Anda di halaman 1dari 7

NASKAH SKRIP PENGADILAN KASUS

BRIGADIR JENDERAL LEMUEL SEBASTIAN

SIDANG PERTAMA

1. Penuntut Umum, Penasehat Hukum, Panitera Pengganti dan Rohaniawan memasuki ruang sidang
dan duduk di tempatnya masing-masing.
2. Tempat duduk Jaksa Penutut Umum di sebelah kanan, Penasehat hukum di sebelah kiri, sedangkan
petugas sumpah (rohaniawan duduk di sebelah kiri Majelis hakim)
3. Petugas pengadilan berbicara
4. Majelis hakim memasuki ruang sidang, Panitera memerintahkan hadirin/pengunjung
untuk berdiri, setelah majelis hakim duduk,hadirin diminta duduk kembali

Panitera : Pembacaan tata tertib persidangan

1. Sebelum sidang dimulai, panitera, penuntut umum, penasihat hukum dan pengunjung
sidang duduk di tempatnya masing – masing.
2. Dalam ruang sidang siapapun wajib menunjukkan sikap hormat kepada pengadilan.
3. Selama sidang berlangsung, pengunjung sidang harus duduk dengan sopan dan tertib di tempat
masing-masing: memberi hormat pada hakim, apabila ke luar dan masuk ruang sidang, dan
memelihara ketertiban dalam sidang.
4. Pengambilan foto, rekaman suara, atau rekaman TV, harus meminta izin kepada Hakim Ketua
sidang.
5. Pengunjung sidang dilarang makan, minum, merokok, membaca koran, atau melakukan tindakan
yang dapat mengganggu jalannya persidangaon.
6. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh hakim ketua sidang untuk memelihara tata tertib
persidangan wajib dilaksanakan dengan segera dan cermat.
7. Di dalam ruang sidang, siapapun dilarang membawa senjata api, senjata tajam, bahan peledak, atau
alat maupun benda yang dapat membahayakan keamanan sidang dan siapa yang membawanya wajib
menitipkan di tempat yang khusus disediakan untuk itu.

Panitera : Pembacaan tata tertib persidangan selesai. Majelis hakim memasuki ruang sidang,
hadirin dimohon untuk berdiri (majelis hakim masuk, hakim ketua yang paling depan). Hadirin
dipersilakan duduk kembali.

Hakim Ketua : Sebelum persidangan dimulai, harap menonaktifkan segala bentuk alat komunikasi
dan dimohon untuk bersikap sopan dan tertib, marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan
masing- masing. berdoa mulai...selesai. Hakim anggota 1 siap? Hakim anggota 2 siap? Panitera dan
rohaniawan siap? Penuntut Umum dan Penasehat Hukum siap? Pengadilan memeriksa dan mengadili
perkara- perkara. Pertama dalam persidangan kelas satu,perkara PDM-02/SKA/Ep.2/XI/2023 dengan
terdakwa Brigadir Jenderal Lemuel Sebastian pada hari ini Senin, tanggal 23 Oktober 2023 dengan ini
dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (tok 3x)

Hakim Ketua : Saudara Penuntut Umum apakah saudara sudah siap untuk menghadirkan terdakwa
kedalam persidangan?
JPU : Kami sudah siap, majelis hakim. Kepada petugas diperintahkan untuk menghadirkan
terdakwa Brigjen Lemuel Sebastian S. Adm kedalam ruang persidangan!
Polisi : Siap...(mengiring terdakwa memegang terdakwa masuk ruang sidang).Terdakwa
Brigadir Jenderal Lemuel Sebastian siap, majelis!
Hakim Ketua : Terima kasih. Selamat Pagi Saudara Terdakwa, hari ini Saudara akan diperiksa
sehubungan dengan tindak pidana yang didakwakan kepada Saudara. Apakah Saudara sudah siap?
Terdakwa : Siap majelis
Hakim Ketua : Apakah saudara dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani?
Terdakwa : Baik, majelis.
Hakim Ketua : Saudara terdakwa, hari ini akan dimulai pemeriksaan terhadap perkara
pidana saudara, akan tetapi sebelumnya kami majelis hakim ingin mengetahui identitas saudara
terlebih dahulu. Silahkan saudara terdakwa maju kedepan untuk menyerahkan kartu identitas saudara:

(HAKIM MEMBACA IDENTITAS)

Nama : Lemuel Sebastian


TTL : Sidoarjo, 28 Agustus 1991
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Laguna Regency Pakuwon City Jl. Mulyosari Raya 60112, Surabaya, Jawa Timur
Agama : Katolik
Pekerjaan : Perwira bintang satu di Kodam V/ Brawijaya
Pendidikan : Akademi Militer tahun 2000-2004 Kodam V/ Brawijaya, Strata I Ilmu Administrasi
Universitas Negeri Surabaya

Hakim Ketua : Apakah sebelumnya saudara pernah diperiksa oleh pihak penyidik dari kepolisian?
Terdakwa : Sudah, majelis
Hakim Ketua :Saudara terdakwa silahkan maju ke depan, apakah benar ini BAP saudara?
Hakim Ketua : Benar, majelis
Hakim Ketua : Baik, bagus. Silahkan duduk kembali. Terhadap isi BAP ini apakah seluruhnya
benar atau ada yang saudara sangkal?
Terdakwa : Tidak ada sangkalan, majelis.
Hakim Ketua : Apakah saudara sudah menerima salinan surat dakwaan yang diberikan oleh
penuntut umum?
Terdakwa : Sudah, majelis
Hakim Ketua : Apakah saudara terdakwa pada persidangan hari ini didampingi Penasehat Hukum?
Terdakwa : Benar, Majelis.
Hakim Ketua : Saudara Penasehat Hukum, apakah Saudara sudah menerima surat kuasa dari
Terdakwa untuk bertindak sebagai Penasehat Hukum terdakwa?
Pengacara : Sudah, majelis.
Hakim Ketua : Silakan maju untuk menunjukan surat kuasa beserta surat izin beracara saudara,
Saudara Penuntut umum silahkan maju untuk memeriksa surat kuasa beserta surat izin beracara
penasehat hukum
PU dan PH : Baik, Majelis (PH dan PU maju).
Hakim Ketua : Baik, saudara penuntut umum dan penasehat hukum dipersilahkan untuk duduk
kembali.
Saudara Terdakwa, guna memperlancar jalannya persidangan, Majelis Hakim memerintahkan saudara
untuk memberikan keterangan dengan jelas dan lengkap, serta tidak berbelit-belit, apakah Saudara
bersedia?
Terdakwa : Siap, Majelis.
Hakim Ketua : Bersedia atau tidak, saudara?!
Terdakwa : Bersedia, Majelis.
Hakim Ketua : Saudara Jaksa Penuntut Umum, sudah siap untuk membacakan surat dakwaan?
JPU : Siap, Majelis.
Hakim Ketua : Silahkan, bacakan.

(JPU membacakan surat dakwaan)

Hakim Ketua : Saudara terdakwa, apakah anda merasa keberatan dengan surat dakwaan?
Terdakwa : Saya mengikuti Penasehat Hukum saya, Majelis.
Hakim Ketua : Baik, Saudara Penasehat Hukum, apakah saudara menyatakan keberatan terhadap
surat dakwaan?
Penasehat Hukum: Tidak ada keberatan, Majelis.
Hakim Ketua : Baik. Saudara Jaksa Penuntut Umum, apakah saudara siap untuk memaparkan alat
bukti ataupun ahli dalam persidangan ini?
JPU : Siap, Majelis. Kami menghadirkan Dr. Anton Warsito, salah satu penghuni kamar
204, kamar yang berseberangan dengan terdakwa, sekaligus saksi mata penetrasi terdakwa ke dalam
kamar.
Hakim Ketua : Baik, Jaksa Penuntut Umum dipersilahkan untuk membawa saksi dalam ruang
sidang.

(JPU MEMBAWA SAKSI MASUK)

Hakim Ketua : Selamat pagi, saudara saksi. Benarkah ini adalah identitas saudara?

Nama : Dr. Anton Warsito


TTL : Tegal, 24 Oktober 1979
Agama : Islam
Pekerjaan : Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, Bali.
Pendidikan : Strata I Fakultas Biologi Universitas Gadjahmada, Strata II Fakultas FMIPA
Universitas Padjadjaran, Strata III FMIPA Universitas Udayana

Saksi : Siap, Majelis.


Hakim Ketua : Sebelum saudara menyatakan kesaksian, berkenankah saudara untuk bersumpah
sesuai dengan agama dan kepercayaan saudara?
Saksi : Saya siap, Majelis.
Hakim Ketua : Kepada rohaniawan, dipersilahkan masuk ke dalam ruangan sidang.

(ROHANIAWAN MASUK)

Rohaniawan : Ikuti saya saudara.

“WALLAHI, SAYA BERSUMPAH SAYA AKAN MENERANGKAN SEBENAR-BENARNYA,


DAN TIADA LAIN DARIPADA YANG SEBENARNYA!”

Hakim Ketua : Baik, karena saudara telah disumpah, maka saudara wajib mengucapkan yang benar,
dan bersaksi sesuai kenyataan yang terjadi. Apakah saudara bersedia?
Saksi : Bersedia, Majelis.
Hakim Ketua : Apakah saudara sehat jasmani dan rohani?
Saksi : Sehat, Majelis.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenali Jaksa Penuntut Umum, Panitera, dan kami sebagai
Hakim?
Saksi : Tidak, Majelis.

Hakim Ketua : Baiklah. Selanjutnya, benarkah saudara berada di kamar 204 sebelum dan saat
penangkapan terhadap terdakwa Brigadir Jenderal Lemuel Sebastian terjadi?
Saksi : Benar, Majelis.
Hakim Ketua : Bisa ceritakan bagaimana terdakwa saat masuk ke dalam kamar, dan apa saja yang
melekat pada diri terdakwa?
Saksi : Terdakwa saat itu membawa koper jenis briefcase bermerk Coach berwarna hitam,
Majelis. Saya dan terdakwa masuk kamar selisih sekitar kurang lebih 10 menit lebih dulu. Terdakwa
juga menggunakan seragam dinas TNI berwarna hijau tua dengan badge pangkat bintang satu di
pundak, menggunakan sepatu lars hitam dan masuk kamar dengan terburu-buru.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi tahu, apa kira-kira aktivitas yang dilakukan saudara terdakwa?
Saksi : Tidak sama sekali, Majelis. Saya mengira terdakwa sedang sangat terburu untuk
suatu urusan pekerjaan terdakwa, lalu tak sampai satu jam setelahnya, ada satu kompi pasukan khusus
berpakaian hitam dan helm lindung membawa pucuk senjata serbu. Lalu terdakwa dibawa dengan
borgol.
Hakim Ketua : Setelah itu, apa aktivitas yang saudara saksi lakukan?
Saksi : Saya kaget, Majelis. Saya sedang membuang sampah usai memakan mie instan dan
sedikit membuka pintu, lalu terlihat terdakwa dibawa ke bawah. Saya yang penasaran lalu ikut turun
lewat tangga darurat dan tiba tepat di depan lobi hotel saat terdakwa dibawa masuk ke kendaraan
taktis Mako Brimob Surabaya.
Hakim Ketua : Baik terimakasih, saudara saksi. Apakah saudara Jaksa Penuntut Umum ingin
memberikan pertanyaan tambahan?
JPU : Ada, Majelis.
Hakim Ketua : Silahkan, saudara JPU.
JPU : Saat saudara saksi membuang sampah mie instan, mengapa saudara harus
membuang sampah hingga membuka pintu, padahal ada tempat sampah di dalam kamar?
Saksi : Saya mendengar suara ramai, saudara Jaksa Penuntut Umum. Ada beberapa
gebrakan keras di pintu dan teriakan “Woy keluar kau gembong brengsek!” akhirnya saya membuka
pintu untuk melihat apa yang terjadi.
JPU : Baik, saudara saksi. Izin menambah pertanyaan, Majelis. Mengapa juga saudara ikut
turun ke bawah dan sampai menyaksikan terdakwa masuk ke dalam kendaraan taktis?
Saksi : Saya orang yang sangat investigatif, saudara Jaksa Penuntut Umum. Saya punya
insting atas suatu bahaya, atas suatu peristiwa yang belum ataupun tidak saya ketahui sebelumnya.
Hakim Ketua : Apakah penjelasan saudara saksi bisa diterima, saudara Penuntut Umum?
JPU : Siap, bisa diterima, Majelis.
Hakim Ketua : Kepada saudara Penasehat Hukum, berkenankah saudara dengan penjelasan saudara
saksi?
Penasehat Hukum : Menerima, Majelis.
Hakim Ketua : Kepada saudara Jaksa Penuntut, adakah alat bukti lain yang saudara mampu
hadirkan disini, untuk memperkuat tuntutan saudara?
JPU : Ada, Majelis. Kami menghadirkan Prof. Dr. Ali Maqsudi Sulaiman, ahli geografi,
ahli deduksi, dan pengamat rute peta dari Universitas Gadjahmada, Majelis.
Hakim Ketua : Saudara Jaksa Penuntut dipersilahkan untuk menghadirkan ahli.

(PETUGAS MEMBAWA AHLI)

Hakim Ketua : Saudara Ali, benarkah ini identitas saudara?

Nama : Prof. Dr. Ali Maqsudi Sulaiman


TTL : Jakarta, 17 September 1971
Usia : 52 tahun
Pekerjaan : Observator jalur operasi militer, dosen tetap Fakultas Kriminologi Universitas
Gadjahmada sejak tahun 2001
Pendidikan : Strata I Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Strata II Fakultas Hukum
Universitas Gadjahmada, Strata III Fakultas Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Guru Besar
Universitas Gadjahmada

Ahli : Benar, Majelis.


Hakim Ketua : Apakah saudara sehat secara jasmani dan rohani?
Ahli : Sehat, Majelis.
Hakim Ketua : Baik, saudara. Silahkan saudara untuk memberikan bukti maupun penjelasan
terhadap kasus ini.
Ahli : Baik, Majelis. Pertama, saya akan melakukan observasi mendalam dan investigasi
terhadap rute yang diperkirakan akan menjadi jalur pengiriman sabu dari Surabaya menuju ekstraksi
di Bandara Abdul Rachman Saleh, Malang. Lettu Arief berencana kabur dari arah Tanggulangin,
Porong, melewati jalan sempit dan gelap. Jalur ini tidak dimungkinkan untuk kendaraan besar, namun
memperhitungkan jaringan luas Brigjen Lemuel, mungkin saja ada jalan rahasia yang aman, saya
perkirakan jalan ini ada di daerah Pandaan, Majelis.
Hakim Ketua : Bisa jelaskan, Pandaan di sebelah mana, saudara ahli?
Ahli : Jalanan di bawah tol Pandaan-Malang merupakan jalur yang tepat untuk melakukan
ekstraksi sembunyi sabu, Majelis. Jalur ini tidak diawasi pemerintah maupun warga setempat. Desa di
wilayah itu juga tidak terkejut dengan adanya truk karena daerahnya sering dilalui transportasi
industri. Menurut observasi saya sejauh ini, Lettu Arief akan menghubungkan jalur itu untuk pergi ke
arah Bangil, terus lurus ke Pasuruan, Lawang, lalu sampai di Malang lewat jalur bebas inspeksi
protokol jalan raya, Majelis.
Hakim Ketua : Kepada saudara Penasehat Hukum, adakah keberatan dalam penjelasan saudara
ahli?
PH : Kami keberatan, Majelis.
Hakim Ketua : Silahkan menjelaskan keberatan saudara.
PH : Baik, Majelis. Menurut kami, jalan bawah tol Pandaan-Malang tidak memiliki akses
yang cukup, apalagi dengan truk yang dibawa oleh Letnan Arif. Jalanan bawah tol juga memiliki
kontur yang bisa dibilang buruk, kering bila kemarau dan becek bila hujan. Sudah jelas sangat tidak
mungkin sebuah truk besar melewati jalanan seperti itu. Inspeksi TKP yang kami penasehat hukum
lakukan menilai bahwa Lettu Arif tidak berniat membawa kabur truk, melainkan membakar barang
bukti narkotika milik klien saya di sebuah hutan ataupun tanah lapang di dekat tol. Alasan kami
terhadap dugaan ini adalah Lettu Arief membawa satu jerigen minyak tanah, dan dua belas pucuk
korek api. Penjelasan kami sesuai dengan konferensi pers Polri beberapa waktu lalu tentang adanya
minyak tanah dan korek api. Maka sangkaan bahwa Lettu Arif akan kabur dengan penerbangan kargo
tidak resmi di Lanud Abdul Rachman Saleh, adalah salah, Majelis.
Hakim Ketua : Penjelasan bisa diterima, saudara Penasehat Hukum. Kepada hakim anggota, apakah
saudara ingin menambahkan pertanyaan?
Hakim Anggota II : Izin menambahkan, Yang Mulia Hakim. Menurut saudara ahli, adakah
keterlibatan orang selain Lettu Arif Wiryawan? Dikarenakan peredaran narkoba macam ini tidak
mungkin dilakukan dengan satu rekan saja, jelas ada distributor sebagai cadangan didalamnya.
PH : Interupsi, Yang Mulia Hakim. Apa yang disebut oleh Hakim Anggota II tidak bisa
dibuktikan secara konkrit melalui alat bukti yang beredar, melalui tulisan, maupun kesaksian lisan,
Yang Mulia Hakim. Dalam surat dakwaan, dan kesaksian warga setempat, yang mampu dan jelas
terlibat hanyalah Letnan Satu Arief Wiryawan, tidak lebih.
Hakim Anggota I : Interupsi, Yang Mulia Hakim. Yang disampaikan Hakim Anggota II tidak
sepenuhnya salah, Yang Mulia. Bahwa jelas terlibat lebih dari 1 orang untuk melakukan peredaran
yang rapi dan kompleks seperti ini.
Penasehat Hukum : Sekali lagi, kami keberatan, Yang Mulia Hakim. Teori tidak dapat digunakan
sebagai alat bukti yang cukup untuk menuduhkan suatu hal, Yang Mulia Hakim.

(RICUH, LEMPAR TERIAKAN)

Hakim Ketua : HARAP TENANG! Persidangan harus tenang!

(DIAM SEMUA 5-10 DETIK AJA)

Hakim Ketua : Baik, saudara Penasehat Hukum. Ada tambahan?


PH : Tidak, Majelis.
HK : Silahkan Jaksa Penuntut Umum membacakan tuntutan selanjutnya.
JPU : Baik, Majelis. Selanjutnya, ada stempel merah besar yang terpatri di atas peti kayu bawaan
Lettu Arief, Yang Mulia Hakim. Stempel itu berbunyi “Deliciosos productos de Colombia” yang
berarti “Produk sedap asli Kolombia” Ini menjadi salah satu dugaan kuat bahwa terdakwa tergabung
dalam jaringan kartel narkoba Kolombia, Majelis. Dalam briefcase terdakwa juga ditemukan 14
lembar surat dalam bahasa Spanyol, Majelis.
HK : Baik. Apakah saudara penasehat hukum menerima adanya tuntutan dan tuduhan tersebut?
PH : Kami menerima beberapa tuntutan yang diajukan, Majelis. Namun kami keberatan dengan
surat berbahasa Spanyol tersebut bila dijadikan alat bukti atas keterkaitan klien saya dengan kartel
Kolombia. 12 dari 14 surat yang ada hanyalah surat undangan terhadap Konferensi Pecinta Kuliner
Spanyol di Barcelona, Majelis. Klien saya memang memiliki koneksi dengan pemerhati budaya dan
kuliner yang secara khusus ada di Madrid dan Barcelona. Dua surat sisanya hanya berisi 5-7 kalimat
pendek yang menerangkan pertemuan untuk pemberian Ensiklopedia Antropologi Kuliner Nusantara,
yang akan dijadikan studi banding terhadap komunitas klien saya. Namun bisa kami mafhum,
memang beberapa bahasa yang digunakan bisa memicu ambigu, Majelis.
Hakim Anggota I : Izin interupsi lanjut, Majelis. Beberapa frasa saya rasa terlalu sensitif untuk
mengartikan itu sebagai wujud “kuliner”. Ada frasa “sedap”, “menggoda, “melayang”, yang secara
general tidak mengarah pada kuliner, namun lebih ke narkoba, Majelis.
PH : Baik, Majelis. Kami rasa peletakan kata tersebut hanya sebagai hiperbola terhadap
kenikmatan suatu makanan. Terlebih yang dibahas di frasa “menggoda” dan “melayang” adalah
pembahasan terhadap Paella, hidangan Spanyol yang memang sedap, Majelis.
HK : Baik, saudara PH. Adakah tambahan dari saudara JPU?
JPU : Izin menambahkan, Majelis. Kemana kira-kira perputaran uang dan dana yang dihasilkan
maupun yang menghasilkan jaringan ini, saudara terdakwa dan saudara Penasehat Hukum? Apakah
ada kemungkinan terhubung dengan koneksi muncikari ataupun prostitusi online yang sempat marak
4-5 tahun lalu? Ataukah ada beberapa aktivitas terselubung dengan Gang Dolly? (Ucapkan dengan
terus menerus, Kavin akan menginterupsi di tengah-tengah, tapi jangan berhenti berbicara)
PH : INTERUPSI, MAJELIS! Pertanyaan yang disampaikan saudara Jaksa sangat tidak etis,
Majelis. Klien saya memang terdakwa sebagai gembong, bandar, bos narkoba, Majelis. TAPI TIDAK
ADA BUKTI, secara bukti beredar, maupun alat bukti tetap, maupun rekaman suara, maupun
dokumen resmi tertentu, yang menyatakan bahwa Brigjen Lemuel Sebastian, terlibat jaringan
prostitusi, muncikari, atau apapun yang merendahkan derajat manusia tersebut, Majelis.

(PERSETERUAN, BOLEH BERDIRI SAMBIL MARAH, IMPROVISASI)

HA II : HARAP TENANG! PESERTA PERSIDANGAN DIHARAP UNTUK TENANG!


HK : SEMUANYA TENANG! (ketok palu berkali2)

(DUDUK)

HK : Baik saudara JPU, apakah saudara berkenan menerima pernyataan saudara PH terhadap
keikutsertaan terdakwa dalam kartel narkoba Kolombia?
JPU : Kami bisa menerima itu, Majelis. Kami memaklumi aspek ambigu dari frasa yang
digunakan.
HK : Baik saudara jaksa, ada tambahan tuntutan?
JPU : Berdasar pada UU tahun 2009 tentang Narkoba pasal 112, terdwkwa Brigjen Lemuel
Sebastian bisa dihukum seberat-beratnya penjara sebanyak 20 tahun, dan atau hukuman mati, Majelis.

(3 HAKIM BERUNDING)

JPU : Berdasarkan kesaksian Dr. Anton Warsito, dan rekaan logis Prof. Ali Maqsudi Sulaiman,
kami berpendapat bahwa Brigjen Lemuel dinyatakan bersalah atas tindakannya sebagai pengedar
narkoba dan menguasai barang terlarang golongan NAPZA. Keikutsertaannya dalam Klan-Teluk
Kolombia kami anggap tidak valid, dikarenakan kurangnya alat bukti terhadap keikutsertaannya
tersebut. Menurut kami pula, Brigjen Lemuel sepantasnya mendapat pencopotan jabatan secara tidak
hormat dari Tentara Nasional Indonesia, Majelis.

(BERUNDING LAGI, BISIK-BISIK YANG LAMA REK, usahakan ada satu buah suara agak keras
dari siapapun bilang “Ini mati sih ini harusnya”)

HK : Baik, Terimakasih telah menunggu. Dengan ini, kami putuskan bahwa terdakwa Brigadir
Jenderal Lemuel Sebastian, pengedar, gembong, bos, dan salah satu pemilik jaringan narkoba
nasional, telah menyalahi UU no. 35 tahun pasal 112 2009 tentang Narkotika yang berbunyi: yaitu
memiliki, menyimpan, menguasai barang, dengan tujuan untuk diedarkan atau digunakan orang lain.
Maka dengan ini, kami selaku Hakim Ketua, Hakim I, dan Hakim II, menjatuhkan hukuman ma——ti
kepada terdakwa. Terdakwa juga akan dicopot jabatannya sebelum melaksanakan hukuman pidana.
(TOK TOK TOK)

HK : Apakah saudara PH keberatan?


PH : Kami menerima segala keputusan pengadilan, Majelis.

HK : Sidang, dibubarkan! (TOK TOK TOK)

Anda mungkin juga menyukai