Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP DASAR ANAK PRA SEKOLAH

A. Definisi

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 5 tahun yang mempunyai

berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang dan dikembangkan agar

pribadi anak tesebut berkembang secara optimal (Supartini,2004). Anak usia pra

sekolah adalah anak yang berusia antara 3-5 tahun (Wong, 2000), dimana memiliki

karakteristik tersendiri dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

B. Pertumbuhan fisik anak pra sekolah

a. Ciri -ciri umum anak pra-sekolah

1) Anak pra-sekolah yang sehat adalah yang langsing, ceria dan gesit dengan

postur tubuh yang baik

2) Perkembangan utama terjadi pada koordinasi motorik halus, seperti

diperlihatkan dengan membaiknya kemampuan menggambar

3) Keterampilan mototrik kasar juga meningkat, seperti anak dapat melompat

meloncat dan berlari lebih baik. Kemampuan-kemampuan atletik seperti

berseluncur dan berenang dapat dikembangkan

b. Tinggi badan

1) Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan TB berkisar antara 7,5

cm dan TB rata-rata 95 cm
2) Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun

sebelumnya. TB mencapai 103 cm sehingga TB sudah mencapai 2 kali lipat

dari TB saat lahir

3) Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah TB rata-rata

mencapai 110cm

c. Berat badan

1) Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8-2,7 kg dan

rata-rata BB 14,6 kg

2) Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun

sebelumnya. BB mencapai 16,7kg

3) Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra-sekolah BB rata-rata

mencapai 18,7kg

C. Perkembangan kognitif

Diuraikan menjadi dua yaitu perkembangan kognitif menurut Piglet dan

perkembangan bahasa yang diuraikan berikut ini

1) Tahap pra-operasional

a) Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan

memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan

keterikatan atau hubungan diantara mereka

b) Pemikiran atau sifat anak yang aneh/ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka

pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika

mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas

c) Metal operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah
d) Tahap pra operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal antara lain:

egosentrisme, ketidakmatangan pikiran/ide/gagasan tentang sebab-sebab dunia

di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili,

kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan

tentang identitas orang dan objek

2) Perkembangan kognitif menurut piglet diuraikan secara lebih luas berikut ini

a) Mneurut piglet, tahap pemikiran pre-operasional ini terdiri dari 2 fase, yaitu:

(1) Fase pre-konseptual

(a) ) Terjadi pada usia 2-4 tahun

(b) Anak membentuk konsep yang tidak selengkap orang dewasa,

membuat klasifikasi sederhana, menggabungkan satu peristiwa dengan

sesuatu yang simultan (alasan transduktif) dan menunjukkan

pemikiran egosentrik

(2) Fase intuitif

(a) Berkisar dari usia 4-6 tahun 9

(b) Anak menjadi mampu mengklasifikasikan, menjumlahkan dan

menghubungkan objek tetapi tetap tidak menyadari prinsip-prinsip

dibelakang operasi-operasi ini

(c) Ini menunjukkan proses berfikir intuisif (menyadari bahwa sesuatu itu

benar tetapi tidak dapat menyatakan mengapa), tidak dapat untuk

melihat sudut pandang dari orang lain dan menggunakan banyak kata-

kata dengan tepat tetapi tanpa pengetahuan nyata tentang

pengertiannya
b) Anak pra-sekolah menunjukkan pemikiran khayal dan percaya bahwa

pemikiran tersebut semuanya menguatkan. Mereka mungkin merasa bersalah

dan bertanggung jawab untuk terjadinya pikiranpikiran buruk yang pada

waktu ini mungkin tepat dengan kejadian dari peristiwa yang diharapkan

c) Perkembangan Bahasa Pra-Sekolah

1) anak usia 3 tahun dapat mengatakan 900 kata menggunakan tiga sampai

empat kalimat dan berbicara dengan tidak putus-putus (ceriwis)

2) Anak usia 4 tahun dapat menyatakan 1500 kata menceritakan cerita yang

berlebihan dan menyatakan lagu sederhana (ini merupakan usia puncak

untuk pertanyaan mengapa)

3) Anak usia 5 tahun dapat mengatakan 2100 kata dan mengetahui empat

warna atau lebih, nama-nama baru dalam seminggu dan nama bulan

D. Perkembangan psikososial

a. Perkembangan Psikososial Menurut Erikson

1) Perkembangan Psikososial Erikson Tahap 3 Inisiatif vs Kesalahan (1)

a) Tahap ini dialami pada anak saat usia 4-5 tahun (preschool age)

b) Anak-anak pada usia ini mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya

sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya

c) Mereka mencoba mengambil banyak inisiatif dari rasa ingin tahu yang

mereka alami

d) Akan tetapi bila anak-anak pada masa ini mendapatkan pola asuh yang

salah mereka cenderung merasa bersalah dan akhirnya hanya berdiam diri
e) Sikap berdiam diri yang mereka lakukan bertujuan untuk menghidari suatu

kesalahan-kesalahan dalam sikap maupun perbuatan

2) Perkembangan psikososial Erikson Tahap 3 inisiatif vs Kesalahan (2)

diuraikan secara luas sebagai berikut

a) Antara usia 3-6 tahun anak menghadapi krisis psikososial dimana Erikson

mengistilahkannya sebgai inisiatif melawan rasa bersalah ( initiative vs

guilt)

b) Orang lain yang penting bagi anak adalah keluarga

c) Pada usia ini, anak secara normal telah menguasai rasa otonomi dan

memindahkan untuk menguasai fase inisiatif

d) Anak pra-sekolah adalah seorang pembelajar yang energik, antusiasme

dan penggangu dengan imajinasi yang aktif

e) Kesadaran (suara dalam yang memperingatkan dan mengancam mulai

berkembang)

f) Anak menyelidiki dunia fisik dengan semua indra dan kekuatannya

g) Perkembangan rasa bersalah terjadi pada waktu anak dibuat merasa bahwa

imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat diterima

h) Rasa bersalah, cemas dan takut yang diakibatkan pada saat pikiran dan

aktivitas anak dengan harapan-harapan orang tua

i) Anak pra-sekolah mulai menggunakan alasan sederhana dan dapat

bertoleransi terhadap keterlambatan pemuasan dalam periode yang lama

b. Ketakutan dan Mekanisme Koping

1) Ketakutan
a) Seorang anak biasanya mengalami lebih banyak ketakutan selama masa

pra-sekolah daripada waktu lainnya

b) Ketakutan-ketakutan umum pada pra-sekolah meliputi takut gelap, takut

ditinggal sendirian terutama pada saat tidur, takut binatang, terutama

anjing yang besar, takut hantu, pemotongan tubuh, nyeri dan takut objek-

objek dan orang-orang yang berhubungan dengan pengalaman

menyakitkan

c) Pra-sekolah tengkurap untuk bersembunyi dari hardikan dan tindakan

orang tuanya, orangtua sering tidak menyadari bahwa perilaku mereka

membuat ketakutan pada anak mereka

d) Menginginkan anak pra-sekolah untuk menggunakan lampu pada malam

hari dan mendorongnya untuk memainkan ketakutannya dengan boneka

tau mainan lainnya yang bisa membantu memberikan anak rasa

pengendalian terhadap ketakutannya

2) Mekanisme Koping

a) Mekanisme koping termasuk menayakan pertanyaan-pertanyaan,

menginginkan perintah, memegang mainan favorit, mempelajari dengan

uji coba, melemparkan tantrum (ledakan amarah), agresi, mengisap

jempol, menarik diri dan regresi

b) Memperlihatkan anak terhadap proyek yang menakutkan di lingkungan

yang terkontrol, dapat memberikan kesempatan mengurangi ketakutannya.


c. Sosialisasi

1) Pada masa-masa pra-sekolah, jangkauan anak pada orang lain/orang terdekat

berkembang diluar orang tuanya yang mencakup kakek-neneknya, saudara

kandung dan guru-guru pra sekolah

2) Anak memerlukan interaksi teratur dengan teman sebaya untuk membantu

perkembangan keterampilan sosial

3) Tujuan utama pra-sekolah adalah untuk membantu perkembangan

keterampilan sosial anak. Kriteria dipertimbangkan pada waktu memilih

program pra-sekolah mencakup sebagai berikut

a) Akreditasi dan lisensi diikuti

b) Jadwal aktivitas harian dan materi yang tersedia

c) Guru yang berkualifikasi

d) Lingkungan yang aman, dengan tingkat kebisingan rendah, rasio guru-

anak tepat dan praktik sanitasi yang baik

e) Orang lain telah merekomendasikan sekolah

f) Observasi terhadap ank-anak pada permainan dan pekerjaan serta interkasi

mereka dengan guru-guru dapat diterima

g) Rencana-rencana alternatif tersedia pada waktu anak sakit dan orang tua

bekerja

d. Bermain

1) Permainan khas pada anak pra-sekolah adalah permainan yang asosiatif-

interaktif dan kooperatif dengan saling berbagi


2) Hal yang paling penting adalah kontak dengan teman sebaya

3) Aktivitas-aktivitas seharusnya meningkatkan keterampilan pertumbuhan

motorik: melompat, berlari dan memanjat

4) Pada masa ini merupakan usia yang tepat untuk permainan imajiner/khayal

5) Permainan meniru, imaginatif dan dramatik adalah hal yang penting

E. Perkembangan motoric halus anak pra sekolah

Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan motorik

halus yang merupakan keterampilan yang memerlukan control dari otot kecil dari

tubuh untuk mencapi tujuan dari keterampilan. Secara umum keterampilan motorik

halus meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan ini membutuhkan

kecermatan yang tinggi.

a. Usia 3 tahun

1) Membangun menara dari 9-10 kotak

2) Membangun jembatan dengan 3 kotak

3) Secara benar memasukkan biji-bijian kedalam botol berleher sempit

4) Menggambar, meniru lingkaran, silang, dan lingkaran dengan gambar wajah

b. Usia 4 tahun

1) Menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis

2) Dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya

3) Dapat menggambar, menyalin bentuk kotak, garis silang atau segi tiga

c. Usia 5 tahun

1) Mengikat tali sepatu


2) Menggunakan gunting, alat sederhana, atau pensil dengan baik Menggambar

meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan 7-9 bagian dari gambar

garis, mencetak beberapa huruf, angka atau kata seperti nama panggilan

Andriana, 2013

2. KONSEP DASAR KECEMASAN

A. Definisi

Kecemasan yaitu suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena

ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (penyebab tidak spesifik

atau tidak ketahui oleh individu). Perasaan yang takut tidak menentu sebagai sinyal

yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang dan memperkuat

individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup yang

menghadapi tuntunan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap

kesehatan fisik dan psikologis. Yang berdampak pada psikologis dan menimbulkan

kecemasan (Yusuf, Fitryasari & Nihayanti 2015).

Kecemasan merupakan penilaian dan respon emosional terhadap sesuatu yang

berbahaya. Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya. Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang berlebihan terhadap

kondisi ketakutan, kegelisahan, bencana yang akan datang, kekhawatiran atau

ketakutan terhadap ancaman nyata atau yang dirasakan (Saputro & Fazrin, 2017).

Menurut Kurniati dkk., (2017) kecemasan adalah respons yang tidak terfokus,

membaur, yang meningkatkan keaspadaan individu terhadap sebuah ancaman, nyata

atau dalam imaginasinya.


B. Tingkat kecemasan

Menurut Mardjan (2016), tingkat kecemasan atau yaitu:

a. Cemas ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan

membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu

individu menfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berfikir,

bertindak, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri.

b. Cemas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang

benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi.

c. Cemas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu berbeda dan ada

ancaman. Memperhatikan respons takut dan distress. Ketika individu mencapai

tingkat tertinggi ansietas, panic berat, semua pemikiran rasional berhenti dan

individu tersebut mengalami respons fight.

d. Panik berhubungan dengan ketakutan terror, karena mengalami kehilangan

kendali. Orang yang mengalami panic atau tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan, panic melibatkan disorganisasi kepribadian,

dengan panic terjadi peningkatan aktivitas motoric, menurunnya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan

rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan dan jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat

bahkan kematian.
C. Tanda dan gejala kecemasan

Menurut Association et al (2017), tanda dan gejala kecemasan yaitu:


a. Perasaan akan adanya bahaya yang akan datang, kematian, atau menjadi gila

b. Nadi cepat

c. Perasaan dada tertekan

d. Merasa susah bernapas

e. Cegukan, kesulitan menelan

f. Berkeringat banyak

g. Mulut kering

h. Sering berkemih

i. Tremor

j. Aktivitas berlebihan

k. Usaha untuk keluar dari lokasi sesegera mungkin

D. Cara menghindari cemas

Menurut Kamil dkk (2020), ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk

menghindari rasa cemas yang berlebihan ditengah wabah covid-19, diantaranya

sebagai berikut:

a. Cari sumber-sumber yang dapat dipercaya

b. Jaga kesehatan dengan baik

c. Tetap berhubungan dengan orang-orang tercinta

d. Istirahat sejenak dari berita

e. Alihkan perhatian untuk sementara

f. Berpikir positif
E. Alat ukur kecemasan

Menurut Tuti Meihartati (2018), derajat kecemasan seseorang dapat diketahui

dengan menggunakan alat ukur instrumen kecemasan. Saat ini, terdapat beberapa

instrumen kecemasan yang sudah teruji validitas dan rehabilitasnya yaitu:

a. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)

HRS-A merupakan skala yang dikembangkan untuk mengukur tanda

kecemasan dan telah digunakan secara luas diklinik dan berbagai penelitian

tentang kecemasan. Skala ini terdiri atas 14 item, tiap-tiap item dinilai dengan

skala 0-4 (0 = tidak cemas, 1 = cemas ringan, 2 = cemas sedang, 3 = cemas berat,

4 = panik) dengan nilai total 0-52. Skala ini dapat dipersepsikan sebagai berikut:

nilai

F. Cara penilaian pengukuran

Menurut Chrisnawati & Aldino (2019), cara penilaian kecemasan adalah dengan

memberikan nilai dengan kategori:

a. 0 = tidak pernah

b. 1 = jarang

c. 2 = kadang-kadang

d. 3 = sering

e. 4 = selalu

Penentuan derajat kecemasan adalah dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:

a. Skor < 14 : tidak ada kecemasan

b. Skor 14-20 : kecemasan ringan


c. Skor 21-27 : kecemasan sedang

d. Skor 28-41 : kecemasan berat

e. Skor 42-52 : kecemasan berat sekali

G. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Annisa & Ifdil (2016), menjelaskan faktor-faktor yang menimbulkan

kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang mengenai situasi yang

sedang dirasakannya, apakah situasi tersebut mengancam atau tidak memberikan

ancaman, serta adanya pengetahuan mengenai kemampuan diri untuk mengendalikan

dirinya (seperti keadaan emosi serta fokus kepermasalahannya). Pelaksanaan

pembatasan sosial berskala besar berpotensi memicu terjadinya gangguan kecemasan

(anxiety), depresi dan stress di masyarakat. Faktor lain yang dapat menyebabkan

seseorang mengalami gangguan kecemasan adalah lingkungan, emosional dan faktor

fisik. Selain itu penyebaran informasi yang tidak benar juga dapat memperburuk

kondisi kesehatan mental masyarakat.

3. KONSEP DASAR TERAPI BERMAIN CLAY

Pengertian Clay Clay dalam arti sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain

terbuat daritanah liat, clay juga terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi

adonannyamemiliki sifat seperti clay (liat/dapat dibentuk). Tanah liat dihasilkan oleh

alam, yang berasal dari pelapukan kerak bumi yang sebagian besar tersusun oleh batuan

felds patik, terdiri dari batuan granit dan batuan beku. Kerak bumi terdiri dari unsur unsur

seperti silikon, oksigen, dan aluminium. Aktivitas panas bumi membuat pelapukan batuan

silika oleh asam karbonat. kemudian membentuk terjadinya tanah liat. Buchalter

menyatakan bahwa penggunaan media clay akan dapat memberikan pengalaman khusus
seperti mengenal tekstur clay, mencetak clay dengan menggunakan sentuhan tangan

secara langsung, serta membentuk dan memanipulasi clay. 1 Menurut Soemarjadi bahwa

tanah Liat merupakan bahan baku pembuatan keramik pada umunnya. Plastisitasnya

(sifat lunak dan mudah dibentuk) cukup baik sehingga tidak banyak memerlukan

pengurusan. Jenis dan warnanya cukup banyak yang disebabkan oleh tercampur dengan

bahan lain. Tanah liat mempunyai warna: merah, kuning, abuabu, cokelat, kehitam-

hitaman, dan sebagainya.2

2. Kegiatan Bermain

Kegiatan bermain memiliki pengaruh perkembangan anak salah satunya untuk

melatih motoriknya. Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan

sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Menurut Swartsz

menjelaskan bahwa bermain dengan memanipulasi benda-benda yang mereka temukan

merupakan efek dari apa yang mereka lihat disekelilingnya.3 Bermain merupakan

bagian integral dari masa kanak - kanak, salah satu media yang unik dan penting untuk

memfasilitasi perkembangan: ekspresi bahasa, keterampilan emosi, keterampilan

sosial, keterampilan pengambilan keputusan, perkembangan kognitif pada anak-anak.

Bermain merupakan bentuk ekspresi diri yang paling lengkap yang pernah

dikembangkan manusia. Menurut Mc Cunc, Nicolich. & Fenson bermain dibedakan

dalam hal:

a) Ditujukan demi kesenangan sendiri

b)Lebih fokus pada makna daripada hasil akhir

c) Diarahkan pada eksplorasi subjek untuk melakukan sesuatu pada objek

d)Tanpa mengharapkan hasil serius


e) Tidak diatur oleh acuan eksternal

f) Adanya keterikatan aktif dari pemainnya.

Bermain digunakan konselor sebagai media komunikasi dalam konseling individu karena

ini adalah salah satu cara anak-anak merasakan dunianya. Melalui media bermain, akan

mendorong munculnya komunikasi interaktif yang berlandaskan rasa percaya diantara

konselor dan konseli, sehingga konseli mampu mengatur kehidupannya. Terdapat

berbagai alasan konselor perlu menerapkan layanan konseling dengan teknik terapi

bermain. Huda, Wulandari & Astuti menyatakan bahwa terapi bermain merupakan sebuah

teori yang menyatakan bahwa masa kanak-kanak adalah masa bermain, setiap mereka

melakukan banyak aktifitas yang bermuara pada permainan. Hal ini berarti terapi bermain

dapat digunakan dalam menyembuhkan permasalahan yang dialami oleh anak usia dini.

Sejalan dengan pendapat tersebut Hurlock menyatakan bahwa terapi bermain sangat

cocok diimplementasikan dalam layanan konseling yang diberikan oleh konselor karena

sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh anak usia dini, yaitu bermain. Beberapa

permainan dan alat bermain yang sederhana seperti kertas koran, balok titian, bermain

bola, Clay, dan lain – lain yang dapat membantu melatih motorik halus anak. Buchalter

menyatakan bahwa penggunaan media clay akan dapat memberikan pengalaman khusus

seperti mengenal tekstur clay, mencetak clay dengan menggunakan sentuhan tangan

secara langsung, serta membentuk dan memanipulasi clay. Sholt & Gavron menyatakan

bahwa penggunaan media clay akan dapat memberikan pengalaman terutama pada proses

pembentukan sebuah produk.6

b. Motorik Halus
Perkembangan fisik-motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat

saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Gerak tersebut berasal dari perkembangan

reflex dan kegiatan yang telah ada sejak lahir. Dengan demikian, sebelum perkembangan

gerak motorik ini mulai berproses, maka anak akan tetap tak berdaya. Laura E. Berk

menjelaskan perkembangan fisik-motorik pada anak usia dini dengan melakukan

pengamatan terhadap anak-anak yang sedang bermain di halaman sekolah atau pusat -

pusat permainan edukatif lainnya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketika anak-

anak bermain, akan muncul adanya keterampilan motorik baru yang masing-masing

membentuk pola kehidupannya. Perkembangan fisik-motorik terdiri atas 2 jenis, yakni

motorik kasar dan motorik halus. Gerak motorik kasar bersifat gerakan utuh, sedangkan

gerak motorik halus lebih bersifat keterampilan detail. Untuk lebih jelasnya, berikut ini

adalah keterangan kedua jenis gerak motorik tersebut.

a. Perkembangan Gerak Motorik Kasar

Gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Menurut

Laura E. Berk semakin anak bertambah dewasa dan kuat tubuhnya, maka gaya geraknya

semakin sempurna. Hal ini mengakibatkan tumbuh-kembang otot semakin membesar dan

menguat.Dengan membesar dan menguatnya otot tersebut, keterampilan baru selalu

bermunculan dan semakin bertambah kompleks.

b. Perkembangan Gerak Motorik Halus

Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengoordinasian gerak

tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. 9 Kelompok otot

dan syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti

meremas kertas, menyobek, menggambar, menulis dan lain sebagainya. Berbeda dengan
Hurlock, E. Berk menjelaskan gerak motorik halus ini dengan membandingkannya

dengan gerak motorik kasar. Dengan kata lain, E. Berk memahami bahwa gerak motorik

halus sebagai bentuk kebalikan dari gerak motorik kasar. Ia menyatakan bahwa pada anak

usia prasekolah telah terjadi perubahan besar pada gerak motoriknya. Sekedar contoh,

gerakan tangan dan jari yang meningkat. Bahkan, pada tahap ini anak sering mencoba

makan dengan tangannya sendiri, Tetapi orangtua sering kali mencegahnya dengan alasan

tangan anak kotor sehingga tidak boleh makan dengan tangan.10 Saat anak mencapai usia

3 tahun anak sudah mulai bias mengenakan baju sendiri, bahkan mampu memakai dan

melepas sepatunya sendiri. Keterampilan inilah yang disebut E. Berk sebagai self-help

skill (keterampilan menolong diri sendiri). Nah keterampilan menolong diri sendiri ini

akan mencapai puncak kesempurnaannya pada usia 6 tahun. Ketercapaiannya semua

gerakan ini tidak lepas dari perhatian jangka panjang yang diperagakan olehnya mulai

dari gerakan-gerakan tangan dan gerakan-gerakan lainnya yang kait-mengkait.11

Perkembangan motorik halus memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Hampir semua aktivitas anak, baik itu dirumah, di sekolah, maupun diwaktu bermain

anak melibatkan kemampuan motorik halusnya misalnya, memegang benda, mengambil

benda, membuat keterampilan, menulis, dan lainnya. Pengertian motorik halus menurut

Saputra dan Rudyanto adalah “kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-

otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun

balok dan memasukkan kelereng dan aktivitas lainnya.

Menurut Lerner menyatakan bahwa motorik halus adalah keterampilan menggunakan

media dengan koordinasi antara mata dan tangan.Berdasarkan definisi diatas dapat

disimpulkan motorik halus anak adalah kemampuan anak untuk melakukan suatu
kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak otot-otot kecil (halus) dan

memerlukan koordinasi yang cermat.13 Perkembangan motorik halus merupakan

kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh

tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat

seperti: mengamati sesuatu, menjimpit, menggunting, menempel dan sebagainya.

1. Tujuan Kemampuan Motorik Halus

Pada Anak Menurut Saputro dan Rudyanto ada tiga tujuan kemampuan motorik halus

yaitu:

1) Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan

2) Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata

3) Mampu mengendalikan emosi

2. Fungsi Kemampuan Motorik Halus

Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak keduatangan, sebagai alat untuk

mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata, sebagai alat untuk

melatih penguasaan emosi.

3. Ciri-ciri Kemampuan Motorik Halus Berikut ini merupakan ciri-ciri kemampuan

motorik halus anak usia 4 sampai 5 tahun :

1) Menempel

2) Menyusun potongan puzzle

3) Mewarnai dengan rapi

4) Menjahit sederhana

5) Mengisi pola sederhna dengan stempel, sobekan kertas

6) Mengancingkan kancing baju


7) Menggambar dengan gerakan naik turun bersambung

8) Menarik garik lurus, lengkung, miring

9) Mengekspresikan gerakan dengan irama bervariasi

10) Melipat kertas

11) Meremas

Anda mungkin juga menyukai