Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH FIQIH “SALAM DAN HAJR”

X-1

Disusun oleh: Kelompok 7 X-1:

-Adhitya Rifqi Almadhani

-Cut Zaura Zahratunnisa

-Irsyaduzzaky Nabil Bahtiar

-Muhammad Fadlan Rafael

Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta


Jl. Syukur No.1, RT.1/RW.8, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Tahun Pelajaran 2023/2024


KATA PENGHANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,


logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang
lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup
sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki
budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern
sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang membutuhkan kajian
fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan
hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar.

Tujuan pembelajaran Fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar


dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan dalil aqli melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.

Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat


ilmiyah,logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf
yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang
merupakan pelaksanaan ritual-ritual.Pembekalan materi yang baik dalam lingkup
sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki
budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern
sekarang semakin banyak masalah-masalah muncul yang membutuhkan kajian
fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan
okum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar.
BAB II
SALAM
2.1 Pengertian Salam Secara Umum

Kata ‫ السالم‬as-Salam terambil dari akar kata ‫ سلم‬Salima yang maknanya


berkisar pada keselamatan dan keterhindaran dari segala yang tercela.

Ucapan yang dianjurkan Islam bila bertemu dengan sesama bukan sekedar
‫ علیكم اسالم‬Assalamua’alaikum, tetapi di tambah dengan ‫ وبركاتھورحمة‬wa
rahmatullahi wabarakatuh, rahmat dan berkah ini, untuk menunjukkan bahwa
bukan hanya keselamatan dari kekurangan aib yang diharapkan kepada mitra
salam, tetapi juga rahmat Allah dan berkah, yaitu aneka kebajikan-Nya juga
kiranya tercurah.

Dalam syarah kitab Riyadhus Shalihin, Al-Utsaimin mengungkapkan


bahwa as-Salam mempunyai makna ad-do’a atau do’a yaitu do’a keselamatan dari
segala sesuatu yang membahayakan, karena merugikan, atau merusakkan sekedar
contoh ,apabila kalian mengucap As-slamu’alaikum kepada seseorang, hal ini
maksudnya bahwa kalian berdo’a kepada allah swt agar allah swt senantiasa
menyelamatkannya dari sakit ,gila, keburukan manusia, bermacam
kemaksiatan,penyakit hati dan diselamatkan dari api neraka.

Syeikh Ahmad Asy-Shawy dalam kitab tafsir Ash-Shawy ketika


menapsirkan waiza huyyitum bitahiyyati pada QS.4:86 beliau mengatakan bahwa
as-Salam maknanya keselamatan dari segala marabahaya baik di dunia maupun di
akhirat.

Berdasarkan uraian di atas ucapan salam ini mengandung do’a


keselamatan dari segala perkara yang membahayakan atau merugikan baik di
masa yang akan datang. Do’a yang terkandung dalam ucapan ini jangkauannya
cukup luas dibandingkan dengan ucapan selamat pagi atau selamat siang dengan
demikian ucapan selamat ini pada akhirnya tidak biasa di setarakan dengan
ucapan-ucapan selamat lainnya.

Dalam pendekatan lain, kata As-Salam termasuk sifat Allah. Ketika salam
ini dinisbahkan kepada Allah berarti zat salamah yang dimiliki keselamatan
keterhindaran. Itulah pendapat ulama seperti yang telah dikutip oleh Qurais
Shihab hanya saja lanjut beliau beberapa ulama tersebut berbeda dalam
memahami istilah ini.

Ada yang memahaminya dalam arti Allah terhindar dari segala aib dan
kekurangan, ada juga yang berpendapat bahwa Allah yang menghindarkan semua
makhluk dari penganiayaanNya, dan ada juga yang berpendapat bahwa as-Salam
yang dinisbahkan kepada Allah itu berarti yang memberi salam kepada hamba-
hambaNya di surga kelak.

Dalam al-Qur’an, kata as-Salam, memiliki lebih dari satu arti, al- Qur’an
diturunkan dengan bahasa Arab, dan kemukjizatan bahasa al-Qur’an adalah
sebuah keniscayaan. Kata salam memiliki banyak arti, sesuai dengan perbedaan
bentuk huruf-hurufnya.kata sallama berarti “ mengucapkan salam penghormatan
kepada orang lain”, sebagaimana halnya juga bermakna “tunduk dan patuh”. Ia
juga bermakna menyelamatkan”.

Salam adalah salah satu Al Asmaul Husnah yang artinya bahwa Allah
yang maha selamat dari segala kekurangan dan sifat-sifat tertentu salah satu dari
rukun Shalat, yaitu ketika mengucapkan salam ketika menoleh ke kanan dan ke
kiri.

Sering kali kalimat ini kita ucapkan, ketika dijalan bertemu dengan teman,
ketika meninggalkan rumah, masuk rumah, kita selalu mengucapkan kalimat
salam, Assalamua’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, yang artinya adalah”
semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya tercurah padamu.
Salam sekilas seperti ucapan yang biasa saja. Namun, sebenarnya terdapat
makna yang besar. Salam biasa dijadikan identitas orang muslim ketika bertemu
dengan saudara yang seiman, salam bisa menjadikan identitas suatu kelompok
perkumpulan dalam Islam. Salam pun juga identik dengan jabat tangan, dengan
maksud agar silaturahmi lebih terjalin dengan baik. Salam merupakan amal yang
di syariatkan. Telah disebutkan dalam al- Kitab maupunas-Sunnah dalil-dalil dan
nash-nash menjelaskan disyariatkannya salam, disunnahkannya hal itu, serta
dorongan untuk melaksanakannya. Menyebarkan salam termasuk perkara yang
diperintahkan oleh Rasulullah, menyebarkan salam juga termasuk amal yang
dapat memasukkan pelakunya kedalam surga dan selamat dunia akhirat.

2.2 Pandangan Salam Menurut Al-Qur’an Dan Hadits


A. Al-Qur’an
1) QS Al-An’am Ayat 54
‫َب َربُّ ُك ْم َعلَ ٰى نَ ْف ِس ِه ٱلرَّحْ َمةَ ۖ َأنَّ ۥهُ َم ْن َع ِم َل ِمن ُك ْم‬ َ ‫ك ٱلَّ ِذينَ يُْؤ ِمنُونَ بِـَٔا ٰيَتِنَا فَقُلْ َس ٰلَ ٌم َعلَ ْي ُك ْم ۖ َكت‬
َ ‫َوِإ َذا َجٓا َء‬
ِ ‫َاب ِم ۢن بَ ْع ِد ِهۦ َوَأصْ لَ َح فََأنَّهۥُ َغفُو ٌر ر‬
‫َّحي ٌم‬ َ ‫س ُٓو ۢ ًءا بِ َج ٰهَلَ ٍة ثُ َّم ت‬

Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang


kepadamu, maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan
atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah
mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Surat Al-An’am Ayat 54 )

2) QS An-Nur Ayat 61
‫فَِإ َذا َد َخ ْلتُ ْم بُيُوتًا فَ َسلِّ ُموا َعلَ ٰى َأ ْنفُ ِس ُك ْم‬
Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya), yang artinya juga memberi salam kepada dirimu
sendiri…” (QS an-Nur [24]: 61).
B. Hadits

ِ ِ‫ص ِغي ُر َعلَى اَ ْل َكب‬


,‫ير‬ َّ ‫ [قَا َل] َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم لِيُ َسلِّ ْم اَل‬:‫َوع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‬
‫ق َعلَ ْي ِه‬ ِ ِ‫ َو ْالقَلِي ُل َعلَى اَ ْل َكث‬,‫ َو ْال َمارُّ َعلَى اَ ْلقَا ِع ِد‬.
ٌ َ‫ير ُمتَّف‬
‫اشي‬ ِ ‫ – َوالرَّا ِكبُ َعلَى اَ ْل َم‬:‫َوفِي ِر َوايَ ٍة لِ ُم ْسلِ ٍم‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah yang kecil memberi salam
pada yang lebih tua, hendaklah yang berjalan memberi salam pada yang
sedang duduk, hendaklah yang sedikit memberi salam pada yang banyak.”
(Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari]

‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – يُجْ ِزُئ ع َْن اَ ْل َج َما َع ِة ِإ َذا‬:‫َوع َْن َعلِ ٍّي – رضي هللا عنه – قَا َل‬
ُ‫ َويُجْ ِزُئ ع َْن اَ ْل َج َما َع ِة َأ ْن يَ ُر َّد َأ َح ُدهُ ْم – َر َواه‬,‫َمرُّ وا َأ ْن يُ َسلِّ َم َأ َح ُدهُ ْم‬
‫ َو ْالبَ ْيهَقِ ُّي‬,ُ‫َأحْ َمد‬

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Cukup jika berjamaah (berada dalam kelompok)
jika lewat, maka salah seorang dari mereka mengucapkan salam. Cukup jika
berjamaah (berada dalam kelompok) jika ada yang mengucapkan salam, maka
salah seorang dari jamaah tersebut yang membalas salamnya.” (HR. Ahmad
dan Al-Baihaqi)

‫ َوِإ َذا لَقَ ْيتُ ُموهُ ْم‬,‫ارى بِال َّساَل ِم‬


َ ‫ص‬َ َّ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ – صلى هللا عليه وسلم – – اَل تَ ْبدَُؤوا اَ ْليَهُو َد َوالن‬:‫َو َع ْنهُ قَا َل‬
‫ فَاضْ طَرُّ وهُ ْم ِإلَى َأضْ يَقِ ِه – َأ ْخ َر َجهُ ُم ْسلِ ٌم‬,‫ق‬ ٍ ‫فِي طَ ِري‬.

Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu pula, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah memulai mengucapkan salam kepada
Yahudi dan Nashrani. Jika kalian bertemu dengan mereka di jalan, maka
persempitlah jalan mereka.” (HR. Muslim)
ٍ ‫ َح َّدثَنَا َر ُج ٌل ِم ْن بَنِي عَا ِم ٍر َأنَّهُ ا ْستَْأ َذنَ َعلَى النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم َوهُ َو فِي بَ ْي‬: ‫وع َْن ِر ْب ِع ٍّي قَا َل‬
‫ت‬
: ‫ قُ ِل‬: ُ‫ فَقُلْ لَه‬، َ‫أخرُجْ ِإلَى هَ َذا فَ َعلِّ ْمهُ ا ِال ْستِْئ َذان‬ َ َ‫ أَألِ ُج ؟ فَق‬: ‫فَقَا َل‬
ْ " : ‫ال النَّبِ ُّي صلى هللا عليه وسلم لِ َخا ِد ِم ِه‬
‫ َأَأ ْد ُخ ُل ؟ فََأ ِذنَ لَهُ النَّبِ ُّي صلى هللا عليه‬، ‫ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬: ‫ فَ َس ِم َعهُ ال َّر ُج ُل فَقَا َل‬، " ‫ َأَأ ْد ُخ ُل‬، ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم‬
‫وسلم فَ َد َخ َل " [ أخرجه أبو داود وأحمد‬

Suatu hari datang seorang dari Bani Amir ke rumah Rasulullah dan
meminta izin untuk memasuki rumah beliau. Maka, Rasulullah berkata kepada
pembantunya, “Keluarlah kamu dan ajarkan laki-laki itu adab meminta izin,
katakanlah padanya untuk mengucapkan, ‘Assalamualaikum, bolehkah aku
masuk?” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai