Anda di halaman 1dari 3

Macam-macam Nasakh

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa dalil syar’i terdiri dari Al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad
Saw. Dengan demikian nasakh ada empat macam:

a. Nasakh Al-Qur`an dengan Al-Qur`an

Syeikh Muhammad Khudhari Beik mengatakan bahwa ulama bersepakat tentang adanya nasakh Al-
Qur’an dengan Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat hukum syar’i yang dinasakh
dengan ayat lain. Perhatikan contoh berikut:

‫ص َد َق ًة‬ َ ‫ٰ ٓۗ يا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْٓوا ِا َذا َن‬


َ ‫اج ْي ُت ُم الرَّ س ُْو َل َف َق ِّدم ُْوا َبي َْن َي َديْ َنجْ ٰوى ُك ْم‬
Artinya: “hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul
hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin).”

QS. Al-Mujadilah [58]: 12 di atas memerintahkan orang-orang beriman agar memberi sedekah kepada
fakir miskin manakala hendak menemui Rasululla Saw. Hukum perintah memberikan sedekah tersebut
dinasakh dengan QS. Al-Mujadilah [58]: 13;

‫اب هّٰللا ُ َع َل ْي ُك ْم َفا َ ِق ْيمُوا‬


َ ‫ت َفا ِْذ َل ْم َت ْف َعلُ ْوا َو َت‬
ٍ ۗ ‫ص ٰدَق‬
َ ‫َءاَ ْش َف ْق ُت ْم اَنْ ُت َق ِّدم ُْوا َبي َْن َيدَ يْ َنجْ ٰوى ُك ْم‬
‫الز ٰكو َة َواَطِ ْيعُوا هّٰللا َ َو َرس ُْو َل ٗه َۗوهّٰللا ُ َخ ِب ْي ٌر ِۢب َما َتعْ َملُ ْو َن‬
َّ ‫ࣖ الص َّٰلو َة َو ٰا ُتوا‬
Artinya: “apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum
mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-
Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

b. Naskh Al-Qur`an dengan Sunnah

Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah. Sebagian ulama
mengatakan Al-Qur’an tidak boleh dinasakh dengan Sunnah. Sebab mereka menganggap bahwa
kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran agama Islam lebih tinggi dari Sunnah. Sedangkan
Sunnah merupakan sumber ajaran agama Islam kedua yang berfungsi sebagai penjelas (al-bayān) Al-
Qur’an. Semetnara kelompok ulama yang lainnya mengatakan bahwa nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah
hukumnya boleh. Argumentasi mereka didasarkan kepada pemahaman bahwa Sunnah sama seperti Al-
Qur’an merupakan wahyu Allah Swt. meski redaski Hadis bersumber dari Nabi Muhammad Saw.
Kelompok kedua ini meyakini bahwa praktek nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah terjadi pada QS. Al-
Baqarah [2]: 180 tentang kewajiban wasiat kepada orang tua dan kerabat. Menurut pendapat kedua ini
ayat tersebut dinasakh dengan hadis:

ِ ‫ َوالَ َوصِ َي َةل َِو‬،ُ‫  ِإنَّ هَّللا أعْ َطى َك َّل ذِي َح ٍّق َح َّقه‬
ٍ ‫ار‬
‫ث‬
“Sesungguhnya Allah telah memberikan seseorang sesuai dengan haknya, dan tidak ada wasiah bagi ahli
waris” (HR. al-Turmudzi)

(referensi dr ilmu tafsir mpak)


Kajian tentang Naskh dalam al Qur`an ini akan memiliki
banyak manfaat dan pengaruh yang besar bagi perkembangan
kajian al Qur`an (sumber utama ajaran Islam) dan kajian ajaran agama Islam
pada umumnya.
Manfaat-manfaat kajian tentang Naskhdalam al Qur`an,
diantaranya: )Pengetahuan tentang ayat-ayat Nasikh dan ayat-ayat
Mansukh merupakan unsur yang sangat penting (utama) untuk memahami al
Qur`an: pegangan hidup utama umat Islam dan sumber pertama ajaran Islam.
2)Pengetahuan tentang ayat-ayat Nasikh dan ayat-ayat Mansukh
merupakan unsur penunjang yang penting (utama) untuk memahami ajaran
syariat Islam.
3)Pengetahuan tentang ayat-ayat Nasikh dan ayat-ayat Mansukh bisa
mengungkap tabir-tabir perjalanan (pembentukan)syariat Islam.
4)Pengetahuan tentang ayat-ayat Nasikh dan ayat-
ayat Mansukh bisa menunjukkan hikmah-hikmah pendidikan Allah kepada
kita dan strateginya.
5)sKajian ini bisa menciptakan buntut pembahasan yang
panjang dan bercabang, karena mengkaji sumber utama
ajaran islam : al Qur`an.
2.Pengertian Linguistik Naskh Menurut Ilmu Gramatikal Bahasa Arab
(Shorof), kata Nâsikhdan kata Mansûkhberasal dari kata Nasakha-Yansukhu-
Naskh(an). Yakni, kata Nâsikhmerupakan Isim Fail dari Masdar berupa kata
Naskh. Sehingga, kata Nâsikhpun bisa dimaknai
sebagai sesuatu yang me-Naskh. Adapun kataMansûkh, iamerupakan
Isim Maful dari Masdar berupa kataNaskh. SehinggakataMansûkh
tersebut bisa dimaknai sebagai sesuatu yang di
-
Naskh
.
Menurut al Zarqani,
203
secara bahasa kata
Naskh
(
Nasakha
)
memiliki dua makna. Meliputi:
203
Untuk sekedar memahami al Qur`an sejatinya merupakan suatu proses yang relatif sulit. Karena hal
itu memerlukan pengetahuan yang luas untuk dapat memahami Al Qur`an.
Al Qur`an (Kitabullah) menurut al Zarkasyi-itu lautannya dalam dan pemahamannya lembut, sehingga
tidak akan bisa memahaminya kecuali orang yang luas ilmunya, yang menggauli Allah dengan
ketakwaannya secara rahasia dan terang-terangan, dan yang mengagungkan-Nya ketika ia berada dalam
persoalan-persolan subhat (samar). (9
Lihat : al Zarkasyi Muhammad bin Abdullah, al Burhân fî U
̳ lûm al Qur`ân,
ditahqiqkan oleh Abu al Fadhl al Dim
yathi, Kairo: Dar al Hadits, 2006, hlm. 419.

Mengetahui ilmu Nasikh-Mansukh menurut al Suyuthi merupakan salah satu dari


sejumlah syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh kelayakan dalam
menafsirkan Al-Qur`an.

Manfaat kajian tentang Naskh dalam al qur`an ini akan mempunyai banyak
pengaruh besar untuk perkembangan dalam memahami Al-Qur`an dan ajaran
agama islam pada umumnya.

Menurut al Zarqani, secara bahasa kata Naskh (Nasakha) memiliki dua makna.
Meliputi
1) (menyingkirkan sesuatu dan menghilangkannya).
2) memindahkan sesuatu dan mengubahnya disertai dengan tetapnya
keberadaan dirinya –tanpa menghilangkannya),

Anda mungkin juga menyukai