Antibiotik at Sapa Dokter Sabtu 21 Mei 2022
Antibiotik at Sapa Dokter Sabtu 21 Mei 2022
Antibiotik yang
Rasional pada Anak
Dr. Hendri Wijaya, DTM&H, M.Ked(Ped), SpA(K)
1
Topik Bahasan
• Pendahuluan
• Sejarah dan perkembangan antibiotik
• Resistensi antibiotik
• Penggunaan antibiotik pada pasien anak
• Simpulan
2
Pendahuluan
• Antibiotik termasuk kelompok obat yang paling sering diresepkan untuk anak
• Seperlima dari semua kunjungan rawat jalan pediatrik disertai resep antibiotic
• Penggunaan antibiotik rawat jalan yang berlebihan berkorelasi dengan
peningkatan resistensi pathogen terhadap antibiotik
• Penggunaan antibiotik yang rasional dapat meminimalkan munculnya dan
berkembangnya resistensi, disertai luaran respon klinis terbaik
3
Situasi di Indonesia
▪ Di Indonesia, antibiotik bisa dibeli tanpa resep dokter
▪ Dari 486 orang yang menggunakan antibiotik, 97% menyebutkan dari mana
memperoleh AB
▪ Diresepkan oleh dokter di rumah sakit umum (12%)
▪ Puskesmas (29%),
▪ Praktek pribadi (36%)
▪ Perawat dan bidan (6%)
▪ Pengobatan sendiri (17%)
▪ 8% diperoleh dari apotek tanpa resep, 5% dari toko obat, 2% dari teman dan kerabat,
1% dari kios, dan 1% dari sumber lain
Sudarmono P. Acta Med indones. 2013
Hadi et al. Int J infect dis. 2008 4
Sejarah dan Perkembangan Antibiotik
• Penemuan mikroskop → perkembangan ilmu bakteriologi → hubungan antara
spesies bakteri dan penyakit tertentu
• Ditemukannya Penisilin menandai dimulainya masa keemasan pengembangan
antibiotik (1950-1960)
• Setelah 1985 terjadi penurunan pengembangan antibiotik baru
5
Davies J. Microbiol Mol Biol R. 2010 6
7
Ventola C. Pharm Ther. 2015
Terapi Antibiotik yang Rasional
Penggunaan obat yang rasional mengharuskan pasien menerima obat:
▪ Sesuai dengan kebutuhan klinis (antibiotik untuk infeksi bakteri)
▪ Dalam dosis yang sesuai kebutuhan individu mereka sendiri (usia, berat badan,
tingkat keparahan penyakit)
▪ Untuk jangka waktu yang memadai (lama/lama pengobatan), dan
▪ Dengan biaya terendah bagi mereka dan komunitas mereka (termasuk risiko
munculnya dan penyebaran resistensi antibiotik)
8
Penyebab penggunaan antibiotik yang tidak
rasional
Terkait dengan dokternya
▪ Kurangnya pengetahuan
▪ Hasil lab tertunda
▪ Takut gagal perbaikan klinis atau malah perburukan
▪ Budaya medis lokal
▪ Insentif ekonomi
▪ Permintaan pasien akan "perbaikan cepat"
9
Terapi antibiotik pada anak
Kasus paling umum dengan resep Potensi hambatan:
antibiotik: ▪ Persepsi orang tua/pengasuh
▪ Infeksi saluran pernafasan ▪ Tolerabilitas pasien/penolakan obat
▪ Infeksi saluran kemih
▪ Infeksi kulit dan jaringan lunak
▪ Demam tifoid
10
Pendekatan diagnostik untuk kasus dugaan
infeksi bakteri
▪ Anamnesis & pemeriksaan fisik: gejala dan tanda lebih terlokalisir, misal : lesi kulit
dengan nanah, sekret hidung atau telinga purulen,
▪ Kriteria penilaian klinis: skor Mc'Isaac (skor Centor yang dimodifikasi) untuk faringitis
bakterial,
▪ Interpretasi hasil CBC : leukositosis, neutrofilia
▪ Urinalisis : piuria, nitrit, leukosit esterase
▪ Biomarker: CRP, PCT
▪ Imunoserologi : Tubex TF,
▪ Kultur mikrobiologi : darah, urin, swab tenggorokan, swab lesi kulit/ulkus 11
12
13
Which antibiotic is
appropriate for the
patient ?
14
Mekanisme
kerja
antibiotik
15
Antibiotik yang mana?
▪ Pastikan kondisi pasien memang membutuhkan terapi antibiotik
▪ Harus memiliki diagnosis sementara
▪ Prediksi organisme penyebab
▪ Pertimbangkan pola kepekaan antibiotic/antibiogram
▪ Spektrum sempit, penetrasi jaringan yang baik, kurang toksik, biaya lebih murah
▪ Masalah medis yang ada pada pasien
16
Prinsip prinsip terapi antibiotik
▪ Penetrasi ke area target
▪ Terapi empiris
▪ Terapi kombinasi
▪ Lama pengobatan
▪ Regimen dosis
▪ Menilai respons terhadap pengobatan
17
Penetrasi ke area target
▪ Antibiotik yang efektif melawan mikroorganisme in vitro tetapi tidak dapat mencapai
tempat infeksi, maka manfaatnya akan sedikit atau malah tidak ada.
▪ Penetrasi jaringan tergantung pada:
▪ sifat antibiotik, misalnya, kelarutan lipid, ukuran molekul, dan
▪ jaringan, misalnya, kecukupan suplai darah, adanya peradangan
20
Terapi empiris
Infeksi saluran kemih Infeksi kulit dan jaringan lunak
▪ Patogen yang paling umum adalah ▪ Diagnosis klinis : impetigo, folikulitis,
Eschericia coli furunkel/karbunkel/abses, infeksi
▪ Jenis antibiotik; kotrimoksazol, sekunder lesi skabies, selulitis
amoksisilin/amoksisilin-asam klavulanat ▪ Patogen yang paling umum adalah
Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes
Demam tifoid
▪ Jenis antibiotik adalah
▪ Disebabkan oleh Salmonella typhi
▪ amoksisilin/amoksisilin-asam klavulanat
▪ Antibiotik : Kloramfenikol, Azitromisin, ▪ Klindamisin
Sefiksim, cotrimoksazol ▪ sefadroksil
21
Terapi kombinasi
▪ Sebagian besar tidak diperlukan
▪ Monoterapi;
▪ penghematan biaya
▪ Lebih sedikit kemungkinan kesalahan pengobatan dan lebih sedikit dosis yang
terlewat/interaksi obat.
▪ Terapi kombinasi berguna untuk sinergi obat atau untuk memperluas spektrum
▪ Namun, karena sinergi obat sulit untuk dinilai dan kemungkinan antagonisme selalu
ada, antibiotik harus dikombinasikan untuk sinergi jika didasarkan pada pengujian yang
sebenarnya.
▪ Terapi kombinasi tidak efektif dalam mencegah resistensi antibiotik, kecuali dalam
beberapa situasi.
▪ Terapi kombinasi: pengobatan TB, Toksoplasmosis 22
Lama pengobatan
▪ Tekanan seleksi (selective pressure) bervariasi dengan dosis dan durasi terapi.
▪ Pengobatan yang terlalu pendek menyebabkan populasi bakteri yang resisten untuk
bertahan hidup dan menimbulkan infeksi.
▪ Pengobatan yang terlalu lama meningkatkan tekanan seleksi untuk resistensi pada flora
komensal
▪ Dengan pengobatan oral, kepatuhan minum obat bisa dipengaruhi oleh durasi terapi
dan frekuensi pemberian.
▪ Pengobatan selama 5 hari setelah kultur darah positif terakhir dan setelah 48 jam
bebas demam, dengan perbaikan klinis yang sesuai, adalah prinsip umum
24
Dosis
▪ Berdasarkan berat badan.
▪ Pada anak obesitas harus didasarkan pada berat badan ideal, kecuali antibiotik
yang bersifat lipofilik
▪ Tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa
▪ Untuk sediaan obat larutan atau sirup, lebih baik ditulis dalam mililiter (mL)
sebagai satuan, daripada cth atau sendok teh
25
Penilaian respons terapi antibiotik
▪ Jika anak tidak membaik seperti yang diharapkan, situasinya harus segera
dievaluasi kembali
▪ Evaluasi yang terlalu dini dapat menyesatkan penilaian, misalnya pada demam
tifoid
▪ Pastikan obat diberikan dengan tepat terutama dosisnya
▪ Penilaian ulang diagnosis, kemungkinan adanya infeksi tersembunyi atau infeksi
baru
▪ Lakukan kultur mikrobiologi dari spesimen yang sesuai jika memungkinkan
untuk mengidentifikasi patogen dan sensitivitas antimikroba
26
Sebab kegagalan terapi antibiotik
Faktor mikrobiologi Masalah penetrasi antibiotik
• Sensitif in vitro, tidak efektif in vivo • Abses yang belum didrainase
• Mengobati kolonisasi (bukan infeksi) • Focus infeksi tertentu, misal infeksi SSP
• Hipoperfusi jaringan
• Infeksi yang terkait corpus alienum
Faktor antibiotik
• Spektrum tidak adekuat
• Kadar obat di serum tidak adekuat Bukan penyakit infeksi
• Penurunan aktifitas obat di jaringan • Kondisi medis yang menyerupai infeksi,
• Interaksi antar obat misal SLE
(inaktivasi/antagonism) • Drug induced fever
28
Simpulan dan pesan
▪ Antibiotik bukan minuman selamat datang (welcome drink) untuk pasien anak
yang demam
▪ Kemampuan mendiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
interpretasi dasar temuan laboratorium, sangat penting
▪ Antibiotik untuk profilaksis terbatas hanya untuk beberapa indikasi
▪ Rasionalisasi pemakaian antibiotic tidak berarti melarang atau mengurangi,
tetapi memberikan arah untuk pengobatan dengan kemungkinan keberhasilan
pengobatan yang lebih besar dan kemungkinan efek samping yang lebih kecil
29
30