Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar
Disusun Oleh:
XI IPA 4
A. Latar Belakang
Upaya Belanda untuk mengekang kemerdekaan Indonesia dengan cara kekerasan berakhir
dengan kegagalan. Kegagalan tersebut karena Belanda mendapat kecaman dari dunia luar.
Namun sebelumnya, pihak dari bangsa Indonesia dan Belanda sendiri telah melakukan
perundingan lewat jalan diplomasi. Pada tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan PBB juga
menyerukan untuk menyelesaikan perselisihan antara kedua belah pihak tersebut dengan cara
perundingan. Setelah diadakannya Perjanjian Roem-Royen pada tanggal 6 Juli, rencananya akan
diadakan sebuah konferensi yang mana nantinya dihadiri oleh para tokoh yang waktu itu
masih diasingkan di Bangka. Namun, sebelumnya telah diadakan lebih dahulu Konferensi
Inter-Indonesia pada tanggal 31 Juli hingga 2 Agustus 1949 di Yogyakarta. Konferensi
tersebut dihadiri oleh otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang nantinya akan
dibentuk. Kemudian para partisipan setuju dengan prinsip serta kerangka dasar dari konstitusi.
Hal inilah yang kemudian membentuk perwakilan Indonesia pada tanggal 11 Agustus 1949
untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
2. Pihak Indonesia
Untuk pihak dari Indonesia sendiri ternyata diketuai oleh Wakil Presiden Indonesia
yakni Drs. Mohammad Hatta. Beliau mewakili Indonesia pada Konferensi Meja
Bundar dengan 12 delegasi yaitu:
Drs. Mohammad Hatta
Nr. Moh. Roem
Prof. Dr. Mr. Supomo
Dr. J. Leitnena
Mr. Ali Sastroamicijojo
Ir. Djuanda
Dr. Sukiman
Mr. Suyono Hadinoto
Dr. Sumitro Djojohadikusumo
Mr. Abdul Karim Pringgodigdo
Kolonel T.B. Simatupang
Mr. Muwardi
3. Pihak UNCI
Pihak UNCI diwakili oleh Chritchley. Tujuan dari adanya UNCI (United Nations
Comissioner of Indonesia) ialah sebagai penengah serta mediator dari perdamaian
perselisihan antara Indonesia dan Belanda.