Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS MATERI FIQIH MADRASAH TSANAWIYAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah : Analisis Materi Pai MTs/MA
Dosen Pengampu : Rahman Fadli, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Ananda Zulaicha Arya
2. Falahul Muchtadin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)
IBNU SINA MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Analisis Materi Fiqih Madrasah
Tsanawiyah” ini tanpa ada halangan suatu apapun.
Penyusunan laporan ini tidak lain dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
penyusunan makalah ini.
2. Rahman Fadli, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis Materi Pai
MTs/MA
3. Orang tua, yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan kepada kami
serta semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan berkah, rahmat, dan perlindungan-Nya
atas semua budi luhur dan nama baik dari semua pihak tersebut diatas,
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penyusun dan pembaca.

Malang , 28 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang .............................................................................................
2. Rumusan Masalah ........................................................................................
3. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Deskripsi Materi Fiqih ..................................................................................
B. Tujuan Materi Fiqih .......................................................................................
C. Telaah Analisis Materi Fiqih .........................................................................
D. Konsep Materi fiqih ......................................................................................
E. Penyajian Materi Fiqih ..................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Mata pelajaran Fiqih adalah salah satu pelajaran kelompok pendidikan agama yang
menjadi ciri khas Islam pada madrasah yang dikembangkan melalui suatu kegiatan
untuk menyiapkan siswa meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agama Islam baik yang berupa ajaran ibadah maupun muamalah melalui kegiatan
pengajaran, bimbingan dan latihan sebagai bekal dalam melanjutkan pada jenjang
pendidikan tinggi.
Obyek pembahasan fiqih meliputi tiga hal yaitu: pembahasan tentang ibadah dalam
segala aspeknya, dari thaharah, wudhu, mandi, tayamum, shalat zakat, puasa dan haji.
Pembahasan tentang aspek muamalah, antara lain: jual beli, dan nikah. Pembahasan
tentang jinayah (aspek kriminal), antara lain: tentang batasan sanksi serta hukuman dan
proses pembuktian melalui kesaksian. Dari obyek pembahasan fiqih tersebut, terlihat
bahwa fiqih begitu penting dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman yang tinggi dalam mempelajari fiqih.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi fiqih ?
2. Apa tujuan mempelajari fiqih ?
3. Bagaimana telaah analisis materi fiqih ?
4. Bagaimana konsep materi fiqih ?
5. Bagaimana penyajian materi fiqih ?
3. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui deskripsi fiqih
2. Untuk mengetahui tujuan mempelajari fiqih
3. Untuk mengetahui telaah analisis materi fiqih
4. Untuk mengetahui konsep materi fiqih
5. Untuk mengetahui penyajian materi fiqih

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Fiqih
Secara etimologi, fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan yang berarti
pemahaman. Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini, adalah pemahaman tentang
agama Islam. Dengan demikian, fiqh menunjuk pada arti memahami agama Islam
secara utuh dan komprehensif. Kata fiqh yang secara bahasa berarti pemahaman atau
pengertian ini diambil dari firman Allah Swt:

‫َقاُلْو ا ٰي ُش َعْيُب َم ا َنْفَقُه َك ِثْيًر ا ِّمَّم ا َتُقْو ُل َو ِاَّنا َلَنٰر ىَك ِفْيَنا َضِع ْيًفاۗ َو َلْو ال َر ْه ُطَك َلَر َج ْم ٰن َكۖ َو َم ٓا َاْنَت َع َلْيَنا ِبَعِز ْيٍز‬
Artinya: Mereka berkata: "Hai Syu'aib, Kami tidak banyak mengerti tentang
apa yang kamu katakan itu dan Sesungguhnya Kami benar-benar melihat kamu
seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah Kami
telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi
kami.". (QS. Hud: 91).
Objek dan ruang lingkup kajian fiqh adalah hukum-hukum juz’i dan dalil-dalil
tafshily. Pertama, Hukum juz’i adalah hukum partikular yang sudah menunjuk pada
objek tertentu. Misalnya hukum haram tentang meminum khamr, makan daging
babi, bangkai dan sebagainya. Lawannya hukum juz’i adalah hukum kulli, yaitu
hukum dalam pengertian masih global dan belum menunjuk pada objek tertentu.
Misalnya tema pembahasan hukum wajib yang dibagi berbagai macam. Jika hukum
juz’i adalah bahasan ilmu fiqh, maka hukum kulli termasuk bahasan dalam ilmu
Ushul Fiqh.
Kedua, dalil-dalil tafshily adalah dalil yang sudah merujuk pada hukum
tertentu. Misalnya dalil wala taqrabuz zina sebagai dalil tafshily hukum keharaman
perbuatan yang mendekekati zina. Dan dalil tafshily ini yang menjadi domain dalam
ilmu Fiqh. Jika dalil itu masih bersifat global, misalnya dalil al-Qur’an dengan
bahasan yang beraneka ragam dan belum merujuk pada hukum tertentu, maka
demikian ini menjadi objek kajian ilmu Ushul Fiqh juga.

B. Tujuan Mempelajari Fiqih


Menurut Wahab Khallaf, tujuan dan manfaat mempelajari fiqh adalah
mengetahui hukum-hukum fiqh atau hukum-hukum syar’i atas perbuatan dan

5
perkataan manusia. Selanjutnya, setelah mengetahui, tujuannya agar hukum fiqh
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada artinya ilmu tentang hukum fiqh
yang tidak dipraktikkan dalam kehidupan.

C. Konsep Materi Fiqih

6
Alur Tujuan Pembelajaran

Elemen Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Kelas Alokasi


Waktu

Fiqih Peserta didik Menganalisis tata cara bersuci VII 12


Ibadah menganalisis tata cara dari hadas dan najis untuk

D. bersuci dari hadas dan membangun pola hidup bersih


najis, ketentuan shalat dan sehat dalam konteks
fardlu, shalat berjamaah, kehidupan sehari-hari.
ketentuan puasa, i’tikaf, Menganalisis ketentuan shalat VII 10
keutamaan zikir dan fardhu, dan shalat sunnah serta
doa, berbagai shalat mengamalkannya dengan baik
sunah, dan ketentuan dan benar untuk menumbuhkan
sujud sahwi, sujud kesalihan individu, sikap
tilawah, dan sujud istiqamah dan tanggung jawab
syukur, ketentuan shalat dalam kehidupan bermasyarakat.
Jumat, shalat jamak dan
Menganalisis ketentuan shalat VII 10
qashar, shalat dalam
berjamaah untuk menumbuhkan
keadaan tertentu
kesalihan sosial dan sikap
meliputi: kondisi sakit,
demokratis dan gotong royong
kondisi genting (khauf)
dalam konteks kehidupan
dan dalam kendaraan,
bermasyarakat.
dan mengamalkannya
Menganalisis ketentuan shalat VII 10
dengan baik dan benar
Jumat untuk menumbuhkan
dalamkonteks kehidupan
kesalihan sosial sehingga
sehari-hari pada
terbangun persatuan dan
masyarakat global,
ukhuwah islamiyah dalam
sehingga kewajiban
konteks kehidupan beragama.
ibadah dijalankan secara
Menganalisis keutamaan zikir VII 8
istiqamah pada kondisi
dan doa agar tumbuh sikap
apapun dan dimanapun.
tawadhu’ dan optimis dalam
Peserta didik juga akan
kehidupan sehari hari
mempraktekkan
Menganalisis ketentuan shalat VII 12
ketentuan pemulasaraan
jama’ dan qashar sehingga
jenazah mencakup:
kewajiban shalatdijalankan pada
memandikan,
kondisi apapun dan dimanapun.
mengkafani,
menyalatkan dan Menganalisis ketentuan shalat VII 10
menguburkan janazah, dalam
7 keadaan tertentu sehingga
sehingga dapat kewajiban ibadah dijalankan
menjalankan fardlu secara istiqamah pada kondisi
Telaah Analisis Materi Fiqih
Telaah materi kelas VII
BAB I. BERSUCI
1. Bersuci secara bahasa memiki arti bersih dari segala kotoran. Menurut istilah
fikih, thaharah adalah bersih dari najis dan hadats.
2. Di tinjau dari kedudukannya dan hukum penggunaanya, air dibagi menjadi tiga
kategori,yaitu:
a) Air suci dan mensucikan
b) Air yang suci namun tidak mensucikan
c) Air yang terkena najis atau mutanajjis.
3. Sebagai pengganti air, batu dapat digunakan sebagai alat bersuci dengan syarat-
syarat berikut :
a) Menggunakan tiga buah batu
b) Batu yang digunakan dapat membersihkan
c) Najis belum mengering.
d) Najis belum berpindah
e) Najis tidak bercampur dengan benda lain.
f) Najis tidak meluber
g) Batu dalam keadaan tidak basah
h) Batu dalam keadaan suci.
4. Diperbolehkan menggunakan benda padat selain batu dengan syarat memiliki
kriteria:
a) Suci
b) Padat dan kering.
c) Mampu menyerap, menghilangkan, dan membersihkan.
d) Bukan benda yang dihormati dan sangat dibutuhkan.
BAB II NAJIS
1. Najis merupakan segala jenis kotoran yang menjijikkan dan harus disucikan
berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam fikih.

8
2. Najis dibagi menjadi tiga kategori,yaitu:
a) Najis ringan (mukhaffafah)
b) Najis yang berada di tengah-tengah (mutawassithah).
c) Najis yang berat (mughaladhah).
3. Dari ketiga kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua berdasarkan sifat-
sifatnya, yaitu:
a) Najis ‘Ainiyah
b) Najis Hukmiyah
4. Penyucian najis ‘ainiyah dan najis hukmiyah berbeda tata caranya, yaitu
terletak pada
proses menghilangkan sifat-sifatnya (warna, rasa, dan bau).
5. Istinja’ merupakan salah satu alternatif cara untuk menyelesaikan najis yang
salah satunya
menggunakan alat benda-benda padat.
6. Hadats merupakan najis yang terdapat pada beberapa anggota tubuh manusia
yang dapat
menghalangi sahnya shalat.
7. Dari ketiga kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua, yaitu:
a) Hadats kecil
b) Hadats besar
8. Hadats kecil di sebabkan oleh sesuatu yang keluar dari dalam tubuh manusia,
seperti air
kencing, berak, madzi, dan wadzi.
9. Hadats besar di sebabkan oleh keluarnya sperma karena mimpi maupun
persetubuhan,
persetubuhan meskipun tidak sampai keluar sperma, haidh, dan nifas.
10. Penyucian hadats kecil dilakukan melalui berwudhu dan tayamum.
11. Penyucian hadats besar dilakukan melalui mandi besar dan tayamum.
BAB III. SOLAT FARDHU
1. Shalat fardlu merupakan merupakan semua perkataan dan perbuatan tertentu

9
yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.
2. Shalat yang difardlukan sebanyak lima waktu sehari-semalam dengan
namanama shalatnya, yaitu:
a) Subuh
b) Dluhur.
c) Ashar.
d) Maghrib,
e) Isya’
3. Syarat wajib shalat fardlu adalah seperangkat ketentuan yang berakibat pada
munculnya kewajiban melaksanakan shalat.
4. Syarat sah shalat adalah ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi sebelum
shalat
dilaksanakan.
5. Tata cara pelaksanaan shalat mengandung pelaksanaan tiga aspek ketentuan,
yaitu:
a) Rukun shalat
b) Sunnah ab’adl.
c) Sunnah hai’ah.
6. Rukun shalat adalah seluruh ketentuan yang harus dipenuhi selama
pelaksanaan
shalat berlangsung.
Telaah materi kelas VIII
BAB I. SUJUD SAHWI
1. Secara bahasa, arti kata sahwi berasal dari kata “ ‫ “ًاْو َهْس ُو ْهَس ي َاَهس‬yang berarti lupa
atau lalai. Jadi sujud adalah sujud dua kali yang dilakukan karena seseorang
meninggalkan Sunnah ab`adh, kekurangan atau kelebihan jumlah rakaat, ataupun
karena ragu-ragu jumlah rakaat dalam shalat yang dikerjakan. Hukum
melaksanakan sujud sahwi adalah Sunnah.
2. Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan karena mendapat nikmat atau karena
terhindar dari bahaya atau musibah. Hukum melaksanakannya sunnah.

10
3. Syarat sujud syukur, antara lain: a) Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian
maupun tempat. b) Menghadap kiblat sebagaimana shalat, jika mengetahui arah
kiblat. c) Menutup aurat.
4. Rukun Sujud Syukur antara lain: a) Niat b) Takbiratul ihram c) Sujud, sambil
membaca doa d) Duduk sesudah sujud e) Salam f) Tertib
5. Sujud yang dilakukan ketika membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah dalam
alQur‟an. Sujud tilawah bisa dilaksanakan di dalam shalat atau di luar shalat.
6. Syarat sujud tilawah antara lain: 1) Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian
maupun tempat. 2) Menghadap kiblat sebagaimana shalat, jika mengetahui arah
kiblat. 3) Menutup aurat 4) setelah mendengar atau membaca ayat sajdah
7. Rukun sujud tilawah antara lain: a) Niat b) Takbiratul ihram c) Sujud sekali d)
Duduk sesudah sujud e) Salam f) Tertib.
BAB 2. KETENTUAN PUASA DAN I’TIKAF
1. Istilah i‟tikaf berasal dari Bahasa Arab dan merupakan bentuk masdar (infinitif)
dari:َ‫ َقَلْح ِع اَ ُيِقَلْح ع ًااَفِلْح ِع ا‬yang berarti tinggal, menetap, atau berdiam diri di suatu
tempat. Sedangkan menurut istilah, i‟tikaf berdiam diri di dalam masjid untuk
beribadah kepada Allah yang dilakukan oleh orang tertentu dengan tata cara
tertentu.
2. Jumhur ulama‟ berpendapat bahwa hukum asal melaksanakan i‟tikaf adalah
sunnah. Dan bisa berubah menjadi wajib jika seseorang bernadzar untuk
melaksanakannya.
3. Rukun i‟tikaf: 1). Niat 2) Berdiam diri di masjid, sekurang-kurangnya selama
tuma‟ninah shalat
4. Syarat I‟tikaf: 1) Islam 2) Baligh/mumayyiz 3) Berakal sehat 4) suci dari haid dan
nifas 5) suci dari hadas besar (janabah).
5. Hal-hal yang membatalkan i‟tikaf: 1) Hubungan suami istri (bersetubuh), 2)
Keluar sperma, 3) Gila, 4) Mabuk yang disengaja, 5) Murtad (keluar dari agama
Islam) 6) Haidh 7) Nifas, 8) Keluar masjid tanpa udzur, 9) Keluar untuk
memenuhi kewajiban
BAB 3. ZAKAT
1. Zakat menurut bahasa (lughat) memiliki beberapa makna antara lain: tumbuh,
suci, berkembang, Sedangkan menurut istilah, fikih zakat adalah sejumlah harta
yang diambil dari harta tertentu untuk diberikan kepada golongan tertentu.
2. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa menunaikan zakat hukumnya adalah
wajib bagi yang telah memenuhi syarat.
3. Golongan mustahiq zakat adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,
Sabilillah dan ibnus sabil Sedangkan yang tidak boleh menerima zakat adalah
orang kaya, keturunan Nabi Muhammad Saw. dan keturunanya, orang kafir (non
muslim), orang yang wajib dinafkahi oleh muzakki, dan budak.
4. Ada dua macam zakat: Pertama, zakat fitrah zakat fitrah adalah sejumlah harta
berupa bahan makanan pokok yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
menjelang hari raya Idul Fitri dengan tujuan membersihkan jiwa dengan syarat
dan rukun tertentu. Kedua zakat mal yaitu zakat yang dikenakan atas harta (maal)

11
yang dimiliki oleh seseorang atau lembaga dengan beberapa syarat dan ketentuan
yang berlaku dalam hukum Islam.
5. Macam-macam harta yang wajib dizakati antara lain: emas dan perak, harta
perdagangan (tijarah), hasil tanaman (buah-buahan dan biji-bijian), binatang
ternak (unta,sapi, kerbau, kambing), barang tambang dan barang temuan (harta
terpendam).
Telaah analisis kelas IX
BAB I PENYEMBELIHAN, AKIKAH,QURBAN
1. Penyembelihan adalah mematikan hewan dengan cara memotong saluran jalan
nafas dan jalan makan dengan tujuan agar hewan halal dimakan sesuai dengan
ketentuanketentuan syara’. Hewan yang mati tanpa disembelih atau disembelih
tetapi tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan syara’, seperti bangkai, hewan
yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah Swt. dan sebagainya, haram
dimakan.
2. Penyembelihan dapat dibedakan menjadi dua bentuk berdasarkan keadaan hewan
yang akan disembelih, yaitu penyembelihan atas hewan yang dapat disembelih
lehernya (maqdur alaih) dan penyembelihan yang tidak dapat disembelih lehernya
karena liar (ghairu maqdur ‘alaih).
3. Kurban berasal dari bahasa Arab Qoriba- Yaqrobu -Qurbanan yang berarti dekat,
sedangkan menurut istilah adalah menyembelih hewan ternak pada waktu tertentu
dengan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan tujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Hukum kurban adalah sunnah mu’akkad bagi setiap muslim
yang dewasa dan mampu melaksanakannnya.
4. Jenis hewan kurban adalah Bahiimatu al-An`aam, yaitu hewan yang diternakkan
untuk diperah susunya dan dikonsumsi dagingnya yakni unta, sapi, kerbau, domba
atau kambing. Sedangkan syarat hewan kurban adalah cukup umur dan tidak
cacat.
5. Akikah dalam bahasa Arab berarti rambut yang tumbuh di kepala anak yang baru
lahir (bayi), sedangkan menurut istilah adalah menyembelih hewan ternak
berkenaan dengan kelahiran anak. Adapun hukum akikah menurut Mazhab Syafi’i
adalah sunnah mu’akkad bagi orang tua yang baru melahirkan anaknya.
6. Jumhur ulama (mayoritas ulama) menyatakan bahwa hari kelahiran dihitung.
Maka pelaksanaan akikah adalah hari lahir minus satu hari).
7. Hal-hal yang disyariatkan ketika akikah antara lain: memberi nama anak dengan
nama yang baik, mencukur gundul rambut dan bersedekah perak seberat rambut
yang dipotong, mentahnik, dan mengolesi kepala si bayi dengan minyak wangi.
8. Hewan yang digunakan untuk akikah adalah domba atau kambing yang sudah
cukup umur. Untuk domba harus berumur 1 tahun atau lebih, sedangkan kambing
harus berumur 2 tahun atau lebih. Sedangkan syaratnya adalah cukup umur dan
tidak cacat.
9. Akikah disyariatkan berkaitan dengan kelahiran anak sedangkan kurban berkaitan
dengan hari raya Idul Adha yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Zuhijjah.
BAB II HUTANG PIUTANG

12
1. Hutang piutang disebut dengan “dain” (‫)دين‬. Istilah “dain” (‫ )دين‬ini juga sangat
terkait dengan istilah “qard” (‫ )قرض‬yang menurut bahasa artinya memutus.
Hutang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian
bahwa dia akan mengembalikan sesuatu yang diterimanya dalam jumlah yang
sama dan dalamjangka waktu yang disepakati.
2. Hukum hutang piutang bersifat fleksibel tergantung situasi dan kondisi, yaitu:
mubah, wajib dan haram.
3. Gadai dalam bahasa arab disebut “ar-rahn”, sedangkan menurut istilah gadai
adalah penyerahan suatu benda yang berharga dari seseorang kepada orang lain
untuk mendapatkan hutang.
4. Rukun gadai ada empat, yaitu: dua orang yang berakad (al-aqidan), barang yang
digadaikan (al-marhun), hutang (al-marhun bih) dan shighat ijab dan kabul.
5. Pihak pemberi utang tidak dibenarkan untuk memanfaatkan barang gadaian sebab
sebelum dan sesudah digadaikan, barang gadai adalah milik orang yang
berhutang,
6. Pemberi hutang dalam gadai hanya berhak untuk menahan barang tersebut,
sebagai jaminan atas uangnya yang dipinjam sebagai hutang oleh pemilik barang
7. Hiwalah secara bahasa artinya pindah. Menurut syara’ adalah memindahkan hak
dari tanggungan muhil dipindahkan kepada muhal alaih.
8. Rukun hiwalah ada lima, yakni muhil, muhal, muhal alaih, muhal bihi dan sighat
ijab kabul.
9. Ditinjau dari segi objek akad, hiwalah dibagi menjadi dua jenis yakni hiwalah
alhaq dan hiwalah ad-dain.
10. Ditinjau dari segi akad, hiwalah dibagi menjadi dua jenis yakni hiwalah
almuqayyadah dan hiwalah al-muthlaqa
BAB III PENGURUSAN JENAZAH DAN HARTA WARIS
1. Kewajiban kaum muslimin yang masih hidup terhadap jenazah ada dua jenis yaitu
kewajiban terhadap jenazah (memandikan, mengafani, menyalatkan dan
menguburkan) dan kewajiban yang berkaitan dengan harta jenazah.
2. Syarat jenazah wajib dimandikan adalah mayat itu orang Islam, anggota adannya
masih utuh atau sebagian, dan bukan mati syahid dalam peperangan fi sabillah.
Sedangkan jenazah yang tidak dapat dimandikan karena sesuatu hal misalnya
tenggelam, maka caranya cukup ditayamuni sebagaimana tayamum untuk shalat.
3. Ketentuan mengafani jenazah adalah tiga lapis untuk jenazah laki-laki dan lima
lapis untuk jenazah perempuan. Kain kafan disun ahkan berwarna putih.
4. Rukun shalat jenazah adalah niat, berdiri (bagi yang mampu), membaca takbir
empat kali, membaca al-Fatihah, membaca shalawat Nabi Saw.,membaca doa
untuk jenazah, dan membaca salam.
5. Larangan yang berhubungan dengan penguburan jenazah adalah menembok kubur
secara berlebihan, duduk dan bermain di atasnya dan mendirikan bangunan
rumah.
6. Ta’ziah adalah mengunjungi keluarga yang meninggal dan menghiburnya dengan
menganjurkan supaya mereka bersabar terhadap takdir Allah Swt.dan
mengharapkan pahala dari-Nya. Waktu ta’ziah, dimulai ketika terjadinya

13
kematian, baik sebelum maupun setelah mayit dikubur sehingga meringankan
kesedihan mereka.
7. Ziarah kubur bagi laki-laki hukumnya sunah atau dianjurkan, sedangkan bagi
wanita ziarah kubur hukumnya mubah atau diperbolehkan.
8. Ilmu waris adalah ilmu yang membahas tentang cara pembagian harta warisan
yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an dan sunnah. Ilmu waris disebut juga ilmu
faraid, jama’ dari kata faridah artinya “bagian tertentu.”
9. Bagian waris yang sudah di tentukan dalam al-Qur’an adalah 1/2, 1/3, 1/4, 1/6,
1/8 dan 2/3.
10. Dalam pembagian waris, bagian laki-laki lebih besar dibandingka

E. Penyajian Materi Fiqih


Metode pembelajaran yang digunakan merupakan metode-metode pembelajaran
yang sudah umum digunakan oleh guru di madrasah lainnya, seperti ceramah, tanya
jawab, demonstrasi, hafalan, praktik, simulasi, penugasan, dan lain-lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mata pelajaran Fiqih adalah salah satu pelajaran kelompok pendidikan agama yang
menjadi ciri khas Islam pada madrasah yang dikembangkan melalui suatu kegiatan
untuk menyiapkan siswa meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan

14
ajaran agama Islam. , fiqh berasal dari kata faqqaha yufaqqhihu fiqhan yang berarti
pemahaman. Pemahaman sebagaimana dimaksud di sini, adalah pemahaman tentang
agama Islam. Dengan demikian, fiqh menunjuk pada arti memahami agama Islam
secara utuh dan komprehensif. Kata fiqh yang secara bahasa berarti pemahaman.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
kami akan fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat di pertanggung jawabkan. Kritik dan
saran sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami berikutnya.

15

Anda mungkin juga menyukai