Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

I’TIKAF DAN PERUBAHAN DIRI

DOSEN PENGAMPU: Dr. H. Andi Abdul Hamzah, Lc.,M,Ag

Disusun Oleh:

Nama : Dwi Nurinsani Zahra

Nim : 50800122006

Kelas : 2MHU-A

PROGAM STUDI TEKNOLOGI INFOMASI DAN KOMUNIKASI


JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMRAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
saya karunia nikmat dan kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini,
dan terus dapat menimba ilmu.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
”PRAKTIKUM DAKWAH” dan dosen pengampu yaitu ” Dr. H. Andi Abdul
Hamzah, Lc.,M,Ag” Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar saya dapat
menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini saya sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya para penulis dan para pembaca makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
I'tikaf merupakan tambahan dari itu dirancang untuk mendekatkan pusat
pengaruh Rabbani. Melalui dzikir, kontemplasi, introspeksi dan membaca ayat
Ayat Alquran. seseorang yang melakukan I'tikaf berusaha mensucikan jiwanya
Sekaligus mengarahkan mereka kepada nilai-nilai transenden Yang Mahakudus,
sehingga mereka merasa semakin dekat, membangkitkan rasa kagum, cinta dan
menguatkan keimanan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalani kehidupan yang penuh
warna, manusia terkadang menjadi sibuk dengan tugas dan tuntutan hidup hingga
(merasa) semakin jauh dari Tuhan, meski hanya untuk mengetahui isyarat-isyarat
Rabbani. Tak jarang hati mengeluh cemas, atau bahkan menangis dalam
kegelisahan, hanya untuk merelakan kerinduannya pada Sang Pencipta,
kerinduannya pada ketenangan yang terpancar dari-Nya. Dapat diprediksi, Oleh
karena itulah motivasi i'tikaf lahir agar hati dapat bersatu seluruh tenaga untuk
menggapai sinar Rabbani
B. RUMUSAN MASALAHA
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. I’TIKAF DAN PERUBAHAN DIRI


Secara bahasa, i'tikaf berasal dari kata 'akafa-ya'kifu-ukufan. Apabila
dikaitkan dengan kalimat "an al-amr" menjadi "akafahu an al-amr" yang berarti
'mencegah'. Sementara jika dikaitkan dengan kata "ala" menjadi "akafa 'ala al-
amr" artinya 'menetapi'. Pengembangannya kemudian menjadi i'takafa-ya'takifu-
i'tikafan yang artinya tetap tinggal pada suatu tempat. Kalimat 'I'takafa fi al-
masjid' berarti 'tetap tinggal atau diam di masjid'.
Menurut istilah, i'tikaf bermakna berdiam diri di masjid disertai dengan
niat. Tujuan i'tikaf adalah semata-mata beribadah kepada Allah SWT, khususnya
dalam hal ibadah-ibadah yang umumnya dilakukan di masjid.1
Bulan Ramadhan mengandung beberapa amalan sunnah yang tidak
dianjurkan pada bulan-bulan lainnya. Inilah sebabnya mengapa Ramadhan juga
dikenal sebagai bulan menuai pahala. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan
pada bulan ini adalah be'itikaf atau berdiam diri di masjid. Nabi Muhammad
SAW bersabda dalam haditsnya:2

Artinya, “Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada


sepuluh malam terakhir,” (HR Ibnu Hibban).
Hadits di atas menjelaskan anjuran memperbanyak i'tikaf pada bulan
Ramadhan ketika sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Sebab waktu tersebut
merupakan waktu yang paling potensial untuk bermalam di Lailatul Qadar.

1
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6670010/apa-itu-itikaf-ini-pengertian-serta-panduan-
lengkap-pelaksanaannya . 10.47
2
https://www.nu.or.id/nasional/anjuran-perbanyak-i-tikaf-di-bulan-ramadhan-uo27t . 15.15
Namun, tak ada salahnya jika i'tikaf mulai diperbanyak sejak awal Ramadhan.
Adapun rukun i’tikaf sendiri ada empat:
(1) niat,
(2) berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya selama tumaninah shalat,
(3) masjid,
(4) orang yang beri’tikaf.
Kemudian, syarat orang yang beri’tikaf adalah beragama Islam, berakal
sehat, dan bebas dari hadas besar. Artinya, tidak sah i’tikaf dilakukan oleh orang
yang tidak memenuhi syarat tersebut. 3
Sementara yang membatalkan i’tikaf ada sembilan:
(1) berhubungan suami-istri,
(2) mengeluarkan sperma
(3) mabuk yang disengaja,
(4) murtad,
(5) haid, selama waktu i’tikaf cukup dalam masa suci biasanya,
(6) nifas,
(7) keluar tanpa alasan,
(8) keluar untuk memenuhi kewajiban yang bisa ditunda,
(9) keluar disertai alasan hingga beberapa kali, padahal keluarnya karena
keinginan sendiri. 4
I'tikaf adalah amalan ibadah sunnah yang dilakukan di masjid pada
sepuluh terakhir bulan Ramadhan. I'tikaf bermakna mengisolasi diri atau
memisahkan diri dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi dalam beribadah
dengan tujuan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah SWT dan mendekatkan
diri kepada-Nya.
I'tikaf dilakukan dengan cara menginap di dalam masjid selama sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan, dimulai setelah terbenamnya matahari pada

3
https://www.nu.or.id/nasional/anjuran-perbanyak-i-tikaf-di-bulan-ramadhan-uo27t . 15.15
4
https://www.nu.or.id/nasional/anjuran-perbanyak-i-tikaf-di-bulan-ramadhan-uo27t . 15.15
malam ke-21 Ramadhan dan berakhir saat terbenam matahari pada malam
terakhir Ramadhan. Selama i'tikaf, seorang muslim harus berada di dalam masjid
tanpa keluar kecuali untuk keperluan mendesak seperti ke toilet atau melakukan
wudhu.
Berikut adalah beberapa manfaat dan keutamaan dari melakukan i'tikaf:
1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
Dalam i'tikaf, seorang muslim berada dalam lingkungan masjid yang
suci dan penuh ketenangan, sehingga dapat membantu untuk memperbanyak
ibadah, membaca Al-Quran, berdoa, dan melakukan dzikir kepada Allah
SWT.
Dengan melakukan i'tikaf, seseorang dapat mendekatkan diri kepada Allah
SWT dan merenungkan pentingnya hidup ini serta memperbanyak amal
ibadah.
2. Menjaga diri dari godaan dunia
Dalam i'tikaf, seorang muslim memisahkan diri dari kegiatan dunia yang
dapat mengganggu konsentrasi dan menarik perhatian, sehingga dapat
membantu untuk memfokuskan diri pada ibadah dan beribadah dengan
khusyuk.
3. Memperoleh pahala besar
Dalam i'tikaf, seorang muslim memperbanyak ibadah dan dzikir kepada Allah
SWT, sehingga dapat memperoleh pahala yang besar. Nabi Muhammad SAW
bersabda, "Barangsiapa yang beri'tikaf di masjidku, maka dia melakukannya
karena mencari wajah Allah. Oleh karena itu, maka tidaklah boleh seseorang
yang beri'tikaf keluar dari masjid kecuali untuk keperluan mendesak." (HR.
Bukhari dan Muslim)
4. Menjaga hubungan dengan masyarakat
Selain memperbanyak ibadah, i'tikaf juga dapat membantu untuk menjaga
hubungan dengan masyarakat sekitar masjid. Selama i'tikaf, seorang muslim dapat
berinteraksi dengan sesama jamaah masjid dan menjalin silaturahmi.
5. Membiasakan diri untuk beribadah
I'tikaf dapat membantu seseorang untuk membiasakan diri dalam beribadah,
sehingga dapat membantu untuk meningkatkan kualitas ibadah sehari-hari.
Dalam menjalankan i'tikaf, seorang muslim perlu mempersiapkan diri dengan
matang, baik secara fisik maupun mental. Persiapan fisik meliputi membawa
perlengkapan yang dibutuhkan selama i'tikaf, seperti matras, bantal, dan
perlengkapan mandi. Persiapan mental meliputi mempersiapkan diri untuk
memperbanyak ibadah dan beribadah.5
Berikut beberapa cara i'tikaf dapat membantu seseorang mengubah dirinya:
1. Meningkatkan kualitas ibadah:
Dengan mengisolasi diri di masjid, seseorang bisa lebih fokus menjalankan
ibadahnya. Hal ini memungkinkan mereka untuk berdoa lebih dalam dengan
membaca Al-Quran dan berdzikir.
2. Kontemplasi dan refleksi:
I'tikaf memberikan waktu untuk refleksi dan refleksi terhadap aspek
kehidupan spiritual. Ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan dosa masa lalu,
tujuan hidup, dan cara untuk memperbaiki diri.
3. Membersihkan diri:
I'tikaf dapat dianggap sebagai proses penyucian diri secara spiritual. Pada
masa ini, seseorang dapat merenungkan kesalahan masa lalunya dan berusaha
memperbaiki dirinya menjadi lebih baik di masa depan.
4. Meningkatkan kesadaran diri:
Dengan mengikuti i'tikaf, seseorang dapat mengembangkan kesadaran yang
lebih dalam akan hubungannya dengan Allah. Hal ini dapat membantu mereka
menjadi lebih rendah hati dan menghargai berkat Tuhan.
5. Mengurangi gangguan global:
5
https://baznas.jogjakota.go.id/detail/index/26893.15.40
Dengan mengisolasi diri dari dunia luar selama i'tikaf, seseorang dapat
terhindar dari gangguan dan godaan yang dapat menghambat pertumbuhan
spiritualnya.
Namun, penting untuk diingat bahwa i’tikaf bukanlah satu-satunya cara untuk
mencapai perubahan positif dalam Islam. Ini merupakan latihan yang diperlukan
pada waktu-waktu tertentu dan memerlukan persiapan fisik dan mental. Perubahan
pribadi yang bertahan lama membutuhkan komitmen berkelanjutan terhadap
perbaikan diri melalui ibadah, belajar, dan tindakan kebaikan sehari-hari.6

6
https://wmc.walisongo.ac.id/?p=423 .15.32

Anda mungkin juga menyukai