Anda di halaman 1dari 6

USHUL TAFSIR WA QOWAIDHUHU

NASAKH
Disusun Oleh :

Luqmanul Hakim

M. Rizky Adriansyah Putra

Dosen Pengampu:

Dr. Ahmad Zuhri, Lc. M.A

Dr. Zainal Abidin Husain, Lc. M.A

Program Magister

Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDY ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

2023
Naskh Al-Quran Dengan Hadits
A. Nasakh.
Nasakh menurut Bahasa ialah memindahkan dan menghilangkan. Sedangkan menurut
istilah: mengangkat suatu hukum syariah dengan dalil syariah yg datang belakangan.1

B. Hukum kebolehan Nasakh.


Para jumhur ulama berijma’ akan kebolehan adanya ijma’ sedangkan Yahudi menafikan
adanya kebolehan Nasakh.2

C. Hikmah Adanya Nasakh.


Setiap yang diturunkan Allah melainkan ada Hikmah di dalamnya, dan begitu juga dengan
Nasakh diantaranya:
1. Mashlahat ummat
2. Kemudahan bagi Ummat
3. Tadarruj atau tahapan dalam adanya syariat.
4. Menguji mereka yg beriman dalam menaati perintah Allah SWT.

D. Pembagiaan Nasakh.
Kitab-kitab ulumul quran telah menjelaskan secara terperinci tentang ini, dan para ulama
telah membagikannya kedalam 4 bagian3, yaitu:
1. Nasakh Al-Quran dengan Al-Quran.
para ulama telah sepakat bahwa hal ini ada di dalam Al-Quran, seperti tentang masa iddah
bagi para Wanita yang awalnya masa iddah mereka satu tahun penuh sebagaimana dijelaskan
pada surah Al-Baqarah;240 yang dinasakh hukumnya dengan 3 masa suci dijelaskan dalam
surah Al-Baqarah;234.

2. Nasakh Al-Quran dengan Hadits


Pada pembahsan ini para ulama membaginya kedalam 2 bagian:
a. Nasakh Al-Quran dengan Hadits Mutawatir
b. Nasakh Al-Quran dengan hadits Ahad.
Akan dijelaskan secara terperinci.
3. Nasakh Sunnah dengan Al-Quran.
Hal ini diperbolehkan di syariah menurut pendapat jumhur Ulama, sebagaimana yg terjadi
pada perkara kiblat ke Mekkah, yang awalnya shalat menghadap Baitul maqdis Palestina di
nasakh dengan ayat
Al-Quran yang menyatakan kiblat menjadi Ka’bah Masjidil Haram Mekkah.

4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah.

1
. Hisyam Kamil Hamid Musa, Khulasah fi ulumul Quran, no cetak;2023\11871,cairo, hal;69.
2
Imam suyuthi, Al-Itqan Fi Ulumil Quran.
3
Hisyam Kamil Hamid Musa, Khulasah fi ulumul Quran
Nasakh Sunnah dengan Sunnah terbagi menjadi 4 bagian, yaitu;
a. Nasakh Sunnah Mutawatir dengan yang Mutawatir
Para ulama membolehkannya.
b. Nasakh sunnah Ahad dengan Mutawatir
para ulama memperbolehkannya.
c. Nasakh Hadits Ahad dengan Hadits Ahad.
Para ulama memperbolehkannya
d. Nasakh Sunnah Mutawatir dengan Hadits Ahad.
Mayoritas ulama tidak membolehkannya, karena Mutawatir adalah sesuatu yang Qath’I
dan Ahad merupakan Dzanni.
Qathi adalah sesuatu yang maknanya satu dan tidak mungkin ada makna lainnya.
Contoh Firman Allah SWT;
‫ِل ِم‬
‫لَّذَك ِر ْثُل َح ِّظ اُاْلْنَثَيْي‬
Dari ayat ini tidak ada penafsiran lain kecuali bagian laki-laki itu seperti 2 perempuan
dalam warisan.

Dzanni adalah sesuatu yang maknanya memungkinkan lebih dari satu.


Contonya:
‫ِا‬
‫َّنٓا َاْع َطْيٰن َك اْلَك ْو َثَر‬
Dalam ayat ini ada pendapat yang mengatakan makna ‫ اْلَك ْو َثَر‬sebagai telaga di akhirat dan
keturunan Rasulullah yang akan terus ada sampai hari akhir.

E. Nasakh Al-Quran dengan Hadits

Pada pembahsan ini para ulama membaginya kedalam 2 bagian:4

1.) Nasakh Al-Quran dengan hadits mutawatir


Imam syafi’I melarang adanya nasakh dengan hadits mutawatir, sedangkan Imam Malik,
dan Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad dalam satu pendapatnya membolehkan.
Contoh:
Tentang warisan, ayat Al-Quran yg menjelaskan bahwa wasiat bisa diberikan kepada ahli
waris dan di nasakh dengan hadits “ tidak ada wasiat bagi nahli warist “ HR.Bukhari.

Hadits Mutawatir adalah Hadits yg diriwayatkan oleh banyak orang yang tidak mungkin
bersekongkol dalam kebohongan.
Dalil mereka yang melarang:
- Q.S Annahl ayat 44

4
Muhammad Ibrahim Hifnawi, Syarah Kawakib Sathi’ ala Nadzmi Jam’il Jawami’ lissuyuthi, Maktabah Iman,
Cairo, jilid 2, hal584-586.
‫َوَاْنَزْلَنٓا ِاَلْيَك الِّذْك َر ِلُتَبَنِّي ِللَّناِس َم ا ُنِّزَل ِاَلْيِه ْم َو َلَعَّلُه ْم َيَتَف َّك ُرْو َن‬
Pandangan mereka bahwa Allah berfirman tugas Nabi hanya menyampaikan wahyu dari
Allah, dan nasakh tidak termasuk menyampaikan (Bayan).

Sanggahan:
1. Dari ayat tersebut tidak ada pembatasan hanya kepada bayan, karena ayat tersebut tidak ada
huruf hashr.
2. Kalau kita setuju dengan pembatasan bayan, maka Ketika Rasulullah menyampaikan wahyu
juga didalamnya ada penghapusan suatu hukum.
3. Pembatasan tugas nabi hanya menyampaikan Al-Quran itu berarti meniadakan tugas Sunnah
Nabi sebagai sumber Syariah, dan kita juga melihat banyak hukum dalam islam yang diambil
hanya dari Hadits Nabi Muhammad SAW.

b. Firman Allah SWT. :

‫َوِاَذا َبَّد ْلَنٓا ٰاَيًة َّم َك اَن ٰاَيٍۙة َّوالّٰل ُه َاْع َلُم َمِبا ُيَنِّزُل َقاُلْٓو ا ِاَمَّنٓا َاْنَت ُمْف َت َبْل َاْك َثُرُه ْم اَل َيْع َلُمْو َن‬

‫ِل ِلِم‬ ‫ِذ‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬


‫ُقْل َنَّزَلهٗ ُرْوُح اْلُقُد ِس ْن َّرِّبَك ِباَحْلِّق ُيَثِّبَت اَّل ْيَن ٰاَم ُنْوا َوُه ًد ى َّوُبْشٰرى ْلُمْس َنْي‬
Dari ayat mereka yg melarang mengatakan Al-Quran itu turun dibawa Malaikat Jibril maka
yang berhak menghapuskan hukum hanya Malaikat Jibril.

Sanggahan dari Imam Syaukani:


Telah kamu ketahui bahwa Sunnah itu juga sumber syariah dari Allah SWT, sebagaimana
Al-Quran juga sumber syariah dari Allah sebagaimana firman Allah SWT:

‫َوَم ا َآَتاُك ُم الَّرُس وُل َفُخ ُذ وُه َوَم ا َنَه اُك ْم َعْنُه َفاْنَتُه وا‬

c. Allah SWT berfirman:

‫ٍء‬ ‫َّل‬ ‫ِم ِل‬ ‫ِم ٍة ِس ِت ٍرْي‬


‫َم ا َننَس ْخ ْن َءاَي َأْو ُنن َه ا َنْأ َخِب ِّم ْنَه ٓا َأْو ْث َه ٓاۗ َأْمَل َتْع َلْم َأَّن ٱل َه َعَلٰى ُك ِّل َش ْى‬
‫ِد‬
‫َق يٌر‬
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

Dari ayat ini mereka memahami beberapa hal:


1. Sunnah kedudukannya tidak lebih baik dari Al-Quran
2. Al-Quran dari Allah dan Sunnah dari Rasulullah.
3. Nasakh harus dari Dzat yg Maha Sempurna yaitu Allah SWT.

Sanggahan dari mereka yang membolehkan:


Bahwa Al-Quran adalah sama kedudukan dari Allah karena Rasulullah SAW tidaklah
mengatakan sesuatu melainkan wahyu dari Allah SWT.

B.) Nasakh Al-Quran dengan Hadits Ahad.

Nasakh Al-Quran dengan Hadits Ahad para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, ada
Sebagian yang membolehkan dan ada juga yg memperbolehkan.

a. Mereka yg membolehkan berdalil sebagai berikut:

Al-Quran itu dzanni dalalah sama dengan Hadits Ahad sebagaimana pendapat Jumhur
ulama ushul dan kaum zahiri yaitu salah satu madzhab dalam fiqih yg diinisiasi oleh Dawud
Azzahiri bin Khalafah (W.883 M), sebagaimana kebolehan Nasakh Hadits Mutawatir dengan
Ahad.

b. Mereka yg melarang berdalil:


Mereka mengatakan bahwa bahwa Al-Quran Qathi Tsubut berbeda dengan Hadits Ahad
yg merupakan Dzanni, bagaimana mungkin yang Qathi diangkat dengan yang Dzanni.
Diantara mereka Imam Az-Zurqani sebagaimana dalam beliau di dalam “Manahilul
‘Irfan” : Hadits Ahad tidak boleh menasakh Al-Quran dengannya dikarenakan ia dzanni dan Al-
Quran itu qath’I, dzanni lebih lemah dari qath’i.

Contoh dari Hadits Ahad yang menasakh Al-Quran:


‫ُك ِتَب َعَلْيُك ْم ِاَذا َح َض َر َاَح َدُك ُم اْلَمْو ُت ِاْن َتَرَك َخ ْيًرۖا ࣙاْلَو ِص َّيُة ِلْلَواِلَد ْيِن َواَاْلْقَرِبَنْي ِباْلَم ْع ُرْو ِۚف َح ًّقا َعَلى‬
‫ِق‬
‫اْلُم َّت ْي‬
Diwajibkan kepadamu, apabila seseorang di antara kamu didatangi (tanda-tanda) maut sedang
dia meninggalkan kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada kedua orang tua dan karib
kerabat dengan cara yang patut (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.

Dalam ayat ini menjelaskan bahwa ada kebolehan penerima warisan mendapatkan wasiat
mayyit dari hartanya dan ini telah dihapus dengan hadits Nabi Muhammad SAW:
‫قال رسول اهلل ال وصية لوارث‬

“Rasulullah bersabda, ‘Tidak (diperbolehkan) wasiat (harta) kepada ahli waris5

Sumber Pustaka.

1. Hisyam Kamil Hamid Musa, Khulasah fi ulumul Quran


2. Imam suyuthi, Al-Itqan Fi Ulumil Quran.
3. Muhammad Ibrahim Hifnawi, Syarah Kawakib Sathi’ ala Nadzmi Jam’il Jawami’ lissuyuthi

5
https://islam.nu.or.id/bahtsul-masail/hukum-wasiat-kepada-ahli-waris-tpRgm

Anda mungkin juga menyukai