STATUS EPILEPTIKUS
Disusun Oleh:
Pembimbing:
2023 TANGERANG
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. RV
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 25 Oktober 1978
Usia : 44 tahun
Agama : Katolik
Tanggal Masuk RS : 21 September 2023
Tanggal Pemeriksaan : 22 September 2023
Nomor MR : RSUS 00-62-57-
XX
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal lantai 3 Rumah Sakit
Umum Siloam Karawaci.
3. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan utama kejang berulang sejak 2 hari SMRS.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat-obatan maupun makanan disangkal oleh pasien.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4M6V5
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 104x/menit
Laju nafas : 16x/menit
Suhu : 36.7°C
SpO2 : 98%
Status Generalis
Organ Deskripsi
Kepala Normosefali
Wajah Normofasies
Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal
Kuduk kaku : (-)
Kaku kuduk : (-)
Kernig : >135°/>135°
Laseque : >70°/>70°
Brudzinski 1 : (-)
Brudzinski 2 : (-)
Saraf Kranialis
CN I : Tidak dilakukan
CN II : Visus bedside ODS >3/6, lapang pandang
pasien sesuai
dengan lapang pandang pemeriksa.
CN III, IV, VI : Ptosis (-), pupil bulat isokor 2mm/2mm, RCL +/+
RCTL +/+, Nistagmus (-), pergerakan bola
mata bebas ke segala arah.
CN V
Motorik : Normotrofi, Normotonus, Membuka mulut
dan Menggerakan rahang (+)
Sensorik : Sensibilitas V1,V2,V3 normal terasa simetris
CN VII : Mengangkat alis (+), mengerutkan dahi (+),
menggembungkan pipi (+), menyeringai
(+)
CN VIII : Gesekan jari (+) terdengar simetris
Rinne, Weber, Schwabach (Tidak dilakukan)
CN IX, X : Arkus faring simetris, uvula intak, difoni (-),
disfagia (-)
CN XI : M. Sternocleidomastoid dan Trapezius simetris,
atrofi (-)
CN XII : Atrofi (-), deviasi (-), fasikulasi (-), tremor (-)
Pemeriksaan Fisik Motorik
Tonus
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas Normotonus Normotonus
Ekstremitas Bawah Normotonus Normotonus
Fasikulasi - -
Atrofi - -
Klonus - -
Kekuatan Motorik
Refleks
Refleks Fisiologis
● Biceps (+2/+2)
● Triceps (+2/+2)
● Patellar (+2/+2)
● Achilles (+2/+2)
Refleks Patologis
● Babinski (-/-)
● Chaddock (-/-)
● Oppenheim (-/-)
● Schaeffer (-/-)
● Gordon (-/-)
5. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (22/09/2023)
Radiologi
CT Head without Contrast (22/09/2023)
Temuan:
Perdarahan intrakranial : Tidak tampak
Midline Shift/efek massa : Tidak
tampak Parenkim cerebri : Normal
Corpus callosum : Normal
Basal ganglia : Normal
Thalamus : Normal
Kapsula interna : Normal
Midbrain : Normal
Pons : Normal
Medulla oblongata :
Normal Parenkim
cerebelli : Normal Ventrikel
: Normal
Sisterna, sulci : Normal
Falx, tentorium :
Normal
Kanalis akustikus internus : Normal
Sella : Normal
CV junction : Normal
Nasofaring : Normal
Orbita : Normal
Sinus paranasal : Penebalan mukosa sinus ethmoidalis bilateral, maksilaris kiri,
concha nasalis inferior bilateral menebal
Tulang : Deviasi septum nasi ke kanan
Kesan:
Tidak tampak infark/perdarahan/SOL intrakranial
Penebalan mukosa sinus ethmoidalis bilateral, maksilaris kiri, concha nasalis inferior
bilateral menebal
Rhinitis chronic
Deviasi septum nasi ke kanan
Thorax PA (22/09/2023)
Temuan:
Paru: Corakan bronkovaskular prominent pada perihiler bilateral
Mediastinum: Normal
Trakea dan Bronkus:
Normal Hilus: Prominent
Pleura: Normal
Diafragma: Normal
Jantung: CTR:
59% Aorta:
Elongasio
Vertebra Thorakal dan Tulang-tulang lainnya: Levoscoliosis
thoracalis Jaringan lunak: Normal
Abdomen yang tervisualisasi: Normal
Leher yang tervisualisasi: Normal
Kesan :
Suspek awal bendungan paru
Kardiomegali dengan elongasi aorta
6. Resume
Pasien laki-laki berusia 44 tahun datang dengan keluhan kejang berulang sejak
2 hari SMRS. Keluhan ini terjadi kurang lebih 10 kali dalam sehari dengan jarak antar
kejang selama 15 detik. Kejang bersifat kaku kelojotan seluruh tubuh selama kurang
lebih 10 detik dengan mata mendelik keatas. Pasien tidak sadar setelah kejang dan
harus dipanggil atau dibangunkan agar sadar kembali. Pasien tidak ingat akan
kejadian saat kejang terjadi. Pasien juga tidak merasakan adanya keluhan sebelum
kejang terjadi seperti melihat cahaya, mencium bau tertentu atau nyeri kepala. Pasien
mengaku keluhan timbul sejak pasien mengganti obat rutin dari Karbamazepin
2x400mg menjadi Levetiracetam 1x500mg 7 hari SMRS. Ketika sampai di IGD
terjadi kejang sebanyak 6x dengan keluhan serupa. Penurunan kesadaran dan
kelemahan anggota gerak secara tiba-tiba disangkal. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya defisit neurologis. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya
hiponatremia (132 mmol/L) dan hipokalemia(3.5 mmol/L). Pada hasil CT Scan
Kepala Non-Kontras ditemukan adanya penebalan mukosa sinus ethmoidalis bilateral,
maksilaris kiri, concha nasalis inferior bilateral menebal dan deviasi septum nasi ke
kanan. Pada hasil radiologi thorax ditemukan adanya kesan kardiomegali dengan
elongasi aorta.
7. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Generalized tonic clonic seizure
Diagnosis Topis : Cortex cerebri
Diagnosis Etiologis : Idiopatik
Diagnosis Patologis : Ketidakseimbangan gaba dan glutamat
Diagnosis Kerja :
- Status epileptikus
- Hiponatremia
- Hipokalemia
Diagnosis Banding
- Epilepsi
- Provoked seizure ec metabolik
8. Tatalaksana
Medikamentosa :
- Diazepam 10 mg supp
- Diazepam 5mg IV
- Levetiracetam 3x500mg PO
- Asam Folat 2x5mg PO
- Clobazam 2x10mg PO
- Carbamazepin 2x20mg PO
- Phenytoin 3x1 ampul IV
Non medikamentosa :
- NS 500ml/24 jam
- Observasi TTV
9. Prognosis
- Ad vitam : Bonam
- Ad functionam : Dubia ad bonam
- Ad Sanationam : Dubia ad bonam
10. Follow-Up
Tanggal Follow-Up
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit
sedang Kesadaran: Compos Mentis
Tekanan Darah: 126/78
mmHg Nadi: 96x/menit
Laju Napas: 20x/menit
Suhu: 36.3
SpO2: 99%
Status Generalis
Kulit: Pucat (-), sianosis (-)
Kepala: Normosefali, normofasies
Mata: CA (+/+), SI (-/-), cekung (-)
Telinga: Sekret (-/-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Paru: Bentuk dada normal, pengembangan dada simetris statis
dan dinamis, VBS (+/+), rhonci (-/-), wheezing (-/-), perkusi
sonor di seluruh lapang paru
Jantung: S1S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, supel, BU (+), nyeri tekan (-),
shifting dullness (-), turgor normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
Status Neurologis :
- Status neurologis dalam batas normal
A:
● Status Epileptikus
● Hiponatremia
● Hipokalemia
P:
Medikamentosa
● Levetiracetam 3x500mg PO
● Asam Folat 2x5mg PO
● Clobazam 2x10mg PO
● Carbamazepin 2x20mg PO
● Phenytoin 3x1 ampul IV
Non-Medikamentosa
● NS 500ml/24 jam
● Observasi TTV
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis (E4M6V5)
Tekanan Darah: 115/87 mmHg
Nadi: 93x/menit
Laju Napas: 18x/menit
Suhu: 36.8
SpO2: 98% on RA
Status Generalis
Kulit: Pucat (-), sianosis (-)
Kepala: Normosefali, normofasies
Mata: CA (-/-), SI (-/-), cekung (-)
Telinga: Sekret (-/-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Paru: Bentuk dada normal, pengembangan dada simetris statis
dan dinamis, VBS (+/+), rhonci (-/-), wheezing (-/-), perkusi
sonor di seluruh lapang paru
Jantung: S1S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, supel, BU (+), nyeri tekan (-),
shifting dullness (-), turgor normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
Status Neurologis:
- Status neurologis dalam batas normal.
A:
● Status Epileptikus
● Hiponatremia
● Hipokalemia
P:
Medikamentosa
● Levetiracetam 3x500mg PO
● Asam Folat 2x5mg PO
● Clobazam 2x10mg PO
● Carbamazepin 2x20mg PO
● Phenytoin 3x1 ampul IV
Non-Medikamentosa
● NS 500ml/24 jam
● Observasi TTV
(25/09/2023) S:
Pasien sudah tidak kejang pagi ini.
O:
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Mentis (E4M6V5)
Tekanan Darah: 120/70 mmHg
Nadi: 80x/menit
Laju Napas: 18x/menit
Suhu: 36.7C
SpO2: 98% on RA
Status Generalis
Kulit: Pucat (-), sianosis (-)
Kepala: Normosefali, normofasies
Mata: CA (-/-), SI (-/-), cekung (-)
Telinga: Sekret (-/-)
Hidung: Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Paru: Bentuk dada normal, pengembangan dada simetris statis
dan dinamis, VBS (+/+), rhonci (-/-), wheezing (-/-), perkusi
sonor di seluruh lapang paru
Jantung: S1S2 reguler, mumur (-), gallop (-)
Abdomen: Datar, supel, BU (+), nyeri tekan (-),
shifting dullness (-), turgor normal
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
Status Neurologis :
- Status neurologis dalam batas normal
A:
- Status Epileptikus
- Hiponatremia
- Hipokalemia
P:
Medikamentosa
● Levetiracetam 3x500mg PO
● Asam Folat 2x5mg PO
● Clobazam 2x10mg PO
● Carbamazepin 2x20mg PO
● Phenytoin 3x1 ampul IV
Non-Medikamentosa
● NS 500ml/24 jam
● Observasi TTV
● Acc rawat jalan
BAB III
ANALISA
KASUS
Pasien laki-laki berusia 44 tahun datang dengan keluhan kejang berulang sejak
2 hari SMRS. Keluhan ini terjadi kurang lebih 10 kali dalam sehari dengan jarak antar
kejang selama 15 detik. Kejang bersifat kaku kelojotan seluruh tubuh selama kurang
lebih 10 detik dengan mata mendelik keatas. Pasien tidak sadar setelah kejang dan
harus dipanggil atau dibangunkan agar sadar kembali. Pasien tidak ingat akan
kejadian saat kejang terjadi. Pasien juga tidak merasakan adanya keluhan sebelum
kejang terjadi seperti melihat cahaya, mencium bau tertentu atau nyeri kepala. Pasien
mengaku keluhan timbul sejak pasien mengganti obat rutin dari Karbamazepin
2x400mg menjadi Levetiracetam 1x500mg 7 hari SMRS. Ketika sampai di IGD
terjadi kejang sebanyak 6x dengan keluhan serupa. Penurunan kesadaran dan
kelemahan anggota gerak secara tiba-tiba disangkal. Pada pemeriksaan fisik tidak
ditemukan adanya defisit neurologis. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya
hiponatremia (132 mmol/L) dan hipokalemia (3.5 mmol/L). Pada hasil CT Scan
Kepala Non-Kontras ditemukan adanya penebalan mukosa sinus ethmoidalis bilateral,
maksilaris kiri, concha nasalis inferior bilateral menebal dan deviasi septum nasi ke
kanan. Pada hasil radiologi thorax ditemukan adanya kesan kardiomegali dengan
elongasi aorta.
Dari anamnesis yang sudah dilakukan diagnosa yang dapat dipikirkan adalah
status epileptikus. Hal ini dikarenakan terdapat keluhan pasien yang sesuai dengan
definisi status epileptikus yaitu yang menurut The Neurocritical Society tahun
2012, status epileptikus didefinisikan kejang yang terjadi selama 5 menit atau kejang
berulang tanpa pemulihan kesadaran diantara kejang. Lalu, kejang dapat diklasifikasi
kembali berdasarkan manifestasi awal kejang, onset fokal atau general. Namun bila
tidak diketahui atau kurang jelas maka dapat dikategorikan sebagai unknown
onset. Setelah itu kejang dilihat dari kesadaran dan gejala motorik dan non-motorik.
Untuk pasien ini, pasien mengalami manifestasi klinis generalized onset tonic clonic
seizure. Diagnosis banding yang dapat dipikirkan adalah epilepsi, kejang. Hal ini
dipikirkan karena pasien mengalami kejang yang berulang sejak 2 hari SMRS
dengan frekuensi sebanyak kurang lebih 10 kali dalam sehari. Namun, diagnosis
ini dapat disingkirkan karena pasien harus dipanggil atau dibangunkan oleh
keluarga pasien
agar sadar kembali diantara kejang. Diagnosis banding lain yang dapat dipikirkan
adalah provoked seizure ec metabolik yang dipikirkan karena hasil yang didapatkan
dari laboratorium natrium dengan 132 mmol/L. Diagnosa ini dapat disingkirkan
karena tidak terdapat keluhan mual, muntah atau disorientasi.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini adalah Diazepam 10 mg supp dan
sudah sesuai. Pemberian Obat Anti Epilepsi (OAE) dapat diberikan pada pasien
sesuai dengan algoritma status epileptikus. Ketika pasien sampai di IGD, terjadi
kejang dengan keluhan serupa, pasien diberikan diazepam suppositoria 10 mg dan
kejang berhenti. Namun, jika kejang masih berlanjut dalam 10 menit, dapat diberikan
Diazepam IV 0,2-0,5 mg/kgBB IV, maksimal 10 mg, dengan kecepatan maksimal 2
mg/menit, ATAU midazolam 0,2 mg/kgBB IM/buccal, maksimal 10 mg. Bila kejang
masih berlanjut dalam 5-10 menit dapat diberikan Fenitoin 20 mg/kgBB IV yang
diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit dengan kecepatan 2
mg/kgBB/menit dalam dosis maksimal 1000 mg ATAU Fenobarbital 20 mg/kgBB IV
dengan kecepatan 10-20 mg/menit dalam dosis maksimal 1000mg. Dengan catatan
dosis masing-masing tersebut dapat ditambahkan Fenitoin/Fenobarbital 5-10 mg/kg.
Setelah observasi dalam 5-10 menit dan bila kejang masih berlanjut, berikan kembali
obat yang berbeda dari sebelumnya, Fenobarbital 20 mg/kgBB IV dengan kecepatan
10-20 mg/menit dalam dosis maksimal 1000 mg ATAU Fenitoin 20 mg/kg IV yang
diencerkan dalam 50 ml NaCl 0,9% selama 20 menit dengan kecepatan 2
mg/kgBB/menit dalam dosis maksimal 1000 mg. Bila setelah observasi dan sudah
lebih dari 60 menit setelah onset kejang maka sudah tergolong refrakter status
epileptikus dan dapat dirujuk ke bangsal ICU.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacz A, Cross JH, Elger CE, et al.
ILAE Official Report: A practical clinical definition of epilepsy. Epilepsia
2014;55:475–82. https://doi.org/10.1111/epi.12550.
2. Fisher RS, Cross JH, French JA, Higurashi N, Hirsch E, Jansen FE, et al.
Operational classification of seizure types by the International League Against
Epilepsy: Position Paper of the ILAE Commission for Classification and
Terminology. Epilepsia 2017;58:522–30. https://doi.org/10.1111/epi.13670.
3. PERDOSSI (2019). Pedoman Tatalaksana Epilepsi: kelompok studi Epilepsi
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 6th ed.
Kusumastuti K, Gunadharma S, Kustiowati E, Airlangga University Press.
2019.93-96