Logo
Nama
Nim
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan........................................................................................................ 2
I. Latar Belakang.............................................................................................. 2
II. Ciri dan Faktor Pembentuk Model Pertanian Tekno-Ekologis..................... 3
III. Langkah-Langkah Pengembangan Pertanian Tekno-Ekologis..................... 4
Daftar Pustaka................................................................................................................. 11
2
BAB 1. PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kekuatan utama sistem pertanian ini terletak pada integrasi fungsional dari
beragam sumber daya, termasuk fungsi lahan dan komponen biologis, sehingga stabilitas
dan produktivitas sistem usaha tani dapat ditingkatkan dengan berbasis sumber daya alam
bisa dilestarikan (Reijntjes et al., 2002). Dengan berbagai keragaman jenis spesies
(komoditas), ekosistem pertanian cenderung menjadi lebih stabil daripada hanya ditempati
oleh satu spesies (komoditas) seperti dalam budidaya monokultur. Namun keragaman
spesies tersebut harus dipilih dan ditata dengan baik, agar tidak terjadi persaingan zat-zat
makanan dan tidak melanggengkan siklus hama dan penyakit (Dover dan Talbot, 1987).
a. Diversifikasi (Keragaman) Komoditas.
Adanya keragaman (diversifikasi) komoditas merupakan ciri umum, sekaligus syarat
mutlak bagi terbentuknya model pertanian tekno-ekologi. Fungsi keragaman komoditas
ini harus memiliki peran dalam pemanfaatan zat-zat makan sehingga tersipta siklus
produksi secara tertutup. Rantai zat-zat makanan dibentuk terutama oleh pemanfaatan
limbah.
b. Adanya Pola Integratif
Pola integratif adalah adanya integrasi diversifiasi fungsional antar dua komoditas atau
lebih merupakan ciri khas sekaligus faktor penting terbentuknya model pertanian
tekno-ekologis. Pola integrasi adalah adalah pola dalam usaha tani yang menekankan
komoditas-komoditas yang diusahakan memiliki hubungan fungsional dalam
pemanfaatan zat-zat makanan, sehingga antar komoditas tidak berkompetisi, melainkan
saling substitusi dalam memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi. Adanya pola integratif
secara bertahap dari berbagai komoditas (pertanian, peternakan, perikanan, dan
kehutanan) secara bertahap di lokasi atau kawasan yang menerapkan model pertanian
iniakan mendorong lahirnya kawasan bebas limbah (zero waste).
c. Orientasi Pemanfaatan Sumber Daya Lokal
4
4. Perencanaan integrasi dari dua atau lebih komoditas dalam menentukan jumlah atau
luasan agar tercapai titik keseimbangan dalam pemenuhan zat-zat makanan (hara).
5. Sentuhan teknologi maju guna optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal untuk
memperkuat integrasi antar komoditas sebagai upaya mengurangi input luar.
6. Upaya pengolahan hasil untuk menghasilkan diversifikasi vertikal sebagai sarana
produksi atau input dalam.
Gambar 1. Integrasi tanaman kopi dengan tanaman hutan tanpa terapan teknologi
Pola integrasi sederhana telah membentuk siklus zat-zat makanan dan biomassa
secara tertutup dengan sentuhan teknologi baru, maka pola tersebut dapat dilanjutkan
dalam bentuk integrasi yang lebih kompleks. Integrasi tanaman kopi – tanaman penaung
(berupa lamtoro dan gamal) akan membuka relung baru yang bisa diisi dengan spesies
baru.
Pola integrasi pada Gambar 3. masih berlangsung secara sederhana, tetapi sudah
terdapat sentuhan teknologi maju, berupa pengolahan limbah kulit kopi dimanfaatkan
untuk menghasilkan konsentrat bagi kambing atau sapi. Sementar itu pengolahan feces dan
urine ternak menggunakan mikroba inokulan untuk menghasilkan pupuk padat maupun
cair yang memiliki mutu sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman kopi dan
buah-buahan.
7
Gamabr 4. Limbah kopi berupa kulit kopi, dapat diolah menjadi konsentrat (Guntoro,
2008)
Gambar 5. Hutan tanaman kopi yang dipenuhi oleh pohon kopi arabika dan lamtoro di
Kabupaten Aceh Tengah
Integrasi berlangsung lebih intensif dengan penambahan spesies baru dengan lebah
madu sebagai pengisi relung baru untuk memperpanjang rantai ekosistem. Introduksi lebah
8
madu ke dalam sistem usaha tani dapat memanfaatkan nektar saat tanaman kopi berbunga
dan dapat juga diperoleh dari tanaman penaung. Tanaman penaung yang ditanam
sebaiknya berupa kaliandra dan gamal. Selain sebagai sumber pakan hijauan, kedua jenis
tanaman pelindung tersebut dapat menjadi sumber nektar bagi lebah madu di luar musim
kopi berbunga.
Pemanfaatan limbah kopi secara optimal akan menghasilkan konsentrat, selain itu
hasil olahan limbah kopi dapat pula digunakan sebagai campuran pakan unggas (Guntoro,
2011). Integrasi yang kompleks dapat diperoleh produk yang lebih banyak dibandingkan
dengan pola integrasi sederhana. Produk yang dihasilkan dari integrasi kompleks tersebut
anatara lain kopi, daging, susu, telur, dan madu.
hijauan bagi ternak dan nektar bagi lebah madu. Limbah ternak berupa feces langsung
diolah untuk kompos, sedang integrasi kompleks feces ternak difermentasi dalam digester
yang menghasilkan biogas dan slurry. Slurry dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman baik
berupa pupuk pada maupun cair.
Pertanian tekno-ekologis akan menghasilkan relung yang dapat terisi dengan
komoditas lainnya, ini berarti tercipta pula ruang kerja yang lebih banyak lagi. Dampak
yang dihasilkan tentu mampu meningkatkan sumber pendapatan oleh masayarakat petani.
Gambar 8. Tanaman lada dengan penutup tanah Arachis pintoi sebagai sumber N
Penciptaan
biosiklus
kesuburan tanah
Diversifikasi untuk Penambahan hara dibatasi,
pemenuhan Penyematan N2 dilaksanakan
kebutuhan petani apabila memungkinkan
Sistem
Pertanian
berkelanjutan
Produksi Biota tanah (Mikoriza, Rhizobium,
dipertahankan atau Azolla) diperbaiki, serangan hama
ditingkatkan penyakit menurun
Lebih banyak
biomassa yang
digunakan atau
dikomposkan, tidak
bergantung pada
pupuk kimia
12
DAFTAR PUSTAKA