Anda di halaman 1dari 5

TERM OF REFERENCE (TOR)

DISKUSI PUBLIK (ONLINE VIA ZOOM MEETING)


ICMI ORDA SUMEDANG

TEMA DISKUSI PUBLIK :


“MEMBEDAH AKAR MASALAH DAN SOLUSI ALTERNATIF UNTUK PENANGANAN
BANJIR YANG BERULANG PADA MIKRO DAS Gn. KAREUMBI (CIHONJE-CITENGAH-
CITUNDUN ) KECAMATAN SUMEDANG SELATAN-SUMEDANG”

LATAR BELAKANG
Potensi bencana alam yang tinggi di Indonesia pada dasarnya merupakan refleksi dari kondisi
geografis yang sangat khas karena terletak pada pertemuan tiga lempengan tektonik dunia (Zakaria
dkk, 2017). Bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, dan banjir dapat terjadi secara tiba-tiba
maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Bencana banjir dan tanah longsor
merupakan salah satu jenis bencana yang sering terjadi ketika pada musim penghujan yang pada
dasarnya merupakan permasalahan lingkungan fisik di permukaan bumi (Sunardi, 1985). Memang
unik ketika membahas tentang bencana banjir yang hakikatnya sama uniknya dengan memahmi
kehidupan ini. Berbagai agrumentasi telah dikemukakan para ahli atas penyebab terjadinya banjir dari
berbagai perspektif keilmuannya, bahkan unsur-unsur supranatural dan ‘pemikiran-pemikiran
nyeleneh’ di atas kenormalan pun terkadang menjadi sebuah rujukan untuk kalangan tertentu atas
ramalan-ramalan, dan tanda-tanda (tabir) atas sebuah kepercayaan tentang akan terjadinya sesuatu di
balik adanya musibah banjir.

Memang menarik pembahasan seputar bencana alam ini (banjir), manakala substansi pembahasanya
lebih mendalam kepada hal-hal yang bersifat filosofis dan berujung pada perdebatan siapakah
sebenarnya yang harus di atur di muka bumi ini? Apakah alam yang harus tunduk dan patuh pada
kehendak manusia dan ataukah justru manusia yang harus bisa mengatur dirinya menyesuaikan
dengan kehendak alam.

Hal menarik lainya yang menjadi pertanyaan mendasar adalah mengapa permasalahan seputar banjir
menjadi ‘Nge-trend” di era belakangan ini, padahal dahulu tidak terlalu bermasalah, padahal secara
keilmuan volume air di dunia sejak jaman Fir'aun bahkan lebih jauh darinya adalah konstan, yang
konon menurut hasil studi menunjukkan bahwa total air di dunia adalah sekitar 326 juta mil kubik
(pangkat 3) atau 1.358.827.275,09 kilometer kubik (1,36 miliar Km3). Pertanyaan lanjutannya
dengan volume yang sama dan proses siklus air yang sama, tapi kenapa bisa berakibat yang berbeda.
Begitu banyak ‘penjustifikasian’ yang dikemukakan berbagai kalangan tentang penyebab banjir,
bahkan pemerintah secara khusus terkait masalah ini misalnya ketika merujuk ke dalam Petunjuk
Teknis Penanaman Spesies Pohon Penyerap Polutan Udara yang diterbitkan oleh KLHK (2015),
disebutkan bahwa 1 hektar Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar, dapat
menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk 1.500 penduduk/hari dan menyerap 2,5 ton
karbondioksida/tahun.
Satu hektar RTH juga dapat menyimpan 900 m3 air tanah/ tahun, mentransfer udara sebanyak
4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5 – 8°C, meredam kebisingan 25-80 persen, dan mengurangi
kekuatan angin sebesar 75-80 persen. Bahkan studi lain menyatakan dan menyimpulkan bahwa dalam
satu pohon (dalam ilmu kehutanan dikenal dg 4 stratifikasi : Semai-Pancang-Tiang-Pohon; pohon
kriterianya : tumbuhan berkayu yang mempunyai sebuah batang utama dilengkapi dengan dahan juga
ranting yang berada jauh dari permukaan tanah. Badan Standarisasi Nasional lebih jelas
mendefinisikannya yakni tumbuhan berkayu yang batang utamanya berdiameter lebih dari 20
sentimeter) dan itu bisa mengikat air sebanyak ± 20 liter air. Bisa dibayangkan jika saat ini ketika
pohon-pohon yg bisa mengikat air per 20 liter air itu sudah hilang, (lost tree) tinggal berapa faktor
pengali nya, maka air larian yg tak terikat yg menjadi run off dan terjadinya banjir bisa dikalkulasikan
secara matematis. Selain itu studi lain menyimpulkan bahwa variabel pengikat air lainya selain
vegetasi adalah jenis tanah dan topografi juga cukup berpengaruh terhadap laju infiltrasi air, hal ini
sebagaimana hasil riset IPB menunjukkan bahwa laju infiltrasi air pada jenis tanah aluvial lebih
rendah dibandingkan jenis tanah latosol sebagaimana yang ditemui di lokasi banjir Citengah, maka
yang paling realistis kalau itu semua memang benar adalah sekarang tinggal berhitung berapa
kemampuan pengikatan air oleh vegetasi dan tanah, dibandingkan dengan volume curah hujan pada
saat terjadinya banjir. Untuk kasus banjir Citengah apabila volume curah hujan dibandingkan dengan
kemampuan pengikatan air oleh vegetasi dan tanah, lebih besar volume curah hujannya, maka dapat
dipastikan akan terjadi banjir (banjir menjadi suatu keniscayaan). Artinya bahwa kemungkinannya
hanya ada dua apakah vegetasi yg rusak dan jenis tanahnya yang kurang mengikat air dan ataukah
curah hujan yg melebihi kapasitas daya tampung (anomali hujan). Inilah poin pentingnya dalam
Diskusi Publik ini sehingga siapa yang seharusnya paling bertanggung jawab atas bencana banjir
Citengah dapat terjawab secara ilmiah, tanpa saling tuding mendeskriditkan pihak-pihak tertentu.
Terkait dengan hal di atas, maka juga penting di lihat sejauhmana antara idealisme konseptual
pengelolaan mikro DAS Gn. Kareumbi bisa diimplementasikan secara kaidah-kaidahnya dengan
melihat realitas pada tataran praktik di lapangan, dan jika tidak bisa ideal maka bagaimana cara
mitigasinya.

Di sisi lain point yang juga penting dari diskusi publik ini adalah untuk melihat banjir bukan hanya
semata pada proses ekologis semata, tapi juga bagaimana aspek-aspek ekonomi, sosial dan culture
(prilaku) manusia di sekitar Daerah Aliran Sungai Mikro DAS dimaksud memperlakukan alamnya
sebagiai “sesama makhluk Tuhan” yang mempunyai, rasa, Bahasa dan keinginan layaknya “makhluk
lainnya”.

Untuk bisa samapi kepada kesimpulan tentang apa akar masalah sesungguhnya dan solusi alternatif
apa yang bisa dilakukan untuk penanganan banjir berulang (rutin) di Citengah (mikro DAS Gn.
Kareumbi), maka DISKUSI PUBLIK “MEMBEDAH AKAR MASALAH DAN SOLUSI ALTERNATIF
UNTUK PENANGANAN BANJIR YANG BERULANG PADA MIKRO DAS Gn. KAREUMBI
(CIHONJE-CITENGAH-CITUNDUN ) KECAMATAN SUMEDANG SELATAN-SUMEDANG”
diharapkan bisa menjadi jawaban dan solusi bagi para pihak yang berkepentingan.
MAKSUD & TUJUAN
1. Memukan akar masalah dan Solusi Alternatif untuk penanganan banjir berulang pada Daerah
Aliran Sungai (DAS) Kawasan Gn. Kareumbi Mikro DAS Sungai Cihonje, Citengah dan
Citundun Kecamatan Sumedang Selatan-Sumedang
2. Mememberikan saran, masukan dan rekomendasi hasil analisis dan konklusi dari diskusi publik
untuk pihak-pihak yang berkepentingan.

PENYAMPAIAN MATERI
Pemateri (narasumber) menyampaikan sikap, pengetahuan, perasaan serta dorongan nurani dan cara
pandangnya terhadap tema yang di angkat, dengan bebas tanpa adanya unsur-unsur pembatas yang
menghalangi untuk tidak tersampaikan pesan dan kesan yang ingin di sampaikan dari dalam dirinya.

MATERI
Materi disampaikan menurut perspektif basis pengetahuan, parktik-praktik, dan unsur keyakinannya
pemateri, tanpa adanya unsur tekanan dan pretensi dari pihak manapun.

KONSEP DASAR
1. Tema yang di angkat adalah “MEMBEDAH AKAR MASALAH DAN SOLUSI ALTERNATIF
UNTUK PENANGANAN BANJIR YANG BERULANG PADA MIKRO DAS Gn.
KAREUMBI (CIHONJE-CITENGAH-CITUNDUN) KECAMATAN SUMEDANG
SELATAN-SUMEDANG”. DISKUSI PUBLIK ini akan mengadirkan nara sumber
berpengalaman sesuai dengan basis keilmuan dan pengetahuannya, praktik serta keyakinannya
termasuk sisi lain dari cosmologi;
2. Nara sumber memberikan perspektif (cara pandangnya) secara utuh terkait tema yang di angkat
tanpa adanya pretensi unsur pembatas dengan tetap memperhatikan etika dan norma-norma yang
berlaku;
3. Secara umum berlaku kaidah bahwa setiap peserta adalah narasumber, sehingga tidak ada gap
“kastaisasi” dalam diskusi publik.
4. Moderator diharapkan dapat menggali lebih dalam mengenai materi yang disampaikan
narasumber serta kaitannya dengan tema yang di angkat;
5. Saat dialog interaktif antar pembicara, moderator diharapkan dapat mecairkan suasana, serta
mengerucutkan kea rah tema yang di angkat.
6. Pelaksanaan DISKUSI PUBLIK ini, dengan cara yang lebih inklusif menghindari gap antara
peserta vs narasumber (setara antara nara sumber dan peserta), dan tidak protokoler langsung
kepada substansi.
7. Pelaksanaan kegiatan dijadwalkan pada Hari Selasa,, 09 Mei 2023, Melalui Zoom Meeting Pukul
19.30 WIB-selesai. Melalui link Zoom :
https://us06web.zoom.us/j/6202610000?pwd=TDZaUkZKb0ZPeEJSenQzNDByS2Jydz09
8. Catatan penting : Diskusi ini bersifat netral tidak terpengaruh dan atau terafiliasi serta
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat politik praktis, dan sejauh mungkin menghindari
dari diskusi yang berbau politik praktis. Panitia dalam hal ini mempunyai hak prerogative
untuk menghentikan diskusi yang mengarah kepada hal dimaksud.
METODE PENYAMPAIAN DAN EVALUASI
➢ Penyampaian materi dua arah, materi dapat disampaikan dengan cara beberapa pembicara
(panel) dengan menyampaikan pendapatnya berdasarkan sudut pandang masing-masing
➢ Moderator menyimpulkan benang merah dari penyampaian materi terkait dengan tema yang di
angkat
➢ Sesi tanya jawab/diskusi dengan porsi yang lebih besar

ALUR PENYAMPAIAN MATERI


1. DISKUSI PUBLIK “MEMBEDAH AKAR MASALAH DAN SOLUSI ALTERNATIF UNTUK
PENANGANAN BANJIR YANG BERULANG PADA MIKRO DAS Gn. KAREUMBI (CIHONJE-
CITENGAH-CITUNDUN ) KECAMATAN SUMEDANG SELATAN-SUMEDANG” dimulai
pukul 19.30. WIB-selesai.
2. Masing masing naras sumber diberikan waktu 15 menit;
3. Setiap narasumber telah memaparkan materi moderator diharapkan dapat menangkan pesan nya
dan mereview materi narasumber.

RUNDOWN ACARA
RUNDOWN ACARA
Waktu WIB Kegiatan
19.00-19.30 Persiapan (Panitia-ICMI Sumedang)
19.30-19.40 Prolog dan Pengantar diskusi oleh MC ke Moderator (Sumirta, M.I.L)
-H. Kamas Komara, SE.,S.Pdi (moderator utama)
-Sumirta.S.Hut., M.I. L (MC)
19.40-19.55 Keynote Speaker (Prof. Dr. Ir. Sutarman, M.Sc.,IPU)
19.55-20.10 DR. Asep Sumaryana,M.Si
(Pemerhati Kebijakan Publik dan Keberlanjutan Pembangunan Kab.
Sumedang)
Sub Tema :
“Banjir Rotinan : Menemukenali Akar Masalah dan Alternatif Solusi
Banjir Rutinan pada Mikro DAS GN Kareumbi (Cihonje-Citengah-
Citundun) dalam perspektif Ekonomi, Ekologi dan Sosial Budaya di
lokasi Mikro DAS Aliran Sungi Cihonje, Citengan dan Citundun
Kecamatan Sumedang Selatan”
20.10-20.25 Adih Ahmad R,S.Hut.M.P
( DPC Argadika Sumedang )
Sub Tema :
Antara Idealisme Konseptual dan Realitas hari ini : Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Mikro DAS Gn. Kareumbi -Sumedang Selatan
20.25-20.40 Ir. Ade Sunardi
(Pegiat Lingkungan/Bappeda Sumedang)
Sub Tema :
Fakta & Data Potensi Kebencanaan dalam Perspektif Tata Ruang pada
Kawasan Mikro DAS Kawasan Gn. Kareumbi (Cihonje-Citengah-
Citundun): Siapakah yang harus bisa diatur apakah Alam dan ataukah
manusia? Serta siapa yang paling bertanggungjawab atas terjadinya
banjir berulang kali di Lokasi ini, Benarkah Anomali Curah Hujan itu
ada, serta bagaimana “amamat karuhun Sumedang” untuk solusi atas
permasalahan di Kawasan Mikro DAS Gn. Kareumbi .
20.40-21.20 Diskusi
21.40-21.25 Kristalisasi Diskusi Publik
21.25-21.30 Kesimpulan Diskusi dan Tutup (@Moderator dan Tim perumus)

Anda mungkin juga menyukai