Anda di halaman 1dari 7

Sekolah Tinggi Ilmu Hukum

Gunung Jati – Tangerang

UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Mata Kuliah : Praktek Hukum Acara Pidana


Dosen : Dr. Setiyono, S.H., M.H.
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Februari 2023
Nama : AFWIN ADE SAPUTRA
NIM : 321029
Catatan :
1. Jawaban harus berurutan ;
2. Lembaran soal ujian wajib dikembalikan dengan dilampirkan pada kertas jawaban ;
3. Diperbolehkan untuk membawa dan membuka catatan/literatur perkuliahan, KUHAP dan regulasi serta
literatur lainnya (Open Book);
4. Dilarang keras bekerja sama dengan peserta ujian lainnya dalam bentuk apapun.

KASUS POSISI :
ALPINE (Ka.Bag Keuangan PT. UTAMA RAYA dan bertempat tinggal di Jalan Melawai Raya Jakarta
Selatan) ditangkap dan ditahan oleh Kepolisian Resort Jakarta Timur karena diduga telah melakukan
tindak pidana dengan sengaja memiliki uang sebesar Rp 1.000.000.000,- yang sebagian atau seluruhnya
milik PT.UTAMA RAYA yang berkedudukan di Jalan Duren Sawit Jakarta Timur secara melawan hukum.
Perbuatan tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu direncanakan sebelumnya dengan rekan kerjanya
yang bernama ALPHONSO (Ka.Biro Umum & Pengadaan Barang PT. UTAMA RAYA dan bertempat
tinggal di Jalan Kyai Tapa Jakarta Barat) yang sampai dengan perkara ini diajukan ke Pengadilan belum
juga berhasil ditangkap. Sebagian dari jumlah uang yang diambil oleh mereka tersebut, rencananya akan
digunakan oleh PT. UTAMA RAYA untuk disumbangkan dalam pembangunan gedung Sekolah Dasar milik
pemerintah. Setelah dilakukan proses penyidikan maka perkara atas nama Tersangka ALPHONSO dan
Tersangka ALPINE dilimpahkan kepada Penuntut Umum untuk segera dibuatkan surat dakwaannya dan
selanjutnya dilimpahkan ke Pengadilan Negeri Register Nomor 021/Pid.B/2007/PN.JKT.TIM. Adapun surat
dakwaan dalam perkara ini adalah sebagai berikut :
Bahwa ia Terdakwa, ALPINE, antara bulan Oktober 2006 sampai dengan bulan Juli 2007 atau setidak-
tidaknya pada waktu lain yang masih termasuk dalam tahun 2006 dan tahun 2007, bertempat di Jalan
Duren Sawit Jakarta Timur atau setidak-tidaknya disalah satu tempat yang masih termasuk dalam wilayah
hukum Pengadilan Negeri Jakarta Timur, secara bersama-sama dengan APHONSO dengan sengaja
memiliki dengan melawan hukum hak sesuatu barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk
kepunyaan orang lain dan barang itu ada dalam tangannya bukan karena kejahatan, yang dilakukan
Terdakwa dengan cara sebagai berikut :
Bahwa Terdakwa bekerja sebagai Ka.Bag Keuangan PT. UTAMA RAYA sejak bulan Januari 2002 dan
ditugaskan dan dipercayakan untuk memeriksa laporan pembukuan keuangan serta mengambil dan
mengeluarkan uang dari Kas Perusahaan.
Bahwa dalam rangka penambahan barang modal dan keperluan untuk sumbangan pembangunan gedung
Sekolah Dasar milik pemerintah, maka dalam rapat Direksi PT. UTAMA RAYA telah diputuskan untuk
menggunakan Kas perseroan sebesar 2.500.000.000,-
Bahwa untuk medukung kelancaran penambahan barang modal dan pemberian sumbangan tersebut maka
Diireksi sepakat untuk menunjuk Terdakwa bersama dengan ALPHONSO dalam melakukan tugas tersebut
termasuk untuk memegang dana yang telah dianggarkan tersebut.
Bahwa dalam pelaksanaanya, ternyata Terdakwa bersama-sama dengan ALPHONSO telah mengambil
dana milik Kas PT. UTAMA RAYA yang dilakukan pertama kali sejak bulan Oktober 2006 sebesar Rp
200.000.000,-. Selanjutnya, Terdakwa bersama-sama dengan ALPHONSO kembali mengambil uang
tersebut pada bulan Desember 2006, bulan Januari 2007, bulan Maret 2007, bulan April 2007 dan bulan
Juni 2007 dimana jumlah masing-masing pengambilan tersebut adalah sebesar Rp 200.000.000,-
Bahwa pada akhir bulan Juli 2007, perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa tersebut pada akhirnya
diketahui oleh PT UTAMA RAYA yang didasarkan pada hasil pemeriksaan internal. Bahwa akibat dari
perbuatan Terdakwa tersebut, maka PT. UTAMA RAYA telah mengalami kerugian sebesar Rp
1.000.000.000,-.

Pertanyaan :

1. Apabila Sdr/i ditunjuk sebagai Penasihat Hukum Terdakwa dalam perkara tersebut maka coba
formulasikan Surat Kuasa Khususnya !!

2. Coba Sdr/i jelaskan mengenai tahapan persidangan dalam perkara pidana !!!

Jawaban :

Proses persidangan pidana tersebut antara lain:

1. Sidang Dinyatakan Dibuka dan Terbuka untuk Umum

2. Jaksa Penuntut Umum (JPU) Diperintahkan Membawa Terdakwa

3. Pertanyaan: Identitas, Kondisi Kesehatan, dan Penasihat Hukum Terdakwa

4. Pembacaan Surat Dakwaan

5. Nota Keberatan (Eksepsi)

6. Tanggapan JPU terhadap Eksepsi

7. Putusan Sela

8. Pembuktian

9. Pemeriksaan Terdakwa
10. Surat Tuntutan (Requisitoir)

11. Nota Pembelaan (Pleidooi)

12. Replik

13. Duplik

14. Putusan Akhir

Secara umum, terdapat 14 tahapan persidangan pidana yang akan dihadapi seorang terdakwa di
dalam pengadilan. Satu per satu tahapan-tahapan tersebut :

Sidang Dinyatakan Dibuka dan Terbuka untuk Umum


Tahapan persidangan pidana yang akan dihadapi terdakwa adalah mendengar ucapan ketua
Majelis Hakim sidang dibuka dan terbuka untuk umum. Akan tetapi, tidak semua sidang terbuka
untuk umum. Adakalanya sidang tertutup untuk umum.

Sidang tertutup untuk umum ini biasanya terkait dengan perkara anak yang berhadapan dengan
hukum. Atau menyangkut tindak pidana asusila.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Diperintahkan Membawa Terdakwa


Tahapan selanjutnya adalah Majelis Hakim akan memerintahkan JPU untuk menghadapkan
terdakwa ke depan persidangan dalam keadaan bebas.

Pertanyaan: Identitas, Kondisi Kesehatan, dan Penasihat Hukum Terdakwa


Setelah itu, Majelis Hakim akan memverifikasi identitas yang akan ditanyakan kepada terdakwa.
pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain, apakah benar nama terdakwa adalah A. Selain itu,
pekerjaan, pendidikan, agama, tempat tanggal lahir, dan lainnya. Apabila ternyata identitas sudah
benar, terdakwa akan ditanyakan
“apakah sudah menerima salinan surat dakwaan atau belum”.

Di samping itu, Majelis Hakim akan menanyakan terkait dengan kondisi kesehatan terdakwa.
apabila ternyata terdakwa dalam keadaan sehat, maka sidang dilanjutkan.

Selain pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut dengan identitas dan kondisi kesehatan,


terdakwa juga akan ditanyakan, “apakah akan didampingi Penasihat Hukum atau tidak”.

Pertanyaan oleh Majelis Hakim tersebut dilakukan karena terkait dengan hak-hak terdakwa.
salah satu hak terdakwa adalah didampingi Advokat atau Penasihat Hukum di depan
persidangan. Hal ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 56 ayat (1) KUHAP—dalam hal terdakwa
diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih.

Apabila ternyata terdakwa tidak menggunakan Penasihat Hukum, maka pengadilan melalui
Majelis Hakim menawarkan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) yang sudah bekerja sama dengan
pengadilan dalam hal pendampingan.
Posbakum di Pengadilan dapat memberikan Bantuan Hukum Gratis berupa pendampingan di
depan persidangan.

Pembacaan Surat Dakwaan


Ketika hal-hal di atas telah selesai, maka tahapan persidangan pidana selanjutnya adalah
pembacaan Surat Dakwaan oleh Penuntut Umum.

dakwaan merupakan sebuah pernyataan resmi dari seorang otoritas penuntut bahwa seseorang
telah dituduh melakukan suatu pidana.

Nota Keberatan (Eksepsi)


Setelah JPU membacakan dakwaannya, proses persidangan selanjutnya, Majelis Hakim akan
menanyakan kepada terdakwa atau melalui Penasihat Hukum, “apakah mengajukan eksepsi atau
tidak.” Apabila terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan eksepsi, maka Hakim akan
memberikan kesempatan terhadapnya.

eksepsi adalah suatu pembelaan yang tidak secara langsung menyinggung isi surat tuduhan atau
gugatan tetapi hanya bertujuan agar Pengadilan tidak menerima perkara yang diajukan pihak
lawan.

Adapun materi eksepsi sebenarnya menyangkut syarat formil. Misalnya eksepsi terkait dengan
kompetensi absolut dan kompetensi relatif pengadilan.

Tanggapan JPU terhadap Eksepsi


Apabila terdakwa atau Penasihat Hukumnya mengajukan eksepsi terhadap surat dakwaan, maka
Hakim memberikan kesempatan kepada JPU untuk menanggapinya. Tanggapan ini biasa disebut
replik.

Putusan Sela
Karena terdapat nota keberatan dan tanggapan JPU, maka Majelis Hakim akan menentukan sikap
melalui putusan sela. Putusan sela ini berisi apakah Majelis Hakim menerima atau menolak
eksepsi yang diajukan terdakwa atau Penasihat Hukum.

Apabila ditolak, maka akan dilanjutkan dengan pembuktian atau memeriksa pokok perkara.

Pembuktian
Dalam hukum acara pidana, sistem pembuktian yang dianut adalah keterangan saksi, keterangan
ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.

Pembuktian adalah perbuatan membuktikan. Membuktikan berarti memberikan atau


memperlihatkan bukti, melakukan sesuatu kebenaran, melaksanakan, menandakan menyaksikan
dan meyakinkan;

Untuk itu, Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Dengan demikian, JPU dituntut untuk meyakinkan hakim setidak-tidaknya mengajukan dua alat
bukti yang sah.

Biasanya, Penuntut Umum mengajukan bukti surat sekaligus dengan saksi atau ahli. Apabila
tindak pidana yang dilakukan terdakwa terdapat korban, biasanya yang diperiksa terlebih dahulu
adalah saksi korban. Kemudian dilanjutkan dengan saksi-saksi lainnya atau bahkan ahli.

Sebelum diambil keterangannya, saksi atau ahli terlebih dahulu disumpah menurut agama dan
kepercayannya masing-masing.

Setelah Penuntut Umum selesai mengajukan bukti, biasanya terdakwa atau Penasihat Hukum
ditanyakan, “apakah mengajukan saksi meringankan atau tidak”. Apabila ada, maka
diperintahkan untuk hadir di persidangan. Apabila tidak ada, dilanjutkan dengan pemeriksaan
terdakwa.

Pemeriksaan Terdakwa
Untuk mempercepat agenda persidangan pidana, biasanya setelah selesai pemeriksaan bukti
berupa saksi di atas, dilanjutkan dengan pemeriksaan terdakwa.

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa salah satu alat bukti dalam perkara pidana adalah
keterangan terdakwa. untuk itulah, terdakwa harus diperiksa di depan persidangan.

Mengenai keterangan terdakwa ini, telah diatur dalam ketentuan pasal 189 KUHAP, yaitu:

Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.
Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat digunakan untuk membantu
menemukan bukti di sidang, asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang sah
sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri.
Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan
perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti yang lain.

Surat Tuntutan (requisitoir)


Setelah pemeriksaan terdakwa selesai, maka Majelis Hakim akan memberikan kesempatan
kepada Penuntut Umum untuk melakukan penuntutan (requisitoir).

Apa itu Penuntutan? Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan.

Salinan Surat tuntutan ini kemudian diberikan kepada Majelis Hakim dan kepada terdakwa atau
Kuasa Hukumnya untuk kepentingan pembelaan.
Nota Pembelaan (Pleidooi)
Salah satu hak Terdakwa dalam tahapan persidangan pidana adalah melakukan pembelaan. Nota
pembelaan atau pleidooi ini diajukan oleh terdakwa atau Penasihat Hukumnya setelah JPU
melakukan penuntutan.

Sama seperti surat tuntutan, nota pembelaan juga diserahkan kepada Majelis Hakim dan kepada
JPU.

Replik
Dalam perkara pidana, replik merupakan hak dari Penuntut Umum. Hak ini dapat digunakan atau
tidak oleh yang bersangkutan. Apabila JPU menggunakan hak tersebut secara tertulis, maka
Majelis Hakim akan kembali menunda persidangan guna memberikan kesempatan kepada JPU
membuat dan mengajukan replik.

Duplik
Tahapan persidangan pidana selanjutnya adalah Duplik—apabila JPU mengajukan Replik secara
tertulis. Replik dalam perkara pidana adalah hak Terdakwa.

Putusan Akhir
Tahapan persidangan pidana pada pengadilan tingkat pertama adalah putusan akhir Majelis
Hakim. Setelah proses persidangan dianggap selesai, maka selanjutnya Majelis Hakim akan
bermusyawarah di ruangan tertutup dan bersifat rahasia.

Hasil musyawarah tersebut kemudian dituangkan dalam putusan akhir. Hingga akhirnya, Majelis
Hakim akan membacakan putusan akhir tersebut di dalam sidang yang terbuka untuk umum.

Dalam putusannya, Majelis Hakim harus mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan
memberatkan bagi terdakwa.

Penutup
Setidaknya terdapat 14 tahapan persidangan pidana. Tahapan tersebut mau tidak mau harus
dilalui terdakwa.

Adapun tahapan persidangan dimaksud antara lain: pertama, pembacaan dakwaan. Kedua,
mengajukan nota keberatan apabila ada. Ketiga, tanggapan JPU terhadap nota keberatan.
Keempat, Putusan Sela.

Kelima, Pemeriksaan bukti. Keenam, Pemeriksaan terdakwa. Ketujuh, JPU mengajukan surat
tuntutan. Kedelapan, terdakwa atau Penasihat Hukum mengajukan Nota Pembelaan. Kesembilan,
Replik apabila JPU mengajukannya. Kesepuluh, Duplik apabila JPU mengajukan Replik.
Kesebelas, Putusan Akhir.

Anda mungkin juga menyukai