Anda di halaman 1dari 12

1

BENTUK PENDAMPINGAN ORANGTUA PADA ANAK DALAM MENONTON


KARTUN DORAEMON

Febia Rosada Fitrianum, Wiwid Noor Rakhmad


Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email
fisip@undip.ac.id

ABSTRAK

Kartun Doraemon merupakan salah satu program televisi yang ditayangkan untuk anak-anak dengan
lambang peruntukkan A7+ yang menyatakan bahwa kartun Doraemon aman untuk ditonton oleh anak-anak.
Namun, di dalam kartun Doraemon terdapat unsur kekerasan verbal dan fisik. Penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan bentuk pendampingan orangtua pada anak dalam menonton kartun Doraemon dengan
beberapa bentuk mediasi orangtua. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi deskriptif kualitatif
dengan in- depth interview pada orangtua (Ayah dan Ibu) yang mempunyai anak pada usia sekolah yaitu 7-12
tahun. Penelitian ini menggunakan Parental Mediation Theory dan Teori Konsistensi. Hasil dari penelitian
yang telah dilakukan adalah seluruh orangtua mengetahui adanya kekerasan dalam kartun Doraemon serta
melakukan pendampingan ketika anak menonton kartun Doraemon. Berdasarkan bentuk mediasi
orangtua, terdapat orangtua yang menggunakan Active Mediation dan Coviewing Mediation. Tingkat
pendidikan terakhir orangtua juga mempengaruhi dalam melakukan pendampingan dan penggunaan bentuk
mediasi. Konsistensi yang dilakukan oleh orangtua dapat berjalan dengan baik dalam penerapan peraturan
mengenai menonton televisi pada anak.

Kata Kunci: pendampingan orangtua; kekerasan verbal dan fisik; kartun Doraemon

ABSTRACT

Doraemon cartoon is one of the television programs aired for children with the symbol A7 + stating
that Doraemon cartoons are safe for children to watch. However, inside the Doraemon cartoon there is an
element of violence both verbal and physical. This study was conducted to describe the form of parental
mediation to children in watching cartoons Doraemon with some form of mediation of parents.This study used
descriptive qualitative research method, by in-depth interview on parent (father and mother) who have children
at school age (7-12 years old). In this study using Parental Mediation Theory and Consistency Theory. The
results of the research that has been done is all parents know of the violence in Doraemon cartoons and do
mentoring when children watch cartoons Doraemon. Based on parent mediation, there are parents who use
Active Mediation and Coviewing Mediation. The last level of parents education also affects in caring and using
the form of mediation. Consistency is done by parents can do well in the application of rules on watching
television in children.

Keywords: parental mediation ; verbal and physical violence; cartoon Doraemon.


2
PENDAHULUAN kekerasan masih rendah di mana hanya sebesar
2,99. Hal tersebut dapat diartikan bahwa di dalam
Program televisi untuk anak-anak seperti program televisi yang diperuntukkan bagi anak-
kartun dan animasi merupakan salah satu alternatif anak masih mengandung unsur-unsur kekerasan.
yang dapat dipilih ketika anak-anak sedang Baik kekerasan verbal maupun fisik.
membutuhkan hiburan. Tayangan kartun dan
animasi yang menampilkan karakter-karakter lucu Kartun Doraemon masuk ke dalam
dan menggemaskan biasanya ditujukan untuk anak- katergori Hati-hati. Tayangan yang masuk dalam
anak, namun pada kenyataannya ada kartun dan kategori ini relatif seimbang antara muatan positif
animasi yang di dalamnya terdapat unsur-unsur dan muatan negatif. Isi media dalam kategori ini
kekerasan verbal dan fisik yang dilakukan para sering kali memberikan nilai hiburan serta
tokohnya. Seperti mengejek, mengancam, pendidikan dan nilai-nilai positif, namun juga
memukul, menendang dan sebagainya yang dibalut terdapat muatan negatif seperti kekerasan, mistis,
dengan adegan lucu serta menarik. Hal tersebut seks dan bahasa kasar sekalipun tidak banyak dan
jelas tidak baik untuk ditonton oleh anak-anak tidak dominan. Maka pendampingan orangtua lebih
apalagi hingga mereka mencontoh tindakan diperlukan ketika anak menonton tayangan yang
tersebut. Walaupun dalam adegan kekerasan masuk dalam kategori hati-hati. Hal tersebut
tersebut justru menjadi sumber tawa bagi anak- dikarenakan anak-anak membutuhkan orangtua
anak. Adanya persepsi lucu dalam tindakan untuk memberikan pertimbangan dan penjelasan
kekerasan itulah yang sering disalahartikan. Unsur serta penekanan tentang mana yang baik untuk
menghibur yang dibalut dengan tindakan kekerasan ditiru dan mana yang tidak baik
seolah dapat menghilangkan arti dari tindakan (http://kidia.org/daftar-acara-tv-untuk-anak-
kekerasan tersebut. Bahwa tindakan kekerasan itu kategori-hati-hati-januari-2017/ , diakses pada
akan menjadi terlihat biasa ketika sering tanggal 10 Maret 2018 pada pukul 12.30 wib).
ditampilkan pada program-program televisi. Anak-
anak belum bisa menentukan mana tayangan Menurut Huston dan Ripke (dalam
televisi yang baik untuk ditonton dan mana yang Santrock, 2012 : 378) orangtua berperan sebagai
tidak baik sehingga diperlukan adanya penjaga dan memberikan penyaring ketika anak-
pendampingan dari orangtua yang menjalankan anak menganggap tanggung jawab yang lebih, dan
fungsinya sebagai penjaga (gatekeeper) dan mengatur kehidupan mereka sendiri. Keluarga
memberikan penyaringan serta pemahaman ketika sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak-anak
anak-anak menonton televisi, khususnya pada merupakan faktor terpenting dalam pembentukan
program kartun anak. kebiasaan dan perilaku anak. Orangtua harus secara
aktif mengawasi perilaku anak ketika dirumah
Serial tayangan kartun Doraemon apabila sedang mengerjakan pekerjaan rumah,
digambarkan bahwa tokoh utama yaitu Nobita tugas, atau dengan mengajak untuk berbincang.
sering dijadikan bahan bully oleh temannya yaitu Selain itu, mengawasi anak ketika bermain game
Suneo dan Giant. Nobita menerima berupa dan juga menonton televisi.
kekerasan verbal dan fisik di mana di dalam serial
Doraemon sering terlihat Giant dan Suneo Parental Mediation Theory
melontarkan ejekan kepada Nobita dan juga
melakukan kekerasan fisik kepada Nobita, Sizuka Nathanson dan Botta (dalam Mendoza,
dan teman lainnya. Latar belakang cerita dalam 2009: 30) mendefinisikan tiga bentuk dari mediasi
kehidupan sehari-hari seperti bersekolah dan orang tua dalam penelitian mereka,
bermaindengan lingkup cerita soal pertemanan dikategorisasikan sebagai coviewing, restictive
membuat kartun Doraemon seperti merefleksikan mediation, dan active mediation.
kehidupan nyata. Menampilkan adegan kekerasan
secara verbal dan fisik seperti mengejek, Coviewing Mediation
mengancam dan memukul sering terdapat dalam
Bentuk mediasi coviewing yaitu aktivitas
kartun Doraemon ini.
yang mudah dengan menonton televisi bersama
Menurut hasil survei yang dilakukan oleh anak tanpa ada sedikitpun diskusi mengenai isi dan
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) dalam melihat penggunaan media tersebut. Karena apabila
kualitas program televisi pada 2017 bahwa program terdapat sedikit diskusi mengenai program yang
anak-anak sudah memenuhi standar kualitas sedang ditonton maupun hal-hal yang terkait
program televisi yang sudah ditetapkan oleh KPI dengan televisi maka akan termasuk pada bentuk
yaitu sebesar 3,04 dari standarnya yaitu 3,00. active mediation. Pada bentuk mediasi coviewing,
Meskipun secara keseluruhan program televisi anak akan kurang untuk merasakan realitas pada isi
untuk anak-anak sudah memenuhi standar kualitas televisi karena ketika orangtua menerapkan mediasi
program televisi pada periode I 2017 sebesar 3,04, ini tidak ada komunikasi antara orangtua dan anak
aspek pada program-program yang bermuatan yang terjadi untuk membahas mengenai isi
3
program, tokoh maupun iklan. Namun dengan Program ini hanya diperbolehkan
menerapkan coviewing mediation, dapat dengan bagi khalayak dengan usia 18 tahun ke
mudah memperbolehkan anak-anak untuk atas. Sehingga tidak diperbolehkan untuk
menonton televisi sehingga intensitas menonton anak-anak dan remaja untuk menonton
televisi lebih banyak. Bentuk mediasi ini program dengan simbol D.
diterapkan dengan beberapa kemungkinan,
pertama, orangtua dan anak menonton bersama Anak-anak yang orangtuanya menerapkan
karena keduanya menyukai program tersebut bentuk mediasi ini tidak akan merasakan realitas
dengan program pilihan orangtua atau program televisi seperti realitas pada dunia nyata, sehingga
pilihan anak. Kemungkinan kedua adalah, orangtua dapat mengurangi penerimaan dampak negatif dari
dan anak menonton bersama karena anak ingin juga televisi pada anak-anak. Karena terdapat peraturan
menonton program yang ditonton oleh orangtua yang diberikan oleh orangtua dalam memediasi
dan sebaliknya. anak ketika menonton televisi seakan orangtua
sudah menyaring terlebih dahulu apa yang akan
Restrictive Mediation ditonton oleh anak. Penetapan peraturan mengenai
menonton televisi di rumah dapat ditetapkan begitu
Restrictive mediation yaitu memberikan saja dengan orangtua atau terdapat negosiasi
peraturan dalam memediasi menonton televisi pada terlebih dahulu antara orangtua dan anak
anak-anak. Peraturan yang dapat diterapkan seperti sebelumnya. Adanya negosiasi dalam penetapan
jumlah lamanya waktu yang diperbolehkan untuk peraturan mengenai mediasi orangtua, dapat
anak menonton televisi dan kapan saja anak boleh mempengaruhi anak untuk memahami dan
menonton televisi serta lebih memberikan memenuhi apa yang sudah diharapkan oleh
spesifikasi terkait isi program yang boleh ditonton orangtua.
oleh anak yang sesuai dengan perlambangan.
Perlambangan pada program yang sedang Active Mediation
ditayangkan di televisi yaitu sebuah simbol sebagai
kode penggolongan program televisi yang Mediasi aktif yang juga dapat diketahui
disesuaikan dengan umur penonton. Sesuai pada sebagai diskusi, yaitu berbicara dengan anak
P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar mengenai televisi, seperti mendiskusikan program,
Program Siaran) tahun 2012 terdapat lima isi program dan iklan. Walaupun diskusi yang
penggolongan program siaran: dilakukan bersifat positif maupun negatif mengenai
program televisi yang sedang ditonton. Pada bentuk
1. P (Pra-Sekolah) mediasi aktif, orangtua akan menunjukkan
beberapa hal yang dilakukan dalam program
Tayangan dengan simbol ‘P’ tersebut baik atau buruk. Selain itu orangtua akan
berarti program tersebut diperuntukkan mencoba untuk menjelaskan realitas dalam televisi
bagi anak-anak usia pra-sekolah, yakni berbeda dengan realitas pada dunia nyata, sehingga
khalayak berumur 2-6 tahun. terdapat diskusi antara orangtua dan anak dan anak
memahami apa yang seharusnya dapat ditiru dan
2. SU (Semua Umur)
mana yang tidak baik. Pada active mediation
Tayangan yang terdapat simbol dibutuhkan komunikasi antara orangtua dan anak
SU berarti bahwa tayangan tersebut dapat yang baik. Ketika orangtua menerapkan tipe
ditonton oleh semua umur, namun hanya komunikasi keluarga terbuka, orangtua tersebut
diperbolehkan bagi anak-anak yang sudah mempunyai karakteristik yang demokratis.
berusia di atas 2 tahun. Orangtua yang menggunakan tipe komunikasi
terbuka akan lebih sering untuk mendampingi anak
3. A (Anak-anak) ketika menonton televisi. Hal ini dikarenakan
komunikasi orangtua dapat dengan aktif
Program dengan simbol A berarti mengarahkan penggunaan media anak-anak dan
program tersebut dapat ditonton oleh menjelaskan persepsi pada realitas di televisi dan
khalayak anak-anak dengan usia 7-12 dampak negatif yang akan didapat dari menonton
tahun. televisi.

4. R (Remaja) Menurut Bybee dan Valkenburg (dalam


Izrael, 2013 : 509) mereka menemukan bahwa ibu
Program yang terdapat simbol R lebih sering untuk membatasi anak-anak untuk
diperuntukkan bagi khayalak yang berusia menonton televisi dibandingkan dengan ayah. Dan
13-17 tahun. ditemukan pula menurut Paavonen (dalam Izrael,
2013 : 509) orangtua yang mempunyai tingkat
5. D (dewasa) pendidikan yang lebih tinggi akan lebih sering
untuk membatasi anak-anaknya, namun ibu dengan
4
tingkat pendidikan yang rendah akan lebih sering kognitif (dapat sebuah perilaku atau sikap). Kedua,
untuk menerapkan coviewing mediation elemen-elemen baru dapat ditambahkan pada salah
dibandingkan dengan yang mempunyai tingkat satu sisi tekanan atau pada sisi yang lain. Ketiga,
pendidikan yang lebih tinggi. mungkin dapat melihat bahwa elemen-elemen yang
tidak sesuai biasanya tidak sepenting biasanya.
Sehingga, komunikasi antara orangtua dan Sebagian besar teori dan penelitian mengenai
anak bersifat penting agar orangtua dapat disonansi kognitif telah berpusat pada beragam
merepresentasikan isi program televisi dan situasi di mana disonansi mungkin terjadi. Hal ini
memberikan arahan kepada anak mengenai sebuah termasuk situasi-situasi pada pengambilan
program. Dibutuhkan pendampingan yang keputusan, keterpaksaan, permulaan, dukungan
dilakukan oleh orang tua ketika anak menonton sosial, dan usaha.
tayangan yang terdapat kekerasan di dalamnya.
Yaitu dengan berkomunikasi menggunakan Teori ini dapat diaplikasikan pada
berbagai bentuk dari mediasi orang tua atau penelitian ini karena Teori Disonansi Kognitif
parental mediation. Memahami pengalaman menjelaskan bagaimana tidak ada kecocokan antara
komunikasi antara orang tua dan anak sebagai salah satu elemen yaitu sikap, persepsi, perilaku
pendamping anak ketika menonton tayangan dan pengetahuan tidak dapat diharapkan untuk
televisi. mengikuti yang lain. Penggunaan teori Disonansi
Kognitif pada penelitian ini terkait dengan salah
Teori ini dapat diaplikasikan pada satu bentuk pada parental mediation yaitu
penelitian ini karena pada teori mediasi orang tua Restrictive Mediation. Restrictive mediation,
terdapat beberapa bentuk yang dapat diterapkan orangtua menggunakan penerapan peraturan dalam
oleh orang tua dalam melakukan pendampingan mendampingi anak ketika menonton televisi.
pada anak ketika anak menonton televisi, Ketika orangtua menerapkan peraturan pada anak,
khususnya program kartun Doraemon. apakah anak akan dapat menerima peraturan
tersebut (anak dapat menerapkan peraturan dan
Teori Konsistensi
menjalani peraturan tersebut dengan baik) atau
Teori konsistensi bermula pada dasar justru tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
pemikiran bahwa orang lebih nyaman dengan oleh orangtua.
konsistensi daripada inkonsistensi. Konsistensi
Teori Penggabungan Masalah oleh Austin
adalah prinsip aturan utama dalam proses kognitif
Babrow didasarkan pada tiga dalil. Pertama, ada
dan perubahan sikap yang dapat dihasilkan dari
memiliki kecenderungan alami untuk
informasi yang mengacaukan keseimbangan ini.
menyejajarkan harapan-harapan (apa yang dipikir
Terdapat dua teori mengenai teori konsistensi yaitu
akan terjadi) dan penilaian-penilaian (apa yang
Teori Disonansi Kognitif (cognitive dissonance)
diinginkan terjadi). Ketika mencoba untuk
karya Leon Festinger dan Teori Penggabungan
menyejajarkan antara harapan dan penilaian dapat
Problematis oleh Austin Babrow (Littlejohn, 2009 :
menghasilkan tekanan ketika apa yang diinginkan
115).
tidak sejajar dengan apa yang diharapkan. Dengan
Teori Disonansi Kognitif beranggapan kata lain, sebagai sebuah peraturan, seseorang akan
bahwa pelaku komunikasi memiliki beragam lebih merasa nyaman ketika orang tersebut
elemen kognitif seperti sikap, persepsi, menyukai hal-hal yang dirasa dapat dimiliki dan
pengetahuan dan perilaku. Elemen tersebut tidak cenderung mengharapkan hal-hal yang disuka.
terpisahkan, tetapi saling menghubungkan satu Kedua, menggabungkan harapan dan penilaian
sama lain dalam sebuah sistem serta setiap elemen dapat menjadi suatu masalah (tidak selalu mudah
dari sistem tersebut akan memiliki satu dari tiga untuk menyejajarkan harapan dan penilaian).
macam hubungan dengan setiap elemen dari sistem Ketiga, penggabungan masalah berakar dari
lainnya. Jenis hubungan tersebut yaitu kosong atau komunikasi dan diatur melalui komunikasi.
tidak berhubungan, di mana tidak ada elemen yang Komunikasi juga merupakan sebuah cara untuk
benar-benar mempengaruhi elemen yang lain; memecahkan atau mengatur penggabungan
cocok atau sesuai, salah satu elemen yang masalah.
menguatkan atau mendukung elemen yang lain;
Teori ini dapat diaplikasikan pada
dan tidak cocok atau disonansi, ketidaksesuaian
penelitian ini karena teori Penggabungan Masalah
terjadi ketika salah satu elemen tidak dapat
menjelaskan bahwa akan terdapat tekanan ketika
diharapkan untuk mengikuti yang lain. Apa yang
ingin menyejajarkan antara harapan (apa yang
sesuai atau tidak sesuai untuk seseorang bisa saja
dipikir akan terjadi) dengan penilaian (apa yang
tidak terjadi pada orang lain. Festinger
diinginkan terjadi). Penggunaan teori
menggambarkan beberapa metode untuk
Penggabungan Masalah pada penelitian ini terkait
menghadapi disonansi kognitif. Pertama, dengan
juga dengan penerapan peraturan oleh orangtua
cara mengubah salah satu atau beberapa elemen
ketika mendampingi anak menonton televisi yaitu
5
dalam bentuk Restrictive Mediation. Ketika Proses analisis data adalah sebagai berikut
orangtua mulai menerapkan peraturan, akan (Moleong, 2007 : 247) :
terdapat tekanan ketika mencoba untuk
menyejajarkan antara apa yang dipikir akan terjadi 1. Menelaah seluruh data yang tersedia
yaitu anak akan patuh pada peraturan yang dibuat dari berbagai sumber. Yaitu
oleh orangtua dengan apa yang diinginkan terjadi wawancara, pengamatan yang sudah
yaitu anak dapat secara langsung menyetujui dituliskan dalam catatan lapangan,
peraturan dan menerapkan dengan baik atau anak dokumen pribadi, dokumen resmi,
tidak menyetujui dan tidak menerapkan peraturan gambar, foto dan sebagainya.
dengan baik. Karena penggabungan antara harapan
dan penilaian tersebut dapat menjadi suatu masalah 2. Reduksi data dengan melakukan
dan untuk memecahkan masalah tersebut dapat abstraksi. Abstraksi merupakan
diselesaikan melalui komunikasi antara orangtua sebuah usaha membuat rangkuman
dan anak, untuk bernegosiasi, mendiskusikan yang inti, proses dan pernyataan-
peraturan tersebut sehingga orangtua dapat pernyataan yang perlu dijaga
mendampingi anak dengan baik dan anak dapat sehingga tetap berada di dalamnya.
terhindar dari dampak negatif menonton televisi.
3. Menyusun data tersebut ke dalam
METODA PENELITIAN satuan-satuan.

Penelitian ini mengenai bentuk 4. Kategorisasi yang dilakukan sembari


pendampingan yang dilakukan oleh orangtua pada melakukan koding.
anak dalam menonton Kartun Doraemon dan
5. Mengadakan pemeriksaan terhadap
merupakan penelitian dengan menggunakan
keabsahan data.
metode penelitian studi deskriptif kualitatif.

Penentuan subjek penelitian ini akan HASIL PENELITIAN


memilih subjek yang mempunyai kesesuaian
Pengetahuan adanya kekerasan dalam kartun
dengan tujuan penelitian tanpa memperhatikan Doraemon
kemampuan untuk menggeneralisasi. Sehingga
subjek dari penelitian ini adalah 2 orangtua (Ayah Seluruh informan dapat memberikan
dan Ibu) yang mempunyai anak pada usia sekolah contoh dengan baik adegan dengan unsur kekerasan
(7 – 12 tahun) yang menonton tayangan kartun yang dapat ditemui di dalam kartun Doraemon.
Doraemon. Karena anak-anak yang sudah Seperti Giant dan Nobita yang suka berkelahi dan
memasuki usia sekolah kemampuan kognitifnya Giant yang melakukan tindakan kekerasan seperti
turut mengalami perkembangan. Pada usia ini, daya memukul dan membentak. Walaupun orangtua
pikir anak berkembang ke arah berpikir konkrit, mengetahui adanya unsur kekerasan pada kartun
rasional serta objektif. Sehingga daya ingatnya Doraemon, anak memilih sendiri untuk menonton
sangat kuat dan anak-anak pada usia sekolah kartun Doraemon. Serta terdapat orangtua yang
berada dalam fase belajar. memilih untuk menggunakan Active Mediation dan
Coviewing Mediation dibandingkan dengan
Pengumpulan data dalam penelitian ini Restrictive Mediation dalam mendampingi anak
menggunakan teknik wawancara mendalam atau menonton kartun Doraemon di televisi.
in-depth interview. Wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu Informan 1 :
kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap “Iya tahu”
secara tatap muka (Afifuddin, 2012 : 131).
Wawancara akan dilakukan pada orangtua yang “Permusuhan antara Doraemon dan teman-
memenuhi klasifikasi sebagai subjek penelitian temannya”
dimana mempunyai anak yang memasuki usia
sekolah dengan menggunakan pedoman atau acuan. “Karena Doraemon kartun maka anak memilih
sendiri”
Menurut Bogdan dan Biklen (1982)
(dalam Moleong, 2007 : 248) analisis data kualitatif Informan 2 :
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan “Tahu, tetapi hanya sedikit”
yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari
“Misal Giant dan Nobita yang suka berkelahi”
dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
6
“Menonton kartun Doraemon merupakan pilihan berdiskusi mengenai pesan moral yang ada di
anak sendiri” dalam kartun Doraemon. Seperti menunjukkan
mana perilaku yang baik dan perilaku yang buruk
Informan 3 : dari pemain peran di dalam kartun Doraemon.
Memberikan nasihat ketika tayangan masi
“Ya”
berlangsung kepada anak bahwa kekerasan yang
“Kekerasan yang ada di Doraemon tidak yang ada di dalam kartun merupakan contoh yang tidak
terlalu berat, misal Giant yang sering memukuli perlu untuk ditiru. Walaupun informan pertama
Nobita. Tapi tetap kekerasan tidak baik untuk tidak membuat peraturan khusus untuk anak yang
ditiru” terkait ketika anak menonton televisi. Namun,
informan pertama mempunyai peraturan umum
“Anak yang memilih sendiri” yang mengatur tentang menonton televisi.

Informan 4 : “Peraturan yang diterapkan yaitu anak tidak


metonton di jam-jam belajar, tetapi karena
“Tahu Doraemon, pernah Doraemon tayang minggu pagi jadi tidak ada
melihat” peraturan yang spesifik untuk menonton kartun
Doraemon”
“Contoh yaitu Giant memukul Suneo. Lalu contoh
lain yaitu Giant membentak nobita” “Peraturannya misal anak diperbolehkan untuk
menonton televisi sebagai refresing. Artinya
“Kalau untuk menonton Kartun Doraemon, anak ditonton bukan di jam-jam di mana anak harus
memilih sendiri. Ibunya suka menonton dan mereka belajar, harus beribadah, untuk program tidak bisa
sering menonton bersama” menentukan, karena film kartun memang kesukaan
anak”

Hal ini diterapkan agar tidak mengganggu


Pendampingan orangtua ketika anak menonton proses belajar anak informan. Penerapan peraturan
kartun Doraemon tersebut diterapkan secara sepihak oleh orangtua
tanpa adanya diskusi terlebih dahulu dengan anak
Semua orangtua yang sudah diwawancarai
mengenai isi peraturan dan penerapannya. Terdapat
secara mendalam, melakukan pendampingan pada
hambatan di awal penerapan peraturan mengenai
anak ketika menonton kartun Doraemon. Dua
menonton televisi yang dialami oleh informan pada
informan diantara empat informan, menggunakan
anak. Namun, di awal penerapan peraturan tersebut
bentuk Active Mediation ketika mendampingi
orangtua menjelaskan terlebih dahulu beberapa
anaknya menonton kartun Doraemon. Sedangkan
alasan mengapa peraturan tersebut diterapkan di
dua informan lainnya menggunakan bentuk
rumah. Sehingga ketika anak tidak menaati
Coviewing Mediation.
peraturan yang sudah ditetapkan, informan pertama
Informan pertama, menggunakan bentuk memilih untuk memberikan nasihat kepada anak,
Active Coviewing ketika mendampingi anak memberikan penjelasan mengapa peraturan dibuat
menonton kartun Doraemon. untuk anak. Hambatan lain pada penerapan
peraturan mengani menonton televisi pada
“Ya jelas mendampingi. Karena ada bentuk informan pertama adalah anggota keluarga yang
kekerasan dan juga ada beberapa sifat yang tidak lain sering menyalakan televisi ketika peraturan
baik untuk ditiru” untuk tidak menonton televisi sedang berlaku.

“Menemani menonton sambil sesekali “Karena terkadang terdapat orang lain yang tidak
menunjukkan perilaku yang baik dan yang buruk kompak untuk menjalankan peraturan. Nenek suka
dari setiap karakter” menyalakan televisi ketika anak-anak dilarang
menonton televisi”
“Semacam diskusi mengenai perilaku karakter
pada kartun Doraemon” “Bapak dan ibu dapat menahan agar tidak
menonton televisi saat jam anak-anak tidak
“Ada, hanya menjelaskan pada anak mengenai diperbolehkan untuk menonton televisi.”
contoh yang baik dan yang buruk.”
Konsistensi dari informan sendiri sebagai
Pendampingan dilakukan karena orangtua orangtua dalam menerapkan dan menjalankan
ingin memberikan pengertian kepada anak-anak, peraturan dapat berjalan dengan baik. Informan
memberikan pendidikan yang baik dan buruk dari pertama sendiri sudah memahami mengenai
acara yang sedang ditonton oleh anak. Informan perlambangan kategori dari program-program yang
pertama melakukan pendampingan dengan ditayangkan di televisi. Informan dapat
7
menjelaskan apa arti dari lambang A7+ di mana “Boleh menonton televisi, selain jam belajar dan
doraemon masuk pada kategori lambang tersebut. jam ibadah”
Namun orangtua hanya sebatas memberitahukan
mengenai perilaku peran dalam kartun Doraemon Menurut informan, membuat peraturan
yang mana yang boleh untuk ditiru dan mana yang bertujuan agar tidak mengganggu proses belajar
tidak tanpa memberikan pemahaman dan anak. Peraturan tersebut seperti anak diperbolehkan
penjelasan yang lebih detail. untuk menonton televisi selain pada waktu belajar
dan juga waktu ibadah. Peraturan tersebut
“Tidak, hanya sebatas memberi tahu saja mana diterapkan secara sepihak tanpa ada negosiasi
yang boleh ditiru dan tidak boleh ditiru” antara orangtua dan anak. Walaupun dalam awal
penerapan anak merasa terpaksa namun lambat
“Anak dapat menyeleksi informasi untuk laun anak dapat memahami peraturan yang sudah
diterapkan pada dunia nyata” dibuat oleh orangtua. Hal tersebut dikarenakan
sebelum penerapan peraturan orangtua memberikan
“Langsung memberi penjelasan kepada anak
penjelasan kepada anak mengapa tidak
bahwa hal tersebut baik atau
diperbolehkan menonton televisi pada saat waktu
buruk”
belajar dan beribadah. Informan kedua lebih
Komunikasi yang terjadi antara informan memilih untuk memberikan sangsi dengan
pertama dengan anak pada kehidupan sehari-hari memarahi anak dan juga mematikan televisi ketika
berjalan dengan lancar sehingga tidak ada kendala anak melanggar peraturan yang sudah diterapkan di
dalam melakukan diskusi mengenai kartun dalam rumah. Konsistensi yang dilakukan oleh
Doraemon. informan kedua dalam penerapan peraturan dapat
berjalan dengan baik, sedangkan konsistensi dalam
Informan kedua, menggunakan bentuk melakukan pendampingan pada anak, informan
Coviewing Mediation dalam melakukan kedua kurang dapat menjalankan dengan baik
pendampingan pada anak ketika menonton kartun karena pendampingan lebih sering dilakukan oleh
Doraemon. istrinya.

“Pernah, namun tidak sering” “Orangtua menerapkan peraturan secara


konsisten, hambatan ada pada nenek”
“Saya hanya ikut menonton”
Sedangkan hambatan ketika menerapkan
“Tidak” peraturan berasal dari anggota keluarga yang lain,
bukan dari orangtua sendiri. Walaupun demikian,
Bentuk mediasi orangtua Coviewing komunikasi dengan anak masih dapat berjalan
Mediation dilakukan dengan cara hanya menemani dengan lancar sehingga dalam pendampingan
anak menonton televisi tanpa adanya diskusi orangtua pada anak dapat berjalan dengan baik
sedikitpun serta tanpa menerapkan peraturan pula. Meskipun informan kedua menggunakan
khusus. Informan kedua melakukan pendampingan bentuk pendampingan Coviewing Mediation,
ketika anak menonton kartun Doraemon adalah informan kedua dapat menjelaskan dengan baik arti
hanya sekedar untuk mengetahui bagaimana isi dari perlambangan A7+ yang terdapat pada
cerita dari kartun tersebut. Walaupun informan tayangan kartun Doraemon di televisi.
mengetahui adanya unsur kekerasan di dalam
kartun Doraemon, informan tetap tidak melakukan Informan ketiga, menggunakan bentuk
diskusi dengan anak untuk membahas mengenai mediasi Active Mediation dalam mendampingi
tindakan kekerasan yang ditemui dalam kartun anak ketika menonton kartun Doraemon pada
maupun peran-peran yang ada di dalam kartun televisi.
Doraemon. Intensitas menemani anak ketika
menonton kartun Doraemon, informan kedua “Iya”
masuk dalam kategori jarang. Karena kegiatan
“Terkadang membiarkan karena anak tidak akan
menemani anak menonton televisi, khususnya
meniru, meskipun demikian terkadang
kartun Doraemon lebih sering dilakukan oleh
menasehati”
istrinya. Informan kedua juga tidak menerapkan
peraturan khusus untuk mengatur anak ketika “Langsung ketika menonton. Ketika sedang
menonton kartun Doraemon. menonton terdapat adegan Giant memukul Nobita,
maka memberikan penjelasan kepada anak bahwa
“Secara umum untuk menonton televisi saja,
adegan memukul tidak baik untuk ditiru”
Doraemon ditayangkan di pagi hari ketika libur,
sehingga tidak ada peraturan mengenai menonton Alasan informan ketiga mendampingi
kartun Doraemon” anak menonton kartun Doraemon adalah karena
8
Informan sendiri kebetulan juga menyukai kartun bukan program dewasa dan dilakukan
Doraemon, selain itu agar informan dapat pendampingan oleh orangtua ketika anak menonton
mengontrol tayangan yang ditonton oleh anak. televisi.
Sehingga apabila terdapat hal yang tidak baik dapat
dijelaskan langsung pada anak. Meskipun “Peraturan akan terus diterapkan”
menggunakan bentuk Active Mediation, informan
ketiga masih sering untuk membiarkan anak ketika Konsistensi informan ketiga dalam
terdapat unsur kekerasan di dalam tayangan kartun penerapan peraturan dan juga melakukan
Doraemon. Karena informan ketiga yakin bahwa pendampingan dilakukan dengan baik, mengingat
anak tidak akan meniru adegan yang terdapat di informan ketiga juga menyukai kartun Doraemon.
kartun Doraemon. Namun diskusi mengenai isi Informan ketiga sendiri juga tidak melanggar
tayangan dan juga peran yang terdapat dalam peraturan yang sudah dibuat untuk tidak
kartun Doraemon sering dilakukan oleh orangtua menyalakan televisi pada waktu tertentu.
ketika pendampingan dilakukan. Yaitu ketika
menonton kartun Doraemon. Bentuk diskusi yang Informan keempat, menggunakan bentuk
dilakukan oleh informan ketiga dengan anak dalam mediasi Coviewing Mediation dalam mendampingi
pendampingan adalah dengan tanya jawab. Ketika anak ketika menonton kartun Doraemon di televisi.
nobita memperlihatkan sifat cengeng, orangtua Intensitas pendampingan yang dilakukan pun
langsung memberikan nasihat untuk tidak meniru terbilang jarang.
sifat tersebut. Atau ketika Giant melakukan
“Tidak sering menemani anak menonton televisi”
tindakan kekerasan seperti memukul Nobita,
orangtua memberikan penjelasan bahwa berteman “Sambil duduk santai”
tidak diperbolehkan untuk menggunakan kekerasan
seperti memukul. Seperti pada informan “Tidak khawatir mengenai kekerasan yang ada di
sebelumnya, informan ketiga juga tidak dalam kartun Doraemon”
menerapkan peraturan yang spesifik ditujukan pada
anak ketika menonton kartun Doraemon. Orangtua “Tidak pernah membahas mengenai isi program
menerapkan peraturan lebih bersifat umum untuk atau sifat pemeran dalam suatu program”
menonton televisi.
Ketika informan melakukan
“Terdapat peraturan mengenai menonton televisi pendampingan karena kartun Doraemon
secara umum, namun tidak untuk menayangkan cerita yang lucu. Meskipun orangtua
Doraemon” mengetahui terdapat kekerasan di dalam kartun
Doraemon, informan tidak memberikan penjelasan
“Doraemon tidak ada aturan, hanya mengatur maupun pemahaman kepada anak mengenai adegan
cara menonton seperti tidak boleh dengan tidur kekerasan yang ditayangkan pada kartun
atau terlalu dekat” Doraemon. Informan lebih memilih diam apabila
terdapat adegan kekerasan. Penetapan peraturan
“Peraturan pertama, waktu menonton sepulang khusus mengenai menonton kartun Doraemon dan
sekolah dan malam sehabis belajar. Kedua, peraturan umum mengenai menonton televisi juga
menonton televisi tidak boleh terlalu lama, ketiga tidak dilakukan secara pribadi oleh informan
anak hanya diperbolehkan menonton program film keempat. Dengan kata lain, penetapan peraturan
kartun dan sinetron anak” hanya dilakukan oleh istrinya.
“Maksimal 2 jam untuk menonton “Khusus Doraemon tidak ada”
tv”
“Tidak menetapkan peraturan khusus tentang
Penerapan peraturan yang dilakukan oleh menonton tv pada anak. Namun hanya akan
orangtua dilakukan sepihak tanpa ada diskusi memberikan sanksi pada anak ketika pada waktu
sebelumnya dengan anak. Walaupun anak belajar dan ibadah digunakan untuk menonton
terkadang setuju dan terkadang tidak setuju, televisi. Tidak menetapkan sebuah peraturan”
orangtua dapat menjelaskan dengan baik mengenai
penerapan peraturan menonton televisi di rumah. Namun, ketika anak menonton televisi
Hal tersebut dilakukan supaya anak juga dapat pada waktu belajar atau beribadah, informan akan
memahami realitas yang ada di dalam televisi dan memarahi anak. Selain itu, informan keempat juga
juga realitas pada kehidupan nyata. Meskipun tidak memahami perlambangan kategori tayangan
demikian, informan ketiga kurang mengetahui program di televisi. Sehingga informan tidak dapat
makna perlambangan kategorisasi program televisi. menjelaskan mengenai lambang kategori tayangan
Program kartun Doraemon masuk pada kategori kartun Doraemon yaitu A7+.
A7+, dan informan tidak dapat menjelaskan makna
perlambangan tersebut karena kurang
memperhatikan. Yang terpenting bagi informan
adalah program yang ditonton di televisi oleh anak
9
“Konsisten, tidak akan menonton televisi ketika “Bapak dan ibu dapat menahan agar tidak
anak tidak diperbolehkan untuk menonton televisi” menonton televisi saat jam anak-anak tidak
diperbolehkan untuk menonton televisi”
Informan keempat untuk konsistensi
ketika melakukan penerapan peraturan untuk anak Informan pertama juga konsisten dalam
mengenai televisi berjalan dengan konsisten dan penerapan peraturan menonton televisi, di mana
tidak terdapat pengaruh dari oranglain yang informan tidak menyalakan televisi pada jam
melanggar peraturan tersebut. Informan keempat tertentu anak tidak diperbolehkan untuk menonton
ketika melakukan pendampingan hanya sekedar televisi. Meskipun terdapat hambatan pada anggota
menemani anak menonton televisi sembari ikut keluarga yang lain yang sering menonton televisi
menikmati jalan cerita yang ditayangkan pada ketika anak tidak diperbolehkan menonton televisi.
kartun Doraemon. Meskipun demikian, komunikasi
antara informan dan anak berjalan dengan baik. Informan kedua juga menemui hambatan
ketika peraturan mengenai menonton televisi di
Konsistensi orangtua rumah mulai diterapkan kepada anak. Hambatan
tersebut dirasakan oleh informan yang menerapkan
Orangtua yang menjadi informan untuk peraturan secara sepihak tanpa adanya diskusi
mengetahui bentuk pendampingan yang dilakukan terlebih dahulu dengan anak mengenai peraturan
ketika anak menonton kartun Doraemon tersebut. Meski terdapat hambatan pada awal
menunjukkan bahwa dua pasang orangtua tidak penerapan, namun dengan memberikan penjelasan
membuat atau menerapkan peraturan khusus untuk anak dapat memahami maksud informan dalam
anak mengenai menonton kartun Doraemon di menerapkan peraturan tersebut.
televisi. Namun diketahui orangtua menerapkan
peraturan umum mengenai menonton televisi. “Diterapkan sepihak, tidak ada negosiasi terlebih
Seperti waktu-waktu tertentu yang tidak dahulu dengan anak”
diperbolehkan menonton televisi, durasi yang
diperbolehkan bagi anak untuk menonton televisi “Pada awalnya anak merasa terpaksa”
serta menetapkan tayangan program yang dapat
ditonton oleh anak sesuai dengan umur anak. “Diberikan penjelasan dahulu, kenapa tidak boleh
menonton tv pada saat jam belajar dan sholat”
Informan pertama dalam penerapan
peraturan di rumah, informan merasakan terdapat “Di awal dipaksa untuk menaati peraturan”
hambatan di awal penerapan. Hal ini dikarenakan
peraturan yang dibuat oleh orangtua tidak sesuai “Untuk peraturan yang diterapkan orangtua dapat
dengan keinginan anak. Sehingga pada awal menjalankan dengan konsisten, hambatan ada di
penerapan anak sering melanggar, atau tidak nenek. Di mana ketika televisi sengaja untuk
menaati peraturan yang sudah ditetapkan dimatikan, dihidupkan kembali”
sebelumnya.
Informan kedua sejauh ini konsisten dalam
“Penerapan dilakukan secara sepihak. Karena penerapan peraturan mengenai menonton televisi.
apabila tidak diterapkan secara sepihak, pasti anak Namun menemui kendala pada orang lain ketika
tidak akan setuju” penerapan peraturan tersebut, yaitu terdapat
anggota keluarga yang lain yang menonton televisi
“Di awal terasa berat, namun dengan seiringnya pada jam anak dilarang menonton televisi.
waktu anak dapat mengikuti dengan baik”
Informan ketiga membuat peraturan
“Dijelaskan terlebih dadulu” umum mengenai menonton televisi di rumah,
namun tidak memberikan peraturan khusus untuk
“Di awal berat, dengan harapan dapat terbentuk anak dalam menonton kartun Doraemon di televisi.
kebiasaaan. Harus ada kekompakkan diantara
keluarga untuk tidak menyalakan televisi pada “Sepihak oleh orangtua”
jam- jam tertentu”
“Kadang setuju, kadang melanggar”
“Kendala yang dihadapi adalah terdapat anggota
keluarga lain yang tidak kompak untuk “Langsung menerapkan sambil menjelaskan pelan-
menjalankan peraturan. Seperti nenek masih suka pelan”
menyalakan televisi ketika anak tidak
“Ya. Menerapkan peraturan dengan memberikan
diperbolehkan menonton televisi”
pemahaman kepada anak mengenai peraturan
menonton televisi. Supaya anak paham”

“Kadang berhasil, namun terkadang dilanggar”


1
“Memberikan nasehat kepada anak, langsung Parental Mediation termasuk pada bentuk Active
mematikan televisi dan solusi lain adalah dengan Mediation. Informan pertama dan ketiga
membelikan cd khusus untuk anak” menggunakan bentuk mediasi dengan melakukan
diskusi dengan anak mengenai kartun Doraemon
“Peraturan diterapkan terus” yang sering ditonton di televisi. Seperti dengan
menunjukkan kepada anak perilaku baik dan buruk
Penerapan peraturan oleh informan
dari sifat tokoh di dalam kartun Doraemon,
dilakukan secara sepihak, sehingga anak terkadang
memberikan nasehat kepada anak mengenai adegan
melanggar peraturan yang telah dibuat oleh
kekerasan yang ditayangkan bahwa hal tersebut
informan. Meski demikian, informan tetap
tidak perlu untuk ditiru. Meskipun kedua informan
memberikan penjelasan seperti menasihati anak
menggunakan Active Mediation sebagai bentuk
selama penerapan peraturan mengenai menonton
pendampingan pada anak ketika menonton kartun
televisi. Informan ketiga konsisten dalam
Doraemon, informan hanya sekedar untuk
penerapan peraturan menonton televisi pada anak
memberitahukan bahwa perilaku yang dilihat pada
tersebut, dan tidak menemui hambatan pada
kartun Doraemon tidak baik untuk ditiru dan
anggota keluarga yang lain yang melanggar
sebaliknya. Informan tidak mencoba untuk
peraturan mengenai menonton televisi di rumah.
menjelaskan kepada anak mengenai perbedaan
Informan keempat juga tidak antara realitas dalam televisi dengan realitas pada
menerapkan peraturan khusus mengenai menonton dunia nyata. Mediasi dengan menggunakan bentuk
kartun Doraemon di televisi, informan juga tidak Active Mediation merupakan pilihan yang baik
menerapkan peraturan umum mengenai menonton untuk mengurangi dampak negatif yang akan
televisi bagi anak. diterima anak setelah menonton tayangan kartun
Doraemon di televisi. Anak akan lebih waspada
“Tidak menetapkan peraturan khusus tentang pada apa yang ia lihat ketika menonton kartun
menonton televisi pada Doraemon, karena sudah diberikan arahan dan
anak” penjelasan oleh informan. Selain itu, anak akan
lebih memahami dan mengerti bahwa apa yang
“Langsung diterapkan sepihak, tidak ada diskusi dilihat dalam kartun Doraemon seperti mengejek,
dengan anak” mengancam, memukul, hingga berkelahi bukan
merupakan sebuah tindakan yang patut untuk ditiru
“Anak tidak suka ketika diberikan peraturan yang dan diaplikasikan kepada teman-temannya.
tidak sesuai dengan keinginannya, namun anak Sehingga dapat meminimalisir kesempatan anak
akan terbiasa” untuk mencontoh tindakan kekerasan tersebut di
dunia nyata.
“Masih konsisten, ketika anak sedang tidak
diperbolehkan menonton televisi, maka juga tidak Sedangkan informan kedua dan keempat
akan menonton” menurut Parental Mediation Theory termasuk pada
bentuk Coviewing Mediation. Bentuk mediasi yang
Meskipun tidak menerapkan peraturan
digunakan oleh informan kedua dan keempat
mengenai menonton televisi untuk anak, informan
adalah hanya dengan menemani anak menonton
akan melakukan tindakan tegas ketika anak
televisi tanpa adanya diskusi sedikitpun mengenai
menonton televisi pada jam yang tidak seharusnya
isi program, pemeran, dan juga iklan ketika
seperti pada waktu belajar maupun beribadah.
penayangan program. Tidak ada komunikasi antara
Informan keempat juga konsisten dalam menonton
informan dan anak yang terjadi untuk membahas
televisi, yang berarti ketika anak tidak
mengenai tayangan program kartun Doraemon, hal
diperbolehkan menonton televisi maka informan
ini akan berdampak pada anak yang belum bisa
juga tidak akan menonton televisi.
menyaring hal yang patut untuk ditiru dan mana
PEMBAHASAN yang tidak. Mengingat kartun Doraemon
menayangkan adegan kekerasan di dalamnya.
Bentuk pendampingan orangtua pada anak Meskipun informan menemani anak ketika
menonton kartun Doraemon yang di dalamnya
Setelah melakukan penelitian terhadap terdapat adegan kekerasan, menonton kartun
empat informan yaitu dua pasang orangtua yang Doraemon merupakan pilihan anak sendiri bukan
terdiri atas ayah dan ibu dengan kriteria atas rekomendasi atau pilihan dari informan.
mempunyai anak umur 7 hingga 12 tahun yang Penggunaan bentuk mediasi ini dirasa kurang tepat
menonton kartun Doraemon di televisi, penelitian apabila dihadapkan pada tayangan anak yang di
ini menemukan bagaimana pendampingan yang dalamnya terdapat unsur kekerasan seperti kartun
dilakukan oleh beberapa orangtua dalam Doraemon. Apalagi, kartun Doraemon
mendampingi anaknya ketika menonton kartun menampilkan latar belakang pada kehidupan
Doraemon di televisi. Pada informan pertama dan sehari-hari seperti di rumah, bersekolah dan
ketiga, pendampingan yang dilakukan menurut
1
bermain. Ketika informan tidak memberikan yang lebih tinggi mempunyai kemampuan literasi
penjelasan maupun mengajak diskusi anak media atau melek media yang lebih baik.
mengenai perbedaan realitas, anak tidak akan
mampu untuk membedakan bahwa antara realitas Konsistensi Orangtua
pada kartun Doraemon dengan realitas di
kehidupan nyata adalah berbeda. Sehingga anak Keempat informan walaupun tidak
akan menerima mentah-mentah apa yang dilihat menggunakan Restrictive Mediation pada
ketika menonton kartun Doraemon. pendampingan pada anak ketika menonton kartun
Doraemon, informan menerapkan beberapa
Informan pertama dan ketiga yang peraturan mengenai menonton televisi secara
menggunakan Active Mediation dalam umum. Peraturan tersebut seperti tidak
mendampingi anak ketika menonton kartun diperbolehkan menonton televisi pada waktu
Dorameon merupakan seorang ibu di dalam belajar dan waktu beribadah, pembatasan durasi
keluarga, dan informan kedua dan keempat adalah menonton televisi yaitu maksimal selama 2 jam,
seorang ayah. Diketahui pula bahwa informan dan anak hanya diperbolehkan menonton film anak
pertama dan ketiga mempunyai pendidikan terakhir dan sinetron anak. Selama pendampingan seluruh
pada tingkat sarjana. Sedangkan informan kedua informan dapat menjalankan dengan konsisten
dan keempat mempunyai pendidikan terakhir pada peraturan yang sudah diterapkan pada anak.
tingkat sekolah menengah atas (SMA). Hal ini Menurut Teori Konsistensi yang di dalamnya
menunjukkan bahwa ibu lebih menjalankan peran terdapat dua teori yaitu Teori Disonansi Kognitif
sebagai orangtua untuk mendampingi anak-anak karya Leon Festinger dan Teori Penggabungan
ketika menonton televisi di mana di dalam program Masalah karya Austin Babrow.
yang ditonton oleh anak dalam hal ini adalah kartun
Doraemon terdapat adegan-adegan kekerasan yang Teori Disonansi Kognitif menjelaskan
tidak baik apabila ditiru oleh anak. Terlebih ibu bahwa setiap pelaku komunikasi memiliki beragam
yang lebih sering melakukan pendampingan dan elemen kognitif seperti sikap, persepsi,
menggunakan bentuk pendampingan mediasi aktif pengetahuan dan perilaku. Terdapat tiga macam
mempunyai tingkat pendidikan terakhir yang lebih hubungan dengan setiap elemen dari sistem
tinggi dibandingkan dengan ayah. Tingkat lainnya, salah satunya adalah tidak cocok atau
pendidikan terakhir orangtua juga dapat disonansi, ketidaksesuaian terjadi ketika salah satu
mempengaruhi bagaimana orangtua melakukan elemen tidak dapat diharapkan untuk mengikuti
pendampingan pada anak ketika mendapati anak yang lain. Sehingga apa yang sesuai atau tidak
menonton program televisi yang di dalamnya sesuai untuk seseorang bisa saja tidak terjadi pada
terdapat adegan kekerasan. Terlihat bahwa orang lain. Penerapan teori ini terkait pada
informan pertama dan ketiga menggunakan Active penggunaan bentuk pendampingan oleh informan
Mediation dibandingkan pada informan kedua dan pada anak ketika menonton televisi yaitu
keempat yang menggunakan Coviewing Mediation Restrictive Mediation. Informan menerapkan
ketika melakukan pendampingan pada anak ketika peraturan umum mengenai menonton televisi pada
menonton televisi. Informan dengan tingkat awal penerapan peraturan anak tidak dapat
pendidikan terakhir yang lebih tinggi akan lebih menerapkan peraturan dan menjalani dengan baik.
aktif melakukan pendampingan atau lebih sering Sehingga informan memberikan pemahaman dan
untuk membatasi anak-anaknya. Sehingga dapat penjelasan kepada anak mengenai penerapan
dengan baik melakukan tindakan pencegahan peraturan mengenai menonton televisi yang pada
dengan menjelaskan dan memberikan pemahaman akhirnya membuahkan hasil di mana anak dapat
kepada anak secara langsung maupun setelah menerapkan dan menjalani peraturan yang sudah
tayangan selesai ketika tayangan yang ditonton diterapkan oleh informan dengan baik.
oleh anak ditemui adegan yang tidak baik untuk
ditiru oleh anak. Informan dengan tingkat Teori Konsistensi yang kedua yaitu Teori
pendidikan terakhir yang lebih tinggi akan lebih Penggabungan Masalah, pada teori ini dijelaskan
bersifat kritis pada media dibandingkan dengan bahwa akan terdapat tekanan ketika ingin
informan dengan tingkat pendidikan terakhir yang menyejajarkan antara harapan dengan penilaian.
lebih rendah. Informan dengan tingkat pendidikan Penerapan teori ini juga terkait dengan salah satu
terakhir yang lebih tinggi akan lebih bentuk pendampingan orangtua yaitu Restrictive
memperhatikan menonton televisi anak dengan Mediation. Ketika informan mulai menerapkan
menyaring program-program yang diperbolehkan peraturan, akan terdapat tekanan ketika informan
untuk ditonton oleh anak dan memberikan mencoba untuk menyejajarkan antara harapan yaitu
pemahaman kepada anak apabila terdapat adegan anak akan patuh pada peraturan yang diterapkan
yang tidak baik untuk ditiru oleh anak. Dengan kata oleh informan dengan penilaian anak dapat secara
lain bahwa informan dengan tingkat pendidikan langsung menyetujui peraturan dan menerapkan
dengan baik. Informan pada awal penerapan
peraturan merasakan bahwa anak tidak dapt
1
menerima peraturan dengan baik, hal tersebut diam tidak memberikan arahan maupun
terlihat ketika penerapan peraturan anak tidak dapat pemahaman mengenai realitas pada televisi
menjalankan dan menerapkan peraturan yang berbeda dengan realitas pada kehidupan nyata.
diterapkan oleh informan dengan baik. Menurut Ayah lebih mempercayakan kepada Ibu mengenai
Teori Penggabungan Masalah, cara untuk peran pendampingan pada anak ketika menonton
memecahkan permasalahan karena penggabungan televisi. Karena diketahui intensitas Ibu untuk
antara harapan dan penilaian dapat dilakukan mendampingi anak menonton kartun Doraemon
melalui komunikasi antara orangtua dan anak. lebih tinggi daripada Ayah untuk melakukan
Ketika anak tidak dapat menerima peraturan yang pendampingan.
diterapkan oleh informan, tindakan yang dilakukan
oleh informan adalah dengan bernegosiasi, SARAN
mendiskusikan peraturan tersebut dengan
memberikan arahan dan penjelasan mengenai Rekomendasi yang diberikan bagi studi
penetapan peraturan di rumah tentang menonton selanjutnya adalah dapat mengkaji bagaimana
televisi secara umum. Dengan begitu, informan pendampingan orangtua pada anak dalam
dapat menerapkan peraturan di rumah agar anak menonton program televisi untuk anak yang jadwal
dapat terhindar dari dampak negatif dari menonton penayangannya lebih intens dibandingkan dengan
televisi. Doraemon dan di dalamnya masih terdapat adegan
kekerasan.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian diuraikan simpulan
dan saran sebagai berikut : Afifuddin, dan Beni Ahmad Saebani. (2012).
Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung
SIMPULAN : Pustaka Setia.

Setelah melakukan penelitian terhadap 2 Izrael, Pavel. (2013). Religiousness, Values, and
pasang orangtua, ditemukan bahwa bentuk Parental Mediation of Children’s
pendampingan yang dilakukan oleh orangtua pada Television Viewing in Slovakia. Journal
anak yang menonton tayangan kartun anak of Children and Media, 7, 507-524.
Doraemon dengan beberapa bentuk mediasi
orangtua atau parental mediation adalah Ibu Littlejohn, Stephen W., and Karen A. Foss. (2009).
th
menggunakan bentuk mediasi Active Mediation dan Theories of Human Communication, 9
Ayah menggunakan bentuk mediasi Coviewing ed, atau Teori Komunikasi, Edisi 9, terj.
Mediation. Bentuk mediasi Active Mediation ini di Mohammad Yusuf Hamdan, Jakarta :
dalam pendampingan terdapat diskusi mengenai isi Salemba Humanika.
program, karakter setiap tokoh serta tindakan yang
Mendoza, Kelly. (2009). Surveying Parental
boleh ditiru dan tidak boleh ditiru oleh anak yang
Mediation: Connections, Challenges and
terdapat pada kartun Doraemon. Ibu ketika
Questions for Media Literacy. Journal of
melakukan pendampingan pada anak selalu
Media Literacy Education, 1, 28-41.
memberikan nasehat mengenai tindakan kekerasan
yang ditayangkan bahwa adegan kekerasan tersebut Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif.
tidak baik untuk ditiru. Diskusi yang terjadi (2007). Bandung : Remaja Rosdakarya.
dilaksanakan pada saat yang bersamaan dengan
menonton kartun Doraemon. Sehingga anak P3SPS, 2012.
langsung dapat memahami bahwa adegan yang
baru saja dilihat tidak baik untuk ditiru pada Santrock, John. W. (2012). Life Span Development,
th
kehidupan sehari-hari. 13 ed, atau Perkembangan Masa Hidup,
Edisi 13, terj. Benedictine Widyasinta,
Sedangkan bentuk mediasi Coviewing Jakarta : Erlangga.
Mediation adalah bentuk pendampingan dengan
hanya menemani anak menonton kartun Doraemon Internet:
tanpa adanya diskusi mengenai hal-hal yang terkait
dengan kartun Doraemon. Walaupun Ayah http://kidia.org/daftar -acara-tv-untuk-anak-
kategori-hati-hati-januari-2017/, diakses
mengetahui bahwa di dalam kartun Doraemon
pada tanggal 10 Maret 2018 pada pukul
terdapat adegan kekerasan dan dapat memberikan
12.30 WIB.
contoh adegan kekerasan dengan baik, ketika
melakukan pendampingan pada anak dalam www.kpi.go.id
menonton kartun Doraemon Ayah justru hanya

Anda mungkin juga menyukai