Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ihsan Rasyid

Nim : 20101010099
Kelas : Bahasa dan Sastra Arab D
Mata Kuliah : Fiqh dan Ushul Fiqh

1.
 Ibarat al-Nash ialah petunjuk lafal yang didasarkan pada susunan kalimatnya sendiri
secara langsung dan ia dapat diketahui dengan mudah dan jelas yang tercakup di
dalamnya
.
Isyârat al-nash itu sesungguhnya adalah petunjuk lafal atas sesuatu yang bukan
dimaksudkan untuk arti menurut asalnya.

Dalalah al-Nash adalah penunjuk lafal nash atau suatu ketentuan hukum juga berlaku
sama atas sesuatu yang tidak disebutkan karena terdapatnya persamaan ‘illat antara
keduanya.

Iqtida’ al-Nash adalah penunjuk lafal nash kepada sesuatu yang tidak disebutkan dan
penunjuk ini akan dapat dipahami jika yang tidak disebutkan itu harus diberi
tambahan lafal sebagai penjelasannya
 Ibarah :
ayat ini dapat di artikan orang orang benar adalah orang orang fakir yang berhijrah
dari kampung halamannya dan meninggalkan harta benda untuk mencari karunia dari
Allah
Isyarat :
Orang orang fakir yang berhijrah mencari keriodoan Allah dan rosulny dan dimaksut
yaitu mencari keberkahan atau kebenaran agama.
1.
 Dari ayat ini dapat di pahami bahwasanya Allah tidak melarang kita untuk memakan
apapun kecuali makanan seperti hewan yang mati ( Bangkai ), darah, babi, atau hewan
yang di sembelih bukann atas nama Allah dan makanan tersebut boleh di makan
dalam keadaan darurat atau membutuhkan seperti halnya tersesat di gunung dan
hanya menemukan daging babi dsb
 Mahfum mukhalafahnya ialah tidak boleh memakan makanan yang di haramkan
seperti yang di jelaskan ayat tersebut kecuali dalam keadaan darurat, dalam hukum di
perbolehkan apabila dalam keadaan darurat atau membutuhkan
2. Mungkin, karena pertama adalah perbuatan yang berupa tabiat kemanusiaan (al-af’al
al-jibilliyyah) atau kebiasaan manusia (al-‘adat al-insaniyyah), seperti cara berdiri,
duduk, makan, minum, tidur, dan berjalan.
Perbuatan ini hukumnya mubah, dan kita tidak diwajibkan untuk mengikutinya,
kecuali jika ada dalil yang mensyariatkannya.

Kedua, perbuatan yang dikhususkan bagi Nabi shallahu ‘alaihi wasallam


Perbuatan itu seperti bolehnya menyambung puasa (wishal), wajibnya salat Dhuha,
Witir, dan Tahajjud, bolehnya menikah dengan lebih dari empat perempuan, dan
sebagainya.

Ketiga, perbuatan yang tidak termasuk dalam kedua kategori di atas, tetapi bertujuan
untuk menyampaikan syariat Islam.

Perbuatan ini hukumnya ada dua, yaitu: Pertama, jika perbuatan ini memperjelas
keglobalan ayat Al-Qur’an, membatasi kemutlakannya, atau mengkhususkan
keumumannya, maka hukumnya mengikuti hukum yang terdapat dalam ayat tersebut.

3.
 ،‫ أيأتي أحدنا شهوته‬،‫ يا رسول هللا‬:‫ قالوا‬،)‫ (وفي بضع أحدكم صدقة‬:‫ قال‬- ‫ ﷺ‬- ‫ أن النبي‬- - - ‫عن أبي ذر‬
‫ أكان عليه فيها وزر؟ فكذلك إذا وضعها في الحالل كان له‬،‫ (أرأيتم لو وضعها في حرام‬:‫ويكون له فيها أجر؟ قال‬
‫فيها أجر‬
 Tentang membicarakan tentang kemauan yang di inginkan dan Nabi SAW bersabda
apabila keinginanny di berikan kepada keburukan sudah pasti mendapatkan dosa dan
maka juga sebaliknya apabila keinginan di berikan kepada kebaikan sudah pasti dia
mendapatkan ganjaran atau pahala

4. Dalam firman Allah pada Qs Ali Imran 97 termasuk musytarak khash, dalam ayat ini
Allah berfirman bahwasannya kewajiban setiap manusia adalaj melaksanakan ibadah
haji ke baitullah akan tetapi dalam hukum menjelaskan yaitu bagi orang orang yang
mampu mengadakan perjalanan ke sana.

Anda mungkin juga menyukai