Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN PRAKONSEPSI

PADA NN. F CALON PENGANTIN DI PUSKESMAS


SIDOSERMO

Oleh:
YUNITA FATIMAH
P27824421089

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KELAS ALIH JENJANG
T.A 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Remaja ini dilaksanakan sebagai dokumen/laporan


praktik Asuhan Kebidanan Remaja, yang dilaksanakan di Puskesmas
Sidosermo periode praktik tanggal 29 November 2021 sampai 17 Desember 2021.

Surabaya, 18 Desember 2021

Yunita Fatimah
NIM. P27824421089

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Dwi Indana Zulfa A.Md Keb Rekawati M.Kes. Elfira Nurul Aini,SST.,M.Keb
NIP. 198008012005012013 NIP. 196706011989032002 NIP. 198901252020122005

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Ketua Program Studi Sarjana Terapan


Kebidanan Sutomo

drg. Harjanti Dwi Purwanti, S. Kp., S. ST., M. Kes.


NIP.196802081993012001 NIP. 196702061990032003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi pada Nn. F di Puskesmas
Sidosermo. Laporan ini disusun sebagai laporan praktikum lahan mata kuliah
Asuhan Kebidanan Prakonsepsi.
Dalam penyusunan Laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
petunjuk dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dwi Purwanti, S. Kp., S. ST., M. Kes. selaku Ketua Program Studi
Sarjana Terapan Kebidanan Sutomo
2. Ibu Rekawati S, A Per.Pen M.Kes. selaku dosen pembimbing praktikum lahan
3. Ibu Elfira Nurul Aini,SST.,M.Keb selaku dosen pembimbing praktikum
lahan.
4. Ibu drg. Harjanti selaku Kepala Puskesmas Sidosermo yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk praktikum di Puskesmas Sidosermo
5. Ibu Dwi Indana Zulfa A.Md. Keb selaku pembimbing di lahan praktik, yang
selalu meluangkan waktu untuk membimbing kami
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini..

Surabaya, 15 Desember 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

PENGESAHAN.......................................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Tujuan Praktik....................................................................................................3

1.3 Lama Praktik......................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Pelayanan Kesehatan Pra Nikah...........................................................4

2.2 Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan...........................................................16

2.3 Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi.....................................................................25

2.4 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Prakonsepsi......................................27

BAB III DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN SOAP

3.1 Dokumentasi Asuhan Kebidanan.....................................................................34

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Asuhan Kebidanan Prakonsepsi..................................................41

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan.......................................................................................................43

5.2 Saran.................................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................45

iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kementerian Kesehatan RI (2010) mendefinisikan bahwa Wanita Usia


Subur (WUS) adalah wanita yang berada dalam periode umur antara 15-49
tahun. Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS perlu
mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi yang
optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang janin,
kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses
melahirkan (Paratmanitya dkk. 2012). Masa pranikah dapat dikaitkan dengan
masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani
proses konsepsi.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan
sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Dalam rentang waktu
tersebut calon pengantin memerlukan pelayanan prakonsepsi. Menurut WHO
(2018), pelayanan prakonsepsi meliputi kesehatan sosial, sikap dan tindakan
biomedis bagi pasangan (pria dan wanita) sebelum terjadinya konsepsi.
Asuhan prakonsepsi merupakan bagian dari upaya preventif dan promotif
yang menjadi tombak untuk menghilangkan penyebab kematian ibu dan anak.
Faktor risiko yang mempengaruhi kehamilan seseorang dapat dikurangi
dengan cara mengidentifikasi faktor risiko tersebut sebelum dimulainya
kehamilan. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan konseling, informasi,
dan edukasi yang tepat sebelum kehamilan tersebut terjadi.
Asuhan kebianan prakonsepsi diberikan sebelum kehamilan dengan
sasaran mempermudah pasangan untuk memahami dan mencapai tingkat
kesehatan yang optimal sebelum seorang wanita hamil. Idealnya, semua
kehamilan adalah hal yang dinantikan bagi setiap pasangan, sehingga
kehamilan adalah

1
hal yang terencana. Wanita hamil dan bayi yang berada dalam lingkungan
sehat kemungkinan lebih besar memiliki bayi yang sehat.
Untuk mencapai kehamilan yang ideal dan bayi dalam kondisi sehat
membutuhkan serangkaian persiapan dan berbagai skrining kesehatan, seperti
pemeriksaan fisik, konseling dan edukasi kepada calon pengantin. Keuntungan
diberikannya asuhan prakonsepsi adalah dapat mengidentifikasi penyakit
medis agar kemungkinan yang mengganggu proses kehamilan dapat segera
dideteksi secara dini sehingga keadaan yang lebih buruk dapat dihindari.
Selain itu untuk mengkaji kesiapan psikologis, dan pencapaian tujuan hidup.
Sampai saat ini asuhan kebidanan prakonsepsi masih jarang dilakukan oleh
calon pengantin, pdahal trsebut sangat penting bagi kehidupan selanjutnya
bagi pasangan suami istri. Bidan sebagai garda terdepan memilki peran sangat
penting dalam hal tersebut. Selain berperan dalam melakukan tindakan medis
bidan juga memiliki peran sebagai konselor. Dengan dilakukannya asuhan
prakonsepsi diharapkan dapat terwujudnya kehamilan yang ideal guna
mewujudkan keluarga berkualitas.
Berdasarkan asalasan yang sudah diuraikan sebelumnya, penuli
mengangkat asuhan kebidanan pada calon pengantin sebagai topik laporan
komperhensif asuhan kebidanan pada prakonsepsi.

2
1.2 Tujuan Praktik

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan pelayanan asuhan kebidanan prakonsepsi


pada calon pengantin dengan perencanaan kehamilan secara
komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa Mampu:

1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada calon


pengantin
2. Melakukan interpretasi data pada calon pengantin

3. Menentukan diagnosis dan masalah potensial pada calon pengantin

4. Melakukan kebutuhan tindakan segera pada calon pengantin

5. Melakukan intervensi tindakan pada calon pengantin

6. Melakukan implementasi tindakan pada calon pengantin

7. Melakukan evaluasi hasil tindakan pada calon pengantin, serta


melakukan pendokumentasian Asuhan kebidanan tsb, dengan metode
SOAP
1.3 Lama Praktik

Praktik asuhan kebidanan pada remaja dilaksanakan pada tanggal 29


Novemser 2021 s.d 17 Desember 202

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pelayanan Kesehatan Pra Nikah

2.1.1 Definisi Prakonsepsi

Prakonsepsi dapat diartikan sebagai kondisi sebelum adanya pertemuan


antara ovum dan spermatozoa. Menurut WHO (2018), pelayanan
prakonsepsi meliputi kesehatan sosial, sikap, dan tindakan biomedis bagi
pasangan (pria dan wanita) sebelum terjadinya konsepsi. Menurut
Stubblefield et al. (2008), prakonsepsi mengacu pada proses identifikasi
berbagai resiko kehamilan. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan
konseling, informasi, dan edukasi yang tepat sebelum kehamilan tersebut
terjadi.
2.1.2 Tujuan Asuhan Pranikah

Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa


sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
1. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas
2. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir

3. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi


2.1.3 Persiapan Pranikah

Dalam Pelatihan Peer Konselor Kota Depok (2011) dan Kemenkes (2015),
persiapan pernikahan meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental/psikologis
dan kesiapan sosial ekonomi.
1. Kesiapan Fisik

Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila


telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status
gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
2. Kesiapan Mental/Psikologis
4
Dalam sebuah pernikahan, individu diharapkan suda merasa siap
untuk mempunyai anak dan siap menjadi orang tua termasuk
mengasuh dan mendidik anak.
3. Kesiapan Sosial Ekonomi
Kesiapan dalam bersosial dengan masyarakat dengan status berbeda
dan siap terhadap tanggungan ekonomi yang akan diemban saat sudah
berkeluarga.

4. Dalam menjalankan sebuah keluarga, anak yang dilahirkan tidak


hanya membutuhkan kasih sayang orang tua namun juga sarana yang
baik untuk membuatnya tumbuh dan berkembang dengan baik. Status
sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi status gizi calon ibu, seperti
status sosial ekonomi yang kurang dapat meningkatkan risiko terjadi
KEK dan anemia.
2.1.4 Pelayanan Kesehatan Pranikah

Pelayanan kesehatan sebelum hamil di Indonesia telah diatur dalam


Peraturan Menteri Kesehatan (PMK No. 97 tahun 2014) dan telah
tertulis dalam buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin maupun bagi penyuluhnya yang dikeluarkan oleh Kemenkes
RI. Pemerintah baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota telah
menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana, dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebelum hamil sesuai standar yang
telah ditentukan.

Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk


mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang
sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Pelayanan kesehatan
masa sebelum hami sebagaimana yang dimaksud dilakukan pada remaja,
calon pengantin, dan pasangan usia subur (PMK No. 97 tahun 2014).
Menurut Kemenkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah
sebagaimana yang dimaksud meliputi beberapa hal diantaranya:

Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan tanda


vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan peningkatan status gizi

5
calon pengantin terutama perempuan melalui penanggulangan KEK
(Kekurangan Energi Kronis) dan anemia.

Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan PMK RI Nomor 41 Tahun 2014


tentang Pedoman Gizi Seimbang, sebagai berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)

𝐼𝑀𝑇 = [𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)]2

Keterangan:

1. BB = Berat Badan (kg)

2. TB = Tinggi Badan (m)

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya sebagai


berikut:

6
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.

Jika seseorang termasuk kategori :


a. Kurang Energi Kronis (KEK) berat : keadaan orang disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat berat ( IMT < 17,0)
b. Kurang Energi Kronis (KEK) ringan : keadaan orang disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan (IMT 17,0 – 18,4) (Depkes, 2011).

1. Pemeriksaan penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas
pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan urin yang
diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015):
a. Pemeriksaan hematologi rutin (darah) dan analisa haemoglobin
Pengecekan darah diperlukan untuk memastikan calon ibu tidak
mengalami talasemia, infeksi pada darah dan sebagainya. Hemoglobin
adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transportasi oksigen dari paruparu ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kadar
normal hemoglobin pada laki-laki dewasa : 14- 18 gram/dl, wanita
dewasa : 12-16 gram/dl. Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah
dikenal dengan istilah anemia.
b. Pemeriksaan Rhesus Rh
Rhesus berfungsi sama dengan sidik jari yaitu sebagai penentu. Setelah

7
mengetahui golongan darah seseorang seperti A, B, AB, atau O
rhesusnya juga ditentukan untuk mempermudah identifikasi (+ atau -).
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi
antigen-D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam
darah dan rhesus negatif berarti tidak ada antigen-D. Umumnya,
masyarakat Asia memiliki rhesus positif, sedangkan masyarakat Eropa
ber- rhesus negatif. Terkadang, suami istri tidak tahu rhesus darah
pasangannya, padahal perbedaan rhesus bisa memengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan rhesus negatif menikah dengan laki-
laki rhesus positif, janin bayi pertama mereka memiliki kemungkinan
ber-rhesus negatif atau positif. Jika janin bayi memiliki rhesus negatif,
tidak bermasalah. Tetapi, bila berrhesus positif, masalah mungkin timbul
pada kehamilan berikutnya. Bila ternyata pada kehamilan kedua, janin
yang dikandung ber-rhesus positif, hal ini bisa membahayakan. Antibodi
anti-rhesus ibu dapat memasuki sel darah merah janin dan
mengakibatkan kematian janin.
a. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengatahui adanya penyakit
kencing manis (Diabetes Melitus) dan juga penyakit penyakit
metabolik tertentu. Ibu hamil yang menderita diabetes tidak
terkontrol dapat mengalami beberapa masalah seperti: janin yang
tidak sempurna/cacat, hipertensi, hydramnions (meningkatnya cairan
ketuban), meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta macrosomia
(bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat kehamilan
sehingga janin tumbuh sangat besar).
b. Pemeriksaan HBsAG (Hepatitis B Surface Antigen)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi
virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening pravaksinasi dan
memantau clearence virus. Selain itu pemeriksaan ini juga
bermanfaat jika ditemukan salah satu pasangan menderita hepatitis B
maka dapat diambil langkah antisipasi dan pengobatan secepatnya.

8
c. Pemeriksaan VDLR (Venereal Disease Research Laboratory)
Pemeriksaan ini merupakan jenis pemeriksaan yang bertujuan untuk
mendeteksi kemungkinan ada atau tidaknya infeksi penyakit herpes,
klamidia, gonorea, hepatitis dan sifilis pada pasangan, sehingga bisa
dengan segera menentukan terapi yang lebih tepat jika dinyatakan
terjangkit penyakit tersebut. Selain itu pemeriksaan ini juga berguna
untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit yang bisa
mempengaruhi kesehatan ibu hamil maupun janinnya.
a. Pemeriksaan TORCH
Kasus yang paling banyak terjadi pada calon ibu khususnya di
Indonesia dari hasil analisa data medis adalah terjangkitnya
virus toksoplasma. Virus ini biasanya disebabkan seringnya
mengkonsumsi daging yang kurang matang atau tersebar
melalui kotoran atau bulu binatang peliharaan. Oleh karena itu
diperlukan pemeriksaan toksoplasma, rubella, virus cytomegalo,
dan herpes yaitu yang biasa disingkat dengan istilah
pemeriksaan TORCH. Kelompok penyakit ini sering kali
menyebabkan masalah pada ibu hamil (sering keguguran),
bahkan infertilitas (ketidaksuburan), atau cacat bawaan pada
anak.
b. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendiagnosis dan memantau
kelainan ginjal atau saluran kemih selain itu bisa untuk
mengetahui adanya penyakit metabolik atau sistemik. Penyakit
infeksi saluran kemih saat kehamilan beresiko baik bagi Ibu dan
bayi berupa kelahiran prematur, berat janin yang rendah dan
resiko kematian saat persalinan. 8. Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan sperma dilakukan guna memastikan kesuburan
pasangan laki-laki. Pemeriksaan sperma dilakukan dalam tiga
kategori yaitu jumlah sperma, gerakan sperma, dan bentuk
sperma. Sperma yang baik menurut para ahli, jumlahnya harus

9
lebih dari 20 juta setiap cc-nya dengan gerakan lebih dari 50%
dan memiliki bentuk normal lebih dari 30%.29.
c. Pemeriksaan Infeksi Saluran Reproduksi atau Infeksi Menular
Seksual (ISR/IMS) Pemeriksaan ini ditujukan untuk
menghindari adanya penularan penyakit yang ditimbulkan
akibat hubungan seksual, seperti sifilis (penyakit raja singa),
gonore (gonorrhea, kencing nanah), Human Immunodeficiency
Virus (HIV, penyebab AIDS). (Rosiati,2010).
Kelainan Genetik yang dapat dicegah dengan Pemeriksaan
Kesehatan Prakonsepsi Selain itu juga sebagai bentuk pencegahan
terhadap penyakit terutama penyakit keturunan dan penyakit
menular seksual (PMS), seperti HIV/AIDS. Sebagian jenis penyakit
keturunan antara lain: (Fanjari, 2000)
a. Talasemia, yaitu sejenis anemia bersifat haemolyobik yang
menurun dan terdapat dalam satu lingkaran keluarga. Dalam
penyakit ini, sang ayah dan ibu bebas dari penyakit, tetapi
semua anak-anak terkena pembiakan yang cepat pada butir-butir
darah merah. Hal ini menyebabkan mereka kekurangan darah.
Mereka membutuhkan donor secara teratur sepanjang hidupnya.
Jenis penyakit ini termasuk berbahaya dan setiap saat
membunuh penderita.
b. Hemofolia, yaitu penyakit darah dimana darah kurang
mempunyai daya beku, sehingga mudah terjadi pendarahan terus
menerus. Luka sedikit saja mungkin akan banyak menyebabkan
pendarahan. Penyakit keturunan ini akan berpindah melalui
perempuan, akan tetapi penyakitnya diderita oleh anak laki-laki
dan bukan anak perempuan. Satu bentuk penyakit yang sulit
ditemukan obatnya.
c. RH Faktor, yaitu penyakit kekurangan darah. Penyakit
keturunan ini akan terjadi jika darah sang ibu yang negatif
bertentangan dengan darah sang suami yang positif. Jika anak

10
lahir dengan selamat, maka bayi itu akan menderita keracunan
darah, dan sebagian dari anak- anak tersebut perlu pencucian
darah secara total sekurang-kurang sebulan sekali.
2.1.5 Pemberian Imunisasi Calon Pengantin
Pemberian imunisasi calon pengantin dilakukan dalam upaya
pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus,
sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Pemberian
imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai
status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status
T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur
memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum
mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan,
maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat
yang bersangkutan menjadi calon pengantin.
Tabel 2.2 Perlindungan Status Imunisasi TT

Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan


TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap
penyakit tetanus
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 > 25 tahun

Sumber: Kemenkes, 2017.


*) Yang dimaksud dengan masa perlindungan > 25 tahun adalah apabila telah
mendapatkan imunisasi TT lengkap mulai dari TT 1 sampai TT 5 maka calon
pengantin tidak perlu mendapatkan suntikan TT lagi.
2.1.6 Suplementasi Gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama

11
perempuan melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi
Kronis) dan anemia gizi besi, serta defisiensi asam folat.
Dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang
dan tablet tambah darah.
2.1.7 Konseling/ Konsultasi Kesehatan Pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan
pranikah, konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun
program persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan
suatu proses konseling yang diberikan kepada calon pasangan
untuk mengenal, memahami dan menerima agar mereka siap
secara lahir dan batin sebelum memutuskan untuk menempuh
suatu perkawinan (Triningtyas, dkk, 2017). Bimbingan
konseling pra nikah merupakan kegiatan yang diselenggarakan
kepada pihak-pihak yang belum menikah, sehubungan dengan
rencana pernikahannya. Pihak-pihak tersebut datang ke konselor
untuk membuat keputusannya agar lebih mantap dan dapat
melakukan penyesuaian di kemudian hari secara baik (Latipun,
2010).
Konseling pernikahan atau yang biasa disebut marriage
counseling yang merupakan upaya membantu pasangan calon
pengantin. Konselig pernikahan ini dilakukan oleh konselor
yang profesional. Tujuannya agar mereka dapat berkembang dan
mampu memecahkan masalah yang dihadapinya melalui cara-
cara yang saling menghargai, toleransi, dan komunikasi, agar
dapat tercapai motivasi berkeluarga, perkembangan,
kemandirian, dan kesejahteraan seluruh anggota keluarganya
(Willis, 2009). Konseling pernikahan juga disebut dengan terapi
untuk pasangan yang akan menikah. Terapi tersebut digunakan
untuk membantu pasangan agar saling memahami, dapat
memecahkan masalah dan konflik secara sehat, saling
menghargai perbedaan, dan dapat meningkatkan komunikasi

12
yang baik (Kertamuda, 2009). Bimbingan konseling pra nikah
mempunyai objek yaitu calon pasangan suami istri dan anggota
keluarga calon suami istri. Calon suami istri atau lebih tepatnya
pasangan laki-laki dan perempuan yang dalam perkembangan
hidupnya baik secara fisik maupun psikis sudah siap dan sepakat
untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius
(pernikahan). Anggota keluarga calon suami istri yaitu individu-
individu yang mempunyai hubungan keluarga dekat, baik dari
pihak suami maupun istri (Zulaekha, 2013). Menurut Kemenkes
(2015), informasi pranikah yang dibutuhkan sebelum memasuki
jenjang pernikahan meliputi:
a. Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan
sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Catin perlu
mengetahui mengetahui informasi kesehatan reproduksi
untuk menjalankan proses fungsi perilaku reproduksi yang
sehat dan aman. Catin perempuan akan menjadi calon ibu
yang harus mempersiapkan kehamilannya agar dapat
melahirkan anak yang sehat dan berkualitas.Catin laki-laki
akan menjadi calon ayah yang harus memiliki kesehatan
yang baik dan berpartisipasi dalam perencanaan keluarga,
seperti menggunakan alat kontrasepsi serta mendukung
kehamilan dan persalinan yang aman. Laki-laki dan
perempuan mempunyai risiko masalah kesehatan
reproduksi terhadap penularan penyakit. Perempuan lebih
rentan terhadap masalah kesehatan reproduksi yang terjadi
pada saat berhubungan seksual,hamil, melahirkan, nifas,
keguguran, dan pemakaian alat kontrasepsi, karena
struktur alat reproduksinya lebih rentan secara sosial

13
maupun fisik terhadap penularan infeksi menular seksual.
Laki-laki dan perempuan mempunyai hak dan kewajiban
yang sama untuk menjaga kesehatan reproduksi
b. Hak dan kesehatan reproduksi seksual
Hak asasi manusia yang dimiliki oleh setiap laki-laki dan
perempuan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya. Hak inii menjamin setiap pasangan dan
individu untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung
jawab mengenai jumlah, jarak, dan waktu memiliki anak
serta untuk memperoleh informasi kesehatan reproduksi.
Informasi yang perlu diketahui natra lain:
1) Kesehatan reproduksi, permasalahan, dan cara
mengatasinya.
2) Penyakit menular seksual, agar perempuan dan laki-
laki terlindung dari infeksi meular seksual (IMS), HIV
– AIDS, dan infeksi saluran reproduksi (ISR), serta
memahamicara penularannya, upaya pencegahan, dan
pengobatan.
3) Pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang aman,
efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan
pilihan, dan tanpa paksaan serta mengetahui dan
memahami efek samping dan komplikasi dari masing-
masinng alat dan obat kontrasepsi.
4) Catin laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi yang dibutuhkan.
Catin perempuan berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan
selamat dalam menjalani kehamilan, persalinan, nifas,
serta memperoleh bayi yang sehat.
5) Hubungan suami istri harus didasari rasa cinta dan
kasih sayang, saling menghargai dan menghormati

14
pasangangan, serta dilakukan dalam kondisi dan
waktu yang diinginkan bersama tanpa unsur
pemaksaan, ancaman, dan kekerasan.
Perilaku yang harus dihindari dalam aktivitas seksual
antara lain:
1) Melakukan hubungan seksual pada saat
menstruasi dan masa nifas
2) Melakukan hubungan seksual melalui dubur
dan mulut karena berisiko dalam penularan
penyakit dan merusakorgan reproduksi.
c. Kesetaraan gender dalam kesehatan reproduksi
Gender adalah pembagian dalam peran kedudukan dan
tugas antara laki-laki dan perempuanyang ditetapkan oleh
masyarakat berdasarkan sifat laki-laki dan perempuan
yang dianggap pantas sesuai norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Kesetaraan
gender adalah suatu dan kondisi (kualitas hidup) adalah
sama, laki-laki dan perempuan bebas mengembangkan
kemampuan personil mereka dan membuat pilihan- pilihan
tanpa dibatasi oleh stereotip, peran gender yang kaku.
Penerapan kesetaraan gender dalam pernikahan:
1) Pernikahan yang ideal dapat terjadi ketika perempuan
dan laki-laki dapat saling menghormati dan menghargai
satu sama lain, misalnya: Dalam mengambil keputusan
dalam rumah tangga dilakukan secara bersama dan
tidak memaksakan ego masing-masing
a) Suami-istri saling membantu dalam pekerjaan
rumah tangga, pengasuhan, dan pendidikan anak.
b) Kehamilan merupakan tanggung jawab bersama
laki-laki dan perempuan.
c) Laki-laki mendukung terlaksananya pemberian

15
ASI eksklusif
2) Pernikahan yang bahagia harus terbebas dari hal-hal di
bawah ini:
a) Kekerasan secara fisik (memukul, menampar,
menjambak rambut, menyudut dengan rokok, melukai,
dan lain-lain)
b) Kekerasan secara psikis (selingkuh, menghina,
komentarkomentar yang merendahkan, membentak,
mengancam, dan lain-lain)
c) Kekerasan seksual
d) Penelantaran rumah tangga.
2.2 Konsep Dasar Perencanaan Kehamilan
2.2.1Definisi Perencanaan Kehamilan dan Prakonsepsi
Masa pranikah dapat digolongkan dalam masa prakonsepsi,
namun masa prakonsepsi tidak selalu digolongkan ke dalam masa
pranikah. Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan
berkeluarga yang optimal melalui perencanaan.
Kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu
faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal.
Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi
dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas hubungan
psikologi keluarga (Mirza, 2008). Merencanakan kehamilan
merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan
kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan
menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh
keluarga (Nurul, 2013).
Prakonsepsi berasal dari dua kata yakni pra dan konsepsi. Pra
artinya sebelum (Setiawan, 2017). Konsepsi atau pembuahan
adalah bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa)
(Purwandari, 2011). Prakonsepsi adalah masa sebelum kehamilan
terjadi (Katherine, dkk, 2013). Sehingga prakonsepsi adalah

16
sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang
dapat menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah
perawatan yang diberikann sebelum kehamilan dengan sasaran
mempermudah seorang wanita mencapai tingkat kesehatan yang
optimal sebelum ia mengandung (Varney, 2007).
Konsepsi merupakan istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan proses terjadinya pembuahan. Fertilisasi
(pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dengan
spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. Proses
fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi
sprematozoa dan ovum, dan diakhiri dengan fusi materi genetik.
Kehamilan terjadi ketika hasil konsepsi mengalami nidasi
(implantasi) pada dinding uterus. Sehingga untuk dapat terjadinya
kehamilan perlu ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi hasil konsepsi (Prawirohardjo, 2010).
Prakonsepsi merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan masa sebelum konsepsi. Perawatan
prakonsepsi adalah satu set intervensi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memodifikasi risiko yang diakibatkan oleh
perilaku dan kondisi sosial untuk mencapai status kesehatan wanita
dan kesehatan kehamilan melalui upaya preventif dan manajemen
(CDC, 2006).
Masa prakonsepsi disebut juga masa sebelum hamil. Pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil didefinisikan sebagai kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan
sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka
menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat (Kemenkes, 2014).
Asuhan kebidanan prakonsepsi adalah suatu perencanaan
intervensi biomedik, perilaku, dan kesehatan social pada
perempuan dan pasangannya sebelm terjadi konsepsi. Pengertian
lainnya yakni sejumlah intervensi yang bertujuan untuk

17
menemukan dan mengubaj risiko biomedik, perilaku, dan social
uuntuk mewujudkan kesehatan perempuan atau hasil kehamilan
melalui pencegahan dan pengelolaan yang menyangkit faktor-
faktor tersebut yang harus dilaksanakan sebelum terjadinya
konsepsi atau pada masa kehamilan dini untuk mendapatkan hasil
yang maksimal (Winardi, 2016).
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita
(istri) untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari
pasangan pria (suami) yang mampu menghamilkannya
(Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap
dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan
seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur
merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali” (Indriarti, dkk , 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14
sebelum menstruasi selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011).
Menurut Saifuddin, dkk (2010), untuk perhitungan masa subur
dipakai rumus siklus terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek
dikurangi 18.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur
antara lain:
1. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo,
2010). Rentang usia risiko tinggi adalah <20 tahun secara fisik
dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan beresiko lebih
besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat dan
persalinan premature. Sedangkan pada usia >15 tahun kondisi
fisik mulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas
perempuan masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat

18
sesudah usia tersebut. Usia reproduktif perempuan yang terbaik
pada usia 20 tahunan, selanjutnya kesuburan bertahap menurun
pada usia 30 tahun, terutama setelah 35 tahun (American
Society for Reproductive Medicine, 2012)
2. Frekuensi Senggama
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan
antara spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus
(senggama) berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan
normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3 hari dalam
organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin
jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi
yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu
tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini
berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual
tapi tidak bertepatan dengan masa subur istri yang hanya
terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri
(Khaidir, 2006).
3. Lama Berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7%
seorang istri akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0%
dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama,
85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan
pertama. Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi lama
suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan
faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).
2.2.3 Persiapan Kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan

19
yang sehat diantaranya:
1. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian
penting dari pelayanan kesehatan prakonsepsi yang
bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu dalam menjalani
kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur.
Aktivitas fisik/olahraga tidak perlu dilakukan selama
berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu selama 1/2 jam,
dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain
menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan. Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan
kehamilan membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat
badan harus benar- benar dikontrol agar dapat aman selama
kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang
mengalami kelebihan berat badan serius, tetapi harus
disertai dengan selalu berkonsultasi dengan dokter dan atas
rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat
mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah lemak
yang dibutuhkan tubuh. Sementara kelebihan berat badan
dapat mempengaruhi proses ovulasi menjadi tidak teratur.
Selain itu, kelebihan berat badan berisiko lebih besar untuk
mengalami komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan
diabetes selama kehamilan.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan
menggunakan narkoba, dapat menyebabkan berbagai
masalah selama kehamilan, juga janin yang dikandung,

20
Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan
hingga kematian janin. Perempuan yang minum alkohol
memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil. Sedangkan
untuk kaum pria, minum alkohol dapat mempengaruhi
kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan
bisa menyebabkan testis layu. Begitu pula rokok dapat
menurukan kesuburan baik pada perempuan maupun laki-
laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan
kromosom pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk
menghasilkan estrogen yang sangat diperlukan untuk
menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi laki-
laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
sperma. Kemauan sperma membuahi sel telur dipengaruhi
oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting terkait
dengan makanan dan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah mengatur pola makan
dengan prinsip gizi seimbang, memperbanyak konsumsi
buah dan sayuran, menghindari makanan yang mengandung
zat- zat aditif seperti penyedap, pengawet, dan pewarna.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat
memicu terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga
menyebabkan kelainan fisik, dan cacat kongenital. Saat
terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi
yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga
calon ibu harus memperhatikan asupan makanan yang
mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung:
a. Protein Berfungsi untuk meningkatkan produksi
sperma. Makanan sumber protein seperti telur, ikan,

21
daging, tahu dan tempe.
b. Asam folat Berperan dalam perkembangan system saraf
pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi
risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak
70%. Jika seorang perempuan memiliki kadar asam
folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan
selama kehamilan, maka dapat membantu
mencegah kecacatan pada otak dan tulang belakang
bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan,
seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau,
caisim mini), asparagus, brokoli, pepaya, jeruk,
stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra,
kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam
folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu
untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi
rasa mual, serta tentu merupakan produk yang
berkualitas tinggi.
c. Konsumsi berbagai Vitamin
1) Vitamin A berperan cukup penting dalam produksi
sperma yang sehat. Terdapat pada hati, mentega,
margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,
wortel, bayam, dan tomat.
2) Vitamin D Kekurangan vitamin D akan
menurunkan tingkat kesuburan hingga 75%.
Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari, selain itu dapat
pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak ikan,
ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
3) Vitamin E Vitamin E dapat meningkatkan

22
kemampuan sperma membuahi sel telur dan
mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta.
Banyak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan,
bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
4) Vitamin B6 Kekurangan vitamin ini akan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya
kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam,
ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,
pisang, dan sayur kol.
5) Vitamin C Pada wanita, vitamin C berperan
penting untuk fungsi indung telur dan
pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai
antioksidan (bekerjasama dengan vitamin E dan
beta karoten) vitamin C berperan melindungi sel-
sel organ tubuh dari serangan radikal bebas
(oksidan) yang mempengaruhi kesehatan system
reproduksi. Vitamin C banyak terdapat pada jambu
biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,
dan cabai merah.
5. Persiapan secara psikologis dan mental
Calon ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki
anak, dan bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini
disebut dengan rencana hidup reproduktif. Misalnya
bila Ibu berpikir ingin menunda kehamilan, pilihlah
kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah
penting untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu

23
dapat hamil sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula.
Ibu dapat memperkaya pengetahuan seputar kehamilan
yang berhubungan dengan perencanaan, perawatan
selama kehamilan, menjelang persalinan, pasca
persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai
sumber yang terpercaya. Agar kehamilan yang akan
dijalani tidak menimbulkan ketegangan, hindari hal –
hal yang akan memberi pengaruh buruk dalam
keseimbangan hormonal. Stres dapat merusak siklus
bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah studi
membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi
umumnya sulit hamil. Jadi sangat baik jika calon ibu
mulai belajar mengatasi stres sehingga tidak
mempengaruhi kesehatan reproduksi. Sebaiknya ibu
mulai mempersiapkan mental dalam menghadapi
perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan. Ibu
harus mendapat dukungan selama kehamilan dari orang
terdekat seperti suami dan keluarga sehingga semakin
siapuntuk menjadi ibu baru.

2.3 Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi


2.3.1 Pengertian Asuhan Kebidanan
Pra Konsepsi Asuhan pra konsepsi merupakan asuhan
yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi.
Asuhan prakonsepsi adalah asuhan yang diberikan sebelum
kehamilan dengan sasaran mempermudah wanita mencapai
tingkat kesehatan optimal sebelum ia hamil. Wanita hamil
yang sehat memiliki kemungkinan lebih besar untuk
memiliki bayi yang sehat.
2.3.2 Tujuan Asuhan Prakonsepsi
Tujuan asuhan pra konsepsi adalah memfasilitasi

24
perempuan untuk menjadi sehat sebelum dia hamil, agar
bayi yang dilahirkannya dalam keadaan sehat yang optimal.
Peningkatan kesehatan prakonsepsi harus diikuti dengan
peningkatan hasil kesehatan reproduksi, namun tetap
dengan biaya yang minimum. Tujuan asuhan prakonsepsi
lainnya adalah memastikan bahwa ibu dan pasangannya
berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat awitan kehamilan. Tujuan lainnya adalah
memberikan serangkaian pilihan yang mungkin tidak
tersedia saat kehamilan dikonfirmasikan kepada calon
orang tua Adanya perawatan prakonsepsi yaitu sebagai
berikut :
a. Bertujuan untuk mempromosikan kesehatan perempuan
usia reproduksi sebelum konsepsi berkaitan dengan
kehamilan.
b. Meningkatkan kesehatan prakonsepsi membutuhkan
perawatan klinis yang lebih efektif bagi perempuan.
Perubahan pengetahuan sikap dan perilaku yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi antara laki-laki
dan perempuan perlu dibuat untuk meningkatkan
kesehatan prakonsepsi.
Promosi kesehatan prakonsepsi, harus fokus pada
kesehatan umum yang mencakup pria dan wanita dan
membahas tentang kesehatan reproduksi serta risiko
untuk melahirkan anak. Adapun rekomendasi untuk
meningkatkan kesehatan prakonsepsi berlandaskan
empat tujuan yaitu:
 Meningkatkan pengetahuan dan sikap serta
perilaku pria dan wanita yang berhubungan dengan
kesehatan prakonsepsi, berdasarkan bukti skrining
risiko, promosi kesehatan, dan intervensi) yang

25
akan memungkinkan mereka untuk memasuki
kehamilan pada kesehatan yang optimal. Adapun
rekomendasi yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Individu baik laki maupun perempuan
didorong untuk memiliki rencana kehidupan
reproduksi.
b. Kesadaran konsumen
c. Pelaksanaan Kunjungan
d. Intervensi untuk risiko yang teridentifikasi.
e. Perawatan Interconception.
f. Pemeriksaan sebelum hamil.
g. Cakupan Asuransi Kesehatan untuk Wanita
dengan Pendapatan Rendah.
h. Program dan Strategi Kesehatan Masyarakat.
i. Penelitian.
j. Pemantauan Perbaikan.
 Mengurangi risiko kehamilan sebelumnya yang
merugikan melalui intervensi selama periode
interconception, yang dapat mencegah atau
meminimalkan masalah kesehatan bagi ibu dan
anak-anak masa depannya.
 Mengurangi kesenjangan dalam masa kehamilan.
2.3.3 Manfaat Asuhan Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya
kesiapan secara fisik dan emosional yang optimal saat
memasuki masa konsepsi. Melalui asuhan prakonsepsi, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal-hal yang dapat
mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu dan
pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat
suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat

26
melakukan upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir
dengan sehat. Ada beberapa manfaat atau keuntungan dari
asuhan pra konsepsi yaitu sebagai berikut :
1. Identifikasi keadaan penyakit
2. Penilaian keadaan psikologis
3. Kesiapsiagaan keuangan dan tujuan hidup
4. Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan
pasangannya untuk membantu membuat keputusan
tentang persalinan yang akan di hadapinya.

2.3.4 Fokus Asuhan Prakonsepsi


Identifikasi reduksi risiko pada masa reproduksi bagi
wanita dan pasangannya sebelum konsepsi. Komponen
asuhan yaitu penilaian risiko, promosi kesehatan, intervensi
medis dan psikososial , pendidikan kesehatan yang meliputi :
konseling, tindakan rujukan dan follow up.
Langkah- langkah asuhan yang dilakukan :
 Lakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi,
sehingga tenaga kesehatan dapat menilai keadaan
kesehatan perempuan dan mengidentifikasi factor
resikonya.
 Pemeriksan laboratorium rutin artinya bahwa pemeriksaan
ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara
lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer
virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan
GO.
Bersihkan lingkungan dari bahan kimia.
2.4 Konsep Asuhan Kebidanan Pra Konsepsi
Asuhan yang telah dilakukan harus dicatat secara benar,
jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Menurut varney, alur berpikir bidan saat merawat klien meliputi

27
7 langkah. Agar orang lain dapat mengetahui apa yang
dilakukan oleh bidan melalui proses berpikir sistematis,
dokumentasi dibuat dalam bentuk SOAP. Di dalam metode
SOAP, S adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah
analysis, P adalah planning. Metode ini merupakan dokumentasi
yang sederhana akan tetapi mengandung semua unsur data dan
langkah yang dibutuhkan dalam asuhan kebidanan, jelas, logis.
Prinsip dari metode SOAP adalah sama dengan metode
dokumntasi yang lain (Handayani & Mulyati, 2017)
1. Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Pada klien yang menderita tuna wicara, dibagian
data dibagian data dibelakang hruf “S”, diberi tanda huruf
“O” atau”X”. Tanda ini akan menjelaskan bahwa klien
adalah penederita tuna wicara. Data subjektif ini nantinya
akan menguatkan diagnosis yang akan disusun (Handayani
& Mulyati, 2017).
2. Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi
yang jujur, hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan
laboratorium catatan medik dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai
data penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis
(Handayani & Mulyati, 2017).
3. Analisis
Langkah selanjutnya adalah analysis. Langkah ini
merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi

28
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena
keadaan klien yang setiap saat bisa mengalami perubahan,
dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif
maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi sangat dinamis. Di dalam analisis menuntut bidan
untuk sering melakukan analisis data yang dinamis tersebut
dalam rangka mengikuti perkembangan klien. Analisis yang
tepat dan akurat mengikuti perkembangan data klien akan
menjamin cepat diketahuinya perubahan pada klien, dapat
terus diikuti dan diambil keputusan/tindakan yang tepat.
Analisis data adalah melakukan intrepretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup diagnosis, masalah kebidanan, dan
kebutuhan (Handayani & Mulyati, 2017).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif;
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan
rujukan. Tujuan penatalaksanaan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraanya (Handayani & Mulyati,
2017).

29
Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Soap

Alur berpikir Pencatatan asuhan


kebidanan

Proses manajemen Dokumentasi asuhan


kebidanan kebidanan

7 Langkah varney 5 langkah SOAP


(kompetensi bidan)
Pengumpulan Data Data Subjektif
dasar (hasil anamnesis)
Objektif
(pemeriksaan)
Interpretasi data: Assesment/
diagnosis, masalah, diagnostik
kebutuhan Assesment
Identifikasi (analisa dan
diagnosa atau interpretasi data)
masalah potensial a.Diagnosis dan
Identifikasi masalah
kebutuhan yang b.Diagnosis atau
memerlukan masalah potensial
penanganan c.Kebutuhan
segerasecara tindakan
mandiri, konsultasi
atau kolaborasi
Rencana asuhan: Planning
a.Melengkapi (dokumentasi
data: tes Planning implementasi dan
diagnostic/ evaluasi)
laboratorium a.Asuhan mandiri
b.Pendidikan/ b.Kolaborasi
konseling c.Tes diagnostic tes
c.Rujukan laboratorium
d.Follow up d.Konseling follow
Pelaksanaan Implementasi up
Evaluasi Evaluasi
Sumber: Muslihatun, W. N., Mufdlilah, & Setiyawati, N. (2013).
Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

30
Pengkajian Data Dasar
Data subjektif 1. Identitas
2. Keluhan utama
3. Status dalam keluarga
4. Jumlah saudara
5. Riwayat pernikahan keluarga
6. Aktivitas sehari-hari seperti kegiatan, kebiasaan merokok,
olah raga,seksual, penggunaan obat terlarang, dan
pola makan
Data objektif Pemeriksaan keadaan umum:
1. Kesadaran
2. Tanda-tanda Vital, Suhu: 36,5oC-37,5oC, Nadi: 60-100
kali/menit, Pernafasan: 16-20 kali/menit
Tekanan darah: 120/80 mmHg (rentang 100/60 mmHg-
<140/90 mmHg) (Yuliani, Musdalifah, & Suparmi, 2017)
Pemeriksaan Fisik
3. Kepala: ukuran, bentuk, kesimetrisan
4. Muka: edema, dan warna kulit
5. Mata: warna konjungtiva, sclera, kelopak
mata, strabismus, reaksi pupil
6. Hidung: nafas cuping hidung, sumbatan rongga hidung
7. Mulut: bau nafas, bibir, mukosa, gigi, gusi, lidah,
dan hygiene mulut termasuk kemungkinan karies,
karang gigi, dan tonsil
8. Telinga: warna, sumbatan, edema, lesi
9. Leher: pembesaran/nyeri tekan kelenjar tyroid dan limfe
10. Dada: frekuensi nafas, kedalaman, irama nafas,
auskultasi paru dan jantung, payudara (konsistensi,
kesimetrisan, areaola)
11. Abdomen: kesimetrisan, jaringan parut, distensi,
massa, nyeri tekan, dan pembesaran organ dalam
12. Ektremitas
13. Berat badan
14. Tinggi badan
15. Lila
Pemeriksaan Penunjang:
16. Hb: 11-12 gr/dl
17. Golongan darah

31
Interpretasi Data Dasar

Assessment Calon pengantin wanita usia... dengan prakonsepsi

Implementasi
Plan (perencanaan) 1) KIE
2) Pelayanan gizi
3) Imunisasi
4) Pelayanan kontrasepsi
5) Pengobatan/ terapi

32
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 09 Desember 2021

Pukul : 10.18 WIB

Oleh : Yunita Fatimah

Data Subyektif

a. Biodata

Nama : Nn. F

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Suku / bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : S1 Akuntansi

Alamat : Sidosermo 4 gg. 11/23

Nomor telepon: 085815698xxx

b. Keluhan
Utama : Nn.F mengatakan siklus menstruasinya kadang lancar kadang
tidak yang sudah berlasung sejak tahun 2019 dan belum pernah dilakukan
tindakan medis.

c. Riwayat haid :

Menarche : 12 tahun

Teratur : Kadang teratur kadang tidak teratur

Lama haid : 5-6 hari

Dismenorhea : Tidak

Banyaknya darah haid : 3-4 pembalut/hari

d. Aktifitas sehari-sehari

33
1) Kegiatan sehari – hari : Mengerjakan pekerjaan rumah

2) Apakah merokok : Tidak

3) Aktifitas olahraga : Jarang

4) Seksual : Tidak pernah berhubungan seksual

5) Obat-obatan terlarang : Tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang

6) Pola makan : 2x1 jarang sarapan dan lebih sering makan


camilan

a. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) :

Nn.F mengatakan sedang dalam keadaan sehat

b. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :

1) Nn.F mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi,


asma, DM dan tidak pernah dirawat inap di rumah sakit

2) Nn.F mengatakan tidak memiliki penyakit menular

3) Nn.F mengatakan tidak memiliki riwayat alergi, riwayat operasi,


ataupun riwayat trauma fisik.

c. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) :

1) Nn.F mengatakan almarhum ibunya mengidap penyakit kanker hati

2) Nn.F mengatakan dirinya telah melakukan tes laborat untuk


kemungkinan adanya keturunan kanker dan hasilnya adalah negatif

3) Nn.F mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit jantung,


hipertensi, asmaNn.F mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit menular

4) Nn.F mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat alergi

d. Riwayat sosial ekonomi :

1) Pendidikan terakhir : S1 Akuntansi

2) Riwayat pekerjaan : Belum bekerja

3) Riwayat perilaku berisiko : Tidak ada

34
e. Sexuality (aktivitas seksual) : Nn.F mengatakan belum pernah melakukan
hubungan seksual sebelumnya

f. Pernikahan : (bagi catin remaja & catin sudah pernah menikah)

Nn.F mengatakan alasan memutuskan menikah adalah sudah merasa siap

g. Riwayat Obstetrik : (bagi catin sudah pernah menikah)

h. Deteksi dini masalah Kesehatan Jiwa

Nn.F telah mengisi kuesioner SRQ-20 (Self Reporting Questionnaire)


dengan hasil 0 (<6) sehingga dapat disimpulkan bahwa Nn.F tidak
mengalami gangguan mental emosional atau distress yang mengarah pada
gangguan jiwa.

Data Obyektif

a. Keadaan Umum

Kesadaran : Composmentis

TTV : TD : 120/80mmHg.

Nadi : 88x/menit

Suhu : 36,5°C

Pernapasan : 20x/menit

BB : 86 kg

TB : 151 cm

IMT : 86/(1,51 X 1,51) = 37,7 (Obesitas II)

LILA : 35 cm

b. Pemeriksaan Fisik

1) Mata

Conjunctiva : Merah muda

Sclera : Putih

35
Kelopak Mata : Tidak odem

2) Telinga : simetris, tidak ada serumen atau cairan

3) Hidung : simetris, tidak ada polip

4) Mulut : tidak ada sianosis, gigi bersih, tidak ada karies gigi, tidak ada
pembengkakan gusi

5) Leher :tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran limfe

6) Dada : simetris, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan

7) Abdomen : tidak ada nyeri tekan abdominal, tidak ada nyeri tekan
hepar/limpa, tidak ada masssa, tidak ada bekas operasi

8) Genetalia : tidak dikaji

9) Anus : tidak dikaji

10) Ekstremitas

a) Atas : tidak ada bengkak, tidak ada keterbatasan gerak

b) Bawah : tidak ada bengkak, tidak ada keterbatasan gerak

Program therapi yang diperoleh (bila ada)

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Darah Lengkap

1) Hemoglobin: 13,4

2) Eritrosit : 4,32

3) MCV : 77,2

4) MCH : 24,1

5) MCHC : 34,2

6) RDW-CV : 12,0

7) Syphilis : NR

36
8) HIV : NR

b. Pemeriksaan golongan darah : B

c. Pemeriksaan urin rutin : -

d. SADANIS : Baik

e. IVA TEST / Pap smear : -

2. Assasment

Nn F calon pengantin dengan gangguan siklus menstruasi dan obesitas tingkat


II

3. Asuhan yang diberikan

a. Memberikan KIE tentang kesehatan reproduksi meliputi penyakit menular


seksual (PMS), HIV-AIDS dan hak mendapat pelayanan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkan agar sehat dan selamat dalam menjalani
kehamilan, persalinan, nifas, serta memperoleh bayi yang sehat.

b. Memberikan KIE Gizi Seimbang pada Nn.E dan pengaturan pola makan
diharap dapat menurunkan berat badan Nn.F agar memiliki IMT normal.
Dan menganjurkan Nn.F untuk melakukan defisit kalori sesuai kebutuhan
kalori per hari dengan sehat.

Evaluasi: Nn.F memahami penjelasan tentang gizi seimbang dan defisit


kalori yang perlu diterapkan.

c. Menyepakati pertemuan berikutnya

Evaluasi: Nn.F bersedia mengikuti pertemuan selanjutnya sesuai dengan


kesepakatan

Pertemuan 2

Tanggal / Jam: 11 Desember 2021 / 13.30 WIB

a. Memberikan edukasi sesuai dengan hasil penelitian untuk memanajemen stres


dan melakukan aktifitas fisik secara konsisten minimal 30 – 60 menit per hari
untuk memperbaiki gangguan siklus menstruasi yang di alami oleh Nn.F

37
Evaluasi: Nn.F mengerti tentang pentingnya aktifitas fisik dan berniat untuk
kembali melakukan aktifitas fisik seperti sebelum pandemi

b. Memberikan konseling berkaitan dengan penyakit tidak menular, diantaranya


yaitu: diabetes militus, hipertensi, jantung koroner, dan stroke.

Evaluasi: Klien memahami macam-macam penyakit tidak menular yang bisa


saja terjadi terutama diabetes militus.

c. Memberi edukasi pada Nn.F tentang dampak obesitas terhadap kehamilan


berkaitan dengan keinginan Nn.F yang ingin segera memiliki anak setelah
menikah, diantaranya adalah terjadinya hipertensi kehamilan, diabetes
gestasional, preeklampsia, bayi lahir sumbing, distosia bahu, bayi
makrosomia dan lain-lain.

Evaluasi: Nn.F mengerti dampak obesitas yang kemungkinan dapat terjadi


padanya saat hamil.

d. Menganjurkan Nn.F untuk melakukan cek kesehatan berkaitan dengan haid


yang tidak lancar pada dokter spesialis kandungan.

Evaluasi: Nn.F berencana melakukan cek kesehatan bersama calon suami ke


dokter spesialis kandungan.

e. Menyepakati pertemuan berikutnya

Evaluasi: Nn.F bersedia untuk melakukan pertemuan berikutnya

Pertemuan 3

Tanggal / Jam: 13 Desember 2021/ 15.10 WIB

a. Memberi edukasi tentang pentingnya gaya hidup sehat sebagai tindakan


pencegahan risiko menurunnya penyakit kanker terhadap Nn. F seperti hasil
penelitian yang menyatakan bahwa gaya hidup yang tidak sehat dapat
mencetuskan kanker. Untuk itu di sarankan agar melakukan gaya hidup sehat,
diantaranya:

1) Tidak merokok dan hindari asap rokok

2) Asupan sesuai gizi seimbang dan hindari diet tidak sehat

3) Aktifitas fisik 3-5 x/minggu atau minimal 150 menit/ minggu

38
Evaluasi: Nn.F mengerti tindakan pencegahan yang dijelaskan oleh bidan

b. Mengajurkan Nn.F untuk melakukan konsultasi pada ahli gizi jika tidak ada
perubahan setelah melakukan edukasi yang telah disampaikan.

Evaluasi: Nn.F bersedia melakukan konsultasi pada ahli gizi jika tidak ada
perubahan signifikan setelah melakukan hal sesuai dengan edukasi yang telah
diberikan.

c. Memberi edukasi tentang protokol kesehatan 5M untuk memutus rantai


penyebaran COVID-19, diantaranya yaitu:

1) Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir

2) Memakai masker

3) Menjaga jarak minimal 1 meter

4) Menjauhi kerumunan

5) Mengurangi mobilitas

Evaluasi: Nn.F memahami protokol pencegahan COVID-19 dan bersedia


untuk berusaha menerapkannya

39
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas perbandingan antara teori dengan asuhan pra
konsepsi yang telah diberikan pada klien sesuai yang telah cantumkan pada
tinjauan kasus yang bertujuan menmberikan gambaran ada tidaknya kesenjangan
dalam melakukan asuhan kepada klien.

Berdasarkan pemeriksaan data subyektif dari keluhan yang dikatakan oleh


Nn.F yaitu klien mengeluh siklus menstruasinya kadang teratur kadang tidak
teratur sehingga penulis memberikan KIE tentang manajemen strees dan
melakukan aktifitas fisik untuk memperbaiki gangguan siklus menstruasi yang di
alami. Serta edukasi tentang penerapan gaya hidup bebas sebagai tindakan
pencegahan adanya penurunan penyakit kanker terhadap Nn.F Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ridwan Balatif tahun 2021 menyatakan bahwa
gaya hidup memiliki pengaruh terhadap kejadian kanker, sehingga disarankan
untuk menerapkan gaya hidup sehat meliputi tidak merokok dan hindari asap
rokok, asupan sesuai gizi seimbang dan hindari dieet tidak sehat, aktifitas fisik 3-5
x/minggu atau minimal 150 menit/ minggu (Balatif and Sukma, 2021).

Pada pengkajian obyektif penulis mendapat hasil pemeriksaan umum


diantaranya meliputi keadaan umum, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dengan hasil masih dalam batas normal namun ditemukan hasil
penghitungan IMT dengan hasil 37,7 yang termasuk dalam obesitas tingkat II.
Sehingga penulis memberikan edukasi gizi seimbang dan pengaturan pola makan
diharap dapat menurunkan berat badan Nn.F agar memiliki IMT normal. Sesuai
dengan hasil penelitian Alfianto Candra 2016 menunjukan hasil secara signifikan
pola makan mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja, sehingga sangat
dianjurkan untuk mengatur pola makan dan melakukan aktifitas fisik (Alfianto,
Wahyuni and Sutriningsih, 2016).

Sesuai dengan hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif didapatkan diagnosa

40
kebidanan Nn.F umur 24 tahun dengan gangguan siklus menstruasi dan obesitas
tingkat II.

Penatalaksanaan yang dilakukan diantaranya adalah pemberitahuan hasil


pemeriksaan, mengukur kuesioner SRQ-20 (Self Reporting Questionnaire) pada
klien, memberi pelayanan kesehatan pelayanan gizi, memberi pelayanan edukasi
penyakit menular dan penyakit tidak menular, memberikan edukasi pencegahan
menurunnya penyakit kanker dan memberikan pelayanan terkait isu kesehatan.
Setelah pemberian asuhan lalu dilakukan evaluasi terhadap klien dengan hasil
bahwa klien memahami pendidikan kesehatan yang telah diberikan secara baik
dan bersedia berusaha menerapkan pada kehidupan seharai-hari untuk persiapan
sebelum menikah

41
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan pra konsepsi pada Nn. F disimpulkan dengan hasil


baik. Nn.F dalam kondisi baik, akan tetapi ukuran LILA 35 cm dan
pengukuran IMT 37,7 yang diartikan termasuk obesitas tingkat II. Dengan
kondisi Nn. F tersebut pemeriksa memberikan motivasi, dan
menganjurkan Nn.F untuk memperhatikan pola hidup sehat meliputi gizi
seimbang, aktifitas fisik dan manajemen stress yang juga berpegaruh
terhadap siklus menstruasinya. Nn.F bersedia mencoba melakukan hal
tersebut, karena Nn.F sadar bahwa kondisi kesehatannya akan berpengaruh
pada masa kehamilannya nanti. Nn.F memahami pentingnya melakukan
asuhan kebidanan pra konsepsi, sehingga Nn. F bersedia melakukan saran
dan edukasi dari pemeriksa.

5.2 Saran

1. Bagi calon pengantin

a. Mempersiapkan diri secara fisik dan mental sebelum menikah.


b. Menerapkan apa saja yang telah disampaikan oleh pemeriksa.

2. Bagi Puskesmas

a. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang


sudah ada.

3. Bagi Mahasiswa

a. Lebih banyak belajar tentang asuhan kebidanan prakonsepsi agar


dapat memberikan pelayanan secara maksimal

b. Lebih sering berlatih komunikasi kepada pasien agar saat


memberikan edukasi kesehatan dapat dilakukan secara gamblang
dan mudah dipahami oleh pasien.

42
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (208). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Alfianto, C., Wahyuni, T. D. and Sutriningsih, A. (2016) ‘Hubungan Antara
Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja
Di SMA Laboratorium Malang’, Nursing News : Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Keperawatan, 1(1), pp. 1–6. Available at: jurnalpsik.unitri@gmail.com.
Balatif, R. and Sukma, A. A. M. (2021) ‘Memahami Kaitan Gaya Hidup dengan
Kanker: Sebagai Langkah Awal Pencegahan Kanker’, SCRIPTA SCORE
Scientific Medical Journal, 3(1), pp. 40–50. doi:
10.32734/scripta.v3i1.4506.
BKKBN. (2014). Modul Pengajaran, mempersiapkan Kehamilan yang
Sehat.
Malang: BKKBN.
Handayani, S. R., & Mulyati, T. T. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Iqbal, M. (2018). Psikologi Pernikahan, Menyelami Rahasia Pernikahan. Depok:
Gema Insani.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buku Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Patimah, S. (2021). Strategi Pencegahan Anak stunting Sejak Remaja
Putri.
Sleman: Deepublish.
Wirenviona, R., & Riris, A. I. (2020). Edukasi Kesehatan Reproduksi
Remaja.
Surabaya: Airlangga University Press.

43
Hasil Pengisian Self Rating Questionnaire (SRQ) -20

44

Anda mungkin juga menyukai