Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa dalil syar’i terdiri dari Al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad
Saw. Dengan demikian nasakh ada empat macam:
Syeikh Muhammad Khudhari Beik mengatakan bahwa ulama bersepakat tentang adanya nasakh Al-
Qur’an dengan Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat hukum syar’i yang dinasakh
dengan ayat lain. Perhatikan contoh berikut:
QS. Al-Mujadilah [58]: 12 di atas memerintahkan orang-orang beriman agar memberi sedekah kepada
fakir miskin manakala hendak menemui Rasululla Saw. Hukum perintah memberikan sedekah tersebut
dinasakh dengan QS. Al-Mujadilah [58]: 13;
Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah. Sebagian ulama
mengatakan Al-Qur’an tidak boleh dinasakh dengan Sunnah. Sebab mereka menganggap bahwa
kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok ajaran agama Islam lebih tinggi dari Sunnah. Sedangkan
Sunnah merupakan sumber ajaran agama Islam kedua yang berfungsi sebagai penjelas (al-bayān) Al-
Qur’an. Semetnara kelompok ulama yang lainnya mengatakan bahwa nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah
hukumnya boleh. Argumentasi mereka didasarkan kepada pemahaman bahwa Sunnah sama seperti Al-
Qur’an merupakan wahyu Allah Swt. meski redaski Hadis bersumber dari Nabi Muhammad Saw.
Kelompok kedua ini meyakini bahwa praktek nasakh Al-Qur’an dengan Sunnah terjadi pada QS. Al-
Baqarah [2]: 180 tentang kewajiban wasiat kepada orang tua dan kerabat. Menurut pendapat kedua ini
ayat tersebut dinasakh dengan hadis:
ِ َوالَ َوصِ َي َةل َِو،ُ ِإنَّ هَّللا أعْ َطى َك َّل ذِي َح ٍّق َح َّقه
ٍ ار
ث
“Sesungguhnya Allah telah memberikan seseorang sesuai dengan haknya, dan tidak ada wasiah bagi ahli
waris” (HR. al-Turmudzi)
Manfaat kajian tentang Naskh dalam al qur`an ini akan mempunyai banyak
pengaruh besar untuk perkembangan dalam memahami Al-Qur`an dan ajaran
agama islam pada umumnya.
Menurut al Zarqani, secara bahasa kata Naskh (Nasakha) memiliki dua makna.
Meliputi
1) (menyingkirkan sesuatu dan menghilangkannya).
2) memindahkan sesuatu dan mengubahnya disertai dengan tetapnya
keberadaan dirinya –tanpa menghilangkannya),