Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBENTUKAN MINYAK BUMI

Di susun oleh :

KELOMPOK
1
MARYANAH
SITI NURHAMIDAH
NOVRIDA. F
REZA SETIAWAN
SUKARNA PUTRA
M. JAELANI
ABDUL
RIJAL

KELAS : XI MIPA 1

SMAN 20 KAB TANGERANG

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah pembentukan minya
bumi .

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah pembentukan minya bumi ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pakuhaji, September 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................................. i

Daftar isi .......................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang..................................................................................................................... 1
b. Rumusan masalah ............................................................................................................... 1
c. Tujuan ................................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

a. Proses Pembentukan Minyak Bumi .................................................................................... 2


b. Komposisi Minyak Bumi .................................................................................................... 3
c. Proses Pengolahan Minyak Bumi ....................................................................................... 8

BAB III PENUTP

a. Kesimpulan.......................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak Bumi adalah salah satu sumber energi yang paling berperan dalam kehidupan manusia
Minyak Bumi merupakan salah satu sumber energi yang paling sering digunakan oleh manusia.
Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan minyak dunia pada periode jangka
menengah (2002-2010) diperkirakan meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph
atau tumbuh rata-rata 1.8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-2020), permintaan naik
menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan sebesar 17 juta bph.

Tak hanya untuk bahan bakar mesin, namun minyak bumi juga digunakan untuk sumber energi dalam
memasak, bahkan lilin pun terbuat dari minyak bumi. Minyak bumi berasal dari sisa sisa tumbuhan dan
hewan yang telah mati kemudian diuraikan oleh tanah, sehingga Sumber Daya Alam ini tergolong
lambat dalam pembaharuan, sehingga dapat dikategorikan sumber daya alam tak terbaharui. Minyak
bumi yang telah diolah dan dimanfaatkan oleh manusia contohnya seperti pelumas, plastik, karet,
bahan bakar minyak, bitumen, lilin, pestisida, cat).

Minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon. Sifat dan karakteristik dasar minyak bumi inilah yang
menentukan perlakuan selanjutnya untuk mengolah minyak bumi itu Hal ini juga akan mempengaruhi
produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak tersebut.Maka dari itu pengetahuan tentang minyak bumi
sangat penting, mengingat SDA yang paling banyak digunakan ini tidak dapat diperbahrui sehingga kita
harus berusaha mencari alternatif dan berusaha menghemat minyak bumi ini

1.2. Rumusan Masalah

a) Bagaimana minyak bumi terbentuk?


b) Apa saja komposisi minyak bumi?
c) Bagaimana proses pengolahan minyak bumi ?
d) Apa saja fraksi-fraksi minyak bumi?
e) Apa saja manfaat dan dampak negatif hasil olahan minyak bumi?
f) Apa bahan alternatif pengganti minyak bumi?

1.3 Tujuan Penulisan

· Untuk memenuhi tugas pembuatan makalah kimia.

· Memperdalam pengetahuan tentang minyak bumi dan pengolahannya dan manfaat serta
dampak negatif dalam kehidupan manusia.

· Mengenal berbagai alternatif sumber energi yang lebih ramah lingkungan.


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Proses Pembentukan Minyak Bumi

Kondisi saat pembentukan yang membuat minyak bumi menjadi spesifik dan tidak sama antara suatu
minyak bumi dengan minyak bumi lainnya. Pemahaman tentang proses pembentukan minyak bumi
Akan diperlukan sebagai bahan pertimbangan untuk menginterpretasikan hasil identifikasi. Ada
beberapa hipotesa tentang terbentuknya minyak bumi yang dikemukakan oleh para ahli, beberapa
diantaranya adalah:

a. Teori Biogenesis (Organik)

Macqiur (Perancis, 1758) adalah orang yang pertama kali mengemukakan pendapat bahwa minyak bumi
berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kemudian M.W. Lamanosow (Rusia, 1763) juga mengemukakan hal
yang sama. Pendapat di atas juga didukung oleh sarjana lainnya seperti, New Beery (1859), Engler
(1909), Bruk (1936), Bearl (1938) dan Hofer. Mereka menyatakan bahwa: “minyak dan gas bumi berasal
dari organisme laut yang telah mati berjuta-juta tahun yang lalu dan membentuk sebuah lapisan dalam
perut bumi.”

b. Teori Abiogenesis (Anorganik)

Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat logam alkali, yang dalam
keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan dengan CO2 membentuk Ocetylena.
Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali
tid ak terdapat bebas di kerak bumi.

Reaksi yang terjadi::

Alkali metal + CO2 karbida

karbida + H2O ocetylena

C2H2 C6H6 komponen-komponen lain

Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh
kerja uap pada karbida-karbida logam dalam bumi. kelemahannya tidak cukup banyak karbida di alam.
Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli yang mengemukakan bahwa minyak bumi
mulai terbentuk sejak zaman prasejarah, jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses
terbentuknya bumi. Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam
beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain.

Dari sekian banyak hipotesa tersebut yang sering dikemukakan adalah Teori Biogenesis, karena lebih
memungkinkan untuk terjadi. Teori pembentukan minyak bumi terus berkembang seiring dengan
berkembangnya teknologi dan teknik analisis minyak bumi, sampai kemudian pada tahun 1984 G. D.
Hobson dalam tulisannya yang berjudul “The Occurrence and Origin of Oil and Gas”.
Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena adanya kebocoran kecil yang permanen
dalam siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir dengan permukaan bumi, yang
digambarkan dengan dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana karbon diangkut dalam bentuk
karbon dioksida (CO2). Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir berasimilasi, artinya CO2
dihasilkan dari atmosfir oleh organisme fotosintetik darat dan laut.

Pada arah yang kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui respirasi makhluk hidup
(tumbuhan, hewan dan mikroorganisme). Dalam proses ini, terjadi kebocoran kecil yang
memungkinkan satu bagian kecil karbon yang tidak dibebaskan kembali ke atmosfir dalam bentuk
CO2, tetapi mengalami transformasi yang akhirnya menjadi fosil yang dapat terbakar. Bahan bakar
fosil ini jumlahnya hanya kecil sekali. Bahan organik yang mengalami oksidasi selama pemendaman.
Akibatnya, bagian utama dari karbon organik dalam bentuk karbonat menjadi sangat kecil jumlahnya
dalam batuan sedimen.

Pada mulanya senyawa tersebut (seperti karbohidrat, protein dan lemak) diproduksi oleh makhluk
hidup sesuai dengan kebutuhannya, seperti untuk mempertahankan diri, untuk berkembang biak atau
sebagai komponen fisik dan makhluk hidup itu. Komponen yang dimaksud dapat berupa konstituen sel,
membran, pigmen, lemak, gula atau protein dari tumbuh-tumbuhan, cendawan, jamur, protozoa, bakteri,
invertebrata ataupun binatang berdarah dingin dan panas, sehingga dapat ditemukan di udara, pada
permukaan, dalam air atau dalam tanah.

Apabila makhluk hidup tersebut mati, maka 99,9% senyawa karbon dan makhluk hidup akan kembali
mengalami siklus sebagai rantai makanan, sedangkan sisanya 0,1% senyawa karbon terjebak dalam
tanah dan dalam sedimen. Inilah yang merupakan cikal bakal senyawa-senyawa fosil atau dikenal juga
sebagai embrio minyak bumi.

Embrio minyak ini mengalami perpindahan dan akan menumpuk di salah satu tempat yang
kemungkinan menjadi tempat penampungan dan ada yang hanyut bersama aliran air sehingga
tertumpuk di dasar laut, dan karena perbedaan tekanan di bawah laut beberapa muncul ke permukaan
dan ada pula yang terendapkan di permukaan laut dalam yang arusnya kecil.

Embrio kecil ini menumpuk dalam kondisi lingkungan lembab, gelap dan berbau tidak sedap di antara
mineral-mineral dan sedimen, lalu membentuk molekul besar yang dikenal dengan geopolimer.
Senyawa- senyawa organik yang terpendam ini akan tetap dengan sifat masing-masing yang sesuai
dengan bahan dan lingkungan pembentukannya. Selanjutnya senyawa organik ini akan mengalami
proses geologi dalam bumi. Pertama akan mengalami proses diagenesis, dimana senyawa organik dan
makhluk hidup sudah merupakan senyawa mati dan terkubur sampai 600 meter saja di bawah
permukaan dan lingkungan bersuhu di bawah 50°C.

Pada kondisi ini senyawa-senyawa organik yang berasal dan makhluk hidup mulai kehilangan gugus
beroksigen akibat reaksi dekarboksilasi dan dehidratasi. Semakin dalam pemendaman terjadi, semakin
panas lingkungannya, penam-bahan kedalaman 30 – 40 m akan menaik-kan temperatur 1°C. Di
kedalaman lebih dan 600 m sampai 3000 m, suhu pemendaman akan berkisar antara 50 – 150 °C,
proses geologi kedua yang disebut katagenesis akan berlangsung, maka geopolimer yang terpendam
mulal terurai akibat panas bumi.

Komponen-komponen minyak bumi pada proses ini mulai terbentuk dan senyawa–senyawa karakteristik
yang berasal dan makhluk hidup tertentu kembali dibebaskan dari molekul. Bila kedalaman terus
berlanjut ke arah pusat bumi, temperatur semakin naik, dan jika kedalaman melebihi 3000 m dan suhu
di atas 150°C, maka bahan-bahan organik dapat terurai menjadi gas bermolekul kecil, dan proses ini
disebut metagenesis.
Setelah proses geologi ini dilewati, minyak bumi sudah terbentuk bersama-sama dengan bio-marka.
Fosil molekul yang sudah terbentuk ini akan mengalami perpindahan (migrasi) karena kondisi
lingkungan atau kerak bumi yang selalu bergerak rata-rata sejauh 5 cm per tahun, sehingga akan ter-
perangkap pada suatu batuan berpori, atau selanjutnya akan bermigrasi membentuk suatu sumur
minyak. Apabila diambil, batuan yang mengandung minyak ini (batuan induk) atau minyak yang
terperangkap dalam rongga bumi, akan ditemukan fosil senyawa-senyawa organik. Fosil-fosil senyawa
inilah yang ditentukan strukturnya menggunaan beberapa metoda analisis, sehingga dapat menerangkan
asal-usul fosil, bahan pembentuk, migrasi minyak bumi serta hubungan antara suatu minyak bumi
dengan minyak bumi lain dan hubungan minyak bumi dengan batuan induk.

CaCO3 + Alkali → CaC2 + HO → HC = CH → Minyak bumi

2.2. Komposisi Minyak Bumi

Minyak Bumi merupakan campuran dari berbagai macam hidrokarbon, jenis molekul yang paling sering
ditemukan adalah alkana (baik yang rantai lurus maupun bercabang), sikloalkana, hidrokarbon aromatik,
atau senyawa kompleks seperti aspaltena. Setiap minyak Bumi mempunyai keunikan molekulnya masing-
masing, yang diketahui dari bentuk fisik dan ciri-ciri kimia, warna, dan viskositas. Minyak bumi
merupakan campuran rumit dari ratusan rantai hidrokarbon, yang umumnya tersusun atas 85% karbon (C)
dan 15% hidrogen (H).
Selain itu, juga terdapat bahan organik dalam jumlah kecil dan mengandung oksigen (O), sulfur(S) atau
nitrogen(N).

Ada 4 macam kategori minyak bumi yang digolongkan menurut umur dan letak kedalamannya,
yaitu: young-shallow, old-shallow, young-deep, dan old-deep. Minyak bumi young-shallow biasanya
bersifat masam (sour), mengandung banyak bahan aromatik, sangat kental dan kandungan sulfurnya
tinggi. Minyak old-shallow biasanya kurang kental, titik didih yang lebih rendah, dan rantai paraffin
yang lebih pendek.Old-deep membutuhkan waktu yang paling lama untuk pemrosesan, titik didihnya
paling rendah dan juga viskositasnya paling encer.

Sulfur yang terkandung dapat teruraikan menjadi H2S yang dapat lepas, sehingga old-deep adalah
minyak mentah yang dikatakan paling “sweet”. Minyak semacam inilah yang paling diinginkan karena
dapat menghasilkan bensin (gasoline) yang paling banyak.

Alkana, juga disebut dengan parafin, adalah hidrokarbon tersaturasi dengan rantai lurus atau bercabang
yang molekulnya hanya mengandung unsur karbon dan hidrogen dengan rumus umum CnH2n+2. Pada
umumnya minyak Bumi mengandung 5 sampai 40 atom karbon per molekulnya, meskipun molekul
dengan jumlah karbon lebih sedikit/lebih banyak juga mungkin ada di dalam campuran tersebut.

Alkana dari pentana (C5H12) sampai oktana (C8H18) akan disuling menjadi bensin, sedangkan
alkana jenis nonana (C9H20) sampai heksadekana (C16H34) akan disuling menjadi diesel, kerosene
dan bahan bakar jet). Alkana dengan atom karbon 16 atau lebih akan disuling menjadi oli/pelumas.
Alkana dengan jumlah atom karbon lebih besar lagi, misalnya parafin wax mempunyai 25 atom karbon,
dan aspal mempunyai atom karbon lebih dari 35. Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 4 akan
berbentuk gas dalam suhu ruangan, dan dijual sebagai elpiji (LPG). Di musim dingin, butana (C4H10),
digunakan sebagai bahan campuran pada bensin, karena tekanan uap butana yang tinggi akan
membantu mesin menyala pada musim dingin. Penggunaan alkana yang lain adalah sebagai pemantik
rokok. Di beberapa negara, propana (C3H8) dapat dicairkan dibawah tekanan sedang, dan digunakan
masyarakat sebagai
bahan bakar transportasi maupun memasak.

Sikloalkana, juga dikenal dengan nama naptena, adalah hidrokarbon tersaturasi yang mempunyai satu
atau lebih ikatan rangkap pada karbonnya, dengan rumus umum CnH2n. Sikloalkana memiliki ciri-ciri
yang mirip dengan alkana tapi memiliki titik didih yang lebih tinggi.

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon tidak tersaturasi yang memiliki satu atau lebih cincin planar
karbon-6 yang disebut cincin benzena, dimana atom hidrogen akan berikatan dengan atom karbon
dengan rumus umum CnHn. Hidrokarbon seperti ini jika dibakar maka akan menimbulkan asap hitam
pekat.
Beberapa bersifat karsinogenik.

Semua jenis molekul yang berbeda-beda di atas dipisahkan dengan distilasi fraksional di tempat
pengilangan minyak untuk menghasilkan bensin, bahan bakar jet, kerosin, dan hidrokarbon lainnya.
Contohnya adalah 2,2,4-Trimetilpentana (isooktana), dipakai sebagai campuran utama dalam bensin,
mempunyai rumus kimia C8H18 dan bereaksi dengan oksigen secara eksotermik:

2 C8H18(l) + 25 O2(g) → 16 CO2(g) + 18 H2O(g) + 10.86 MJ/mol (oktana)

Pembakaran yang tidak sempurna dari minyak Bumi atau produk hasil olahannya akan menyebabkan
produk sampingan yang beracun. Misalnya, terlalu sedikit oksigen yang bercampur maka akan
menghasilkan karbon monoksida. Karena suhu dan tekanan yang tinggi di dalam mesin kendaraan, maka
gas buang yang dihasilkan oleh mesin biasanya juga mengandung molekul nitrogen oksida yang dapat
menimbulkan polusi.

Komposisi minyak bumi dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

a. Hidrokarbon Jenuh (alkana)

§ Dikenal dengan alkana atau parafin


§ Keberadaan rantai lurus sebagai komponen utama (terbanyak)
§ Sedangkan rantai bercabang lebih sedikit
§ Senyawa penyusun diantaranya:

1. Metana CH4
2. Etana CH3 – CH3
3. Propana CH3 – CH2 – CH3
4. Butana CH3 – (CH2)2 – CH3
5. n-heptana CH3 – (CH2)5 – CH3
6. iso oktana CH3 – C(CH3)2 – CH2 – CH – (CH3)2

b. Hidrokarbon Tak Jenuh (alkena)

§ Dikenal dengan alkena


§ Keberadaannya hanya sedikit

§ Senyawa penyusunnya:
- Etena, CH2 = CH2
- Propena, CH2 = CH – CH3
- Butena, CH2 = CH – CH2 – CH3

c. Hidrokarbon Jenuh berantai siklik (sikloalkana)

§ Dikenal dengan sikloalkana atau naftena


§ Keberadaannya lebih sedikit dibanding alkana
§ Senyawa penyusunnya:

d. Hidrokarbon aromatik

§ Dikenal sebagai seri aromatik


§ Keberadaannya sebagai komponen yang kecil/sedikit
§ Senyawa penyusunannya:

1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula.
Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam bensin
dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam
yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air. Sulfur merupakan
senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau gas, namun keberadaannya tidak
dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan
proses, meracuni katalis dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping
pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan menimbulkan polusi udara
serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi
disebut Desulfurisasi, antara lain:

1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta

2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam bentuk senyawa
merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses hidrogenasi selektif menjadi
hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen
sulfida yang dihasilkan dari dekomposisi senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara
fraksinasi atau pencucian/pelucutan.

Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu bio-desulfurisasi.
Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif dari minyak bumi dengan
memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur
elementer yang dikatalis oleh enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa
mengubah senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik, dan
dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah dapat menyingkirkan
senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme
yang digunakan untuk proses bio-desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun
penelitian lebih lanjut juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan kandungan sulfur dalam
jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika disingkirkan menggunakan amine plant, dan
terlalu banyak untuk disingkirkan menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-
desulfurisasi juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.

Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas


Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell Paques dari Shell Global
Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini sudah diterapkan secara komersial sejak
tahun 1993, dan saat ini kurang lebih terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-
Paques beroperasi di seluruh dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen sulfida dengan
kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari, menggunakan mikroorganisme
Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai katalis proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran
gas yang mengandung hidrogen sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda
yang mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan kemudian
dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi dimana mikroorganisme
mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer secara biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur
hasil reaksi kemudian melalui proses dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda
dikembalikan ke absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai padatan atau sebagai sulfur cair murni.
Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah, maka sulfur yang dihasilkan
dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi
dapat digambarkan sebagai berikut:

Absorpsi H2S oleh senyawa soda

Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme

Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah:

dapat menyingkirkan sulfur dalam jumlah besar (efisiensi penyingkiran hidrogen sulfida dapat
mencapai 99,8%) hingga menyisakan kandungan hidrogen sulfida yang sangat rendah dalam aliran gas
(kurang dari 4 ppm-volume)
pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur terintegrasi dalam 1 proses- gas buang
(flash gas/vent gas) dari proses ini tidak mengandung gas berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke
lingkungan tidak perlu dibakar di flare. Hal ini membuat proses ini ideal untuk lokasi-lokasi dimana
proses yang memerlukan pembakaran (misalnya flare atau incinerator) tidak dimungkinkan.
menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent yang biasa digunakan untuk melarutkan
hidrogen sulfida dalam proses ekstraksi
sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan resiko penyumbatan (plugging atau blocking) pada
pipa
Bio-katalis yang digunakan bersifat self-sustaining dan mampu beradaptasi pada berbagai kondisi
proses
Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman (antara lain beroperasi pada suhu dan tekanan
rendah) sehingga mudah untuk dioperasikan
Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam, gas buang regenerator amine, fuel gas,
synthesis gas, serta aliran oksigen yang mengandung gas limbah yang tidak dapat diproses dengan
pelarut.

2. Senyawa Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya
titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa meningkat apabila produk itu lama kontak dengan udara.
Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter,
anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat
(asam alisiklik) dan asam alifatik.

3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan
tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat
membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih
tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan
asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan
asam mineral encer.

4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking
mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan kualitas produk gasoline, menghasilkan banyak
gas dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine,
adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang
dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi
dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga
merusakkan refractory itu.

2.3 PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Minyak mentah yang peroleh dari pengeboran berupa cairan hitam kental yang pemanfaatannya harus
diolah terlebih dahulu. Pengeboran minyak bumi di Indonesia, terdapat di pantai utara Jawa (Cepu,
Wonokromo, Cirebon), Sumatra (Aceh, Riau), Kalimantan (Tarakan, Balikpapan) dan Irian (Papua).
Pengolahan minyak bumi melalui dua tahapan, diantaranya:

a.
Pengolahan pertama, Pada tahapan ini dilakukan “distilasi bertingkat” yang bertujuan memisahkan
fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan titik didihnya. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan
tetap berupa cairan dan turun ke bawah. Sedangkan titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik
ke bagian atas melalui sangkup-sangkup yang disebut sangkup gelembung.

Proses Destilasi:
Beberapa Fraksi minyak bumi hasil destilasi
bertingkat: Fraksi
Ukuran Molekul
Titik Didih (Oc)
Kegunaan
Gas

C1 – C5
-160ºC – 30 ºC

Bahan Bakar(LPG), Sumber Hidrogen

Petoleum Eter
C5 – C7
30 ºC – 90 ºC
Pelarut, Dry Cleaner

Bensin (Gasoline)
C5 – C12
30 ºC - 200 ºC
Bahan Bakar Motor
Kerosin,Minyak Diesel/Solar
C12 - C18
180 ºC – 400 ºC

Bahan Bakar Mesin


Diesel Minyak Pelumas
C16 Ke Atas
350 ºC Ke Atas

Pelumas
Parafin
C20 Ke Atas
Za Padat Dengan Titik Cai Rendah
Lilin Dan Lain-Lain
Aspal

C25 Ke Atas

Residu
Baha Bakar Dan Untuk Pelapis Jalan Raya

b. Pengolahan kedua, Pada tahapan ini merupakan proses lanjutan hasil penyulingan bertingkat
dengan proses sebagai berikut:

1. Perengkahan (cracking): Penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar


menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil.

Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.

Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya
SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion
karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau
menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

c. Hidrocracking

Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa
yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah
bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian
dipisahkan.

2. Ekstrasi: proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya


3. Kristalisasi: proses pembentukan bahan padat dari pengendapan larutan
4. Treating: proses Pembersihan dari

kontaminasi Proses treating adalah sebagai

berikut:

Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat menimbulkan
bau yang tidak sedap.
Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari fraksi minyak
pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang rendah.
Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

2.4. Manfaat dari Hasi Pengolahan Minyak Bumi

Produk Hasil Pengolahan Minyak Bumi adalah zat bermanfaat yang berasal dari minyak mentah (minyak
bumi) setelah diproses di pengolahan minyak. Menurut komposisi dan permintaan minyak mentah,
pengolahan dapat memproduksi berbagai jenis produk minyak bumi. Produk minyak terbesar digunakan
sebagai energi; bermacam tingkatan minyak bahan bakar dan bensin. Hasil Pengolahan Minyak Bumi
tersebut seperti;

1. LPG

Liquefied Petroleum Gas (LPG) PERTAMINA dengan brand ELPIJI, merupakan gas hasil produksi
dari kilang minyak (Kilang BBM) dan Kilang gas, yang komponen utamanya adalah gas propana
(C3H8) dan butana (C4H10) lebih kurang 99 % dan selebihnya adalah gas pentana (C5H12) yang
dicairkan

Sifat elpiji
Sifat elpiji terutama adalah sebagai berikut:

Cairan dan gasnya sangat mudah terbakar


Gas tidak beracun, tidak berwarna dan tidak berbau , oleh karena resiko kebocoran maka oleh
pertamina diberi gas mercaptan yang baunya khas dan cukup menyengat untuk memudahkan
mendeteksi kebocoran gas.
Gas dikirimkan sebagai cairan yang bertekanan di dalam tangki atau silinder.
Cairan dapat menguap jika dilepas dan menyebar dengan cepat.
Gas ini lebih berat dibanding udara sehingga akan banyak menempati daerah yang rendah.
BAB 3
PENUTUP

a. Kesimpulan

Minyak Bumi adalah salah satu Sumber Daya Alam dengan berbagai manfaat. Terbentuk dari
berbagai fosil yang diuraikan oleh bumi.Tersusun dari Alkana, Alkena, Hidrokarbon Aromatik,
Sikloalkana, dan beberapa senyawa lain. Diolah dengan proses Destilasi Bertingkat untuk menghasilkan
berbagai produk.Namun karena jumlahnya terbatas sehingga kita perlu menghematnya.Ditambah dengan
polusi hasil pembakaran olahannya yang tidak begitu ramah lingkungan. Adapun beberapa Sumber Daya
Alam Alternatif yang bila diolah dengan baik, akan tidak kalah dengan Minyak Bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Modul Bahan Ajar Siswa MGMP Maju Giat Meraih Prestasi “Kimia”.
Retnowati Priscilla. 2007. SERIBU PENA KIMIA 1 UNTUK SMA Kelas X.Jakarta: Erlangga
Septiadevana Riski.2009.Minyak Bumi dan Gas Alam,
(http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%200606249_IE6.0/hala
man_6.html), diakses 1 April 2014
Makalah Tentang Minyak Bumi, 2009. (http://amboinas.wordpress.com/2009/06/05/makalah-tentang-
minyak-bumi/) diakses 1 April 2014
Widya Firsty Windany.2013. Makalah Tentang Minyak Bumi,
(http://widyafirstywindany.blogspot.com/2013/05/makalah-tentang-minyak-bumi.html) diakses 1 April
2014
Franklin Imanuel.2013.Contoh Makalah Pembentukan Minyak Bumi,
(http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/06/contoh-makalah-pembentukan-minyak-bumi.html) diaskes
2 April 2014
Makalah Kimia Minyak Bumi.2013.( http://blogsiantar4all.blogspot.com/2013/04/makalah-kimia-
minyak-bumi.html) diakses 2 April 2014
Ardelia Aini I Kanda., ET al.2013.Makalah Minyak Bumi.
2013(http://sideofardeliaini.wordpress.com/2013/02/26/makalah-minyak-bumi/) diakses 3 April 2014
Makalah Minyak Bumi.2013 (http://sugengmirsani.blogspot.com/2013/01/makalah-minyak-
bumi_25.html) diakses 4 April 2014
Proses Terjadinya Minyak Bumi.2011. ( http://my80vity.blogspot.com/2011/01/proses-
terjadinya- minyak-bumi-dan-gas.html) diakses 5 April 2014
Toulena.2013. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Toluena) diakses 5 April 2014

Anda mungkin juga menyukai