Anda di halaman 1dari 4

 DHARAR

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan aktivitas bisnis. Investasi


sebagai bagian dari aktivitas bisnis adalah suatu aktivitas yang selalu berhadapan dengan
risiko dan return. Dengan semikian, investasi juga akan menghadapi risiko manajemen
investasi itu sendiri. Investasi Islam merupakan investasi yang sarat risiko. Salah satu yang
banyak mengandung risiko adalah Mudharabah. Adanya ketidakjujuran atau kecurangan
yang dilakukan oleh pelaku investasi (mudharib).
Secara istilah fiqh, gharar adalah hal ketidaktahuan terhadap akibat
suatu perkara, kejadian/ peristiwa dalam transaksi perdagangan atau jual beli, atau
ketidakjelasan antara baik dengan buruknya. Menurut madzhab syafi’i, gharar adalah segala
sesuatu yang akibatnya tersembunyi dari pandangan dan sesuatu yang dapat memberikan
akibat yang tidak diharapkan/ akibat yang menakutkan.
• Arti dalam bahasa arab gharar adalah al-khathr : pertaruhan
• Majhul al-aqibah : tidak jelas hasilnya
• Al-Mukhatharah : pertaruhan dan
• Al-jahalah : ketidakjelasan.
• Gharar merupakan bentuk keraguan, tipuan, atau tindakan yang bertujuan untuk
merugikan orang lain.
 TRANSAKSI-TRANSAKSINYA
• Jual Beli Hashah
• Jual beli Dharbatul ghawwasah
• Jual beli Nitaj
• Jual beli Muzanabah
• Jual beli Mulamasah
• Jual beli Munazabah
• Jual beli Mukhadharah

 GHARAR YANG DIPERBOLEHKAN


• Jual beli gharar yang diperbolehkan ada empat macam:
A. Barang tersebut sebagai pelengkap.
B. Jika ghararnya sedikit.
C. Masyarakat memaklumi hal tersebut karena dianggap sesuatu yang remeh.
D. Mereka memang membutuhkan transaksi tersebut.
• Menyewakan rumahnya selama sebulan.
• Ini dibolehkan walaupun satu bulan kadang 28, 29, 30 bahkan 31 hari.
• Masuk toilet dengan membayar Rp. 2000,- padahal tidak diketahui jumlah air yang
digunakan.
• Naik kendaran angkutan umum atau busway dengan membayar sejumlah uang yang
sama, padahal masing-masing penumpang tujuannya berbeda- beda.

 Jual Beli
• Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain.
• lafal albai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni
kata asy-syira (beli)
• Menurut bahasa, jual beli berarti menukarkan sesuatu dengan sesuatu (Al-Jaziri,
2003:123)
 Rukun dan Syarat Jual Beli
• Pertama, Akad (ijab qobul), pengertian akad menurut bahasa adalah ikatan yang ada
diantara ujung suatu barang. Sedangkan menurut istilah ahli fiqh ijab qabul menurut
cara yang disyriatkan sehingga tampak akibatnya
• Kedua, orang yang berakad (subjek) dua pihak terdiri dari bai’(penjual) dan mustari
(pembeli). Disebut juga aqid, yaitu orang yang melakukan akad dalam jual beli, dalam
jual beli tidak mungkin terjadi tanpa adanya orang yang melakukannya
• Ketiga, ma’kud ‘alaih (objek) untuk menjadi sahnya jual beli harus ada ma’qud alaih
yaitu barang menjadi objek jual beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual
beli
• Keempat, ada nilai tukar pengganti barang

 Pengertian Mudharabah
• Bahasa adhdharby fil ardhi : bepergian untuk urusan dagang
• Terminologi : akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan
kedua belah pihak; sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana
kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana

 Karakteristik akad mudharabah


• Investasi mudharabah mempunyai resiko tinggi karena
• Pembagian Resiko
• Pembagian keuntungan
• Dasar pembagian hasil usaha
• Jaminan modal
• Perjanjian
• Persengketaan

 Hikmah akad mudharabah


dapat memberi manfaat dan keringanan kepada manusia. Karena ada sebagian
orang yang memiliki harta, tetapi tidak mampu untuk membuatnya menjadi produktif. Dan
ada pula orang yang tidak memiliki harta tetapi ia mempunyai kemampuan untuk
memproduktifkan nya. Dengan demikian, dapat tercipta kerjasama antara modal dan kerja
demi kemashlahatan dan kesejahteraan umat manusia.

 Jenis Mudharabah
• Mudharabah muthlaqah
• Mudharabah muqayyadah
• Mudaharabah musytarakah

 Rukun dan Ketentuan Syariah Akad Mudharabah


• Pelaku (pemilik dana dan pengelola dana)
• Obyek mudharabah (modal dan kerja)
• Ijab kabul (persetujuan kedua belah pihak)
• Nisbah keuntungan

 Kerugian Mudharabah
Kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada misconduct, negligence atau violation.
Apabila terjadi kerugian, maka cara menyelesaikan nya adalah:
• diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
• Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.

 Prinsip Pembagian Hasil Usaha


Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan prinsip bagi hasil
(revenue sharing) atau bagi laba (profit sharing).
• Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto
(gross profit) bukan total pendapatan usaha (omzet).
• Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu
laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.

 Ijarah
• Bahasa :“al Ajru”= al ‘Iwadhu (ganti/kompensasi)
• Terminologi : akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam
waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
• Jadi Ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah
sejumlah tertentu).

 Jenis Ijarah
• Ijarah Mutlaqah (leasing) adalah proses sewa- menyewa yang biasa kita temui dalam
kegiatan perekonomian sehari-hari
• Ijarah Muntahiah bit Tamlik adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan.
Berdasarkan obyek yang disewakan :
• Manfaat atas aset; aset dapat berupa aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset
bergerak seperti mobil, motor, pakaian dan sebagainya.
• Manfaat atas jasa; berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Berdasarkan ED PSAK:
• Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa, dalam
waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas aset itu sendiri.
• Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan Ijarah dengan wa’ad (janji) dari pemberi
sewa berupa perpindahan kepemilikan obyek Ijarah pada saat tertentu.
• Jual dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual dan ijarah: terjadi di mana
seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset tersebut.
Transaksi jual-dan-Ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantung (ta’alluq)

 Rukun Ijrah
• Pelaku Ijarah: Baligh, Cakap Hukum
• Obyek akad Ijarah, yaitu: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.
• Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyata an dari kedua belah pihak yang
berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. kedua belah pihak harus saling
rela, tidak terpaksa dalam melakukan akad.

 Ju’alah
“Jadi, secara bahasa makna al Ju’alah adalah upah/imbalan atas suatu perjanjian
dalam sebuah muamalah” Dari berbagai definisi tersebut, bahwa al Ju’alah suatu akad
perjanjian untuk memberi imbalan atas suatu pekerjaan tertentu atau pekerjaan yang masih
belum pasti bisa dikerjakan. Lebih simpelnya model ini sering dikenal dengan sayembara
berhadiah di kalangan masyarakat awam.

 Rukun Ju’alah
• Sighot akad
• Ja’il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil
pekerjaan (natijah) yang ditentukan
• Maj’ul lah adalah pihak yang melaksanakan Ju’alah
• maj’ul ‘alaih adalah pekerjaan yang ditugaskan
• Upah / hadiah/ fee

 Syarat Ju’alah
• Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cakap untuk melakukan
tindakan hukum, yaitu: baligh, berakal dan cerdas. Dengan demikian anak-anak, orang
gila dan orang yang berada dalam pengampuan tidak sah melakukan Ju’alah.
• Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga atau bernilai
dan jelas juga jumlahnya. Harta yang haram tidak dipandang sebagai harta yang bernilai
(Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Tidak boleh ada syarat imbalan diberikan di muka
(sebelum pelaksanaan Ju’alah).
• Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh
dimanfaatkan menurut hukum syara’.

 Perbedaan Ijarah dan Ju’alah


• Dilihat dari kekuatan ikatannya:
 Akad Ijarah : bersifat lazzim kedua belah pihak. Mengikat kedua belah pihak.
Sehingga ketika akad ijarah sudah disepakati maka tidak bisa dibatalkam secara
sepihak
 Akad Ju’alah : bersifat jaiz, sehingga bisa dibatalkan secara sepihak jika belum ada
hasil
• Dilihat dari pelaku akad
 Pelaksana akad ijarah harus orang tertentu atau pihak tertentu (bisa individu atau
instansi)
 Pelaksana akad ju’alah pelaku bebas.
 Jika melaksanakan akad ijarah dengan A untuk les privat untuk anak saya, maka yang
harus mengajar les privat tersebut adalah si A atau orang yang direkomendasikan si
A yang saya setujui. (sehingga tidak sembarang oirang yang datang untuk mengajar
anak saya
 Akad ju’alah. Siapapun boleh ikut bergabung untuk berhak mendapat upah.
• Dilihat dari volume kerja
 Volume kerja ijarah harus jelas.
Dalam akad ijarah volume kerja harus jelas, missal kerja bagian admin tugas nya
ngetik, ngeprint, dokumentasi dokumena dsb sebagaimana tugas admin
 Volume kerja ju’alah boleh tidak jelas, karena yang menjadi acuan adalah target
Mobil pak RT hilang, tolong carikan. Caranya tergantung dari masing-masing orang.
Jika mobil ketemu bisa dapat 10 juta. Intinya mereka mencari dalam rangka
memenuhi target 10 juta itu.

Anda mungkin juga menyukai