Anda di halaman 1dari 8

Bentuk bentuk akhlak kepada al quran

Al Quran memiliki keutamaan, kemuliaan, kedudukan yang tinggi, serta posisinya yang
agung, dan berinteraksi dengan Al Quran merupakan kenikmatan, kemulian, dan keindahan
tersendiri. Akan tetapi keindahan bersama Al Quran tidak akan didapatkan melainkan dengan
adab terhadap Al Quran.

Adab artinya kesopanan, akhlak,1 dan sikap yang baik2 Adab terhadap Al Quran maksudnya
adalah akhlak dan sikap yang baik terhadap Al Quran. Adapun Adab terhadap Al Quran adalah
sebagai berikut :

1. Beriman kepada Al Quran.

Adab yang pertama kali dan paling mendasar adalah beriman terhadap Al Quran. Iman secara
bahasa adalah pembenaran/membenarkan atau percaya, akan tetapi hakekat makna iman bukan
hanya sekedar itu. Pembahasan iman bukan hanya sekedar percaya dan membenarkan suatu
perkara. Iman merupakan keyakinan yang kuat dalam mempercayai dan membenarkan suatu
perkara sehingga membuahkan sikap, perkataan, dan perbuatan.. Oleh karena itu iman terhadap
Al Quran bukan/tidak bisa hanya sekedar lahirnya saja, karena iman bertolak dari hati yang
paling dalam, dan dari sanalah terpancar sikap perilaku lahiriyah yang menunjukan keadaan
hatinya yang beriman.

Seorang mukmin beriman bahwa Al Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Rasulullah Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang dinukil riwayatnya secara
mutawatir, yang ditulis dimushhaf, dan mentilawahkannya merupakan ibadah, di awali dengan
surat Al Fatihah, dan diakhiri dengan surat An Naas. Semua yang ada didalam Al Quran adalah
kebenaran, dan memperdebatkannya adalah kekufuran. Allah berfirman :

“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil, tidak
ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimatNya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi
Maha mengetahui.”3
2. Membaca Al Quran.

Juga adab seorang muslim terhadap Al Quran adalah menjadikannya sebagai bacaan dan tilawah
pada setiap saat dan setiap harinya. Bersungguh-sungguh dan memberikan perhatian dalam
membaca Al Quran merupakan ciri khas seorang mukmin. Bahkan ia akan menghiasi serta
membasahi lidah dan ucapannya dengan kalamullah, mengimaninya, dan berusaha untuk
mengamalkannya. Allah berfirman :

“Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan
bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya, dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”4

Allah juga berfirman :

“……. dan bacalah Al Quran itu dengan tartil.”5

Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya :

ٌ‫ َح ْرفٌ َولَ ِكنْ َألِفٌ َح ْرفٌ َوالَ ٌم َح ْرفٌ َو ِمي ٌم َح ْرف‬  ۤ‫ ۤألـم‬ ‫ش ِر َأ ْمثَالِ َها الَ َأقُو ُل‬
ْ ‫سنَةُ بِ َع‬
َ ‫سنَةٌ َوا ْل َح‬ ِ ‫ َمنْ قَ َرَأ َح ْرفًا ِمنْ ِكتَا‬.
َ ‫ب هَّللا ِ فَلَهُ بِ ِه َح‬

“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan tersebut (ditambah) sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu
huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.6

3. Mempelajari dan mentadaburi Al Quran.

Mengingat-ingat Al-Qur`an maksudnya adalah dengan membiasakan diri membaca Al-


Qur`an dan selalu berupaya mengingatnya. Adapun memperbaruinya adalah dengan
memperbaharui untuk konsisten mempelajarinya dan membacanya7.

Seseorang yang telah memfokuskan dirinya ntuk menghafal Kitab Allah, dan yang telah
menghafalkannya, apabila dia tidak menjaganya dengan mempelajari dan mengingat-ingatnya
kembali, maka hafalannya dia akan mudah terlupakan. Al-Qur`an sangatlah mudah lepas dari
dalam dada, oleh karena itu mesti memperbanyak perhatian dan lebih sering mempelajarinya dan
membacanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan sebuah pemisalan bagi
kita akan hal seorang penyandang Al-Qur`an yang memperhatikan Al-Qur`an dan seseorang
yang melalaikannya. Ibnu Umar – radhiallahu ‘anhuma telah meriwayatkan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Sesungguhnya pemisalan seorang penyandang Al-
Qur`an bagaikan pemilik onta yang lagi terikat. Apabila dia memperhatikannya baik-abik tentu
dia akan memegangnya dengan erat namun apabila dia melepaskannya maka onta tersebut akan
lari darinya “Dan dari hadits Abu Musa –radhiallahu ‘anhu, beliau berkata : Bahwa Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “ Jagalah Al-Qur`an, Demi Dzat yang mana jiwaku
berada didalam genggaman-Nya, sesungguhnya AlQur`an sangat mudah lepas daripada seekor
onta yang ebrada dalam ikatannya “8

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan – dalam menerangkan perumpamaan yang disampaikan


oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam - : “ Beliau menyerupakan sirnanya Al-Qur`an dengan
berangsur-angsur dan kontinyuitas dalam membaca Al-Qur`an seumpama ikatan pada seekor
unta yangdikhawatirkan lepas pergi. Kapan penjagaan Al-Qur`an ini ada, maka hafalan Al-
Qur`an pun jug tetap ada, sebagaimana halnya seekor unta, kapan unta tersebut diikat erat
dengan tali maka unta tersebut akan tetap terjaga. Dan pengkhususan penyebutan unta pada
hadits diatas, dikarenakan unta adalah hewan peliharaan manusia yang paling mudah lepas, dan
sangatlah sulit untuk menemukan hewan tersebut apabila hewan ini telah lepas9

4. Mengamalkan kandungan Al-Qur`an

Yaitu dengan menghalalkan yang halalnya, mengharamkan yang haramnya, berhenti


pada larangannya, menjalankan perintahnya, mengamalkan yang muhkamnya, mengimani yang
mutasyabihnya serta menegakkan batasanbatasan dan membaca huruf-hurufnya dengan tepat.

Terdapat larangan yang keras dan ancaman yang tegas terhadap orang yang dikarunia
oleh Allah (kemampuan menghafal) al-Qur‟an namun tidak mengamalkannya. Dalam hadits
Samurah bin Jundub radhiyallahu „anhu tentang mimpi Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam yang
panjang: “…Kedua (malaikat) berkata: „Berjalanlah!‟ Maka kami pun berjalan hingga kami
mendatangi seorang pria yang berbaring di atas punggungnya, sementara seorang pria berdiri di
dekat kepalanya dengan mengangkat sebuah batu, lalu dihantamkan pada kepalanya. Dan jika ia
menghantamnya, batu itupun bergulir. Kemudian pria itu berjalan untuk mengambilnya, dan
belum sempat ia kembali kepada pria (yang dihantam) itu hingga kepalanya kembali menyatu,
dan kepalanya kembali utuh. Maka ia kembali menghantamnya. Aku pun bertanya: „Siapakah
orang ini?‟. Lalu (kedua malaikat) itu pun berkata: „Berjalanlah!‟…” Kemudian Nabi
Shallallahu „Alaihi wa Sallam menjelaskan: “…dan orang yang dihancurkan kepadalnya itu
adalah orang yang oleh Allah diajari al-Qur‟an, namun ia tidur darinya di waktu malam dan
tidak mengamalkannya di waktu malam. Dan (siksa) itu dilakukan padanya hingga hari
kiamat…”10

5. Wajib menghayati kandungan

Al-Qur`an Sekian banyak nash-nash syara’ yang mengharuskan penghayatan kandungan


ayat-ayat Al-Qur`an Al-‘Aziz. Beberapa diantaranya telah dikemukakan sebelumnya. Dan juga
pada firman Allah ta’ala : “ Apakah mereka tidak memikirkan Al-Qur`an. Sekiranya Al-Qur`an
datangnya dari selainAllah, niscaya mereka akanmendapatkan perselisihan yang sangat banyak “
(An-Nisaa` : 82 ) Ibnu Sa’diy mengatakan : “ Allah ta’ala memerintahkan untuk menghayati
Kitab-Nya yaitu dengan menelaah makna-makna yang terkandung didalamnya, memikirkannya
lebih mendalam, tentang hal-hal yang prinsipil serta perkara-perkara yang mengikutinya dan hal-
hal yang berkaitan erat dengan hal itu.

Dikarenakan penghayatan akan Kitabullah merupakan kunci pembuka bagi setiap ilmu dan
pengetahuan, dan akan menghasilkan setiap kebaikan dan setiap ilmu akan dapat disadur dari
KitabNya. Dan dengan penghayatan ini akan menambah keamanan didalam hati, dan akan
mengokohkan pohon keamanan tersebut. Dan dengan itu, akan diketahui Siapakah Ar-Rabb Al-
Ma’buud – yang disembah dengan haq - , beserta sifat-sifat-Nya yang sempurna dan sifat-sifat
yang kurang mesti dijauhkan dari-Nya. Dan dengan itu juga, akan dikenali jalan yang akan
mengantarkan kepada-Nya, sifat kaum yang meniti jalan tersebut, dan balasan pahala bagi
mereka setelah tiba dihadapan-Nya. Dan juga akan dikenali musuh Al-Qur`an, musuh Al-Qur`an
yang sebenarnya, dan jalan yang akan mengantarkan kepada siksa, dan sifat kaum yang berada
diatas jalan tersebut, serta apa saja yang ditimpakan bagi mereka disaat sebab-sebab datangnya
adzab ada pada mereka. Dan setiap kali seorang hamba semakin menelaah kandungan Al-
Qur`an, maka akan bertambah ilmu, amal dan keyakinannya.

Oleh karena itulah Allah ta’ala memeritahkan hal itu, menganjurkanya dan Allah ta’ala telah
mengabarkan, bahwa inilah maksud dengan diturunkannya Al-Qur`an, sebagaimana firman
Allah ta’ala : “ Inilah Kitab yang Kami telah turunkan kepada engkau , kitab yang penuh berkah,
agar suapay mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan agar supaya orang-orang yang berpikir
merenunginya “11 ( Shad : 29 )

6. Mengajarkan Al Quran.

Adab yang terakhir adalah mengajarkan dan mendakwahkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an.
Inilah tugas utama setiap Muslim untuk mendakwahkan syariat Islam. Mengajarkan Al-Qur’anul
Karim serta menjelaskan (maknanya) kepada manusia adalah termasuk di antara amalan-amalan
yang paling utama. Al-Qur’an Adab yang terakhir adalah mengajarkan dan mendakwahkan apa
yang ada di dalam. Inilah tugas utama setiap Muslim untuk mendakwahkan syariat Islam.
Mengajarkan Al-Qur’anul Karim serta menjelaskan (maknanya) kepada manusia adalah
termasuk di antara amalan-amalan yang paling utama. Juga, sebaik-baik cara untuk mendekatkan
diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang mana, orang yang mengajarkan dan
mempelajarinya akan mendapatkan kebaikan Dunia dan Akhirat.

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyAllahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda:

.”‫خيركم من تعلم القرآن وعلمه” رواه البخاري‬

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. al-
Bukhari)
Dan pengajaran (mengajarkan) Al-Qur’an adalah salah satu pintu yang agung di antara pintu-
pintu dan bidang-bidang dakwah ke jalan Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

َ‫صالِحًا َوقَا َل ِإنَّنِي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬


َ ‫َو َم ْن َأحْ َسنُ قَوْ اًل ِم َّم ْن َدعَا ِإلَى هَّللا ِ َو َع ِم َل‬

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata:”Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri.” (QS. Fushshilat: 33)

Membangun generasi yang shaleh soleha adalah sebuah cita-cita yang tinggi dalam sebuah
keluarga, salah satu usaha yang dilakukan orang tua atau guru ialah mengajari anak-anaknya
membaca Al-Qur’an sejak usia dini. orang tua harus mengajari anaknya mengenal Al-Qur’an,
mempelajarinya dan membacanya sejak usia dini sehingga kelak dewasa mereka mampu
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadi anak yang soleh sholeha
berakhlakul karimah.

Menurut Salsa Az-Zahra penulis buku yang berjudul 101 Tips dan Ide Membimbing
Spiritualitas Anak, bahwa : membaca kitab suci adalah syarat mutlak untuk menjadi pribadi yang
bertaqwa. Dengan mengkaji kandungan kitab suci, seorang hamba akan mendapatkan petunjuk
jalan yang lurus. Untuk mendapatkan generasi yang berkualitas, maka sangat diperlukan latihan
dan kebiasaan membaca kitab sejak dini. Setiap agama mempunyai kitab suci yang berbeda-
beda. Kitab suci Injil untuk umat kristiani, Al-Quran untuk umat Islam, dan lain-lain. ajarilah
anak anda membaca kitab suci. Jika perlu, jadwalkan waktu, kapan harus belajar dan kapan harus
membaca kitab. Semakin sering membaca, maka semakin fasih (lancar) dan semakin mendalami.
Sebab, pada usia tersebut anak biasanya sangat mudah mengingat dan merekam ilmu yang
diterimanya. Gunakan metode yang mudah dan menyenangkan.12

Dengan demikian, dapat dipahami bahwa, orang tua dalam mengajari anaknya membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan metode yang menyenangkan dan tidak membuat anak cepat bosan,
sebab pada usia dini anak lebih mudah dalam menangkap dan merekam ilmu yang didapatnya.
Zakiah Daradjat, penulis buku yang berjudul Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
mengklasifikasi isi pengajaran Al Qur’an itu meliputi :

a. Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif sampai dengan Ya (alifbata)

b. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf itu; ini dibicarakan
dalam ilmu makhraj.

c. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang (mad), tanwin, dan
sebagainya.

d. Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (wakaf), seperti wakaf mutlak, wakaf jawaz dan
sebagainya. e. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam irama dan bermacam-
macam qiraat yang dimuat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nagham.

f. Adabut tilawah, yang berisi tata cara dan etika membaca Al Qur’an sesuai dengan fungsi
bacaan itu sebagai ibadah.13

[1] KBBI

[2] Al Qomus Al Muhith – Muhammad bin Ya’qub Fairuzabadiy.

[3] QS. Al An’am : 115.

[4] QS. Al Baqarah : 121.

[5] QS. Al Muzammil : 4.

[6] HR. At Tirmidzi dalam Al Jami’ Ash Shahih dan Al Baihaqiy dalam Syu’abul Iman. 

7 Lihat didalam Fathul Baari ( 8 / 697 – 699 ) , cet. Daar Ar-Rayyan lit-Turats

8 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari ( 5033 )

9 Fathul Baari 8 / 697, 698 )


10 HR. al-Bukhari (1/411), no. 1386.

11 Taisir Al-Karim Ar-Rahman fii Tafsir Kalam Al-Mannan ( 2 / 112 ) cet. Ar-Riasah
Al-‘Ammah li-Idaraat AlBuhuts Al-‘Ilmiyah wa Al-Ifta’.

12Salsa Az-Zahra, 101 Tips dan Ide Membimbing Spiritualitas Anak, (Yogyakarta: Darul
Hikmah, 2009), hlm. 25.

13 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011),
hlm. 91.

Anda mungkin juga menyukai