupakan produk yang
berkualitas tinggi.
c. Konsumsi berbagai Vitamin
1) Vitamin A berperan cukup penting dalam produksi
sperma yang sehat. Terdapat pada hati, mentega,
margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,
wortel, bayam, dan tomat.
2) Vitamin D Kekurangan vitamin D akan
menurunkan tingkat kesuburan hingga 75%.
Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat
pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan,
ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
3) Vitamin E Vitamin E dapat meningkatkan
22
kemampuan sperma membuahi sel telur dan
mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta.
Banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan,
bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
4) Vitamin B6 Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya
kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam,
ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,
pisang, dan sayur kol.
5) Vitamin C Pada wanita, vitamin C berperan
penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai
antioksidan (bekerjasama dengan vitamin E dan
beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-
sel organ tubuh dari serangan radikal bebas
(oksidan) yang mempengaruhi kesehatan system
reproduksi. Vitamin C banyak terdapat pada jambu
biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,
dan cabai merah.
5. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki
anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini
disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya
bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah
kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah
penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu
23
dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan
yang berhubungan dengan perencanaan, perawatan
selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca
persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai
sumber yang terpercaya. Agar kehamilan yang akan
dijalani tidak menimbulkan ketegangan, hindari hal –
hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam
keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus
bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi
membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi
umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu
mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak
mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu
mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi
perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu
harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang
terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin
siapuntuk menjadi ibu baru.
24
perempuan untuk menjadi sehat sebelum dia hamil, agar
bayi yang dilahirkannya dalam keadaan sehat yang optimal.
Peningkatan kesehatan prakonsepsi harus diikuti dengan
peningkatan hasil kesehatan reproduksi, namun tetap
dengan biaya yang minimum. Tujuan asuhan prakonsepsi
lainnya adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat awitan kehamilan. Tujuan lainnya adalah
memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak
tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon
orang tua Adanya perawatan prakonsepsi yaitu sebagai
berikut :
a. Bertujuan untuk mempromosikan kesehatan perempuan
usia reproduksi sebelum konsepsi berkaitan dengan
kehamilan.
b. Meningkatkan kesehatan prakonsepsi membutuhkan
perawatan klinis yang lebih efektif bagi perempuan.
Perubahan pengetahuan sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi antara laki-laki
dan perempuan perlu dibuat untuk meningkatkan
kesehatan prakonsepsi.
Promosi kesehatan prakonsepsi, harus fokus pada
kesehatan umum yang mencakup pria dan wanita dan
membahas tentang kesehatan reproduksi serta risiko
untuk melahirkan anak. Adapun rekomendasi untuk
meningkatkan kesehatan prakonsepsi berlandaskan
empat tujuan yaitu:
Meningkatkan pengetahuan dan sikap serta
perilaku pria dan wanita yang berhubungan dengan
kesehatan prakonsepsi, berdasarkan bukti skrining
risiko, promosi kesehatan, dan intervensi) yang
25
akan memungkinkan mereka untuk memasuki
kehamilan pada kesehatan yang optimal. Adapun
rekomendasi yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Individu baik laki maupun perempuan
didorong untuk memiliki rencana kehidupan
reproduksi.
b. Kesadaran konsumen
c. Pelaksanaan Kunjungan
d. Intervensi untuk risiko yang teridentifikasi.
e. Perawatan Interconception.
f. Pemeriksaan sebelum hamil.
g. Cakupan Asuransi Kesehatan untuk Wanita
dengan Pendapatan Rendah.
h. Program dan Strategi Kesehatan Masyarakat.
i. Penelitian.
j. Pemantauan Perbaikan.
Mengurangi risiko kehamilan sebelumnya yang
merugikan melalui intervensi selama periode
interconception, yang dapat mencegah atau
meminimalkan masalah kesehatan bagi ibu dan
anak-anak masa depannya.
Mengurangi kesenjangan dalam masa kehamilan.
2.3.3 Manfaat Asuhan Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya
kesiapan secara fisik dan emosional yang optimal saat
memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat
mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat
suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat
26
melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir
dengan sehat. Ada beberapa manfaat atau keuntungan dari
asuhan pra konsepsi yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiapsiagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan
pasangannya untuk membantu membuat keputusan
tentang persalinan yang akan di hadapinya.
27
7 langkah. Agar orang lain dapat mengetahui apa yang
dilakukan oleh bidan melalui proses berpikir sistematis,
dokumentasi dibuat dalam bentuk SOAP. Di dalam metode
SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi
yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data dan
langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis.
Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan metode
dokumntasi yang lain (Handayani & Mulyati, 2017)
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian
data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf
“O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien
adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya
akan menguatkan diagnosis yang akan disusun (Handayani
& Mulyati, 2017).
2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium catatan medik dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai
data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis
(Handayani & Mulyati, 2017).
3. Analisis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini
merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
28
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan,
dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan
untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut
dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat
terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan
kebutuhan (Handayani & Mulyati, 2017).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan
rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya (Handayani & Mulyati,
2017).
29
Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Soap
30
Pengkajian Data Dasar
Data subjektif 1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Status dalam keluarga
4. Jumlah saudara
5. Riwayat pernikahan keluarga
6. Aktivitas sehari-hari seperti kegiatan, kebiasaan merokok,
olah raga,seksual, penggunaan obat terlarang, dan
pola makan
Data objektif Pemeriksaan keadaan umum:
1. Kesadaran
2. Tanda-tanda Vital, Suhu: 36,5oC-37,5oC, Nadi: 60-100
kali/menit, Pernafasan: 16-20 kali/menit
Tekanan darah: 120/80 mmHg (rentang 100/60 mmHg-
<140/90 mmHg) (Yuliani, Musdalifah, & Suparmi, 2017)
Pemeriksaan Fisik
3. Kepala: ukuran, bentuk, kesimetrisan
4. Muka: edema, dan warna kulit
5. Mata: warna konjungtiva, sclera, kelopak
mata, strabismus, reaksi pupil
6. Hidung: nafas cuping hidung, sumbatan rongga hidung
7. Mulut: bau nafas, bibir, mukosa, gigi, gusi, lidah,
dan hygiene mulut termasuk kemungkinan karies,
karang gigi, dan tonsil
8. Telinga: warna, sumbatan, edema, lesi
9. Leher: pembesaran/nyeri tekan kelenjar tyroid dan limfe
10. Dada: frekuensi nafas, kedalaman, irama nafas,
auskultasi paru dan jantung, payudara (konsistensi,
kesimetrisan, areaola)
11. Abdomen: kesimetrisan, jaringan parut, distensi,
massa, nyeri tekan, dan pembesaran organ dalam
12. Ektremitas
13. Berat badan
14. Tinggi badan
15. Lila
Pemeriksaan Penunjang:
16. Hb: 11-12 gr/dl
17. Golongan darah
31
Interpretasi Data Dasar
Implementasi
Plan (perencanaan) 1) KIE
2) Pelayanan gizi
3) Imunisasi
4) Pelayanan kontrasepsi
5) Pengobatan/ terapi
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Nn. F
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1 Akuntansi
b. Keluhan
Utama : Nn.F mengatakan siklus menstruasinya kadang lancar kadang
tidak yang sudah berlasung sejak tahun 2019 dan belum pernah dilakukan
tindakan medis.
c. Riwayat haid :
Menarche : 12 tahun
Dismenorhea : Tidak
d. Aktifitas sehari-sehari
33
1) Kegiatan sehari – hari : Mengerjakan pekerjaan rumah
34
e. Sexuality (aktivitas seksual) : Nn.F mengatakan belum pernah melakukan
hubungan seksual sebelumnya
Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 120/80mmHg.
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5°C
Pernapasan : 20x/menit
BB : 86 kg
TB : 151 cm
LILA : 35 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
Sclera : Putih
35
Kelopak Mata : Tidak odem
4) Mulut : tidak ada sianosis, gigi bersih, tidak ada karies gigi, tidak ada
pembengkakan gusi
5) Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran limfe
7) Abdomen : tidak ada nyeri tekan abdominal, tidak ada nyeri tekan
hepar/limpa, tidak ada masssa, tidak ada bekas operasi
10) Ekstremitas
Pemeriksaan penunjang
1) Hemoglobin: 13,4
2) Eritrosit : 4,32
3) MCV : 77,2
4) MCH : 24,1
5) MCHC : 34,2
6) RDW-CV : 12,0
7) Syphilis : NR
36
8) HIV : NR
d. SADANIS : Baik
2. Assasment
b. Memberikan KIE Gizi Seimbang pada Nn.E dan pengaturan pola makan
diharap dapat menurunkan berat badan Nn.F agar memiliki IMT normal.
Dan menganjurkan Nn.F untuk melakukan defisit kalori sesuai kebutuhan
kalori per hari dengan sehat.
Pertemuan 2
37
Evaluasi: Nn.F mengerti tentang pentingnya aktifitas fisik dan berniat untuk
kembali melakukan aktifitas fisik seperti sebelum pandemi
Pertemuan 3
38
Evaluasi: Nn.F mengerti tindakan pencegahan yang dijelaskan oleh bidan
b. Mengajurkan Nn.F untuk melakukan konsultasi pada ahli gizi jika tidak ada
perubahan setelah melakukan edukasi yang telah disampaikan.
Evaluasi: Nn.F bersedia melakukan konsultasi pada ahli gizi jika tidak ada
perubahan signifikan setelah melakukan hal sesuai dengan edukasi yang telah
diberikan.
2) Memakai masker
4) Menjauhi kerumunan
5) Mengurangi mobilitas
39
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas perbandingan antara teori dengan asuhan pra
konsepsi yang telah diberikan pada klien sesuai yang telah cantumkan pada
tinjauan kasus yang bertujuan menmberikan gambaran ada tidaknya kesenjangan
dalam melakukan asuhan kepada klien.
40
kebidanan Nn.F umur 24 tahun dengan gangguan siklus menstruasi dan obesitas
tingkat II.
41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
2. Bagi Puskesmas
3. Bagi Mahasiswa
42
DAFTAR PUSTAKA
43
Hasil Pengisian Self Rating Questionnaire (SRQ) -20
44