a. Bullying kepada siswa oleh teman-temannya Analisis: Bullying (dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai “penindasan/risak, perundungan”) merupakan segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain yang lebih lemah, dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus. Ada berbagai macam bentuk bullying, yaitu: - bullying yang menggunakan kontak fisik langsung (mendorong, memukul, merusak barang milik orang lain dengan sengaja, mengunci seseorng dalam ruangan dengan sengaja, dsb) - bullying dengan kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama atau name-calling, sarkasme, merendahkan atau put-downs, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip, dsb) - bullying non-verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, dsb) - bullying non-verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, hingga mengirimkan surat kaleng) - cyber bullying (menyakiti orang lain melalui rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik, mempermalukan, hingga melecehkan) - sexual bullying atau pelecehan seksual (komentar kasar, gerakan vulgar, sentuhan tanpa persetujuan kedua belah pihak, hingga memanggil seseorang dengan nama yang tak pantas). Bullying terjadi di lingkungan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, bahkan dilingkungan kerja. Namun, bullying banyak terjadi dilingkungan pendidikan. Dampak bullying bagi para korban bullying yaitu depresi dan bahkan ada yang melakukan aksi bunuh diri. Kita sebagai umat Kristiani diajarkan oleh Tuhan Yesus untuk selalu mengasihi sesama kita. Umat Kristen diperintah untuk mengasihi orang lain dan menjaga kepentingan kaum yang lebih lemah, bukan mengintimidasi atau memanipulasi (Yakobus 1:27; 1 Yohanes 3:17-18; Galatia 6:9-10). Maka dari itu kita tidak boleh melakukan penindasan kepada sesama kita karena kita semua adalah saudara dan harus saling mengasihi sesuai dengan ajaran Yesus. Kita harus menjalani gaya kehidupan sehari-hari kita seperti Yesus Kristus yang hidup penuh dengan kasih, keadilan, dan kebenaran. Yesus Kristus telah rela mati di kayu salib demi menyelamatkan kita umat manusia karena Tuhan Yesus mengasihi kita meskipun kita berbuat dosa. Namun jika kita yang menjadi korban bullying, janganlah kita membalas perbuatan bullying tsb. Hal ini tertulis dalam Roma 12:17-21, "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang terkasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya. Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!". “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. – Matius 5:44-45”. Bullying yang dilakukan oleh kalangan remaja biasanya dikarenakan perbedaan latar belakang, suku, ras, agama, budaya, dsb. Namun, seperti yang dikatakan dalam Kitab Amsal 22:2, “orang kaya dan orang miskin bertemu, yang membuatnya adalah Tuhan. Di hadapan Tuhan semua manusia sama. Dialah yang menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya”. Semua manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah serta memiliki harkat dan martabat yang sama dihadapan Allah. Maka dari itu jika kita menindas dan menjelek-jelekkan sesama kita maka hal itu sama saja dengan kita menindas dan menjelek-jelekkan Allah. Jadi, kita harus selalu mengasihi sesama kita tidak perduli latar belakang, ras, suku, atau agamanya. b. Kekerasan kepada kaum perempuan yang dilakukan oleh laki-laki Analisis: Dikutip dari buku M, Rahmat yang berjudul Ensiklopedia Konflik Sosial, dalam bahasa Latin, kekerasan sering disebut dengan violentia yang berarti kebengisan, keganasan, aniaya, dan kegarangan. Kekerasan bisa dilakukan sebagai perilaku yang disengaja atau tidak disengaja dengan tujuan untuk melukai orang lain. Kekerasan adalah sebuah tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan menindas yang lemah agar terus mendapatkan penderitaan. Kekerasan ini bisa dalam bentuk fisik atau bisa juga dalam bentuk psikis. Adapun tindak kekerasan fisik, seperti seseorang memukul atau menendang, dan sebagainya. Sedangkan kekerasan psikis, seperti memaksa orang lain untuk melakukan hal yang tidak disukainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kekerasan adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Kekerasan kepada kaum perempuan yang dilakukan oleh laki-laki merupakan salah satu bentuk dari fenomena ketidakadilan gender. Terjadinya kekerasan terhadap perempuan, merupakan akibat dari stereotype (penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan), marginalisasi (suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan), dan subordinasi (penomorduaan gender baik terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Namun banyak kasus umumnya terjadi pada perempuan. Sehingga subordinasi perempuan merupakan penomorduaan perempuan, artinya peran, fungsi dan kedudukan perempuan berada di bawah laki-laki). Definisi tentang kekerasan terhadap perempuan menurut Soetandyo (2000), mendefisikan kekerasan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sejumlah orang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang atau sejumlah orang yang berposisi lemah (dipandang lemah/ dilemahkan), yang dengan sarana kekuatannya, baik secara fisik maupun non-fisik dengan sengaja dilakukan untuk menimbulkan penderitaan kepada obyek kekerasan. Definisi menurut Soetandyo ini mengandung aspek ketidakdadilan gender, yakni posisi kuat (laki-laki) menjadi alat melakukan kekerasan terhadap pihak yang berposisi lemah (perempuan). Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan, yaitu: - Perkosaan Perkosaan terjadi karena keterpaksaan yang pada umumnya korban merasa malu, takut, keterpaksaan ekonomi, kultural maupun struktural dan tidak ada pilihan lain. Hal ini bisa terjadi di wiyah domestik maupun publik. - Pemukulan Pemukulan dan serangan fisik yang terjadi karena perempuan dianggap lemah. Termasuk dalam kategori ini adalah penyiksaan terhadap anak-anak (child abuse). - Genital multilation Yakni penyiksaan yang menarah pada organ alat kelamin seperti penyunatan perempuan (dorsumsisi/sirkumsisi) dengan tujuan agar perilaku seksual perempuan terkontrol. - Prostitusi Pemerintah dan aparat penegak hukum seringkali menggunakan standart ganda dalam menyikapi prostitusi ini. Di satu sisi para pekerja seks ditangkap tetapi di sisi lain harus membayar pajak dan lokalisasipun dibuka dimana-mana. - Pornografi Pornografi merupakan bentuk kekerasan psikis, yakni pelecehan seksual terhadap perempuan di mana tubuh perempuan dieksploitasi dan djadikan sebagai obyek demi keuntungan seseorang, sekelompok orang atau bahkan institusi. - Sterilisasdi alat kontrasepsi (KB) Alat kontrasepsi tidak semuanya memilki karakteristik yang cocok bagi semua perempuan meningat perbedaan kondisi fisik dan kesehatannya.Tetapi perbedaan kondisi seperti ini tidak pernah diertimabagkan oleh pemerintah,a sal memenuhi target pengontrolan jumlah penduduk. - Pelecehan seksual Pelecehan seksual merupakan bentuk kekerasan yang paling umum dilakukan masyarakat, misalnya lelucon jorok, membuat malu dengan ungkapan kotorl, mengintogras peremuan agar menceritakan kehidupan seksual pribadinya, minta imbalan seksual untuk memberikan pekerjaan kepada prempuan dan sebagainya. Para laki-laki sering kali melakukan kekerasan kepada perempuan karena perempuan yang secara umum memiliki fisik yang lebih lemah dibandingkan laki-laki, juga mengakibatkan pelabelan (stereotyping) bahwa perempuan juga lemah dalam segala hal. Sehingga seringkali dimanfaatkan laki-laki untuk mendiskriminasikan perempuan atau meminggirkan perempuan, sehingga tidak melibatkan perempuan dalam peran-peran strategis. Akibat dari labelling ini pula, seringkali laki-laki memanfatkan kekuatannya untuk melakukan kekerasan terhadap perempuan, baik secara fisik, psikis maupun seksual. Budaya patriarkhi juga menjadi salah satu penyebab kekerasan pada perempuan oleh laki-laki, yakni budaya yang berpusat pada laki-laki dan untuk kepentingan laki-laki. Dari budaya ini, lahir banyak sistem dan kebijakan yang tidak mengakomodir kebutuhan dan kepentingan perempuan. Allah membedakan jenis kelamin manusia tetapi tidak membedakan peran antara keduanya. Anggapan masyarakat terkait peran laki-laki dan perempuan yaitu peran yang kaitannya dengan urusan publik diambil alih oleh kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan hanya diberikan peran yang berurusan dengan rumah tangga. Tokoh-tokoh Kristen di masa lalu juga pernah mengungkapkan pendapatnya mengenai hal kesetaraan gender di lingkungan masyarakat. Adapun beberapa tokoh Kekristenan tersebut, yaitu: 1) Johanes Calvin, perempuan diciptakan lebih rendah dari laki-laki, sehingga perempuan memiliki peran nomor dua dalam hal menentukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat, terlebih dalam urusan kepemimpinan publik; 2) Thomas Aquinas, perempuan adalah manusia yang diciptakan dari laki-laki yang cacat dan memiliki kekurangan; 3) Immanuel Kant, perempuan memiliki perasaan kuat, cantik, anggun, lemah-lembut, dan sebagainya, namun perempuan kurang dalam aspek kognitif yang berkaitan dengan nalar, sehingga perempuan tidak dapat untuk memutuskan tindakan moral yang tepat. Oleh karena itu, perempuan tidak layak untuk mengambil peran yang lebih luas di dalam lingkungan masyarakat. Kesetaraan gender bukanlah ingin membuat perempuan dapat menyaingi laki-laki dalam mengambil alih tugas, tanggung jawab, fungsi dan haknya, melainkan ialah untuk memberikan keadilan antara laki-laki dan perempuan dalam menentukan perannya di kehidupan masyarakat. Gender adalah suatu karakteristik sifat pembeda antara laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh lingkungan sosial dan budaya. Misalnya laki-laki kuat, tegas, pemberani, rasional, pemimpin, dan sebagainya, sementara perempuan penyayang, perhatian, lemat-lembut, keibuan dan sebagainya. Walaupun demikian, karakteristik tersebut tidaklah bersifat kodrat melainkan dapat saling dipertukarkan antar satu sama lain, contohnya perempuan juga dapat menjadi seorang yang rasional, pemimpin, dan sebagainya. Sedangkan laki-laki juga dapat mejadi seorang yang lemah-lembut, penyayang, perhatian, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat di Kejadian pasal 37-45, Yusuf mendapat perlakukan yang tidak baik dari saudara-saudaranya. Namun Yusuf lemah lembut, penyabar, perhatian, penyayang, dan mudah memaafkan terhadap perlakuan saudara- saudaranya. Karakteristik tersebut seharusnya dimiliki oleh kaum perempuan, namun Yusuf juga memilikinya meskipun dia laki-laki. Oleh sebab itu, seharusnya karakteristik tersebut haruslah terlepas dari tindakan diskriminasi, karena laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan peran dan fungsinya di kehidupan masyarakat luas. Berdasarkan Alkitab, laki-laki adalah manusia pertama yang diciptakan setelah itu Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki untuk menjadi penolong laki-laki. Namun, maksud Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki, bukan berarti kedudukan perempuan lebih tinggi atau pun lebih rendah. Di dalam Kejadian 2:18 menjelaskan, Allah menciptakan perempuan sebagai penolong laki-laki yang sepadan, artinya sepadan bahwa laki-laki dan perempuan sejajar dari segi penciptaan Allah. Perempuan diciptakan Allah untuk laki-laki bukan sebagai budaknya, melainkan sebagai permaisuri yang sepadan yang menunjukkan kepada kesesuaian dan kesamaan. Tertulis di dalam Kejadian 1:26-28 bahwa, Allah menciptakan manusia yakni laki-laki dan perempuan secara sejajar. Allah memberkati laki-laki dan perempuan serta memberikan hak dan peran yang sama untuk bertanggung jawab mengurus segala ciptaan-Nya. Baik laki-laki ataupun perempuan, keduanya sama-sama merupakan manusia yang mencerminkan gambar Allah serta keduanya juga diberkati dan diberikan kuasa yang sama oleh Allah. Jadi, walaupun laki-laki dan perempuan diciptakan Allah dengan jenis yang berbeda secara biologis dan memiliki karakteristiknya masing-masing, namun Allah tidak membuat perlakuan yang berbeda terhadap keduanya, melainkan memberikan tugas dan tanggungjawab yang setara/seimbang, serta memberkati kedua ciptaannya tersebut. Selain Yusuf masih banyak laki-laki di dalam Alkitab yang memiliki karakteristik lemah lembut, seperti cerita Ishak dengan gembala-gembala Gerar yang mengakui sumur kepunyaan Ishak sebagai milik mereka, namun Ishak selalu mengalah, sabar, dan tetap rendah hati (Kej. 26:1-31). Kemudian, seorang laki-laki bernama Yesaya yang memiliki sikap yang sangat lembut dan rendah hati (Yes. 6:5). Yesus Kristus yang memiliki karakteristik yang lemah lembut, pengasih, dan penyayang kepada semua orang (Mat. 8:5-7; 11:29). Rasul Paulus yang memiliki karakteristik yang rendah hati (1 Kor. 2:4-5; 15:8-10; 1 Tim. 1:15-16), dan masih banyak lagi tokoh Alkitab lainnya. 2. Ayat Alkitab favorit yang memberikan pengaruh besar dalam hidup saya untuk menghargai sesama yang dianggap rendah oleh masyarakat umum a. Tuliskan dua ayat Alkitab (alamat ayat Alkitab dan isi ayat). Hafalkan untuk dipresentasikan minggu depan - Roma 12:10, “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”. - 1 Yohanes 4:7-8, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.” b. Jelaskan alasan ayat tersebut penting untuk Anda. i. Roma 12:10, isi “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat”, ayat ini penting karena di dalam ayat tersebut terdapat kata saling mengasihi dimana kita sebagai umat Kristiani, antar anggota Gereja harus saling mengasihi satu sama lain. Jadi bukan hanya salah satu pihak saja yang mengasihi. Orang Kristen saling mengasihi karena mereka adalah satu keluarga. Allah adalah Bapa mereka, dan mereka satu sama lain adalah saudara dan saudari di dalam Tuhan. Mereka bukanlah orang asing satu sama lain. Gereja Kristen merupakan satu keluarga di dalam Allah. Di dalam ayat tersebut juga dikatakan bahwa saling mendahului dan memberi hormat. Contoh dari hal tersebut yaitu kita memuji orang yang bertemu dengan kita karena pakaiannya bagus. Hal itu sudah termasuk ke dalam menghormati sesama dan menghormati sesama merupakan salah satu bentuk perwujudan dari kasih. Tindakan menghormati sesama ini dapat membuat hidup menjadi lebih rukun satu dengan yang lainnya. Contoh lain dari menghormati satu sama lain yaitu ketika saat kita mengendarai kendaraan dan dijalan ada sebuah kendaraan yang ingin putar balik atau menyebrang, kita bisa memberi mereka jalan terlebih dahulu dan mereka pun berterima kasih dengan cara membunyikan klakson kendaraannya. Dengan kita mengasihi, menghargai, dan menghormati satu sama lain maka antar satu sama lainnya bisa lebih rukun dan damai terhindar dari perpecahan. Tanpa kita sadari pun sebenernya dalam satu hari saja, banyak orang yang berjasa di dalam hidup kita yang jasanya tidak bisa dibalas dengan uang atau tenaga. Namun dengan senyuman manis, ucapan terima kasih, serta pujian, kita bisa menyatakan rasa hormat dengan penghargaan kepada mereka. Ayat Roma 12:10 ini penting bagi saya karena ayat ini selalu menyadarkan saya bahwa setiap manusia di dunia ini adalah sama dengan kita, satu saudara dengan Tuhan, anak-anak Allah. Maka sebagai satu saudara lebih baik jika saling menghormati dan mengasihi. Setelah saya menerapkan hal ini, hidup saya menjadi lebih damai dari sebelumnya. Hal-hal yang saya lakukan yaitu seperti memuji mama saya, menyapa teman-teman saya terlebih dahulu, mendengarkan pendapat orang lain, dsb. Saya percaya bahwa jika kita menghormati orang lain maka mereka juga akan menghormati kita. Dengan berperilaku menghormati, maka itu artinya kita menghormati Tuhan, diri kita sendiri, dan orang lain karena kita manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan kita adalah anak Tuhan Allah. ii. 1 Yohanes 4:7-8, isi “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih”, ayat ini penting karena melalui ayat ini kita diingatkan bahwa Allah adalah Kasih, jadi barang siapa tidak mengasihi Allah ia tidak benar-benar mengenal-Nya. Karena melalui kasih kita dapat mencerminkan kepribadian dan prilaku kita sebagai anak-anak Allah. Walaupun kasih merupakan suatu aspek dari buah Roh (Gal 5:22-23) dan bukti kelahiran baru (1Yoh 2:29; 3:9-10; 5:1), namun kasih juga merupakan sesuatu yang harus dikembangkan. Oleh karena itu, Yohanes menasihati kita untuk saling mengasihi, memperhatikan sesama kita, dan berusaha memajukan kesejahteraan mereka. Yohanes tidak berbicara mengenai itikad baik, tetapi mengenai keputusan dan sikap untuk menolong orang lain (1 Yoh 3:16-18; bd. Luk 6:31). Yohanes mendorong kita untuk memperlihatkan kasih karena tiga alasan: 1. Kasih adalah sifat Allah sendiri (ayat 1Yoh 4:7-9), yang dinyatakan dengan mengaruniakan Anak-Nya kepada kita (ayat 1Yoh 4:9,10). Kita mengambil bagian dalam sifat-Nya karena kita lahir dari Dia (ayat 1Yoh 4:7). 2. Oleh sebab Allah mengasihi kita, maka kita yang sudah mengalami kasih, pengampunan, dan pertolongan-Nya wajib menolong orang lain, meskipun untuk itu kita harus berkorban secara pribadi. 3. Jikalau kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita dan kasih-Nya disempurnakan di dalam kita (ayat 1Yoh 4:12). Sebagaimana dikatakan di dalam 1 Yohanes 4:7-8: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah”. Sesungguhnya, Allah memberikan Kitab Suci kepada kita agar kita dapat mengenal-Nya karena di dalamnya Dia mengungkapkan Diri-Nya sendiri. Namun dilihat dari ayat tersebut bahwa hal itu tidak akan terjadi apabila kita hanya memiliki pengetahuan di kepala saja. Untuk dapat mengenal Allah diperlukan juga kasih. Bahkan jika seseorang memiliki pengetahuan Alkitab yang lengkap dan sudah paham betul isi dari Alkitab, namun orang itu tidak akan mengenal Allah apabila pengetahuan itu tidak disertai dengan kasih.