Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN

PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGELASAN BERDASARKAN K3

DI GALANGAN KAPAL

HILDEGARDIS GABRIELLA DEVANANDRA

D031 21 1026

TEKNIK PERKAPALAN B

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN

2023
Kata Pengantar
Kemajuan Teknologi pengelasan akhir-akhir ini sangatlah membantu dalam pekerjaan
pembuatan konstruksi baik yang sederhana maupun konstruksi yang mempunyai tingkat
kesulitan dan persyaratan tinggi. Pengelasan merupakan bidang yang sangat dibutuhkan oleh
Dunia Industri utamanya untuk industri perkapalan dan rekayasa umum serta bidang-bidang
lain yang berhubungan dengan penyambungan konstruksi dimana pengelasan merupakan
faktor utamanya. Untuk mengimbangi kemajuan teknologi pengelasan maka perlu didukung
pula oleh kesiapan Sumber Daya Manusianya, agar teknologi dapat berimbang dengan
pelakunya yaitu sumber daya manusia.

Panduan ini disusun sebagai bentuk upaya untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan
pada saat proses pengerjaan pengelasan. Panduan ini digunakan sebagai acuan dalam
meningkatkan taraf Keselamatan dan Kesahatan Kerja (K3) para pekerja di Galangan Kapal,
terkhusus pada para pekerja pengelasan. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
setiap pihak yang membantu dalam penyusunan panduan ini, dan mengapresiasi kepada
setiap pekerja yang mau melaksanakan setiap isi dari panduan ini. Semoga panduan ini
bermanfaat bagi setiap pihak yang membutuhkannya.

Makassar, 19 Juni 2023

Kepala Penanggung Jawab K3

Galangan Kapal

Hildegardis Gabriella Devanandra

2
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................................3
Pengantar.............................................................................................................................................4
Bagian 1................................................................................................................................................5
A. Identifikasi Bahaya....................................................................................................................5
B. Risiko untuk Setiap Bahaya.....................................................................................................11
Bagian 2..............................................................................................................................................14
Tindakan untuk Mencegah Bahaya dan Resiko..............................................................................14
Bagian 3.............................................................................................................................................19
A. Tindakan Pencegahan..............................................................................................................19
B. Komponen Biaya Pencegahan.................................................................................................20
C. Estimasi Biaya Pencegahan K3 pada Proses Pengelasan di Galangan Kapal...........................21
Bagian 4..............................................................................................................................................23
A. Persiapan Tempat Kerja untuk Pekerjaan Pengelasan..............................................................23
B. Pelaksanaan Pekerjaan Pengelasan..........................................................................................23
C. Pelaksanaan Perbaikan Hasil Las (Jika Perlu).........................................................................23
D. Pembenahan Tempat Kerja Setelah Pekerjaan Pengelasan......................................................23
Bagian 5..............................................................................................................................................24
Penutup..............................................................................................................................................24

3
Pengantar
Secara sederhana pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu
bidang yang terkait dengan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja
pada suatu instansi ataupun proyek. Keselamatan kerja menunjukka kondisi yang aman dan
nyaman bagi pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Penggunaan alat kerja harus benar-
benar diperhatikan demi meminimalisir kecelakaan yang dapat terjadi. Alat keselamatan dan
kesehatan kerja ini harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari K3 ini adalah
untuk memelihara keselamatan dan kesehatan manusia, peralatan kerja dan lingkungan kerja.

Dari berbagai jenis pengelasan yang telah dikenal, pengelasan pada kapal mempunyai
suatu persyaratan dari Badan Klasifikasi yang mengawasi dan memberikan kelayakan tentang
kekuatan konstruksi kapal. Hal ini karena kapal selain berada pada media cair yang selalu
mendapat gaya – gaya hidrostatik gelombang air dari luar badan kapal juga mendapatkan
beban berat sehingga kapal sebagai sarana pengangkutan perlu mendapatkan perhatian
khusus tentang kekuatan dan faktor keselamatannya. Untuk memenuhi persyaratan yang
dituntut dari pemilik kapal dan badan klasifikasi maka peran juru las sangatlah besar, dan
untuk itu teknik – teknik pengelasan pada kapal harus diikuti agar mendapatkan mutu las
yang baik dan dapat diterima oleh pemilik kapal maupun badan klasifikasi.

Seperti diketahui bahwa peran dan volume pekerjaan pengelasan pada kapal sangatlah
besar, dimana ketrampilan seorang juru las dituntut mempunyai kompetensi secara mandiri
(individual skill). Dengan demikian seorang juru las perlu mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang matang agar proses pengelasan yang dilakukan mempunyai mutu dan
kecepatan yang tinggi, sehingga diharapkan dapat diterima oleh Badan Klasifikasi dan
pemilik kapal. Teknologi Las Kapal merupakan metode penyambungan baja pada kapal
dengan mengikuti standar yang berlaku untuk pembangunan kapal.

4
Bagian 1
A. Identifikasi Bahaya

Karena menggunakan sumber energi panas dan nyala api gas bertemperatur tinggi,
pengelasan bisa menimbulkan berbagai macam bahaya yang berkaitan dengan alat-alat dan
lingkungan kerja di sekelilingnya. Bahaya-bahaya itu meliputi kejutan listrik selama
pelaksanaan pengelasan dengan mesin las busur listrik, ledakan karena adanya kebocoran
pada gas-gas yang mudah terbakar seperti gas asetilin, cedera pada mata akibat penyinaran,
silau nyala api gas, cedera karena asap dan gas yang dihasilkan selama proses pengelasan,
kebakaran, ledakan dan luka bakar akibat percikan terak pengelasan serta ledakan tabung
asetilin, oksigen, gas CO2 dan gas argon. Oleh karena itu, juru las tidak hanya harus
mengetahui teknik pengelasan tetapi harus mengetahui masalah-masalah yang berpotensi bisa
terjadi.

1. Bahaya Listrik
Bahaya Kejutan Listrik selama Pengelasan dengan Busur Listrik
Jika operator mesin busur listrik AC secara kebetulan menyentuh batang las pas sisi
arus keluar (sisi sekunder), kabel gagang elektrode atau kabel pada sisi logam dasar,
dan terkena kejutan listrik, maka arus yang menjalari tubuh operator dapat dihitung
dengan rumus.

Akibat ataupun resiko yang dapat ditimbulkan dari nilai-nilai arus listrik yang
menjalari tubuh sebagai berikut :

5
Jenis arus listrik dalam satu Reaksi tubuh manusia dan akibatnya
detik
1mA Jalur arus ke seluruh tubuh terasa (arus
minimum yang dapat diserap)
5mA Arus maksimum melalui tangan atau kaki
yang dapat ditoleransi (arus maksimum
yang dapat ditoleransi)
10mA – 20mA Batas arus yang dapat dilakukan oleh
manusia untuk melapaskan diri (arus
pelepasan)
50mA Cedera, pingsan, kelelahan, rangsangan
terhadap jantung dan sistem pernapasan
100mA – 3A Serangan jantung
6A ke bawah Penyempitan pembuluh darah jantung
berkelanjutan, berhentinya pernapasan
sementara dan luka bakar
(Wanita dan anak-anak: 2/3 dan ½ dari nilai masing-masing)
2. Bahaya Sinar Busur Las dan Nyala Api Gas
Temperatur busur las sama tingginya dengan temperatur permukaan matahari,
kira-kira 5000-6000℃, sedangkan temperatur nyala api gas asetilin adalah kira-kira
3100℃. Kedua-duanya menimbulkan radiasi sinar yang kuat sehingga berbahaya bagi
mata. Sinar-sinar tersebut meliputi, sinar-sinar yang kasat mata, sianr ultraviolet
(gelombang elektromagnetik) dan sinar inframerah (thermal) yang tidak kasat mata.
Sinar yang ada pada las busur listrik kebanyakan adalah sinar ultraviolet, sedangkan
nyala api las memancarkan sinar infrared. Sinar ultraviolet dan sinar infrared
menimbulkan kerusakan mada mata.

Sinar yang berbahaya Kerusakan pada mata


Sinar ultraviolet Kornea dan lensa kristalin menyerap
sebagian besar sinar, menyebabkan
optamilitus
Sinar kasat mata Semua sinar yang kasat masa masuk
melalui kornea dan lensa kristalin dan

6
sampai ke retina seperti apa adanya.
Karena itu, paparan yang terlebihan
terhadap sinar (sorotan) yang kasat mata
dapat meyebabkan kelelahan mata yang
parah, menyebabkan meningkatnya
efisiensi kerusakan pada retina
Sinar infrared Sinar infrared tidak menimbulkan akibat
yang akut. Karena itu, paparan (sinar
infrared) dalam jangka panjang sangat
berbahaya. Karena itu dapat
menyebabkan kerusakan pada retina dan
berbagai gangguan visual, termasuk
katarak, amblyopia dan sulit
menyesuaikan diri

3. Bahaya Asap dan Gas Las


Temperatur busur las tingginya kira-kira 5000-6000℃, yang berarti sama
dengan temperatur permukan matahari, sedangkan temperatur nyala api oksiasetilin
adalah kira-kira 3200℃. Penguapan logam peleburan terjadi dari ujung batang
elektrode las atau kawat las, tetesan-tetesan kecil yang berpindah dan permukaan
genangan yang meleleh, sehingga uap air logam bertemperatur tinggi disemburkan ke
sekeliling titik pengelasan. Uap air itu cepat menjadi dingin dan melebur di dalam
pertikel-partikel kecil berdiameter 0,1-10µm. Walaupun kelihatannya seperti asap
biasa, asap gas las ini sebenarnya mengandung partikel-partikel murni.
Ukuran dan unsur-unsur di dalam partikel-partikel ini bergantung pada
material yang terkandung di dalam batang las, kawat las dan jenis material dasarnya.
Karena ukuran partikel-partikel ini memungkinkan untuk mudah masuk ke dalam
paru-paru, maka alat pelindung harus digunakan.

7
Jika sejumlah besar volume asap las diisap, maka gejala penyakit akut yang
disebut “demam logam” dapat terjangkit, ditandai dengan sakit kepala, demam,
menggigil, dan kelelahan yang terjadi dalam waktu singkat. Gejala-gejala ini terlihat
apabila digunakan batang elektrode las hidrogen rendah. Walaupun demikian, ini
hanyalah gejala penyakit sesaat, dan pasien akan pulih kembali kesehatannya setelah
beberapa jam. Namun apabila asap las itu diisap dalam waktu lama, maka
partikelpartikel murni akan terakumulasi di dalam paru-paru dan dapat menyebabkan
kondisi kronis yang disebut “pneumokoniosis” (radang paru-paru).
Radang paru-paru pada tahap awal hampir tidak menunjukkan gejala penyakit
yang subyektif, tetapi fungsi paru-paru semakin memburuk seiring dengan
berkembangnya gejala penyakit itu, ditandai dengan kesulitan bernapas. Sampai
sekarang masih belum ada pengobatan yang dapat mengembalikan paru-paru seperti
dalam kondisi kesehatan semula, selain itu dalam beberapa kasus pasien meninggal
dunia karena berbagai komplikasi.
Bila material baja berlapis seng dilas, maka penghisapan asap seng
menyebabkan demam dan panas-dingin yang tinggi. Walaupun gejala penyakit ini
terjadi sesaat, perlu dilakukan perawatan kesehatan.

Oksida besi Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan


Mangan -Rangsangan terhadap organ-organ
pernapasan, terutama cabang tenggorokan.
-Gangguan syaraf sebagai akibat kronis
-Peningkatan refleks urat kulit, pengerasan otot
dan tremor

8
Oksida kadmium Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan,
radang paru-paru, gangguan ginjal dan tumor
paru-paru
Kolbalt Radang paru-paru karena zat kimia
Nikel Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan,
penyakit kulit
Khorm Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan,
penyakit kulit, bisul-bisul di kulit, radang
hidung, bisul-bisul pada sekat hidung
Tembaga Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan,
terutama cabang tenggorokan, radang selaput
lendir pada hidung dan batang tenggorokan,
diare dan demam
Oksida seng Demam akibat asap
Molibdenum Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan
Oksida besi Demam akibat asap
Timah Keracunan di seluurh tubuh, bisul-bisul di
perut, kelumpuhan syraf, anemia, tumor paru-
paru, insomia, sakit perut, sembelit, dan nyeri
persendian
Florida Radang mata, hidung, tenggorokan selaput
lendir mulut, masalah gigi, gangguan ginjal,
masalah tulang, pendarahan berkepanjangan,
dan ganguan liver
Titanium Enzim
Aluminium Rangsangan terhadap organ-organ pernapasan,
jaringan serabut paru-paru

Selama pengelasan, gas-fgas yang beracun bagi tubuh manusia bisa timbul selain
asap-asap las. Misalnya ;
(a) Bila 100% gas CO2 digunakan sebagai gas pelindung untuk las MAG, maka gas
CO2, yang dipanaskan dengan temperatur tinggi pada busur las, akan larut dengan
formula sebagai berikut untuk menghasilkan CO (karbon monoksida):

9
2CO2 → 2CO+O2
Kepadatan CO ini bergantung pada jarak dari titik kejadian seperti tampak pada
Gb. VI.6, dan 700ppm di luar helm serta 50ppm di dalam helm pada titik 30 cm
dari titik kejadian.
(b) Oksigen dan nitrogen bereaksi dengan busur las panas terhadap oksigen dan
dikonversikan menjadi Nox (NO-NO2)
(c) Sinar ultraviolet yang ditimbulkan dari reaksi busur las terhadap oksigen,
menghasilkan ozon (O2)
(d) Oli dan cat yang melekat pada daerah las-lasan, yang dilarutkan oleh busur las dan
nyala api gas, menghasilkan gas-gas organik.
4. Bahaya Letupan dan Terak
Letupan yang disebabkan oleh percikan selama pengelasan, serta terak yang
ditimbulkan oleh alat potong las atau alat ukur udara busur las, menimbulkan berbagai
resiko, anatara lain cedera pada mata, luka bakar, kebakaran, dan percikan. Alat-alat
pencegahan yang dapat digunakan dapat dipelajari dari alat pelindung diri bidang las.
5. Bahaya Tabung Gas
Gas-gas yang digunakan untuk mengelas biasanya disebut gas bertekanan
tinggi, dan biasanya terkandung didalam tabung gas bertekanan. Misalnya, gas
oksigen yang digunakan untuk las gas atau pemotongan dengan gas dan gas argon
yang digunakan untuk las busur listrik logam dengan pelindung gas, terkandung di
dalam tabung gas bertekanan 35o C dan 150kg/cm2 (15MPa), sedangkan gas asetilin
larut terkandung di dalam gas bertekanan 15oC dan 15,5kg/cm2 (1,55MPa).
Dilarang keras menyalakan api dalam ruangan di tempat penyimpanan gas-gas
yang muda terbakar seperti asetilin atau hidrogen atau gas yang mendukung
kebakaran seperti oksigen.
Walaupun gas-gas yang lamban seperti argon, nitrogen dan CO2 serta gas-gas
yang tidak mudah terbakar jauh lebih aman, semuanya cenderung dapat menggantikan
udara apabila disimpan di dalam ruangan tertutup yang kurang ventilasi, sehingga
oksigen menjadi cepat habis.
Penting untuk diketahui bahwa juru las sendiri harus memahami risikorisiko
sinar busur las listrik, asap dan gas las, letupan atau percikan las; memakai
perlengkapan pencegahan dan keamanan; dan memastikan bahwa fasilitas dan
lingkungannya sudah sesuai sebelum mulai melakukan pengelasan
6. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup

10
Bekerja dengan menggunakan media pengelasan semakin berkembang ,
sehingga disetiap kesempatan kerja selalu diikuti dengan potensi terjadinya
kecelakaan kerja akibat kurangnya perhatian manusia, cara penggunaan peralatan
yang salah atau tidak semestinya, pemakaian pelindung diri yang kurang baik dan
kesalahan lain yang terjadi dilingkungan kerja bidang pengelasan. Keselamatan
kesehatan kerja paling banyak membicarakan adanya kecelakaan dan perbuatan yang
mengarah pada tindakan yang mengandung bahaya. Untuk menghindari atau
mengeliminir terjadinya kecelakaan perlu penguasaan pengetahuan keselamatan
kesehatan kerja dan mengetahui tindakan tindakan yang harus diambil agar
keselamatan kesehatan kerja dapat berperan dengan baik. Untuk membahas hal
tersebut faktor yang paling dominan adalah kecelakaan, perbuatan yang tidak aman,
dan kondisi yang tidak aman.
B. Risiko untuk Setiap Bahaya
1. Kecelakaan
Faktor yang paling banyak terjadi dilingkungan kerja adalah adanya
kecelakaan, dimana kecelakaan merupakan :
(1) Kejadian yang tidak diinginkan yang dapat menimbulkan cidera fisik
seseorang bahkan fatal sampai kematian / cacat seumur hidup dan kerusakan
harta milik
(2) Kecelakaan biasanya akibat kontak dengan sumber energi diatas nilai
ambang batas dari badan atau bangunan
(3) Kejadian yang tidak diinginkan yang mungkin dapat menurunkan efisiensi
operasional suatu usaha

Hal-hal dalam kecelakaan dapat meliputi :


(1) Kecelakaan dapat terjadi setiap saat ( 80 % Kecelakaan akibat kelalaian )
(2) Kecelakaan tidak memilih cara tertentu untuk terjadi
(3) Kecelakaan selalu dapat menimbulkan kerugian.
(4) Kecelakaan selalu menimbulkan gangguan
(5) Kecelakaan selalu mempunyai sebab
(6) Kecelakaan dapat dicegah / dieliminir
2. Perbuatan tidak aman (berbahaya)
(1) Tidak memakai APD (Alat Pelindung Diri) standard yaitu : Helm dengan
tali, sabuk pengaman, stiwel dan sepatu tahan pukul, pakaian kerja, sarung
11
tangan kerja dan APD sesuai kondisi bahaya kerja yang dihadapi saat
bekerja pengelasan.
(2) Melakukan tindakan ceroboh / tidak mengikuti prosedur kerja yang
berlaku bidang pengelasan.
(3) Pengetahuan dan ketrampilan pelaksana yang tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dibebankan padanya.
(4) Mental dan fisik yang belum siap untuk tugas-tugas yang diembannya
3. Kondisi tidak aman (berbahaya)
(1) Lokasi kerja yang kumuh dan kotor
(2) Alokasi personil / pekerja yang tidak terencana dengan baik, sehingga pada
satu lokasi dipenuhi oleh beberapa pekerja. Sangat berpotensi bahaya
(3) Fasilitas / sarana kerja yang tidak memenuhi standard minimal, seperti
scafolding/perancah tidak aman, pada proses pekerjaan dalam tangki tidak
tersedia exhaust blower
(4) Terjadi pencemaran dan polusi pada lingkungan kerja, misal debu,
tumpahan oli, minyak dan B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Aman / selamat merupakan : Kondisi yang tidak ada kemungkinan malapetaka

Tindakan tidak aman merupakan :Suatu pelanggaran terhadap prosedur


keselamatan yang memberikan peluang terhadap terjadinya kecelakaan

Kondisi tidak aman merupakan : Kondisi fisik atau keadaan yang berbahaya
yang mungkin dapat langsung mengakibatkan terjadinya kecelakaan.
4. Waspadai kondisi berbahaya sebagai berikut :
(1) Saat berada didalam ruang tertutup / tangki waspadailah gas hasil pengelasan;
(2) Gas mulia / Inert gas : gas yang mendesak oksigen sehingga kadar oksigen
berkurang dibawah 19,5 % sehingga berbahaya bagi pernapasan manusia. Gas
tersebut yaitu; Argon (Ar) hasil las TIG, Co2 hasil las FCAW.

12
13
Bagian 2

Tindakan untuk Mencegah Bahaya dan Resiko


1. Cara-cara Mencegah Bahya Kejutan Listrik selama Pengelasan dengan Busur Listrik
a) Cara-cara untuk mencegah arus listrik mengalir ke seluruh tubuh manusia
adalah :
1. Pakaian kerja harus kering dan tidak boleh basah oleh keringat atau air.
2. Sarung tangan harus terbuat dari kulit, kering dan tanpa lubang pada ujung
jari.
3. Harus memakai sepatu karet yang seluruhnya terisolasi.
4. Mesin las busur listrik AC harus memiliki alat penurun tegangan otomatis
atau mesin las busur listrik DC tegangannya harus relatif rendah, sekitar 60V.
b) Memastikan tidak adanya kebocoran arus listrik.
1. Mesin-mesin las busur listrik itu sendiri, meja kerja las dan lembar kerja
yang akan dilas harus benar-benar “membumi”.
2. Jika pembungkus kabel-kabel input atau output sobek dan kawatnya
terbuka, maka tutuplah dengan pita isolasi atau ganti seluruh kabelnya.
3. Isolasi terminal-terminal kabel pada sisi input/output, kabel pada gagang
elektrode dan sisi gagang elektrode, dan hubungan pada konektor kabel harus
sempurna.
4. Hubungan kabel-kabel yang ada di meja kerja las, lembar kerja yang akan
dilas dan logam dasar dengan benar menggunakan penjepit-penjepit khusus.
5. Ketika meninggalkan bengkel pengelasan untuk beristirahat, pastikan
bahwa batang elektrode las telah dilepaskan dari gagang elektrode(holder) .
Penting juga diperhatikan agar mematikan tombol mesin las busur listrik dan
tombol sumber tenaga listrik terdekat serta tombol pemutus rangkaian listrik
pada panel listrik. Alat pemutus rangkaian listrik dengan alat penyumbat
kebocoran juga harus dipasang.
Juru Las diwajibkan untuk memasang alat penurun tegangan listrik
otomatis apabila menggunakan mesin busur listrik AC pada ketinggian
melebihi dua meter untuk konstruksi rangka besi atau lokasi-lokasi sempit
yang dikelilingi oleh bahan-bahan konduktif seperti misalnya bagian bawah
kapal atau bejana tekan. Sabuk pengaman juga harus dikenakan untuk kerja las
di tempat-tempat tinggi.

14
Sebelum memulai kerja las, alat pelindung keselamatan kerja dan alat
penurun tegangan listrik otomatis harus diverifikasi oleh pengawas agar dapat
bekerja secara normal.
Apabila seorang pekerja mengalami kejutan listrik, maka matikanlah
sumber tenaga listrik sesegera mungin dan panggillah dokter atau ambulan.
Jangan pernah mencoba mengangkat korban, karena Anda pun dapat terkena
kejutan listrik.
Apabila pernapasan dan denyut jantungnya telah terhenti, harus
dilakukan pernapasan buatan atau pijat jantung sebelum dokter atau ambulan
datang, sehingga para pekerja harus mempersiapkan diri untuk menghadapi
kemungkinan terkena kejutan listrik. Gb. VI.2 memperlihatkan contoh-contoh
persiapan pelaksanaan pengelasan las busur listrik.

2. Alat-alat Pelindung dari Sinar yang Berbahaya


Alat-alat berikut ini dianjurkan untuk melindungi diri dari sinar busur las dan
sinar termal (panas) nyala api gas.
1. Kaus tangan atau masker pelindung wajah sejenis helm dengan plat-plat baja anti-
cahaya dilengkapi dengan jumlah penyaring yang cukup memadai serta kacamata
pelindung digunakan ketika mengerjakan las busur listrik atau las gas
15
2. Untuk melindungi lingkungan pekerja dari sinar-sinar yang berbahaya tersebut,
perlu digunakan layar pelindung cahaya

3. Pekerja las harus memakai pakaian kerja lengan panjang dan menutupi leher
dengan handuk sehingga kulit terlindung dari paparan sinar busur las
4. Pekerja harus merawat kedua mata dengan meneteskan obat tetes mata dan
menggunakan kompres pendingin. Kedua mata bisa menderita pendarahan yang
parah dengan air mata berlinang-linang akibat terkena sinar ultraviolet. Gejala ini
disebut optalmia listrik. Walaupun hal ini merupakan gejala sesaat, dianjurkan
agar penderita berobat ke dokter spesialis mata.
3. Cara Mengatasi Asap dan Gas Las
a. Asap las harus dibuang dengan alat lebih dari sekadar ventilasi alami; seperti
tampak pada Gb.VI.7, alat penyedot asap las lokal dan alat pembuang gas harus
dipasang untuk melenyapkan secara paksa gas dan asap las. Walaupun kepadatan
CO yang dapat ditolerir adalah 50ppm, hindari pengelasan dengan wajah dekat
dengan titik pengelasan, sebagaimana penghisapan CO 200ppm selama beberapa
jam juga harus dihindari apabila terlihat ada gas CO beracun.

16
b. Jika alat penyedot asap dan pembuang gas tidak dapat dipasang, maka gunakanlah
alat bantu pernapasan seperti tampak pada Gb. VI.8. Bila pengelasan dilakukan
pada lokasi yang sempit dan kurang ventilasi, gunakanlah masker pengisi udara
(oksigen).

c. Gunakanlah metode pengelasan,elektrode las atau kawat las yang menghasilkan


sedikit asap las. Misalnya, jika campuran gas Ar+Co2 digunakan untuk las MAG
sebagai las pelindung, maka jumlah asap lasnya dapat dikurangi banyak.
Belakangan beberapa pabrik pembuat elektrode las telah mulai memasarkan
elektrode terbungkus dan kawat tanpa fluks di bagian tengah yang dapat
menghasilkan jauh lebih sedikit asap daripada produk-produk konvensional.
d. Sedapat mungkin gunakanlah mesin las otomatis, sehingga operator mesin dapat
mengambil jarak lebih jauh dari daerah pengelasan
4. Cara untuk Mengatasi Letupan dan Terak
a. Jangan menggulung lengan baju dan jangan mengeluarkan kulit lengan Anda. Hindari
pemakaian katelpak dari bahan campuran poliester; lebih baik memakai katelpak dari
bahan katun yang tidak terlalu mudah terbakar. Hal ini juga penting untuk menghindari
ledakan karena adanya letupan listrik statis. Seperti tampak pada Gb. VI.10, pastikan
bahwa Anda memakai alat-alat pelindung seperti kaus tangan kulit, penutup lengan,
katelpak, penutup kaki (striwel), dan kacamata pelindung.
b. Jangan menaruh di dekat tempat kerja pengelasan atau pemotongan, barang-barang yang
mudah terbakar atau dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan. Misalnya, ketika bekerja

17
menggunakan tabung gas, jauhkan semua benda cair dari tabung itu dan cuci bersih serta
bersihkan udaranya sebelum mulai mengelas atau memotong tabung itu. Juga efektif jika
membilas gas di dalam tabung dengan nitrogen atau argon setelah bejana itu diisi air.

5. Penyimpanan Tabung Gas


Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penanganan botol gas antara lain :
a. Semua botol gas harus dilindungi dari penyerapan panas yang berlebihan.
b. Semua botol gas yang digunakan harus diletakan dengan mantap atau dimasukan
dalam rak besi yang dapat dipindah agar tidak jatuh atau terguling.
c. Saat pengangkatan botol gas harus dimasukan kedalam rak besi dan tidak boleh
diangkat memakai magnit , tali, kabel atau rantai.
d. Botol gas tidak boleh diletakan ditempat yang memungkinkannya menjadi bagian
dari pengantar listrik
e. Oksigen atau botol gas lain tidak boleh disimpan didekat tempat yang sangat
mudah terbakar atau berdekatan dengan bahan yang mudah terbakar.
f. Botol harus diletakan dalam posisi tegak dan pelindung katup harus terpasang
ditempatnya.
g. Perlengkapan harus selalu bersih , bebas dari minyak dan dalam keadaan yang
baik. Katup, kopling , pengatur tekanan, pipa dan perlengkapannya tidak boleh
dimampatkan karena akan mudah terbakar.
h. Pemadaman api bahan kimia kering atau karbon dioksida harus selalu berada
didekat tempat kerja yang menggunakan gas pembakar dalam botol.
i. Penahan nyala balik (flashback arrestor ) harus dilengkapi pada setiap saluran
oksigen dan acetylene untuk menghindari nyala

18
Bagian 3
A. Tindakan Pencegahan

Pengendalian analisa keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencari penyebab dari
sebuah kecelakaan pada saat pengerjaan pengelasan di galangan kapal dan mencari
perbaikan. Pengendalian resiko ini menggunakan Hirarchy of Control, hirarki ini adalah
suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian resiko yang mungkin timbul daru
beberapa tingkatan secara berurutan.

Hirarchy of Control dibagi menjadi dua yaitu ; Long Term Gain and Short Term Gain.
Pendekatan ”Long Term Gain” yaitu pengendalian yang bersifat jangka panjang dan bersifat
permanen yang d9mulai dari eliminasi, pengendalian substitusi, rekayasa teknik, isolasi atau
pembatasan, administrasi dan pilihan penggunaan alat pelindung diri.

 Eliminasi Bahaya (Elimination)


Eliminasi merupakan suatu pengendalian resiko yang bersifat permanen dan
harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan perioritas utama. Eliminasi dapat
dicapai
dengan memindahkan obyek kerja atau system kerja yang berhubungan dengan
tempat
kerja
 Pengendalian Substitusi (Substitution)
Cara pengendalian ini adalah dengan menggantikan bahan - bahan dan
peralatan yang lebih berbahaya dengan bahan – bahan dan peralatan yang kurang
berbahaya.
 Rekayasa Teknik (Engineering Control)
Pengendalian rekayasa Teknik termasuk mengubah struktur obyek kerja untuk
mencegah seseorang terpapar potensi bahaya. Cara pengendalian yang dilakukan
adalah dengan pemberia pegaman mesin, penutup ban berjalan, pemberian alat bantu
mekanik, pemberian absorber suara, pondasi mesin dengan cor beton, dan lain – lain.
 Isolasi (Isolation)
Cara pengendalian yang dilakukan dengan memisahkan seseorang dari obyek
kerja, seperti menjalankan mesin – mesin di tempat tertutup menggunakan remote
control
 Pengendalian Administrasi (Admistration Control)

19
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan menyediakan suatu system kerja
yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya yang
tergatung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan pengawasan yang teratur untuk
dipatuhinya pengendalian administrasi ini.
 Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri yang digunakan untuk membatasi antara terpaparnya tubuh
dengan potensi bahaya yang diterima oleh tubuh

B. Komponen Biaya Pencegahan


Safety of Cost adalah semua biaya yang digunakan dalam upaya pencegahan
terjadinya kecelakaan, biaya saat kecelakaan dan biaya pasca kecelakaan. Biaya ini
dibagi menjadi dua jenis yaitu Direct Cost and Indirect Cost of Safety
Direct cost of safety adalah biaya yang berkaitan langsung dengan keamanan
saat proses produksi, termasuk biaya saat kecelakaan. Komponen biaya-biaya ini
antara lain;
 Asuransi jiwa ataupun harta
 Fasilitas kesehatan
 Fasilitas keamanan
 Pembuatan rambu-rambu K3
 Biaya pengawasan terhadap penerapan keselamatan
 Biaya-biaya kecelakaan yang terjadi untuk korban yang berdampak
 Dan lain-lain yang berhubungan dengan keamanan dan kesehatan kerja
Indirect Cost of Safety adalah semua biaya yang secara tidak langsung
berkaitan dengan keamanan dan kesehatan kerja, termasuk dampak dari kecelakaan
yang terjadi. Biaya ini relatif lebih sulit untuk dihitung/diperkirakan. Biaya ini
biasanya jauh lebih besar dari direct cost of safety, komponen biayanya antara lain ;
 Biaya turn over perkerja akibat kecelakaan
 Biaya kehilangan waktu akibat kecelakaan kerja
 Biaya training untuk pekerja pengganti
 Biaya akibat bertambahnya waktu pelaksanaan
 Turunnya moral pekerja
 Hilangnya efisiensi kerja

20
 Kerusakan bangunan
 Kerusakan peralatan dan mesin
 Turunnya produktivitas kerja
 Dan lain-lain yang berkaitan secara tidak langsung

C. Estimasi Biaya Pencegahan K3 pada Proses Pengelasan di Galangan Kapal


Estimasi biaya pencegahan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) setiap galangan
kapal berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor seperti perusahaan,
kompleksitas, industri, operasional, dan tingkat kebutuhan pemcegahan yang
diterapkan. Komponen estimasi biaya pencegahan K3 pada proses pengelasan kerja di
galangan kapal
 Biaya Alat Pelindung Diri (APD)
Pengadaan APD didasarkan pada kebutuhan masing-masing galangan
kapal. Harga satu set lengkap APD pengelasan dipasaran saat ini ± Rp
1.000.000 kemudian diasumsikan pekerja yang terlibat dalam proses
pengerjaan pengelasan pembangunan kapal terdiri dari 300 orang pekerja
dengan jumlah titik las sebanyak 50 titik sehingga total biaya yang
dikeluarkan untuk APD adalah Rp 300.000.000.
 Biaya Perlengkapan K3
Perlengkapan K3 yang dibutuhkan dalam pengerjaan pengelasan di
galangan kapal yang direncanakan adalah kebutuhan minimum yang
diperlukan dalam suatu proses produksi. Jumlah perlengkapan K3 seperti Alat
Pemadam Kebakaran Api Ringan (APAR), bak sampah, rambu-rambu atau
safety sign dan kotak P3K. Perkiraan biaya perlengkapan K3 yang bisa
berubah bergantung pada harga satuan barang di pasaran dan kuantiti yang
dibutuhkan

NO NAMA VOL HARGA TOTAL


1. APAR 25 Rp 400.000 Rp 10.000.000
2. P3K 50 Rp 500.000 Rp 25.000.000
3. Rambu-rambu/ 50 Rp 200.000 Rp 10.000.000
safety sign
Total Rp 45.000.000

21
 Biaya Personil K3
Personil K3 pada suatu pengerjaan pengelasan terdiri dari :
1. Manager K3
2. Inspektur K3
3. Supervisor Pengelasan
4. Pekerja Pengelasan
Komposisi dan struktur tim K3 pengelasan dapat berubah-ubah
tergantung pada ukuran dan lokasi tempat pengerjaan. Uraian biaya gaji
personal K3 sebagai berikut :

NO JABATAN GAJI
1. Manager K3 Rp 25.000.000
2. Inspektur K3 Rp 15.000.000
3. Supervisor K3 Rp 12.000.000
4. Pekerja Pengelasan Rp 4.000.000
Total Rp 56.000.000

Sehingga diperoleh estimasi biaya yang diperlukan untuk pekerjaan


pengelasan yaitu Biaya Pengadaan APD sebesar Rp 300.000.000,
sedangkangkan untuk total biaya perlengkapan K3 sebesar Rp 45.000.000 dan
total biaya personil K3 adalah Rp 56.000.000. Total keseluruhan biaya yang
digunakan dalam pencegahan K3 pada pengerjaan pengelasan di galangan
kapal yaitu sebesar Rp 401.000.000.

22
Bagian 4
A. Persiapan Tempat Kerja untuk Pekerjaan Pengelasan
Persiapan tempat kerja yang tepat sebelum melakukan pekerjaan pengelasan sangat
penting, juga untuk memastikan perlindungan keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja sukses di tempat kerja Pelaksanaan alur kerja ini harus jelas dan ringkas tertulis
di mana proses ini mencakup langkah-langkah yang harus diikuti Penggunaan
perangkat keselamatan, manajemen risiko dan prosedur darurat, jika kejadian itu
terjadi. Pastikan untuk memiliki semua peralatan yang dibutuhkan untuk bekerja
Pengelasan ada dan berfungsi dengan baik. Ini juga termasuk pilihan mesin las
perangkat, kabel dan elektroda, alat pelindung diri seperti helm las, kacamata, sarung
tangan dan pakaian pelindung lainnya. 
B. Pelaksanaan Pekerjaan Pengelasan
Pekerjaan pengelasan adalah pekerjaan yang dapat menghadirkan berbagai bentuk
bahaya dan resiko kecelakaan jika dilakukan tidak sesuai dengan panduan/prosedur.
Oleh karena itu, sangat penting mengikuti setiap panduan/aturan/prosedur yang
berlaku di tempat kerja untuk pekerjaan pengelasan sesuai dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama berada di
lokasi tempat kerja yang sesuai.
C. Pelaksanaan Perbaikan Hasil Las (Jika Perlu)
Tujuan pengujian dan pemeriksaan adalah untuk menjamin kualitas dan memberikan
kepercayaan terhadap konstruksi yang dilas. Pengujian dan pemeriksaan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok sesuai dengan pengujian dan pemeriksaan
dilakukan yaitu
ƒ Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan sebelum pengelasan
ƒ Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan selama proses pengelasan
ƒ Pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah proses pengelasan
D. Pembenahan Tempat Kerja Setelah Pekerjaan Pengelasan
Setelah pengerjaan pengelasan selesai, penting dilakukan pembenahan
(membersihkan lokasi pekerjaan) sesuai dengan prinsip-prinsip Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Mengembalikan semua peralatan pengelasan dengan tepat dan
benar pada tempatnya setelah selesai digunakan. Memastikan peralatan disimpan pada
tempat yang aman dan terlindungi (tidak dalam jangkauan sembarang orang).

23
Bagian 5

Penutup
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) saat proses pengerjaan pengelasan sangat
penting bagi seorang tenaga kerja sangat memengaruhi proses pengerjaan konstruksi kapal.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diperhatikan dengan sansgat teliti untuk
mendapatkan hasil kerja yang maksimal (aman/tepat/baik)

24

Anda mungkin juga menyukai