Anda di halaman 1dari 14

BALAGAH

Dosen pengampu: Prof. Dr. H. L. Lalu Supriadi, Lc, MA

Nama Anggota:
Muhammad Labib Zamhasyari
Muhammad Rizki Alpiansah
Muhammad Fahrurrozi

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Balagah".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Mataram, September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Definisi Ilmu Balaghah..........................................................................................3
B. Ilmu Bayan ............................................................................................................3
C. Ilmu Badi’..............................................................................................................5
D. Ilmu Ma’ani............................................................................................................5
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

BAB 1
PENDAHULUAN

Ketika kita membahas dan membaca sejarah tujuan diturunkannya al-Qur'an pada Sayyidina
Muhammad SAW, maka secara umum kita akan mengetahui bahwa tujuan utamanya adalah
agar al-Qur'an itu menjadi mukjizat baginya. Term mukjizat sendiri adalah bermakna
"menjadikan lemah" atau "tidak berkuasa lawan mainnya. Karena al-Qur'an itu mengandung
mukjizat, maka maksud dari pada i'jaz al-Qur'an adalah melemahkannya al- Qur'an
terhadapat lawannya yakni (kemampuan) manusia untuk mendatangkan apa yang telah
ditantangkan al-Qur'an (yakni untuk mendatangkan yang semisalnya)?

Dengan demikian di dalam al-Qur'an itu terdapat sesuatu yang dapat melemahkan dan
mengalahkan lawan komunikan yang dalam hal ini adalah lawan Rasulullah sebagai
penerima mukjizat al-Qur'an. Kemudian kenapa Rasulullah diberi mukjizat oleh Allah berupa
kitab suci al-Qur'an? Kenapa tidak mukjizat-mukjizat lain yang berupa kekuatan atau ilmu
sihir sebagaimana nabi-nabi sebelumnya?

Maka jawabannya adalah karena Rasulullah diutus pada segolongan orang yang memiliki
kecerdasan bahasa yang begitu tinggi. Sehingga ketika ingin membuktikan kerasulannya,
maka ia harus mampu mengalahkan kecerdasan kebahasaan yang dimiliki kaum Quraisy
tersebut Oleh karenanya Allah memberikannya wahyu dan mukjizat yang berupa al-Qur'an
yang di dalamnya terkandung seni dan sastra kebahasaan yang sangat tinggi yang
mengalahkan kemampuan kebahasaan bangsa Arab (kaum Quraisy),

Al-Qur'an adalah mu'jizat yang berada diluar kebiasaan manusia Arab waktu itu. Mereka
yang waktu itu terkenal dengan fashahah dan balaghah dalam tingkat kebahasaannya
dikagetkan dengan peristiwa munculnya al-Qur'an yang dibawa dan didakwahkan rasul
dengan tingkat bahasa yang jauh di atas kemampuan manusia Arab. Bahasa yang ditampilkan
al-Qur'an itulah yang membuktikan kemu'jizatannya yang tidak mungkin bahasa itu dibuat
oleh rasulullah. Bahasa semacam itu adalah bahasa Ilahi (yang hanya bisa dibuat oleh Allah)
yang sudah keluar dari adat kemampuan manusia Arab kala itu.

Bahkan pembuktian kemu'jizatan al-Qur'an ditunjukkan dengan cara terus-menerus


menantang semua ahli kesusastraan Arab supaya mencoba untuk membuat yang semisalnya.
Namun tidak seorang pun yang mampu menjawab tantangan al-Qur'an itu. Mereka bahkan
tidak sanggup menirunya, karena al-Qur'an memang berada di atas puncak kebahasaan yang
tidak mungkin diungguli. Dan al-Qur'an memang bukan kalimat manusia. Namun demikian,
usaha untuk memahami kemu'jizatan al-Qur'an itu adalah salah satu cara untuk memahami
keagungan dan keistimewaan al-Qur'an, bahkan keotentikannya.

Betapa kemu'jizatan al-Qur'an membuat semua orang terberdaya untuk selalu mendengarkan
indahnya untaian kata dan kalimatnya. Bahkan juga keilmiahan isi dari kandungan al-Qur'an. 1

BAB II

1
Ulin Nuha, Studi Ilmu Balaghah, (Yogyakarta: Istana Agency, 2022).
PEMBAHASAN

A. DEFINISI ILMU BALAGHAH

Istilah "Ilm al-Balaghah" terdiri atas dua kata, yaitu ‫العلم‬dan ‫البالغ ة‬. Kata "‫ "علم‬dapat

ditujukan sebagai nama suatu bidang tertentu. Kata "Ilm" juga diartikan sebagai materi-
materi pembahasan dalam kajian suatu disiplin ilmu (al-Qadhaya allati tubhatsu fihi).

Adapun makna dari balaghah secara etimologi (bahasa) ialah " ‫( "الوصول‬sampai) atau "‫"االنتهاء‬

(mencapai). Menurut al-Hasyimi, balaghah jika ditinjau dari sisi kesusastraan ialah
"Penonjokan makna dan pengertian kalimat yang jelas, sampai tertanam pada hati pembaca
dan pendengarnya. Al-Mukaffa menyatakan bahwa Balaghah adalah beberapa makna yang
terpancar dari suatu kalimat melalui beberapa cara, sebagian dengan isayarat, berbicara,
berpidato, diskusi, surat-menyurat, karangan yang umumnya merupakan "wahyu" pada
kalimat indah, ringkas tepat dan lugas.

Balaghah menurut Istilah ada dua macam:

1. Balaghah Kalam.
2. Balaghah Mutakallim.

Balaghah kalam artinya ma’nanya jelas, ungkapannya fasih, sesuai tempat dan keadaan
orang yang diajak bicara. Contoh: Berbicara dengan orang yang cerdik singkat, tidak perlu
penjelasan dan uraian. Berbicara dengan anak-anak tidak memakai kalimat yang sukar.
Mutakallim Balig yaitu bakat yang dimliki seseorang dan ia mampu menyusun kalam balig
sesuai dengan tuntutan keadaan , fasih menggunakan ma’na apa saja yang terlintas dalam
pikirannya dan yang tergerak dalam dadanya. Mutakallim juga mampu menggunakan kata-
kata dalam segala bentuk, seperti memuji, meratap, mencela, bergembira, dan lain sebagainya
sesuai dengan situasi. Untuk menupuk bakat ini harus membiasakan penggunaan bahasa arab
yang fasih dan benar serta menghafal kata-kata yang dianggap sulit. Adapun perbedaan
fasohah dengan Balaghoh adalah Fashohah hanya terbatas kepada lafadz, sedangkan
Balaghah mencakup Lafadz dan makna.2

Kajian Balagah secara garis besar terbagi pada tiga bagian, yaitu Bayan, Ma’ani dan Badi.

B. Ilmu Bayan
1. Pengertian Ilmu Bayan

2
Ulin Nuha, Studi Ilmu Balaghah...hal. 5
Secara etimologi, kata al-Bayan (‫ )البي ان‬semakna dengan azh-zhuhūr (‫)الظه ور‬, al-kasyf (

‫ )الكش ف‬dan al-idhah (‫ )اإليض اح‬yang berarti menjelaskan atau menerangkan. Sebagaimana
disebutkan pada beberapa surat dalam al-Qur’an. Di antaranya adalah firman Allah swt.:
‫َك َذ َك ُيَب ُن الَّل ُه َآ َي ا لَّن ا َل َع َّل ُه ْم َي َّتُق وَن‬
‫ِتِه ِل ِس‬ ‫ِل ِّي‬

“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka bertakwa.”


(QS. Al-Baqarah [2]: 187)

‫ُي يُد الَّل ُه ِل ُيَب َن َل ُك ْم‬


‫ِّي‬ ‫ِر‬

“Allah hendak menerangkan (hukum syariat-Nya) kepada kalian….” (QS. An-Nisā’ [4]: 26).

‫َّل ْل‬ ‫ْن‬ ‫َخ َل‬ ‫َّل ْل َآ‬


)4( ‫) َع َم ُه ا َبَي اَن‬3( ‫) َق اِإْل َس اَن‬2( ‫) َع َم ا ُق ْر َن‬1( ‫الَّر ْح َم ُن‬

“Ar-Rahmān, Yang mengajarkan al-Qur’an, Menciptakan manusia dan mengajarkannya al-


Bayan.” (QS. Ar-Rahmān [55]: 1-4).

Al-Bayan disebutkan juga dalam Hadis pada beberapa tempat, di antaranya:

Pertama, Sabda Rasulullah saw:


‫َل‬
‫ِإ َّن ِم َن الَبَي اِن ِس ْح ًر ا‬

“Sesungguhnya sebagian dari al-Bayan itu membuat orang tersihir (terkesima/terhipnotis)


dengan kata-kata.”

Dalam konteks ini al-Bayan berarti menyampaikan maksud dan tujuan dengan menggunakan
lafaz yang paling indah. Itu semua tentu melalui pemahaman dan kecerdasan hati (spiritual).

Kedua, Sabda Rasulullah saw.:


‫ال َذ اُء َو الَبَي اُن ُش ْعَب َت َن َف‬
‫اِن ِم الِّن اِق‬ ‫ِب‬

“Berkata yang kotor/jorok dan al-Bayan adalah cabang dari sifat kemunafikan.”

konteks ini al-Bayan berarti bertindak berlebihan atau over acting dalam berbicara.
Biasanya itu muncul disebabkan perasaan ‘ujub (tindakan agar dikagumi oleh orang yang
melihatnya dan itu merupakan penyakit hati).
Pada kedua Hadis tersebut di atas, al-Bayan menunjukkan arti menjelaskan dan menerangkan

(‫)الكشف و االيضاح‬

Menurut terminologi, ilmu bayan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari cara
mengungkapkan bahasa dengan susunan kalimat yang beragam, di mana yang sebagian lebih
jelas penunjukan maknanya atau lebih berkesan dari yang lain. Jadi ilmu bayan adalah uslub
mengungkapkan suatu maksud dengan redaksi yang berbeda-beda. Ilmu bayan juga berkaitan
dengan keindahan berbahasa yang pengungkapannya menggunakan kata-kata indah dan
mampu meninggalkan kesan yang mendalam di hati pendengar atau pembaca.

Sekarang perhatikan 3 ungkapan berikut yang menunjukkan seseorang yang mempunyai sifat
dermawan!

‫َك َر‬ ‫ُه َو َبْح‬


‫كال ر ِف ي ال ِم‬

“Dia seperti lautan dalam kemurahannya”


‫ْن‬ ‫َأ‬
‫َر ْي ُت َبْح ًر ا ِف ْي َم ِز ِل َن ا‬

“Saya melihat lautan di rumah kami”

‫َم‬ ‫ُه َو َك‬


‫ِث يُر الَّر اِد‬

“Dia banyak abunya”

Pola kalimat pertama menggunakan uslūb at-tasybīh, yang kedua menggunakan uslūb
al-majāz; dan ketiga menggunakan uslūb al-kināyah. Pada kalimat pertama, pembicara atau
penulis menyerupakan seseorang dengan lautan dalam kemurahannya. Pada kalimat kedua,
pembicara atau penulis melihat lautan yang merupakan kata al-majāz (Isti‘ārah) dari orang
yang memiliki sifat pemurah. Pada kalimat ketiga, pembicara atau penulis menyatakan
seseorang banyak abunya yang merupakan kinayah dari sifat pemurah. Seseorang memiliki
banyak abu di dapur karena banyak kayu bakar. Seseorang memiliki banyak kayu bakar
karena keseringan atau banyak yang dimasak. Seseorang yang banyak atau sering masak
karena

C. Ilmu Badi’
Kata badi’ berasal dari bahasa arab, terambil dari kata bada’a – yabda’u – bad’an,
artinya menciptakan sesuatu yang belum ada. Kemudian muncul kata al-badi’ yang semakna
dengan al-ajib, artinya sangat indah/ mengagumkan.
Ilmu badi’ adalah ilmu yang mempelajari tentang keindahan lafaz dan makna ketika
dirangkai dan disusun dalam suatu kalimat.
1. Aspek-aspek Ilmu Badi’

a. Aspek lafaz (‫)املحسنات اللفظية‬

Ada 3 tema penting yang membahas mengenai keindahan susunan lafaz:


1) Al-jinas
Yaitu 2 lafaz (kata) yang persisi sama ucapannya antara yang satu
dengan lainnya tetapi berbeda maknanya.
Ia terbagi menjadi dua :
Pertama, Al-jinas at-tam yaitu dua lafaz yang persis sama pegucapannya
dilihat dari 4 segi, yaitu jenis huruf, baris huruf, jumlah huruf dan tertib urutan
huruf.
Contohnya:
‫ُملْج َن َل ُث َغ ْي َس َع‬ ‫َع ُة ْق‬ ‫َو َتُق‬
‫َيْو َم ْو ُم الَّس ا ُي ِس ُم ا ِر ُم ْو َم ا ِب ْو ا َر ا ٍة‬
“Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa,
mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (pada waktu tertentu)...
Lafaz ‫ الساعة‬disebut dua kali dan jenis pengucapannya persis sama tetapi

maknanya berbeda. ‫ الساعة‬pertama bermakna “hari kiamat” sedangkan ‫الساعة‬

yang kedua maknanya “waktu/masa tertentu”.


2) Al-iqtibas (‫)االقتباس‬

Adalah pengutipan ayat al-qur’an ato hadist nabi, baik dalam kalimat yang
berbentuk prosa atau syair tanpa memberi petunjuk bahwa itu adalah al-qur’an
atau hadist nabi.
Contohnya: ‫ُص ِف ْي ِه‬
‫َّن َم ُنَئ ُر ُه ْم َيْو َت ْش َخ‬ ‫اَل َت ُغ َّن َك َن َّظَل َك ْث ُة ُج ُيْو َو َال ْن َص‬
‫ِل ٍم‬ ‫ (ِا ا ِّخ‬: ‫َّر ِم ال َم ِة َر ال ِش ا اِر‬
‫َال‬
) ‫ا ْبَص اُر‬

“Jangan engkau tertipu daya dalam kezaliman dengan banyaknya bala tentara
dan pengikut, sesungguhnya kami tangguhkan (azab mereka) pada hari dimana
mata terbellak”.
3) As-saja’ (‫)السجع‬

Yaitu kesamaan huruf akhir pada dua susunan kalimat atau lebih sehingga
membentuk bunyi dan nada huruf yang indah dan berirama. Susunan
lafaz/kata akhir pada suatu kalimat dinamakan fashilah. Contohnya:
‫ًك َت َل‬ ‫َخ َل َأ‬ ‫َّل َأ‬
‫ال ُه َّم ْع ِط ُم ْن ِف ًق ا ًف ا َو ْع ِط ُم ْم ِس ا ًف ا‬

“Ya allah berikanlah orang yang berinfak itu pengganti harta bendanya dan
berikanlah orang yang menahan (tidak berinfak) itu kerusakan benda
hartanya”.
Fashilah pada kalimat diatas adalah ‫ خلفا‬dan ‫تلفا‬

b. Aspek Makna (‫)املحسنات املعنوية‬

1. At-tauriyah (‫)التورية‬

Yaitu mengungkapkan suatu lafaz yang mempunyai dua makna: Pertama, makna dekat

dan jelas yang mudah difahami (ditangkap oleh akal). Kedua, makna jauh dan samar

yang tidak mudah difahami oleh akal, tetapi yang dimaksudkan oleh lafaz tersebut

adalah makna jauh atau makna kedua.


‫َه اٍد َي ْه ِد ْي ْي الَّس ْيَل‬
‫ِب‬ ‫ِن‬
“Petunjuk yang menunjuki saya jalan”
‫َه‬
Lafaz ‫ اٍد‬pada konteks ini mengandung uslub at-tauriyah dimana makna pertama

adalah makna dekat yang mudah difahami, yiatu penunjuk jalan dari suatu tempat

ketempat yang lain. Adapun makna kedua yang jauh, yaitu orang yang menunjuki jalan

kebenaran dari kafir menjadi islam. Tetapi yang dimaksudkan oleh lafaz tersebut adalah

makna jauh atau makna kedua. Kata terebut sengaja ddiucapkan abu bakar agar

identitas nabi tidak terbongkar.

2. Husnu at-ta’lil (‫)حسن التعليل‬


Yaitu seorang sastrawan baik secara jelas atau tidak jelas mengingkari (tidak
mengakui) penyebab terjadinya suatu peristiwa yang sebenarnya tetapi ia
menyebutkan alasan lain yang lucu dan sesuai dengan kondisi.
Contohnya: ketika gempa bumi melanda negeri mesir, seorang sastrawan
bernama muhammad bin al-qosim bin ashim memuji penguasa saat itu dan
menyebutkan alasan penyebab terjadinya gempa bumi.
‫ُك َط‬ ‫َق‬ ‫َل‬ ‫َك‬ ‫ْل َل‬
‫ ِك َّن َه ا َر َص ْت ِم ْن َع ْد ِل ْم َر ًب ا‬# ‫َم ا ُز ِز ْت ِم ْص ُر ِم ْن ْي ٍد ُي َر اُد ِب َه ا‬

“Gempa bumi yang menggoncang mesir bukan disebabkan oleh tipu daya #
tetapi bumi mesir menari karena keadilan penguasanya.

D. Ilmu Ma’ani
1 Definisi Ilmu Ma’ani
Ilmu Ma'ani adalah ilmu yang mempelajari tentang makna dan arti dalam
bahasa Arab. Secara leksikal, kata Ma'ani berarti maksud atau arti. Para ahli
ilmu Ma'ani mendefinisikannya sebagai ilmu yang mempelajari hal ihwal
lafazh atau kata bahasa Arab yang sesuai dengan tuntutan situasi dan konteks.
Objek kajian Ilmu Ma'ani adalah kalimat-kalimat yang berbahasa Arab.
Tujuan dari Ilmu Ma'ani adalah untuk mengungkap kemukjijatan Al-Qur'an,
Al-Hadits dan rahasia-rahasia kefasihan kalimat-kalimat bahasa Arab, baik
puisi maupun prosa.3 Kaidah-kaidah yang berlaku dan digunakan dalam Ilmu
Nahwu berlaku dan digunakan pula dalam Ilmu Ma'ani. Perbedaan antara
keduanya terletak pada wilayahnya. Ilmu Nahwu lebih bersifat murad (berdiri
sendiri) sedangkan Ilmu Ma'ani lebih bersifat tarkibi (dipengaruhi faktor lain)4
Ilmu Ma'ani adalah salah satu cabang dari Ilm al-Balaghah, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang makna dan arti dalam bahasa Arab. Berikut adalah
beberapa cabang dari Ilmu Ma'ani
a) Kalam Khabari: cabang dari Ilmu Ma'ani yang mempelajari
kalimat-kalimat berita dalam bahasa Arab
b) Al Fashl wa Al Wasl: cabang dari Ilmu Ma'ani yang mempelajari
penghubung dalam bahasa Arab
2 Kalam Khabari

3
https://riungsastra.wordpress.com/2010/10/16/pengertian-ilmu-ma%E2%80%99ani/
4
http://fithriaazizah.blogspot.com/2014/08/ilmu-maani-dan-ruang-lingkupnya.html?m=1
Kalam Khabari adalah sebuah kalimat yang mengandung kebenaran
atau kebohongan di dalam kalimat itu sendiri5. Dalam studi sastra Arab,
kalimat informatif ini dinamakan sebagai kalam khabari. Kalimat ini
dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis, serta dalam berbagai
karya sastra Arab. Kalam Khabari adalah salah satu cabang dari Ilmu
Ma'ani, yaitu ilmu yang mempelajari tentang makna dan arti dalam
bahasa Arab6

Kalam Khabari adalah sebuah kalimat yang mengandung kebenaran


atau kebohongan di dalam kalimat itu sendiri. Dalam bahasa Arab,
Kalam Khabari didefinisikan sebagai " ‫ "َم ا اْح َتَم َل الِّص ْدُق َو اْلِكْذ ُب‬yang
artinya "pernyataan yang mengandung kebenaran dan kebohongan".7
Kalam Khabari adalah salah satu cabang dari Ilmu Ma'ani, yaitu ilmu
yang mempelajari tentang makna dan arti dalam bahasa Arab. Kalam
Khabari dapat ditemukan dalam Al-Quran, Hadis, dan berbagai karya
sastra Arab. Kalam Khabari dapat dibentuk dengan menggunakan dua
pola, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi'liyyah. Ada dua jenis Faidah
al-khabar, yaitu Faidah al-khabar yang diberikan kepada orang yang
belum tahu sama sekali isi perkataan itu dan Faidah al-khabar yang
diberikan kepada orang yang sudah tahu isi perkataan itu.8 Tujuan dari
Kalam Khabari adalah untuk memberitahu sesuatu atau beberapa hal
kepada pendengar atau pembaca.
3 Al Fashl wa Al Wasl
Al Fashl wa Al Wasl adalah cabang dari Ilmu Ma'ani yang
mempelajari tentang penghubung dalam bahasa Arab. Dalam bahasa
Arab, Al Fashl wa Al Wasl didefinisikan sebagai "‫ "الفصل والوصل‬yang
artinya "pemisah dan penghubung". Al Fashl wa Al Wasl membahas
tentang penggunaan huruf-huruf penghubung dalam kalimat bahasa
Arab, seperti huruf "wa" dan "fa". Huruf-huruf penghubung ini

5
https://www.atlantis-press.com/article/125985135.pdf
6
http://ilmubalagoh-rizky.blogspot.com/2011/10/balagha-science-maani.html?m=1
7
http://repository.uin-suska.ac.id/20791/7/7.%20BAB%20II%20%281%29.pdf

8
https://sinau-arab.blogspot.com/2017/09/pengertian-kalam-khabar.html?m=1
digunakan untuk menghubungkan dua kalimat atau lebih dalam bahasa
Arab. Al Fashl wa Al Wasl juga membahas tentang aturan penggunaan
huruf-huruf penghubung dalam kalimat bahasa Arab, seperti aturan
penggunaan huruf "wa" dan "fa" pada kalimat majemuk9.
Al Fashl wa Al Wasl adalah cabang dari Ilmu Ma'ani yang
mempelajari tentang penghubung dalam bahasa Arab. Dalam bahasa
Arab, Al Fashl wa Al Wasl didefinisikan sebagai "‫ "الفصل والوصل‬yang
artinya "pemisah dan penghubung". Berikut adalah beberapa informasi
yang dapat diambil dari hasil pencarian:
a) Al Fashl wa Al Wasl membahas tentang penggunaan huruf-
huruf penghubung dalam kalimat bahasa Arab, seperti huruf
"wa" dan "fa"
b) Huruf-huruf penghubung ini digunakan untuk menghubungkan
dua kalimat atau lebih dalam bahasa Arab
c) Al Fashl wa Al Wasl juga membahas tentang aturan
penggunaan huruf-huruf penghubung dalam kalimat bahasa
Arab, seperti aturan penggunaan huruf "wa" dan "fa" pada
kalimat majemuk
d) Al Fashl wa Al Wasl juga membahas tentang penggunaan
huruf-huruf penghubung dalam Al-Quran dan Hadis
Dalam kesimpulannya, Al Fashl wa Al Wasl adalah cabang dari Ilmu
Ma'ani yang mempelajari tentang penghubung dalam bahasa Arab. Al
Fashl wa Al Wasl membahas tentang penggunaan huruf-huruf
penghubung dalam kalimat bahasa Arab, aturan penggunaan huruf-
huruf penghubung dalam kalimat majemuk, dan penggunaan huruf-
huruf penghubung dalam Al-Quran dan Hadis.10

9
https://www.academia.edu/40644241/fashl_dan_Washl
10
https://www.academia.edu/43328860/Ringkasan_Nahwu_Sharaf
BAB III
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai