Oleh :
Hikia Hanifam Muslima (201111016)
1A-KGE
Puji dan syukur kehadirat Illahi Robbi karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Sikap dan Kontribusi Abdurrahman
Wahid Untuk Indonesia dan Korelasinya dengan Nilai Pancasila” tepat pada waktunya.
Makalah ini disususun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini.
Harapan Penulis, semoga makalah ini memenuhi kriteria yang telah ditentukan
dan dapat kami pertanggungjawabkan dan berharap makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang telah membacanya.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
Abdurrahman Wahid atau yang lebih kita kenal dengan sebutan “Gus Dur”
merupakan sosok pribadi yang fenomenal dalam dunia politik masyarakat Indonesia.
Dalam masa pemerintahannya, Gus dur membawa suasana yang cukup dinamis dan
segar. Gagasan dan pemikirannya yang kontroversi selalu mengundang para kritisi
untuk menyangkal dan terkadang gagasan tersebut sulit untuk diikuti dan dipahami.
Sehingga tidak mengherankan jika Gus Dur seringkali diburu wartawan untuk diminta
pendapat dan komentarnya.1
Perjuangan Gus Dur sebagai aktivis, cendekiawan dan ketua organisasi Islam
(Nadhatul Ulama), hingga menjadi seorang Presiden Republik Indonesia telah
memberikan kontribusi yang berharga, baik pemikiran ataupun kebijakan yang
dilakukannya untuk kebaikan bangsa Indonesia. Gus Dur selalu menjunjung tinggi hak
asasi manusia setiap warga Negara Indonesia tanpa memandang perbedaan yang ada.
Kebebasan dan kepercayaan menjadi hak asasi yang harus dilindungi.
Beliau telah banyak menyumbangkan ide-ide cemerlangnya dalam konteks
kehidupan keberagamaan dan kebangsaan. Meskipun Ia telah wafat pada 30 Desember
2009, namun pemikiran dan gagasannya masih hidup sampai sekarang, tidak sedikit
orang-orang yang mengkaji dan mengamati pemikiran Gus Dur yang dinilai menarik
tetapi menyulitkan.
Oleh karenanya, alasan yang mendasari penulis untuk memilih tokoh Gus Dur
sebagai bahan kajian dalam makalah ini berdasarkan beberapa hal; pertama, Gus Dur
merupakan tokoh nasional yang selalu kontroversial dengan gagasan dan kebijakan
yang dilakukannya; kedua, gagasan dan kebijakannya memberikan pengaruh yang
cukup besar bagi bangsa Indonesia hingga saat ini; ketiga, gagasan dan kontribusi Gus
Dur menarik untuk dikaji dan penulis menilai bahwa gagasan dan kontribusi tersebut
memiliki korelasi yang cukup besar dengan nilai yang ada pada Pancasila baik nilai
instrumental maupun nilai praksisnya.
1
Al-Zastrow Ng, Gus Dur Siapa sih Sampeyan?; Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan Gus Dur,
Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999, Hal 1
1
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik mengangkat tema tersebut
kedalam karya ilmiah dalam bentuk makalah dengan judul “Analisis Sikap dan
Kontribusi K.H Abdurrahman Wahid Untuk Indonesia dan Korelasinya dengan Nilai
Pancasila”.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kajian tentang
nilai yang ada pada sikap dan kontribusi Abdurrahman Wahid untuk bangsa Indonesia
yang berkorelasi dengan nilai Pancasila. Adapun tujuan yang hendak dicapai dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pribadi dan kontribusi K.H Abdurrahman Wahid
2. Memahami nilai yang ada pada K.H Abdurrahman Wahid dan korelasinya dengan
Pancasila
3. Meneladani sikap K.H Abdurrahman Wahid dalam kehidupan
4. Mengetahui upaya untuk melestarikan nilai sikap K.H Abdurrahman Wahid
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Barton, Greg, Biografi Gus Dur; The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: LKiS,
cet.VII, 2008. Hal 25
3
pendidikannya di Jombang, yakni Pesantren Tambak Beras dibawah asuhan Kiai
Wahab Habullah, dan disini pula Gus Dur mendapat dorongan untuk mengajar bahkan
pernah menjabat menjadi kepala madrasah modern.
Pada tahun 1963, tepatnya di usia 23 tahun, Gus Dur menerima beasiswa dari
Kementrian Agama untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar di
Kairo, Mesir. Namun, di lembaga pendidikan tersebut membuat Gus Dur merasa
kecewa karena teknik pembelajaran di Al-Azhar yang masih bertumpu pada kekuatan
menghafal dan dirasa telah memadamkan potensi pribadinya. Untuk meredam
kekecewaan dan kekesalan beliau menghabiskan waktu di perpustakaan yang lengkap
di Kairo dan Gus Dur bergabung dengan kelompok-kelompok diskusi untuk bisa
bertukar pikiran. Salah satu organisasi yang ia ikuti adalah Persatuan Pelajar Indonesia
dimana ia menjabat sebagai Sekretaris Umum masa bakti 1964-1970.3
Selanjutnya Gus Dur pindah ke Baghdad. Di kota ini, Gus Dur merasa lebih
senang karena teori di Universitas Baghdad lebih berorientasi ke Barat dibandingkan
Universitas di Al-Azhar, ia pun merasa cocok karena selain mempelajari sastra Arab,
filsafat, dan teori-teori sosial Barat, Gus Dur juga dapat memenuhi hobinya untuk
menonton film-film klasik. Di masa pendidikan tersebut, Gus Dur sempat menjabat
menjadi Ketua Ikatan Mahasiswa di Timur Tengah dari tahun 1967-1970. Setelah
selesai menempuh pendidikannya, Gus Dur berencana untuk melanjutkan pendidikan
doktornya di Eropa. Akan tetapi, ia tidak bisa melanjutkan karena ada bebepa kendala
termasuk kualisifikasi mahasiswa dari Timur Tengah yang tidak diakui di Univeristas
di Eropa. Pada akhirnya Gus Dur memutuskan untuk kembali ke Indonesia.
3
Rifai, Muhammad, Gus Dur K.H. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009, Yogyakarta: Cet. IV,
Garasi House of Book, 2013. Hal 30-34
4
Ali, Maachrus, Kontribusi Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia,
2018. Hal 65
4
Pada tahun 1974 Gus Dur mendapat pekerjaan tambahan yaitu menjadi guru di
Pesantren Tambakberas. Pada tahun yang sama, Gus Dur mulai menjadi penulis dan
kolumnis. Dari hasil tulisannya menjadikan gagasan dan pemikirannya mulai mendapat
perhatian. Dengan popularitas tersebut, Gus Dur mendapatkan banyak undangan untuk
memberikan kuliah maupun materi seminar, hal ini menyebabkan Gus Dur harus pulang
pergi antara Jakarta dan Jombang. Tiga tahun kemudian, Gus Dur dipercaya untuk
bergabung ke Universitas Hasyim Asyari sebagai Dekan Fakultas Praktik dan
Kepercayaan Islam. Pada tahun 1974 hingga 1980 Gus Dur juga diberikan amanat oleh
pamannya yaitu K.H Yusuf Hasyim untuk menjadi sekretaris umum di Pesantren Tebu
Ireng, Jombang.
Pada tahun 1978 Gus Dur mengalami kecelakaan yang membuat matanya harus
dioperasi dan harus secara teratur memeriksanya ke Jakarta. Oleh karena itu, Gus Dur
kembali berfikir jika lebih baik ia pindah ke Ibu Kota Jakarta.
Ditahun 1979 Gus Dur mulai melibatkan diri untuk aktif dalam kepungurusan
Nadhatul Ulama dengan menjabat sebagai Katib Awal Syuriah Pengurus Besar
Nadhatul Ulama. Pada awalnya Gus Dur selalu menolak ajakan Kiai Bisri Syansuri
dengan alasan belum siap untuk memikul tanggung jawab tersebut. Namun, ia pun
menyadari bahwa dirinya tidak bisa terus bertahan pada kehendaknya ia diharapkan
dapat memainkan peran formal di Nadhatul Ulama. Disini pula, sang Ibu Gus Dur
menasehatinya.
“Kakek telah memintamu dua kali. Dia bukanlah yang biasanya mau
5
Barton, Greg, Biografi Gus Dur; The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, Yogyakarta: LKiS,
cet.VII, 2008. Hal 121
5
sebagai asas tunggal sebuah organiasi. Pada masa ini pula, Gus Dur banyak mengkritisi
pemerintah Orde Baru pimpinan Soeharto mengenai permasalahan nasional dan politik
yang terjadi. Salah satu permasalahan yang dikritisi Gus Dur adalah adanya kasus-kasus
diskriminasi terhadap Etnis China dan umat Kristiani. Dari tindakan dan pergerakan
yang dilakukannya membuat Soeharto merasa gusar.
Ketika proses reformasi berjalan yaitu saat Soeharto lengser dan digantikan oleh
B.J Habibie, sekat-sekat politik dibuka untuk membentuk partai politik. Dalam
menyikapi kebijakan tersebut, sekitar di bulan Juli Gus Dur merasa prihatin dan
khawatir jika nantinya jika ada partai politik NU maka akan mengaitkan agama dan
politik. Namun, pada akhirnya ia setuju dengan pembentukan partai NU dengan tujuan
untuk memberikan kontribusi yang serius pada negeri ini. Lalu pada tanggal 23 Juli
1998 terbentuklah Partai Kebangkitan Bangsa yang pada akhirnya dapat mengantar Gus
Dur menduduki jabatan sebagai Presiden ke-4 di Indonesia.
1. Nilai Ketuhanan
Dalam menyikapi persoalan agama, Gus Dur mengganggap bahwa setiap umat
beragama memiliki kebebasan untuk bereksistensi dan berekspresi sesuai
keyakinannya. Sebagai seorang cendekiawan muslim dan aktivis, Gus Dur memiliki
cita-cita yang ingin dicapai selama hidupnya, yakni sebagaimana yang ditulis oleh
Djohan Effendi,
umat beragama meyakini kebenaran agama yang mereka anut, sebab hanya
6
Tania, Putri, Perspektif Abdurrahman Wahid Terhadap Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia, 2019. Hal 70
6
dalam keyakinan yang tulus terletak makna keberagamaan yang hakiki, tetapi
pada saat yang sama mereka juga seyogiyanya menghormati orang lain untuk
meyakini keberadaan agama yang merekan anut dan melaksanakan secara bebas.
Dari pernyataan tersebut, dapat kita pahami bahwa Gus Dur sangat
mementingkan toleransi, terutama toleransi antar umat beragama, ia selalu
mementingkan kepentingan golongan minoritas yang tertindas, hal itu dilakukan Gus
Dur untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam semua aspek
perjuangannya pula, Gus Dur menjadikan nilai ketuhanan sebagai pedoman, seperti
beberapa kontribusi yang ia lakukan selama masa hidupnya yang berkaitan dengan nilai
ketuhanan yaitu sebagai berikut :
universitas Islam
Gus Dur pertama kali mengajar di Pesantren Tambak Beras dan selanjutnyaa
menjabat menjadi kepala Madrasah modern, lalu pada tahun 1974 hingga 1980 Gus Dur
menjabat sebagai Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng. Gus Dur juga pernah
menjabat menjadi dosen sekaligus Dekan Fakultas Praktik dan Kepercayaan Islam, dan
masih banyak lagi pesantren yang Gus Dur kelola.
Indonesia
7
2. Nilai Kemanusiaan
Semasa hidupnya, Gus Dur selalu menentang intoleransi. Meskipun sosoknya yang
selalu menimbulkan kontroversi, namun Gus Dur memiliki sikap rela korban yang
sangat besar untuk membela dan menegakkan kebenaran baik di kalangan umat
beragama, suku budaya dan lapisan masyarakat lainnya. Dalam perjuangan nilai
kemanusiaan atau nilai humanisme, Gus Dur tidak melihat dari kesamaan latar belakang
agama ataupun yang lainnya, tetapi ia selalu melihat pihak mana yang menjadi korban
dari sikap intoleran dan yang mendapatkan sikap atau tindakan yang salah, lalu ia
memposisikan kedudukan manusia itu memiliki hak yang sama untuk diperlakukan adil.
Gus Dur pernah berpesan singkat, namun memiliki makna yang sangat mendalam beliau
mengatakan tiga substasi soal hubungan antar-manusia,
Semua kontribusi dan perjuangan Gus Dur didasari karena nilai kemanusiaan
diantaranya sebagai berikut :
7
Ellyasa, K.H. Darwis, Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil, Yogyakarta: LKiS, 1994. Faqieh, Maman
Imanulhaq, Fatwa dan Canda Gus Dur, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, cet. 2, 2010.
8
2. Memperjuangan Keberadaan Jamaah Ahmadiyah dan Syiah
Ahmadiah dan syiah merupakan aliran agama yang dipandang oleh masyarakat
sebagai aliran agama Islam yang sesat. Beberapa perbedaan keyakinan dan ajaran pada
dua kelompok tersebut menimbulkan sebuah kontroversi karena dianggap menyimpang
dan menistakaan agama Islam sehingga warga penganut Ahmadiyah dan Syiah menjadi
dikucilkan dalam masyarakat bahkan beberapa diantaranya diusir dari tempat tinggal.
Namun, prilaku masyarakat yang mengucilkan dua golongan tersebut seakan bertolak
belakang dengan tindakan yang dilakukan Gus Dur terhadap jamah Syiah dan
Ahmadiyah.
Gus Dur tidak serta merta menyalahkan dan mengintimidasi golongan tersebut
dan beliau bahkan membela dan melindungi Jemaah Ahmadiah dan Syiah yang
dikucilkan oleh masyarakat. Di tahun 2008 Gus Dur menyatakan siap jika diperlukan
untuk menjadi saksi dalam pengadilan untuk mempertahankan keberadaan golongan
tersebut karena pada dasarnya Gus Dur merupakan seorang tokoh yang sangat
memeperhatikan kaum minoritas yang tertindas dan ia tidak menginginkan adanya
diskriminasi dengan alasan apapun. Gus Dur sadar bahwa tindakan yang dilakukannya
adalah bentuk pengejawantahan atau pengimlementasian nilai-nilai yang ada di dalam
Pancasila yang diantaranya menjamin kebebasan dalam berfikir termasuk keyakinan
dalam beragama.
3. Nilai Persatuan
Salah satu tujuan yang mendasari perjuangan Gus Dur adalah untuk menjaga
persatuan Indonesia. Gus Dur pernah mengungkapkan bahwa kemajukan harus bisa
diterima, tanpa ada perbedaan. Dengan adanya prinsip Bhineka Tunggal Ika seharusnya
bisa menjadi acuan bagi kita semua untuk bisa saling menjaga dengan menghargai dan
menghormati satu sama lain. Salah satu kontribusi Gus Dur saat menjabat sebagi
Presiden yaitu ketika ia berhasil mempertahakan Irian jaya atau Papua untuk tetap
menjadi bagian Indonesia dengan cara pendekatan humanis tanpa adanya pemaksaan.
Gus Dur membuka ruang dialog terbuka dengan tujuan menamkan rasa saling percaya
antara Papua dengan pemerintah Indonesia.
9
4. Nilai Demokrasi
Kunci terciptanya demokrasi bagi Gus Dur yaitu yang pertama, kebebasan
setiap orang untuk menyampaikan pendapat. Kedua, setiap orang harus diperlakukan
sama dan yang ketiga adalah hukum harus ditegakan dengan seadil-adilnya.8 Selama
masa hidupnya, Gus Dur selalu memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan HAM.
Salah satu bukti perjuangan Gus Dur untuk mencapai tujuan demokrasi di Indonesia
adalah dengan cara melibatkan diri dalam dunia politik.
Kontribusi pertama, Gus Dur dapat mendirikan sebuah Partai yang berasaskan
Islam namun tetap mementingkan sikap toleran dengan tujuan untuk mewujukan
kedaulatan rakyat Indonesia, ia selalu menggunakan pemikiran yang terbuka untuk
segala hal. Maka tak heran jika partai yang dibentuknya yaitu PKB juga sangat terbuka
dan mempunyai visi misi berdasar kepada Pancasila yaitu untuk mempertahanakan
NKRI dengan menjaga keberagamaan di Indonesia, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan secara universal dan menciptakan keadilan dan kesejahteraan Indonesia.
5. Nilai Keadilan
8
Rohimat, Rian. Hakim, Abdul, Teologi Pembebasan dan Demokrasi Menurut Gus Dur, Hal 132
10
bulan Gus Dur mampu membangun kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
sempat terpuruk karena peralihan kekuasaan. Gus Dur memiliki pendapat bahwa
esensi ekonomi bukan hanya soal hitung-menghitung, dan rasanya percuma jika
ekonomi disuatu negara itu baik tetapi tingkat kemiskinan rakyatnya pun masih tinggi.
Oleh karenanya, kebijakan yang dilakukan Gus Dur terlihat sangat memperhatikan
dan berpihak pada rakyat untuk mencapai kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia , diantaranya yaitu dengan menaikan gaji PNS sehinga daya beli
masyarakat meningkat, menghapus bunga kredit petani atau UMKM dan Gus Dur
berupaya untuk menaikan ekspor hingga dua kali lipat. Kebijakan tersebut dinilai
mampu memperbaiki ekonomi Indonesia yang semula krisis menjadi pulih kembali
bahkan melesat hingga mendekati 5 persen.
2.3 Korelasi Nilai Pada Pemikiran dan Kontribusi Abdurrahman Wahid dengan
Nilai Pancasila
Gus Dur memiliki keyakinan terhadap kedudukan Pancasila yang bukan hanya
sebagai ideologi negara saja tetapi juga menjadi pandangan hidup bangsa sebagai
pemersatu keberadaan negara Indonesia yang bersifat plural baik dalam segi agama,
bahasa, suku dan bangsa. Dari pemaparan biografi, pemikiran serta kontribusi Gus Dur
dalam memaknai kehidupan kita dapat mengetahui bahwa Gus Dur merupakan tokoh
yang sangat mencerminkan nilai pancasila.
Kehidupan
Nilai yang dimiliki oleh sikap dan tindakan Gus Dur memiliki makna dan
pembelajaran yang sangat berharga untuk kita semua. Menurut penulis, kita harus
11
meneladani sikap Gus Dur yang selalu menempatkan ajaran agama sbagai landasan
hidup dan mendudukan Pancasila sebagai dasar dan pedoman dalam berbangsa dan
bernegara. Ia tidak pernah mendengarkan dan memperdulikan pembicaraan orang lain
yang tidak suka dengan dirinya karena Gus Dur yakin bahwa ia hanya menjalakan
sesuai aturan yang benar. Sikap dan tindakan yang sepatutnya kita teladani yaitu kita
harus memahami bahwa kemajemukan merupakan karunia dari yang kuasa dan harus
kita syukuri dengan mejaga keberagaman tersebut. Lalu kita harus menegakkan
keadilan dan memberikan kesempatan hak yang sama untuk semua orang tanpa adanya
diskriminasi.
Upaya dari beberapa masyarakat yang mencintai Gus Dur yaitu dengan
membentuk sebuah komunitas bernama Gusdurian yang bertujuan untuk
menghidupkan kembali nilai-nilai Gus Dur sehingga pemikiran dan prilaku Gus Dur
dapat terus diteladani oeh masyarakat Indonesia. Akan tetapi untuk meneladani nilai
Gus Dur bukan berarti kita harus bergabung ke daam komunitas tersebut. Masih banyak
cara yang bisa kita lakukan salah satunya dengan membaca sejarah-sejarah perjuanngan
semasa hidup Gus Dur dan kita mencoba untuk mengimplementasikannya dalam
kehidupan karena sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat tentu akan berdampak
besar bagi sekitar.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Gus Dur merupakan tokoh nasional yang selalu kontroversial dengan gagasan
dan kebijakan yang dilakukannya. Disamping itu, Gus Dur memiliki intelektual dan
sangat visioner dalam menghadapi permasalahan bangsa dan negara. Perjuangan yang
ia lakukan selama hidupnya selalu berlandaskan ajaran agama yang diyakini dan
menempatkan pancasila sebagai dasar negara dan pedoman dalam berbangsa dan
bernegara.
Gus Dur selalu mementingkan kepentingan dan keadilan untuk semua golongan
karena ia meyakini bahwa setiap orang mempunyai hak dan kedukan yang sama.
Menurut penulis, hal tersebut sangat relevan dengan keberadaan Indonesia yang bersifat
majemuk dan seharusnya kita harus menerima segala perbedaan yang ada dengan cara
saling menjaga satu sama lain untuk menjunjung persatuan Indonesia.
Oleh karenanya, sikap dan kontribusi Gus Dur selama masa hidupnya sangat
mencerminkan nilai Pancasila. Gus Dur selalu menilai dan mempertimbangkan
kebijakan sesuai dengan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang mengatur
bagaimana kita harus bisa saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
3.2 Saran
Penulis berharap pembaca dapat mengambil dan memahami nilai-nilai Gus Dur
dalam makalah ini dan bisa menjadikannya sebagai motivasi serta pembelajaran untuk
bisa menjunjung tinggi nilai Pancasila sebagai dasar negara dan menjadikannya sebagai
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
13
DAFTAR PUSTAKA
Barton, Greg, Biografi Gus Dur; The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid,
Yogyakarta: LKiS, cet.VII, 2008
Al-Zastrow Ng, Gus Dur Siapa sih Sampeyan?; Tafsir Teoritik atas Tindakan dan Pernyataan
Gus Dur, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999
Rifai, Muhammad, Gus Dur K.H. Abdurrahman Wahid Biografi Singkat 1940-2009,
Yogyakarta: Cet. IV, Garasi House of Book, 2013
Ellyasa, K.H. Darwis, Gus Dur, NU dan Masyarakat Sipil, Yogyakarta: LKiS, 1994. Faqieh,
Maman Imanulhaq, Fatwa dan Canda Gus Dur, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, cet. 2,
2010.
Rohimat, Rian. Hakim, Abdul, Teologi Pembebasan dan Demokrasi Menurut Gus Dur. Diakses
dari https://journal.uinsgd.ac.id/ index.php/jaqfi/issue/view/572 Pada Tanggal 2
Januari 2021
https://tirto.id/meneladani-gus-dur-yang-objektif-dan-memihak-rakyat-kecil-cCbu,Diakses
pada tanggal 5 Januari 2021
14