Anda di halaman 1dari 7

GANGGUAN SISTEM IMUN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Patofisiologi Penyakit Menular dan Defisiensi

Dosen Pengampu:
Ibu Atik Farokah, S.Keb.Bd., M.Keb.

Oleh:
Kelompok 2
1. Anabel Triya Amanda 10722003
2. Anggraeni Yulia Syahputri 10722005
3. Bilqis Maharani Sholihah 10722009
4. Lusifa Anggraini 10722024
5. Nayla Cahya Darodjat 10722030
6. Pinky Apriliawan 10722035
7. Risty Fadella 10722036
8. Silva Zurinah 10722038
9. Ulin Ni’Matus Sofa 10722040
10. Zalfa Aqilla Putri Zain 10722041

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “GANGGUAN SISTEM IMUN” ini
tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Patofisiologi Penyakit Menular & Difisiensi.

Dengan dibuatnya makalah ini, yang berisi tentang materi mengenai penjelasan sistem imun
dan gangguannya ini telah penulis susun semaksimal mungkin dan pastinya bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penulis mampu menyusun makalah ini dengan tepat waktu. Dengan
itu penyusun sangat berterima kasih banyak kepada semua belah pihak yang telah membantu
terselesainya tugas ini.

Demikian makalah ini kami buat. Harapan kami, semoga informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semoga bermanfaat.

Kediri, 8 Oktober 2023

Penulis

DAFTAR ISI

ii
BAB I

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh memilki sebuah mekanisme pertahaan untuk menghalau atau menangkal
bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Ini dinamakan dengan sistem imun tubuh.
Sistem imun adalah sistem yang membentuk kemampuan tubuh untuk melawan bibit
penyakit dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh agar terhindar dari
penyakit (Irianto, 2012). Menurut Fox (2008), sistem imun mencakupi semua struktur
dan proses yang menyediakan pertahanan tubuh untuk melawan bibit penyakit dan dapat
di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu; sistem imun bawaan (innate) yang bersifat
non-spesifik dan sistem imun adaptif yang bersifat spesifik. Menurut Irianto (2012),
secara umum sistem imun memiliki fungsi sebagai pembentuk kekebalan tubuh, penolak
dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam tubuh, pendeteksi
adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang membahayakan, dan penjaga
keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.
Adapun penyakit defisiensi imun yang merupakan sekumpulan aneka penyakit yang
memiliki satu atau lebih ketidaknormalan sistem imun, dimana kerentanan terhadap
infeksi meningkat. Penyebab defisiensi imun sangat beragam dan penelitian berbasis
genetik berhasil mengidentifikasi lebih dari 100 jenis defisiensi imun primer dan pola
menurunnya terkait pada Xlinked recessive, resesif autosomal, atau dominan autosomal.
Walaupun penyakit defisiensi imun tidak mudah untuk didiagnosis, secara klinis terdapat
berbagai tanda dan gejala yang dapat membimbing kita untuk mengenal penyakit ini.
Sesuai dengan gejala dan tanda klinis tersebut maka dapat diarahkan terhadap
kemungkinan penyakit defisiensi imun.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan penulisan ini untuk membahas tentang sistem
imun, khususnya pada gangguan sistem imun yang terjadi pada tubuh manusia dan apa
gejala dan penyebabnya.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui tentang sistem imun dan gangguan pada sistem imun
b. Untuk mengenali tanda dan gejala penyakit gangguan sistem imun

BAB II

iv
PEMBAHASAN

2.1 Sub-Materi
Gangguan Pada Sistem Imun
Sistem kekebalan tubuh dapat tidak berfungsi jika sistem ini bereaksi dengan
molekul asing dengan berlebihan. Beberapa contoh di antaranya alergi, autoimunitas, dan
AIDS (Ferdinand dan Moekti, 2009).
a. Alergi (Hipersensitivitas)
Alergi (Hipersensitivitas) yaitu respon imun tubuh berlebih terhadap alergen
(benda asing dan antigen) baik yang membahayakan maupun tidak (Anonim, 2013).
Sebagian orang alergi terhadap bulu, debu, makanan laut, gigitan serangga, polen (serbuk
sari) dan lain sebagainya. Bentuk reaksinya bisa bermacam-macam, dari mulai bersin, gatal-
gatal, pusing, muntah dan diare, bahkan hingga kesulitan bernapas dan kematian (Ferdinand
dan Moekti, 2009).
Pada awalnya, tidak ada tanda-tanda penolakan apapun pada tubuh ketika
protein asing masuk ke dalam tubuh. Pada tahap ini tubuh mengembangkan
imunoglobin (biasanya dari kelas IgE). Ketika protein dari jenis yang sama
memasuki tubuh untuk ke dua kalinya, IgE bereaksi dengan berikatan pada
antigen pada permukaan membran mast cell. Reaksi ini mendorong mast cell menyekresikan
histamin. Histamin dalam jumlah besar inilah yang menyebabkan berbagai reaksi alergi.
Misalnya saja jika reaksi alergi terjadi pada saluran pernapasan, histamin akan ditangkap
oleh sel-sel otot polos pada rongga pernapasan, yang diikuti dengan berkontraksinya otot-
otot tersebut sehingga terjadi penyempitan saluran pernapasan. Histamin juga
mengakibatkan vasodilatasi, kapiler darah menjadi lebih permeabel, dan tekanan darah turun.
Hal ini mengakibatkan jaringan membengkak (Ferdinand dan Moekti, 2009).
b. Autoimunitas
Autoimunitas merupakan suatu keadaan sistem kekebalan tubuh membentuk
antibodi untuk menyerang sel tubuh yang lain, memperlakukannya seolah-olah bukan bagian
dari tubuh (Ferdinand dan Moekti, 2009). Akibat dari penyakit autoimun adalah sistem imun
menyerang tubuh sendiri (Anonim, 2013). Contoh penyakit autoimun yaitu (Ferdinand dan
Moekti, 2009).
1) Myasthenia Gravis, yaitu antibodi menyerang otot lurik. Hal ini
menyebabkan degradasi otot, dan berkurangnya kemampuan otot untuk
menangkap asetilkolin, zat yang dilepaskan oleh saraf yang memicu
kontraksi otot. Contohnya jika terjadi pada mata, pandangan atau posisi
mata menjadi tidak simetris.
2) Lupus Erythematosus, yaitu antibodi menyerang sel-sel tubuh yang lain
(secara umum) sebagai sel asing. Penyakit ini sangat sulit dikenali karena
gejalanya sangat umum. Ketika kondisi lingkungan berubah dan kondisi
tubuh melemah, maka serangan antibodi meningkat.
3) Addison’s Disease, yaitu antibodi menyerang kelenjar adrenalin.
Pertama kali ditemukan seorang dokter Inggris bernama Thomas
Addison, tahun 1855. Penyakit ini bisa disebabkan karena infeksi pada
kelenjar adrenalin. Namun ditemukan juga sebab yang lain, yaitu
antibodi menyerang sel-sel yang menghasilkan hormon adrenalin. Akibat
yang ditimbulkan di antaranya mudah merasa lelah, kehilangan berat
badan, tekanan, darah rendah, kadar gula darah yang rendah, rasa
perasaan tertekan, dan peningkatan pigmentasi kulit.
4) Multiple Sclerosis, yaitu antibodi menyerang jaringan saraf di otak dan
tulang belakang. Bagian saraf yang diserang adalah seludang mielin,
yang melapisi sel saraf dan berperan dalam menghantarkan informasi.

v
Kerusakan mielin ini menyebabkan berbagai gejala, dari mulai gangguan
penglihatan, stres, pusing, dan lain-lain.
c. AIDS (Defisiensi Imun)
Defisiensi imun yaitu tidak bekerjanya atau terganggunya salah satu atau seluruh
komponen sistem imun (Anonim, 2013). Pada keadaan yang normal, virus dapat
dinonaktifkan oleh sel limfosit T. Namun, ketika sel T penolong terinfeksi virus, maka ia
tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsinya untuk mengenali dan
menonaktifkan sel-sel asing yang masuk ke dalam tubuh. Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV) pada sel limfosit T. Ketika virus berhasil menginfeksi sel limfosit T, virus
menggunakan ‘perangkat’ selnya untuk menggandakan diri di dalam sel. Virus, yang telah
menggandakan diri kemudian menghancurkan membran sel dan meninggalkan sel limfosit T
yang lama. Virus-virus ini siap menginfeksi sel limfosit T yang lain yang masih sehat
(Ferdinand dan Moekti, 2009).

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

vi
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Sopyan. dan Achmad Alfian. 2020. ”SISTEM IMUN TUBUH PADA MANUSIA”.
Visual Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya e-ISSN:2623-0305 Vol. 2 No. 03,
[144-149].

Kresno, Siti Boedina. 2001.Imunologi: diagnosis dan prosedur laboratorium edisikeempat.


Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Corwin, Elizabeth J. 2010.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran.
Munasir, Zakiudin. 2001.Respons Imun terhadap Bakteri. Sari Pediatri,Vol. 2, No. 4,Maret
2001. Diambil dari:http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-4-4.pdf(31 Januari 2019).

vii

Anda mungkin juga menyukai