Jual Beli
• Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain.
• lafal albai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni
kata asy-syira (beli)
• Menurut bahasa, jual beli berarti menukarkan sesuatu dengan sesuatu (Al-Jaziri,
2003:123)
Rukun dan Syarat Jual Beli
• Pertama, Akad (ijab qobul), pengertian akad menurut bahasa adalah ikatan yang ada
diantara ujung suatu barang. Sedangkan menurut istilah ahli fiqh ijab qabul menurut
cara yang disyriatkan sehingga tampak akibatnya
• Kedua, orang yang berakad (subjek) dua pihak terdiri dari bai’(penjual) dan mustari
(pembeli). Disebut juga aqid, yaitu orang yang melakukan akad dalam jual beli, dalam
jual beli tidak mungkin terjadi tanpa adanya orang yang melakukannya
• Ketiga, ma’kud ‘alaih (objek) untuk menjadi sahnya jual beli harus ada ma’qud alaih
yaitu barang menjadi objek jual beli atau yang menjadi sebab terjadinya perjanjian jual
beli
• Keempat, ada nilai tukar pengganti barang
Pengertian Mudharabah
• Bahasa adhdharby fil ardhi : bepergian untuk urusan dagang
• Terminologi : akad kerjasama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk
melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan
kedua belah pihak; sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana
kecuali disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana
Jenis Mudharabah
• Mudharabah muthlaqah
• Mudharabah muqayyadah
• Mudaharabah musytarakah
Kerugian Mudharabah
Kerugian ditanggung oleh pemilik dana kecuali ada misconduct, negligence atau violation.
Apabila terjadi kerugian, maka cara menyelesaikan nya adalah:
• diambil terlebih dahulu dari keuntungan karena keuntungan merupakan pelindung
modal.
• Bila kerugian melebihi keuntungan, maka baru diambil dari pokok modal.
Ijarah
• Bahasa :“al Ajru”= al ‘Iwadhu (ganti/kompensasi)
• Terminologi : akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam
waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.
• Jadi Ijarah dimaksudkan untuk mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa
(mempekerjakan seseorang) dengan jalan penggantian (membayar sewa atau upah
sejumlah tertentu).
Jenis Ijarah
• Ijarah Mutlaqah (leasing) adalah proses sewa- menyewa yang biasa kita temui dalam
kegiatan perekonomian sehari-hari
• Ijarah Muntahiah bit Tamlik adalah suatu kontrak sewa yang diakhiri dengan penjualan.
Berdasarkan obyek yang disewakan :
• Manfaat atas aset; aset dapat berupa aset yang tidak bergerak seperti rumah atau aset
bergerak seperti mobil, motor, pakaian dan sebagainya.
• Manfaat atas jasa; berasal dari hasil karya atau dari pekerjaan seseorang.
Berdasarkan ED PSAK:
• Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau jasa, dalam
waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas aset itu sendiri.
• Ijarah muntahia bittamlik (IMBT) merupakan Ijarah dengan wa’ad (janji) dari pemberi
sewa berupa perpindahan kepemilikan obyek Ijarah pada saat tertentu.
• Jual dan sewa kembali (sale and leaseback) atau transaksi jual dan ijarah: terjadi di mana
seseorang menjual asetnya kepada pihak lain dan menyewa kembali aset tersebut.
Transaksi jual-dan-Ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling
bergantung (ta’alluq)
Rukun Ijrah
• Pelaku Ijarah: Baligh, Cakap Hukum
• Obyek akad Ijarah, yaitu: manfaat aset/ma’jur dan pembayaran sewa; atau manfaat jasa
dan pembayaran upah.
• Pernyataan/sighat ijab qabul berupa pernyata an dari kedua belah pihak yang
berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain. kedua belah pihak harus saling
rela, tidak terpaksa dalam melakukan akad.
•
Ju’alah
“Jadi, secara bahasa makna al Ju’alah adalah upah/imbalan atas suatu perjanjian
dalam sebuah muamalah” Dari berbagai definisi tersebut, bahwa al Ju’alah suatu akad
perjanjian untuk memberi imbalan atas suatu pekerjaan tertentu atau pekerjaan yang masih
belum pasti bisa dikerjakan. Lebih simpelnya model ini sering dikenal dengan sayembara
berhadiah di kalangan masyarakat awam.
Rukun Ju’alah
• Sighot akad
• Ja’il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas pencapaian hasil
pekerjaan (natijah) yang ditentukan
• Maj’ul lah adalah pihak yang melaksanakan Ju’alah
• maj’ul ‘alaih adalah pekerjaan yang ditugaskan
• Upah / hadiah/ fee
Syarat Ju’alah
• Orang yang menjanjikan upah atau hadiah harus orang yang cakap untuk melakukan
tindakan hukum, yaitu: baligh, berakal dan cerdas. Dengan demikian anak-anak, orang
gila dan orang yang berada dalam pengampuan tidak sah melakukan Ju’alah.
• Upah atau hadiah yang dijanjikan harus terdiri dari sesuatu yang berharga atau bernilai
dan jelas juga jumlahnya. Harta yang haram tidak dipandang sebagai harta yang bernilai
(Madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Tidak boleh ada syarat imbalan diberikan di muka
(sebelum pelaksanaan Ju’alah).
• Pekerjaan yang diharapkan hasilnya itu harus mengandung manfaat yang jelas dan boleh
dimanfaatkan menurut hukum syara’.