Laporan Kasus Acute Scrotal Swelling Nazla Fakhirah 712019102
Laporan Kasus Acute Scrotal Swelling Nazla Fakhirah 712019102
Oleh:
Nazla Fakhirah, S. Ked
NIM: 71 2019 102
Pembimbing:
dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.
A. Identifikasi
Nama : An. Ridwan Farid bin Ahmad Farid
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 10 Januari 2018
Alamat : Jl. Banten 6 RT 4 RW 12 No. 87
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
MRS : 09 Maret 2021
No. RM : 67.86.90
Pembiayaan : BPJS
Orang tua:
Ibu:
Nama : Ny. Ningsih binti Abdul Dzikir
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 10 Januari 1990
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Banten 6 RT 4 RW 12 No. 87
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Menikah
Ayah:
Nama : Tn. Ahmad Farid bin Naufal Farid
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 10 Januari 1988
Pekerjaan : PNS
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Alamat : Jl. Banten 6 RT 4 RW 12 No. 87
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Status : Menikah
B. Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada hari Rabu, 17 Maret 2021 (pukul
10.00 wib).
Keluhan Utama
Bengkak pada daerah buah zakar kanan
Secondary survey
Kepala:
a. Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera kuning (-/-), refleks cahaya
(+/+), pupil isokor kanan kiri, oedem palpebral (-/-),
eksoftalmus (-/-)
Paru – Paru
Pemeriksaan ANTERIOR POSTER OR
Perkusi Kiri Sonor pada seluruh lapang Sonor pada seluruh lapang
paru paru
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus kordis tidak teraba, trill (-)
Perkusi
Batas kanan : ICS IV, linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V, midklavikularis sinistra
Batas atas : ICS II, línea parasternalis sinistra
Auskultasi
Genitalia Eksterna :
• Inspeksi :
Pada regio skrotalis dextra skrotum terlihat oedem(+) pada sebelah kanan, hiperemis(-),
perdarahan (-), scar (-), ulkus (-), hiperpigmentasi (-),warna kedua skrotum sama dengan
kulit, dorsal Chordee (-), penis terlihat lurus, meatus externus tampak di ujung penis (+).
Transiluminasi testis dextra (+)
• Palpasi: Nyeri tekan gland penis dan corpus penis (-), nyeri tekan testis (-/-), pembesaran
KGB inguinal -/-, testis teraba (+/+), testis kanan teraba bengkak dengan ukuran 5x4 cm,
konsistensi lunak, mobile, licin (-), pulsasi (+), testis kanan kiri teraba sama tinggi,
Phren test (-), refleks M. Cremaster (+).
Ekstremitas :
Eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke segala arah, atrofi (-), edema pada kedua
lengan dan tangan (-), hiperpigmentasi (-), pitting edema pretibia (-).
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 14.0 g/dL 12.0-14.0
Leukosit 7.8 /mm3 5.000 – 10.000
Eritrosit 5.2 juta/uL 3.6-5.8
Trombosit 300 ribu/mm3 150-450
Hematokrit 25 % 35-47
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0.1-1
Eosinofil 1 % 1-6
Batang 0 % 3-5
Segmen 63 % 40-70
Limfosit 35 % 30-45
Monosit 5 % 2-10
E. Diagnosis Banding
1. Acute scrotal swelling ec Hidrokel
2. Acute scrotal swelling ec Torsio testis
3. Acute scrotal swelling ec Hernia skrotalis
4. Acute scrotal swelling ec tumor testis
F. Diagnosis Kerja
Acute scrotal swelling ec Hidrokel
G. Penatalaksanaan
A. Non Farmakologi
- Informed consent untuk dilakukannya rencana tindakan
- Edukasi kepada pasien tentang penyebab munculnya penyakit
- Edukasi tentang penatalaksanaan definitif yang perlu dilakukan
C. Operatif
Rujuk ke bagian dokter spesialis bedah umum untuk dilakukannya tindakan operasi.
H. Komplikasi
- Infertilitas
- Atrofi testis
- Infeksi Sekunder
I. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang
dewasa adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid. Kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea
terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos.
Otot kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan mendekati
rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus
terdiri atas tubuli seminiferi. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia
dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel
spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli
berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel
interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa
yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau
maturasi di epididimis, setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan
getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu
setelah dicampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta
cairan prostat menbentuk cairan semen atau mani.
Vaskularisasi
Gambar 2: hidrokel
2.3. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke
prosesus vaginalis
atau belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi
cairan hidrokel. Pada bayi laki-laki hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia
kehamilan 28 minggu ,testis turun dari rongga perut bayi ke dalam skrotum, dimana setiap
testis ada kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis
tersebut.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis atau
epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh
testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus.
2.6. Diagnosa
1. Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya benjolan di kantong
skortum yang tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh benjolan yang berat dan
besar di daerah skortum. Benjolan atau massa kistik yang lunak dan kecil pada
pagi hari dan membesar serta tegang pada malam hari. Tergantung pada jenis
dari hidrokel biasanya benjolan tersebut berubah ukuran atau volume sesuai
waktu tertentu.
Pada hidrokel testis dan hidrokel funikulus besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis.
Pada riwayat penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh penyakit
seperti infeksi atau riwayat trauma pada testis.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi Skrotum akan tampak lebih besar dari yang lain. Palpasi
pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan relatif kenyal atau lunak
tergantung pada tegangan di dalam hidrokel, permukaan biasanya halus. Palpasi
hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan minimum, testis relatif
mudah diraba. Sedangkan bila cairan minimum, testis relatif mudah diraba. Juga
penting dilakukan palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis.
Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel serta padat karena tumor.
Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang membedakannya
dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang transiluminasinya juga positif. Pada
Auskultasi dilakukan untuk mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan
adanya hernia.
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi massa
hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Sumber cahaya diletakkan pada
sisi pembesaran skrotum.Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia, penebalan
tunika vaginalis dan testis normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya
sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa,
seperti hidrokel. Hidrokel berisi cairan jernih, straw-colored dan
mentransiluminasi (meneruskan) berkas cahaya.
2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa dilakukan
anestesi umum ataupun regional (spinal).
Hidrokelektomi
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukanherniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan
melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi
kantonghidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel
secara in toto. Pada hidrokel tidak ada terapi khusus yang diperlukan karena cairan lambat
laun akan diserap, biasanya menghilang sebelum umur 1 tahun.
Teknik Operasi
e. Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demi lapis
sampai tampak tunika vaginalis.
f. Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya besar sekali
dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.
g. Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan: • Teknik
Jaboulay: tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila diperlukan diplikasi
dengan benang chromic cat gut.
• Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan
benang chromic cat gut.
• Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang chromic cat gut.
2.9 Komplikasi
1. Kompresi pada peredaran darah testis
2. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
3. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi.
4. Infeksi Sekunder
DAFTAR PUSTAKA
1. Blandy, John. Lecture Notes on Urology. Third edition. Oxford : Blackwell Scietific
Publication. 2009. 277.
2. Purnomo, Basuki P. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto. 2006. 8,145148.
3. Scott, Roy, Deane, R.Fletcher. Urology Ilustrated. London and New York : Churchill
Livingstone. 2010. 324-325.
4. Sjamsuhidajat R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2014.
5. Dorland, W.A.N. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Alih Bahasa: Huriawati
Hartanto. Jakarta: EGC. 2018 pp: 1159, 1288, 1786 .
6. Fauzi, Braunwald., Kasper., Hauser., Longo., Jameson., Loscalzo. Harrison's Edisi 17.
United States of America : McGraw’s Hill.
7. Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 29. Alih
Bahasa: Irawati setiawan et. al. Jakarta: EGC.
8. Mitchall P. Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II, Gajah Mada Press,
Yogyakarta. 2013.
9. Reynard.J : Torsion of the testis and testicular appendages. In: Reynard.J, Brewster.S,
Biers.S (eds), Oxford Handbook of Urology, Oxford University Press, New York 2016:
452.
10. Informasi Obat Dokter Indonesia. PB IDI. Jakarta, 2012.
11. Master Index Medical Specialities. UBM Medica, 2012.