Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Lintang Nur Andhini Putri aditiyo (20205007)
Evi Febriani (22205046)
Siti Fazdilatun Nisa (22205051)
Hidayahtul Fortuna Choironis (22205069)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan pengetahuan sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Sholawat dan salam kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Beserta keluraganya dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agama islam
hingga sampai kepada kita.
Kami berharap makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan segala kerendahan hati, saran saran dan kritik yang membangun sangat kami
harapkan dari para pembaca untuk meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang
lain pada waktu mendatang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang berkualitas tidak hanya di tentukan oleh sumber daya manusia saja,
melaikan juga di tentukan oleh pembiayaan pendidikan itu sendiri. Pembiayaan pendidikan
bukan saja tanggung jawab pemerintah semata malainkan tanggung jawab semua pihak, baik
pemerintah, orang tua dan masyarakat. Jika pembiayaan pendidikan hanya berasal dari salah
satu pihak saja maka pendidikan yang berlangsung tidak optimal. Karena pendidikan yang
berkualitas membutuhkan biaya yang tinggi.
Dalam prosesnya hampir dapat dipastikan bahwa pendidikan tidak dapat berjalan tanpa
dukungan biaya yang memadai. Secara umum pembiayaan pendidikan adalah sebuah
kompleksitas, yang didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap komponennya,
yang memiliki rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional),
yang meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme
pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam penggunaanya, akuntabilitas hasilnya yang
diukur dari perubahan-perubahan yang terjadi pada semua tataran, khususnya sekolah, dan
permasalahan-permasalahan yang masih terkait dengan pembiayaan pendidikan, sehingga
diperlukan studi khusus untuk lebih spesifik mengenal pembiayaan pendidikan ini. Lembaga
pendidikan sebagai produsen jasa pendidikan, seperti halnya pada bidang usaha lainnya
menghadapi masalah yang sama, yaitu biaya produksi.
Pembiayaan atau pendanaan dalam sebuah pendidikan adalah sebuah elemen penting
bagi terselenggaranya proses belajar mengajar, pembiayaan dalam pendidikan berfungsi untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas program pendidikan yang dilaksanakan. Pembiayaan
diperlukan untuk pengadaan alat-alat, gaji guru, pegawai, dan aktivitas dan kegiatan dalam
institusi. Selain itu pembiayaan digunakan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran
yang dilaksanakan. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari menganalisis biaya
pendidikan yaitu untuk memberikan kemudahan, memberikan informasi pada para pengambil
keputusan untuk menentukan langkah/cara dalam pembuatan kebijakan sekolah, guna
mencapai efektivitas maupun efisiensi pengolahan dana pendidikan serta peningkatan mutu
pendidikan. Secara khusus, analisis manfaat biaya pendidikan bagi pemerintah menjadi acuan
untuk menetapkan anggaran pendidikan dalam RAPBN, dan juga sebagai dasar untuk
meningkatkan kualitas SDM dengan meningkatkan mutu pendidikan nasional.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah Faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi pembiayaan Pendidikan?
2. Apa itu Konsep distribusi pembiayaan Pendidikan ?
3. Bagaimana Efektivitas dan efisiensi pembiayaan Pendidikan iti?
4. Bagaimana Kebijakan pemerintah dalam distribusi pembiyayaan Pendidikan itu?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Faktor – faktor yang mempengaruhi distribusi pembiayaan
Pendidikan
2. Untuk mengetahui Konsep distribusi pembiayaan Pendidikan
3. Untuk mengetahui Efektivitas dan efisiensi pembiayaan Pendidikan
4. Untuk mengetahui Kebijakan pemerintah dalam distribusi pembiyayaan Pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu negara. Untuk
mencapai kualitas pendidikan yang baik, pembiayaan pendidikan yang memadai sangatlah
penting. Distribusi pembiayaan pendidikan adalah proses penyaluran dana untuk mendukung
pendidikan dari berbagai sumber ke sejumlah lembaga pendidikan, siswa, dan program
pendidikan.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pembiayaan Pendidikan:
A. Faktor Ekonomi
B. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Fiskal: Kebijakan fiskal yang diadopsi oleh pemerintah, seperti besarnya
anggaran pendidikan dan pajak yang dikenakan pada pendapatan, akan memengaruhi distribusi
pembiayaan pendidikan.
Sistem Pajak: Sistem pajak yang adil dan progresif dapat menghasilkan pendapatan
yang lebih besar untuk pendidikan. Sebaliknya, sistem pajak yang tidak adil dapat
memengaruhi distribusi pendapatan dan pembiayaan pendidikan.
3
C. Sosial dan Demografi
Populasi: Besarnya populasi suatu negara atau daerah dapat memengaruhi distribusi
pembiayaan pendidikan. Negara dengan populasi yang besar mungkin perlu mengalokasikan
lebih banyak dana untuk memenuhi kebutuhan pendidikan.
Kesenjangan Sosial: Kesenjangan sosial, termasuk kesenjangan dalam akses dan kualitas
pendidikan, dapat memengaruhi distribusi pembiayaan pendidikan.
Struktur Biaya: Struktur biaya dalam sistem pendidikan, termasuk biaya pendidikan tinggi,
biaya sekolah, dan biaya bahan ajar, akan memengaruhi distribusi pembiayaan pendidikan.
Prioritas Pendidikan: Prioritas yang diberikan oleh suatu negara atau daerah terhadap
pendidikan akan memengaruhi alokasi dana.
Kinerja Pendidikan: Kualitas pendidikan dan hasil belajar siswa juga dapat memengaruhi
distribusi pembiayaan pendidikan karena pemerintah dan masyarakat akan cenderung
mendukung pendidikan yang memberikan hasil yang baik. 1
Distribusi pembiayaan pendidikan yang tidak merata dapat memiliki dampak negatif pada
masyarakat. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah:
1
Achadi Budi Santosa,EKONOMI&Pembiayaan Pendidikan.(Yogyakarta:UAD Press,2020)hal 21-25.
2
Arif Rohman, “Ketimpangan Distribusi Pembiayaan Pendidikan”,Jurnal Ilmiah Guru,no.01(2005),hal 13-15.
4
Untuk meningkatkan distribusi pembiayaan pendidikan yang lebih merata, beberapa
langkah yang dapat diambil adalah:
a. Kebijakan Pajak yang Adil: Menerapkan sistem pajak yang adil dan progresif untuk
mendukung pendidikan.
b. Dana Pendidikan Khusus: Mengalokasikan dana khusus untuk mendukung pendidikan
di daerah-daerah yang membutuhkan.
c. Transparansi dan Akuntabilitas: Meningkatkan transparansi dalam alokasi dana
pendidikan dan memastikan akuntabilitas dalam penggunaannya.
d. Peningkatan Kualitas Pendidikan: Fokus pada peningkatan kualitas pendidikan untuk
memastikan bahwa dana yang dialokasikan menghasilkan hasil yang baik. 3
3
Mazidatul Husna DKK, “Implementasi Distribusi Pembiayaan Dalam Lembaga Pendidikan Dasar
Islam”,Journal Unusia,vol 8 No.2(2020),hal 125-126.
4
Thomas H Jhones, Introduction to School Finance Technique An Social Policy, (New
York: Macmillan Publishing Company, 1985), hlm. 12.
5
terlihat jelas kegiatan belajar mengajar. Karena dalam belajar mengajar jika tidak ada distribusi
pembiayaan Pendidikan/sekolah maka belajar mengajar tidak akan berjalan dengan efektif.
5
“Saiful Mufid, Artikel Pembiayaan Pendidikan, Stit Attaqwa, 2012, Hlm. 1.”
6
“Harsono, Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), Hlm. 10.”
6
C. Distribusi dan Alokasi Dana Pendidikan
Pendistribusian dana akan efektif apabila dilakukan berdasarkan program atau kegiatan
yang menjadi skala prioritas, sedangkan pengalokasian dana akan efisien jika dilakukan dengan
menggunakan pendekatan perhitungan biaya berdasarkan kegiatan, yaitu menghitung besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk setiap program atau kegiatan, yang sesuai dengan kebutuhan
belajar peserta didik. Selanjutnya dengan menghitung total biaya yang dibutuhkan untuk
seluruh program atau kegiatan yang dilaksanakan. Dengan diketahuinya total biaya tersebut,
dapat diketahui biaya satuan per siswa yang merupakan ukuran dalam menggambarkan
seberapa besar dana yang harus dialokasikan ke sekolah untuk kepentingan setiap peserta didik
dalam menempuh Pendidikan 7.
Pendistribusian dana dapat berjalan lancar dan mencapai tujuannya, maka kegiatan
tersebut harus dikelola melalui tahapan proses mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, koordinasi penggalangan dana, pemantauan dan evaluasi operasional sekolah
dimana dana dialokasikan menurut tujuan pendidikan dan tujuan penggunaannya.
Pendistribusian pembiayaan Pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai mekanisme, salah
satu contohnya berupa alokasi dana secara kebutuhan, yaitu Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Madrasah Aliyah. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah bantuan yang diberikan
oleh pemerintah yang digunakan untuk membiayai dana operasional non personalia madrasah
berupa bahan habis pakai untuk kelancaran proses pembelajaran di madrasah.
Secara hukum pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Aliyah
memiliki landasan hukum yaitu (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, (2) PP Nomor 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, PP nomor
47 tahun 2008 tentang wajib belajar, (3) PP nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan
pendidikan.Di samping itu, landasan hukum dana BOS merujuk pada PP nomor 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan serta Keputusan Dirjen Pendis
No.451/2018 tentang petunjuk teknis BOS pada madrasah. Secara umum, petunjuk teknis
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Aliyah bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan yang bermutu. Pemerintah telah memprioritaskan
beberapa program dalam pembangunan, seperti untuk bidang pendidikan,
7
Manajemen Pembiayaan Pendidikan,Hal 153-155.
7
Kesehatan infrastruktur pedesaan, dan bantuan anggaran yang cukup besar adalah
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 8. Alokasi dana pemerintah dalam bidang
pendidikan dalam bentuk dana BOS merupakan konsekuensi dari berkurangnya subsidi di
sektor lain, sehingga bidang pendidikan mendapatkan anggaran yang cukup dalam membiayai
aktivitas pendidikan. Anggaran pendidikan yang dialokasikan sekurang-kurangnya 20% dari
APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan
mengalokasikan dana bagi sektor pendidikan, maka pemerintah menunjukkan perhatian pada
bidang pendidikan sebagai bidang penting dalam pembangunan bangsa. Salah satu upaya
tersebut adalah dengan menyalurkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dengan dana
BOS, proses belajar mengajar dapat berlangsung tanpa dipungut biaya, karena seluruh biaya
akan dipenuhi oleh pemerintah pusat. Hal tersebut, telah membuat sekolah/madrasah lebih luas
diakses oleh orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Dana BOS telah memberikan dampak
positif bagi peningkatan kualitas madrasah yang diukur dengan naiknya sertifikasi madrasah,
naiknya jumlah siswa, baik siswa yang tetap bersekolah dan putus sekolah.
Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Karena dari sudut pandang ekonomi,
efektivitas merupakan hagian dari konsep efisiensi sebab tingkat efektivitas berkaitan erat
dengan pencapaian tujuan relatif terhadap harga yang dimunculkan. Dalam dunia pendidikan,
efisien dan efektif cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-
sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien dengan pengelolaan yang efektif. Program
pendidikan yang efektif dan efisien seharusnya mampu menciptakan keseirnbangan antara
penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan dan dapat mencapai tujuan tanpa
mengalami hambatan yang berarti.
Efektif adalah terkait dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner (2004)
mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena menurutnya efektif tidak berhenti sampai
tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi.
Manajemen pembiayaan dikatakan memenuhi prinsip efektif apabila kegiatan yang dilakukan
dapat mengatur biaya aktivitas dalam rangka memcapai tujuan kualitatif outcomes sesuai
dengan rencana yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa efektivitas biaya adalah
kemampuan pembiayaan mencapai sasaran dan target sesuai dengan yang direncanakan.
8
“Budi Budaya, ‘Manajemen Pembiayaan Pendidikan Pada Sekolah Dasar Yang Efektif’, LIKHITAPRAJNA. Jurnal
Ilmiah.Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 18 (1), (2017): 43-44.”
8
Ada beberapa prinsip dalam menilai efektivitas pembiayaan pendidikan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Sementara itu, nilai efisiensi dikaji dari sudut kemampuan menggunakan biaya dengan
baik dan tepat. Pembiayaan dikatakan efisien ketika pencapaian sasaran atau target diperoleh
dengan pengorbanan yang lebih kecil atau dengan biaya yang minimum. Efisiensi berkaitan
dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara masukan
(input) dan kuadran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga,
pikiran, waktu, biaya dan perbandingan tersebut dapat dilihat dari segi penggunaan waktu,
tenaga dan biaya. Artinya adalah bahwa kegiatan pembiayaan pendidikan dapat dikatakan
efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya sekecil-kecilnya tapi dapat mencapai hasil
yang ditetapkan. Jika dilihat dari segi hasil, kegiatan pembiayaan pendidikan dapat dikatakan
efisien jika penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak -
banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.
Uraian di atas menjelaskan bahwa tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggilah yang
akan memungkinkan terselenggaranya pelayanan pendidikan pada masyarakat secara
memuaskan dengan samber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.
A. Jenis-Jenis Efisiensi
1. Efisiensi Internal
Suatu sistem pendidikan dinilai memiliki efisiensi internal jika dapat menghasilkan
output yang diharapkan dengan biaya minimum. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input
yang tertentu dapat memaksimalkan output yang diharapkan. Output diukur dengan indikator-
indikator seperti angka kohort, yaitu proporsi siswa yang dapat bertahan sampai akhir putaran
pendidikan, pengetahuan keilmuan, keterampilan, ketaatan pada norma-norma perilaku sosial.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur efisiensi internal.
9
a. Rata-Rata Lama Belajar
Input Output Ratio adalah perbandingan antara murid yang lulus dengan murid
yang masuk awal dengan memperhatikan waktu yang seharusnya ditentukan untuk
lulus, artinya di sini dibandingkan tingkat masukan dengan tingkat keluaran. Pada
umumnya semakin miskin suatu negara seakin rendah proporsi siswa tingkat 1 dalam
mencapai akhir putaran pendidikan, terutama di pendidikan dasar. Meskipun demikian,
masih terdapat variasi dalam seluruh pola.
2. Efisiensi Eksternal
10
yang didasarkan kebutuhan nyata yang terdiri dari gaji, kesejahteraan pegawai, peningkatan
kegiatan proses belajar mengajar, pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana,
peningkatan pembinaan kesiswaan, peningkatan kemampuan profesional guru, administrasi
sekolah dan pengawasan.
Mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 1990 yang merupakan
implementasi perundangan yang mengatur pendidikan dasar di Indonesia, maka salah satu
bentuk pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan program enam tahun adalah
sekolah dasar (SD). Sekolah dasar dipandang sebagai satuan pendidikan yang eksistensinya
paling urgen. Sebagai salah satu bentuk pendidikan dasar, sekolah dasar merupakan satuan
pendidikan yang paling urgen keberadaanya (Collier, dkk. 1971 dalam Bafadal, 1995). Dari
peraturan pemerintah ini dapat diketahui dua hal paling urgen di dalamnya yaitu: pertama;
melalui jenjang pendidikan dasar peserta didik dibekali kemampuan dasar yang akan sangat
berguna dalam menopang jenjang pendidikan yang ditempuh di atasnya. Kedua; sekolah dasar
merupakan satuan pendidikan yang menanamkan dasar-dasar bagi peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya.
Kemudian ada hal penting mengenai distribusi pembiayaan Pendidikan mencakup fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Oleh karena itu penekanan pada pembiayaan
Pendidikan dan kebutuhan ekonomi Pendidikan itu sangat berbeda.Pelaksanaan distribusi
merupakan penyaluran barang dalam hal ini berupa dana BOS atau dana BOP PAUD yang
disalurkan dari pemerintah ke madrasah/sekolah yang membutuhkan bantuan dana tersebut
untuk membiayai segala bentuk proses Pendidikan yang berlangsung agar memenuhi standar
yang diharapkan.
A. Kebijakan Pembiayaan Pendidikan
Kebijakan pembiayaan, istilah yang digunakan dalam beberapa jenis kebijakan yang ada
dalam pemerintaha ataupun politik. Kata “Policy” mengurus permasalahan ataupun
kepentingan umum, pula administrasi pemerintah. Disisi lain, Sebutan kebijakan (Policy) kerap
kali dicampur adukkan dengan kebijakan (Wisdom). Kedua isitilah ini arti yang berbeda
berdasar pada pertimbangan ide dalam proses pembuatannya
Suatu kebijakan diputuskan biasanya Dilatarbelakangi oleh adanya masalah yang
Dirasakan oleh sebagian masyarakat yang Kemudian diartikulasikan oleh para pengambil
keputusan. Masalah biasanya muncul Ketika ada deskripansi antara dunia cita-cita (das
sotlen)dengan dunia nyata (das sein)’ Sehingga kebijakan pendidikan dilakukan Dalam rangka
mengurangi kesenjangan (descripancy) atau mendekatkan antara Dunia cita-cita dengan dunia
nyata tersebut’ Paling tidak ada dua hal Yang daPat Dirasakan sebagai pemicu adanya masalah:
Pertama, bahwa perjalanan kehidupan Suatu bangsa mengalami lika-liku yang
Beraneka ragam. Bahkan likaliku perjalanan suatu bangsa tersebut terkadang menghadapi
suatu hal sulit diduga serta belum P”-uh dikenali sebelumnya’ Sehingga hali,ut bu* yung
datangnya sulit dikenali sebelumnya itu membutuhkan upaya baru pula Dalam
menghadaPinYa.
Kedua, adanya tuntutan ( expectation) Yang lebih tinggi dari sekedar yang ada Selama
ini. Misalnya, akibat minimnya dana Pendidikan yang berakibat pada rendahnya Kesejahteraan
guru serta kurang optimalnya Kegiatan pembelajaran yang pada gilirannya Dapat
mengkandaskan upaya-upaya peningkatan mutu lulusan pendidikan, sehingga Membutuhkan
11
trobosan kebijakan baru dari Pemerintah dalam menaikkan anggaran Pendidikan (Dirto
Hadisusanto dkk’ 1995)’.
Dirto Hadisusanto dkk (1995) menyebutkan bahwa masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia
ini mencakup lima Masalah pokok, yaitu:
(1) pemeryaitu Pendidikan,
(2) daya tampung pendidikan’
(3) relevansi pendidikan,
(4) kualitas pendidikan, dan
(5) efisiensi dan efektifidan pendidikan.
Kelima masalah tersebut membutuhkan adanya Langkah-Jangkah kebijakan untuk
mengatasinya agar tidak berjalan menjadi semakin berkembang dan saling kait mengkait
menjadi rumit' Salah satu kebijakan yang mendukung untuk memecahkan masalatr itu adalah
perlunya meningkatkan pendanaan Pendidikan. Masalah pendidikan di Indonesia ibarat benang
yang kusut, sehingga ada kesulitan harus dari mana memulainya agar masalah tersebut dapat
diselesaikan se cara tuntas. Banyak permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia bukan hanya karena sistem pendidikan, tetapi dapat diduga pula
dikarenakan oleh para pelaku penyelenggara pendidikan itu sendiri.
Agar bisa tercapai dan terlaksana tujuan pendidikan yang optimal, salah satu hal yang
sangat signifikan, yaitu mengoperasikan biaya dengan bermanfaat sesuai dengan kebutuhan
dana dan kebutuhan yang diperlukan. Administrasi pembiayaan minimal mencangkup
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Distribusi anggaran harus dijalankan secara
strategis dan integrative antara pemangku kepentingan (stakeholder) untuk memanifestasikan
kondisi ini, perlu ditingkatkan rasa saling percaya, baik internal pemerintah maupun antara
pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat
ditumbuhkan. Keterbukaan, partisipasi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan menjadi kata kunci untuk melaksanakan
efektifitas pembiayaan pendidikan
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah salah satu aspek penting dalam pembangunan suatu negara. Untuk
mencapai kualitas pendidikan yang baik, pembiayaan pendidikan yang memadai sangatlah
penting. Distribusi pembiayaan pendidikan adalah proses penyaluran dana untuk mendukung
pendidikan dari berbagai sumber ke sejumlah lembaga pendidikan, siswa, dan program
pendidikan.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pembiayaan Pendidikan.
pembiayaan pendidikan adalah jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk
berbagai keperluan penyelenggaraan Pendidikan. Dalam meningkatkan mutu Pendidikan,
distribusi pembiayaan Pendidikan sangat diperlukan untuk program sekolah yang mencakup
gaji guru, peningkatan profesionalisme guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang,
pengadaan peralatan, buku pelajaran, alat tulis kantor pendukung kegiatan ekstra kurikuler,
kegiatan pengelolaan pendidikan, pengadaan sarana dan prasarana, dan supervisi
Dalam dunia pendidikan, efisien dan efektif cenderung ditandai dengan pola penyebaran
dan pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien dengan
pengelolaan yang efektif. Program pendidikan yang efektif dan efisien seharusnya mampu
menciptakan keseirnbangan antara penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan
dan dapat mencapai tujuan tanpa mengalami hambatan yang berarti..
Fatah (2006) bahwa pembiayaan sangat dibutuhkan untuk kebutuhan operasional, dan
penyelenggaraan sekolah yang didasarkan kebutuhan nyata yang terdiri dari gaji,
kesejahteraan pegawai, peningkatan kegiatan proses belajar mengajar, pemeliharaan dan
pengadaan sarana dan prasarana, peningkatan pembinaan kesiswaan, peningkatan
kemampuan profesional guru, administrasi sekolah dan pengawasan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami susun dan tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Kami
berharap pengamatan yang teliti dari pembaca terhadap tema, pembahasan, dan bahasa dari isi
makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Saiful Mufid, Artikel Pembiayaan Pendidikan, Stit Attaqwa, 2012.
15