Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH : PRAKTIK KEPERAWATAN KRONIS


TA 2022 – 2023

“Makalah Script dan Instrumen Roleplay Penerapan Elemen CCM pada


Pasien Rheumatoid Arthritis”

Oleh :

Sandrina Nurul Khofifah 215070207111008


Maulidinia Putri 215070207111012
Retno Wulandari 215070207111013
Vhaneessa Putri Sofiyatul A 215070207111015
Kina Putri 215070207111017
Muhammad Rifqi 215070207111018
Mutiah Putri Purnama 215070207111019
Talitha Syahda Nabilah Amru 215070207111020

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
A. Kasus
Pasien perempuan, 55 tahun dengan keluhan nyeri sendi inflamasi
di sendi bahu, kedua tangan, kedua kaki yang mengganggu aktivitas.
Anggota keluarga tidak ada yang mengalami sakit sendi dengan gejala
yang sama. Pada pemeriksaan fisik secara umum kondisi stabil.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan LED 109 mm/jam,
rheumatoid factor positif, HbsAg rapid non reaktif. Pemeriksaan HbsAg
pada pasien dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko pemberian terapi
imunosupresan yang akan diberikan. Hasil foto thorax menunjukkan tidak
ditemukan adanya TBC sehingga pasien dapat diberikan imunosupresan.
Hasil foto manus tampak penyempitan sela sendi distal
interphalangeal digiti 1 manus bilateral ec artritis. Hasil foto pedis tampak
penyempitan sela sendi interphalangeal digiti V pedis bilateral ec artritis.
Hasil foto sendi bahu/ shoulder joint tampak bayangan opak proksimal
humerus dextra.
Pasien ini di diagnosis dengan rheumatoid arthritis. Skor derajat
keparahan penyakit pada pasien saat diagnosis adalah 7 dengan rincian
keterlibatan sendi 3, serologi 2, reaktan fase akut 1, dan durasi dari gejala
1, sehingga pasien memenuhi kriteria definitif RA.
Penatalaksanaan farmakologis yang diberikan adalah
methylprednisolone 3x8 mg, CaCo3 3x500 mg, vitamin D3 1 x 400 IU,
methotrexate 1x7,5 mg.
B. Penerapan Delivery System Design pada Pasien Rheumatoid Arthritis
a. Teamwork
Tim pelayanan kesehatan mendistribusikan tugas dan
tanggung jawab yang harus dilakukan untuk membantu pasien
Rheumatoid Arthritis dalam mempertahankan kesehatannya di luar
rumah sakit.
- Perawatan berbasis tim bisa dilakukan dengan berbagai disiplin
ilmu baik dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga asuransi dimana
dalam pengelolaanya, masing-masing profesi akan bertugas
sesuai dengan kompetensinya masing-masing.
- Menentukan serta membagi tugas, peran dan kewajiban antar
anggota kelompok. Berikan pelatihan kepada para tenaga
kesehatan supaya tercipta pelayanan kesehatan yang baik
- Menggunakan prinsip interdisiplin (bukan lagi multidisiplin)
dan patient centered care.
Contoh : Dokter Reumatologi, DPJP, perawat, ilmu gizi dan
farmasi bekerja sama dalam kesembuhan pasien, tanpa harus
menunggu instruksi dari satu sama lain sesuai dengan tupoksi
dan kewenangannya sendiri. Perawat yang melakukan treatment
terapi senam reumatik ilmu gizi yang memberikan pertimbangan
makanan untuk penderita Rheumatoid Arthritis, dokter
Reumatologi dan dpjp yang memberikan obat untuk pasien
Rheumatoid Arthritis, dan farmasi yang menyediakan obat
Rheumatoid Arthritis. Semua saling bekerja sama tanpa
menunggu instruksi satu sama lain guna kesehatan pasien karena
berfokus pada pasien (patient centered care).
- Menyusun tim dan SOP pelayanan pasien dan tata kelola yang
baik, sehingga pendekatan dalam mengelola pasien efektif dan
efisien
- Pengaturan yang baik dalam sistem pengiriman perawatan
kesehatan dapat meningkatkan aksesibilitas pasien pada
pelayanan kesehatan, terutama bagi pasien asma yang
memerlukan perawatan jangka panjang.
- Perawat dalam tim work bisa menjadi case manager
b. Planned interventions/Planned visit
Kunjungan terencana dengan tujuan supaya pasien dengan
penyakit Rheumatoid Arthritis dapat mengatasi situasi dalam
manajemen penyakitnya. Terdapat Patient Interaction Guideline
- Tim proaktif menghubungi pasien untuk mengunjungi pasien
selama 20-40 menit untuk menyelesaikan masalah yang
berbeda dengan penanganan akut di pelayanan kesehatan
- Interaksi reguler dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung
- Melakukan kunjungan dan pemberian layanan sesuai dengan
keluhan yang dialami pasien Rheumatoid Arthritis saat
kunjungan sebelumnya, serta mereview perkembangan pasien
Rheumatoid Arthritis sehingga pasien dapat melakukan
perawatan/tindakan secara mandiri. Misalnya kepatuhan
minum obat
- Mendapat dukungan dari pemimpin senior untuk membuat
kunjungan terencana pada pasien Rheumatoid Arthritis
- Rencana kunjungan tersebut disusun dengan menggunakan
catatan rekam medis pasien, kemudian membuat jadwal
kunjungan terencana, pelatihan staf untuk pendekatan
kunjungan pasien, menyusun tim kunjungan, dan menggunakan
pendekatan kelompok sekitar 8-20 pasien untuk memberikan
pelayanan yang efektif pada pasien Rheumatoid Arthritis
- Interaksi pasien dengan tenaga kesehatan yang terencana,
terjadwal serta praktik dilandaskan pada EBP. Kebutuhan
tindak lanjut tim perawatan kepada pasien sangat penting untuk
memonitor keadaan pasien.
- Memberikan edukasi terkait penyakit Rheumatoid Arthritis
agar pasien dapat mengetahui proses terjadinya penyakitnya
dan mendapatkan informasi terkait resiko apa saja yang dapat
memicu kekambuhan Rheumatoid Arthritis dan mencegah
komplikasi. Pemberian edukasi untuk pertemuan selanjutnya
disesuaikan dengan hasil pengkajian yang dilakukan oleh
perawat dan hasil evaluasi dari pertemuan sebelumnya. Edukasi
dapat dilakukan tidak hanya berfokus pada pasien saja tetapi
juga pada keluarga karena lingkungan sekitar pasien sangat
memberi pengaruh terhadap status kesehatan pasien. Edukasi
lainnya yang dapat diberikan adalah kepatuhan pasien
mengkonsumsi obat yang sudah diresepkan oleh dokter.
Perawat sebagai edukator dapat memfasilitasi pasien untuk
membuat jadwal harian sebagai tracking kepatuhan minum
obat.
- Tim pelayanan kesehatan dapat melakukan kunjungan
terencana untuk memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pasien.

c. Follow up care
- Perawat mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut pasien
Rheumatoid Arthritis
- Melakukan perawatan tindak lanjut dengan menggunakan
telepon, email atau kunjungan rumah. Tanyakan pada pasien
terkait metode dan waktu kunjungan untuk pemeriksaan
lanjutan.
- Karena tidak mungkin perawat dan nakes datang ke rumah
pasien tiap hari tiap waktu dan sementara itu pengobatan dari
pasien harus jalan untuk kesembuhan dan derajat kesehatan dari
klien maka dibutuhkan follow up care aktif dari nakes dan bisa
melalui telepon atau kunjungan rumah
Contoh: Perawat/ nakes bisa menjadwalkan telpon/ vc rutin
setiap minggu yang terjadwal rutin, dan menanyakan tingkat
kepatuhan obat dari pasien Rheumatoid Arthritis dan juga
treatment lainnya yang diberikan dari nakes/ perawat, kemudian
melakukan evaluasi atas pengobatan dan treatment pada pasien
tersebut.
- Pada setiap interaksi mengidentifikasi keadaan fisik klien
dengan melakukan pemeriksaan fisik
- Perawat melakukan follow up dengan mengevaluasi kepatuhan
minum obat klien
- Perawat melakukan follow up terkait kondisi lingkungan klien
untuk mengurangi faktor lingkungan yang menyebabkan
kekambuhan Rheumatoid Arthritis
d. Case manager
- Sebagai case manager yang perlu dilakukan yaitu mengkaji pasien
yang memerlukan dukungan berkelanjutan dan berkoordinasi
dengan profesi kesehatan supaya asuhan yang diberikan dapat
berjalan berkesinambungan dan berkualitas.
- Memberikan pelayanan manajemen kasus/ coordinator pelayanan
pada pasien dengan penyakit Rheumatoid Arthritis dengan
memperhatikan elemen kunci yaitu identifikasi pasien berisiko
tinggi, pengkajian kasus, rencana perawatan individu, dan
mengembangkan/ implementasi dari luaran
- Perawat melakukan komunikasi untuk membangun rasa percaya
dengan pasien dan keluarga. Setelah tercipta hubungan saling
percaya selanjutnya kaji masalah pasien dalam perawatan atau
dengan membantu mengurus bpjs atau asuransi kesehatan.
- Perawat memberikan edukasi mengenai penyakit Rheumatoid
Arthritis dan edukasi bagaimana cara penyembuhannya termasuk
apa saja yang perlu dilakukan untuk meminimalisir resiko kambuh
pada pasien Rheumatoid Arthritis
e. Culturally sensitive care
- Tenaga kesehatan harus memahami nilai, keyakinan, dan praktik
budaya pasien dalam pengobatan Rheumatoid Arthritis. Dalam
beberapa budaya, pengobatan alami atau tradisional dapat dianggap
sebagai pengobatan yang lebih efektif. Misalnya, ada pasien yang
menggunakan rebusan air kunyit dan lada hitam sebagai
pengobatan Rheumatoid Arthritis
Contoh: Di masyarakat penderita Rheumatoid Arthritis
memperingan gejala dengan kompres jahe hangat untuk
menurunkan skala nyeri, sebagai perawat mengajarkan kompres
jahe hangat untuk mengoptimalkan efek terapi.
C. Script Delivery system design pada pasien Rheumatoid Arthritis
Dokter : “Assalamualaikum. Selamat pagi ners. Saya Dokter Sandrina
ingin menyampaikan terkait dengan pasien Ny. Tania dengan diagnosis
Rheumatoid Arthritis. Setelah dilakukan tindakan dan pengobatan, kondisi Ny.
Tania sudah lebih baik dan Ny. Tania sudah boleh pulang, saya meresepkan obat
untuk terapi metilprednisolon tunggal dan/atau kombinasi dengan metotreksat
atau Disease-modifying Antirheumatic Drugs (DMARDs). Dan sebelumnya
diobati secara tradisional. Beliau dan keluarganya belum mengetahui caranya dan
belum memahami tentang penyakit tersebut. ”
Perawat: “Bagaimana jika sebelum pulang nanti, pasien dan keluarganya
diberikan edukasi mengenai penyakitnya Dok? Karena berdasarkan hasil
pengkajian, pasien memang tidak tahu tentang penyakit rheumatoid Arthritis ini.
Edukasi yang diberikan terutama bagaimana cara mencegah terjadinya
komplikasi. ”
Dokter: “Iya boleh ners. Mengingat pengetahuan Ny Tania tentang penyakitnya
masih sangat kurang memang perlu upaya perawatan yang benar agar tidak terjadi
komplikasi”
Perawat: “Baik Dok. Apakah ada jadwal khusus Dok untuk pertemuan dengan
pasien untuk dilakukan edukasi terkait penyakitnya Dok?”
Dokter: “Mungkin bisa besok saja ners, karena kondisi Ny. Tania sudah
membaik. Lalu untuk asuransi pasien bagaimana?”
Asuransi: “Rencana nanti akan saya jelaskan mengenai asuransi yang bisa
digunakan pasien supaya pasien tidak mengeluarkan biaya yang banyak untuk
perawatan selama di rumah sakit.”
Dokter: “Oke baik. Lalu untuk kebutuhan nutrisi pasien bagaimana?”
Ahli diet: “Iya Dok, sudah saya siapkan untuk menu makanan yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien. Saya juga akan sampaikan informasi kepada pasien
dan keluarga terkait tata pelaksanaan gizi dan nutrisi yang yang berkaitan dengan
penyakit pasien.”
Dokter: “Oke baik.”
Farmasi: “Untuk pengobatan rawat jalan bagaimana Dok?”
Dokter: “Pengobatan untuk Ny. Tania bisa diberikan obat metilprednisolon
tunggal dan/atau kombinasi dengan metotreksat atau Disease-modifying
Antirheumatic Drugs (DMARDs)..”
Farmasi: “Baik Dok.”
Dokter: “Untuk selanjutnya, bisa dilakukan edukasi mengenai penyakit pasien
dan penjelasan tentang perencanaan pulang pasien yang akan dilakukan oleh
perawat.”

Discharge planning (rencana pemulangan pasien)

Perawat : “Assalamualaikum Ibu, selamat pagi.”


Pasien : “Waalaikumsalam, selamat pagi Mbak.”
Perawat : “Ibu, masih ingat dengan saya yang kemarin mengadakan pertemuan
dengan Ibu hari ini?”
Pasien : “Oh iya,.mbak ..... ya. Ingat saya.”
Perawat : “Wah betul sekali, ternyata Ibu masih ingat. Ibu B, bagaimana
kabarnya hari ini, apakah sudah lebih baik kondisinya?”
Pasien : “Alhamdulillah sudah lebih baik Mbak.”
Perawat : “Alhamdulillah. Jadi bu, saat ini saya akan menyampaikan kabar baik
kepada Ibu. Mulai hari ini Ibu B direncanakan sudah dapat kembali ke rumah.”
Pasien : “Alhamdulillah. Saya pengen cepet-cepet pulang Mbak.”
Perawat : “Lalu, bagaimana kondisi Ibu saat ini. Apakah Ibu sudah merasa yakin,
kondisi Ibu sudah lebih baik?”
Pasien : “Oh ya sudah Mbak. Dari kemarin sebenarnya juga sudah agak
mendingan, tapi kata Dokter saya belum boleh pulang soalnya menunggu kondisi
saya harus benar-benar maksimal.”
Perawat : “Iya Ibu betul sekali apa yang dikatakan Dokter. Kita di sini
bertanggung jawab terhadap kondisi Ibu. Sebelum rencana memulangkan Ibu,
maka harus dipastikan kalau kondisi Ibu sudah benar-benar membaik. Oleh karena
itu, saya di sini akan menyampaikan informasi terkait rencana pemulangan Ibu.
Untuk waktunya sekitar 15-20 menit, apakah dari Ibu bersedia?”
Pasien : “Bersedia Mbak, silahkan.”

Perawat : “Baik Ibu. Saya akan memberikan sedikit informasi kepada Ibu dan
keluarga mengenai cara perawatan Ibu B dirumah nanti setelah Ibu pulang dari
rumah sakit. Sebelumnya apakah Ibu sudah mengetahui mengenai penyakit yang
Ibu alami?
Pasien : “sepertinya saya ini kena penyakit karena sering mandi malam Mbak”
Perawat : “jadi gini Ibu, penyakit Ibu ini adalah Rheumatoid Arthritis (Asam
Urat) yang mana kadar autoimun Ibu melebihi batas normal.”
Pasien : “Oh begitu ya Mbak. Saya memang suka makan jeroan”
Perawat : “Iya Ibu. Mulai sekarang Ibu harus mengurangi makan jeroannya ya,
karena makan jeroan berlebihan akan menyebabkan kadar autoimun dalam ibu
tinggi
Pasien : “Oh begitu ya Mbak? Saya kira saya seperti ini karena saya keseringan
mandi malam. Bagaimana Mbak cara mengurangi nyeri ini Mbak? ”
Perawat : “Untuk cara mengurangi nyerinya adalah ibu harus rutin minum obat
yang telah diresepkan dokter dan ibu juga bisa melakukan cara teknik mengurangi
nyeri dengan teknik non farmakologi, ”
Pasien : “maksud dari teknik non farmakologi itu gimana mbak?.”
Perawat : “jadi ibu, kompres hangat jahe merupakan salah satu teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri pada sendi akibat penyakit rheumatoid
arthritis. Caranya adalah menggunakan waslap/handuk kecil lembab dan hangat
yang diletakkan pada area sendi lansia yang terasa nyeri, ini dapat
memvasodilatasi pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar,
mengurangi kaku dan mengurangi nyeri sendi ibu”
Pasien : “oh gitu ya mbak”
Perawat : “iya Ibu, apakah Ibu dan keluarga sudah paham?”
Pasien : “Paham Mbak.”
Perawat : “Apakah Ibu ada yang dibingungkan atau ada yang kurang dipahami
Ibu?”
Pasien : “Nggak ada Mbak.”
Perawat : “Kalau begitu boleh Mbak (keluarga pasien) ulangi bagaimana
langkah-langkah untuk mengurangi nyeri sendi dengan teknik non farmakologi
ibu?”
Keluarga Pasien : “menggunakan waslap/handuk kecil lembab dan hangat yang
diletakkan pada area sendi yang terasa nyeri supaya dapat memvasodilatasi
pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar, mengurangi kaku dan
mengurangi nyeri sendi.”
Perawat : “Wahh benar sekali, sudah paham berarti ya?”
Keluarga Pasien : “Iya, makasih Mbak.”
Perawat : “Nah ini saya berikan leaflet kepada Ibu, isinya kurang lebih sama
dengan apa yang saya jelaskan tadi, dan saya harap ini bisa bermanfaat ya bu,
semoga lekas sembuh Ibu.”
Pasien : “Aamiin, makasih Mbak.”
Perawat : “Iya sama-sama Ibu. Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita
berbincang-bincang mengenai penyebab, cara pencegahan dan cara mengurangi
rasa nyeri?”
Pasien : “Wahhh saya senang sekali Mbak, karena saya dapat ilmu yang sangat
penting sekali bagi saya. Sehingga nanti saya bisa mengurangi makan jeroan, bisa
mengurangi rasa nyeri di rumah Mbak.”
Perawat : “Wah iya Ibu. Baik Ibu, saya kira cukup sekian yang dapat saya
sampaikan. Untuk kegiatan selanjutnya saya akan berkunjung ke rumah Ibu untuk
memantau kondisi Ibu dan mengevaluasi rencana yang kita sepakati.”
Pasien : “Baik Mbak.”
Perawat : “Untuk kegiatan selanjutnya bagaimana kalau kita laksanakan minggu
depan Ibu mungkin tanggal 12 Mei pukul 10.00 pagi apakah Ibu bersedia?”
Pasien : “Iya bersedia Mbak.”
Perawat : “Ok. Baik bu terima kasih banyak atas waktunya, kalau begitu saya
izin kembali ke ruang perawat ya bu, sampai jumpa minggu depan Ibu?”
Pasien : “Iya makasih kembali Mbak.”

Visit 1
Kunjungan ke rumah pasien untuk mengetahui dan mengkaji masalah
utama pasien serta kepatuhan pasien
Perawat : “Assalamualaikum, selamat pagi Ibu. Perkenalkan saya Ners ….. dari
Rumah Sakit Tadika Mesra yang kemarin merawat Ibu.”
Pasien : “Waalaikumsalam, ohhh Mbak …. ya, selamat pagi Mbak.”
Perawat : “Bagaimana kabarnya Ibu hari ini?”
Pasien : “Alhamdulilah kabar saya baik Mbak.”
Perawat : “Alhamdulillah. Apakah masih ada yang dikeluhkan Ibu misalnya
nyerinya masih terasa?”
Pasien : “sudah lumayan hilang mba nyerinya, tapi kadang kadang masih terasa
nyeri”
Perawat : “Jadi Ibu akhir-akhir ini masih nyeri ya, walaupun sudah tidak sesering
dulu?”
Pasien : “Iya Mbak.”
Perawat : “Baik Ibu, sebelumnya tujuan saya kesini yaitu untuk memantau
kondisi Ibu. Nah apabila Ibu terdapat keluhan atau masalah maka kita bisa
mencari jalan keluarnya bersama-sama ya Ibu?”
Pasien : “Iya Mbak.”
Perawat : “Baik Ibu kalau begitu saya izin meminta waktu sekitar 20 menit
apakah Ibu bersedia?”
Pasien : “Iya bersedia Mbak.”
Perawat : “Untuk tempatnya disini saja ya Bu agar Ibu tidak berpindah-pindah?”
Pasien : “Iya disini saja.”
Perawat : “Baik Ibu, tadi Ibu menyebutkan bahwa ibu masih kadang kadang
terasa nyeri ya?”
Pasien : “Iya Mbak.”
Perawat : “Tapi Ibu apakah rasanya lebih baik daripada pertemuan kita
sebelumnya?”
Pasien : “iya mbak, tapi masih ada rasa nyeri nya saya terbebani dengan nyeri
itu.”
Perawat : “Baik Ibu, kemarin waktu di rumah sakit Ibu sudah mendapat
informasi mengenai pencegahan kekambuhan Rheumatoid Arthritis?”
Pasien : “Belum Mbak.”
Perawat : “Oh jadi belum ya bu? Saya izin menjelaskan ya bu, jadi salah satu
upaya pencegahan Rheumatoid Arthritis adalah dengan mengurangi kalau bisa
menghindari makan makanan jeroan dan rutin meminum obat yang diresepkan
oleh dokter yaitu metilprednisolon tunggal dan/atau kombinasi dengan
metotreksat atau Disease-modifying Antirheumatic Drugs (DMARDs).
Pasien : “Oh begitu ya Mbak, kemarin saat hari idul adha saya memang makan
banyak daging dagingan dan jeroan, mungkin itu penyebab nyeri nya walaupun
saya sudah melakukan kompres jahe hangat .”
Perawat : “wah iya ibu, makan jeroan menjadi salah satu penyebab rheumatoid
arthritis ibu kambuh, jadi tolong dikurangi ya bu kalau bisa dihindari saja untuk
makan jeroan”
Pasien : “oh iya mbak, nanti saya ga makan jeroan lagi deh”
Perawat : “Iya Ibu, apakah ada yang dikeluhkan lagi atau ada yang ditanyakan?”
Pasien : “Tidak ada Mbak.”
Perawat : “Kalau begitu saya rasa cukup sekian pertemuan kita hari ini ya Ibu.
Oh iya untuk obat apakah ibu rutin mengkonsumsinya?”

Pasien : “Kalau itu saya masing sering lupa Ners 🤭 ”


Perawat : “Oke baik, kalau begitu jangan lupa untuk rutin olahraga, dijaga
makannya dan rutin minum obatnya ya Ibu.”
Pasien : “emang saya harus benar-benar rutin konsumsi obat ya ners?”
Perawat : “Baik bu, saya coba jelaskan kenapa penting minum obat
Metilprednisolon terus menerus. Obat Metilprednisolon ini membantu ibu dengan
mengurangi respon imun yang dapat menyebabkan pembengkakan, nyeri, dan
kerusakan sendi. Obat ini bekerja meniru kerja hormon kortisol yang dimana akan
menekan produksi zat kimia tertentu dalam tubuh yang menyebabkan nyeri yang
ibu rasakan selama ini”
Pasien : “Oh jadi seperti itu cara kerja obatnya ya ners”
Perawat : “Benar bu, apakah ada yang ingin ditanyakan lagi bu?”
Perawat : “Ibu, untuk pertemuan selanjutnya mari kita adakan secara online,
apakah Ibu bersedia?”
Pasien : “Iya bersedia Mbak.”
Perawat : “Oke Bu, kalau begitu cukup sekian ya pertemuan kita hari ini, saya
izin pamit ya Ibu. Tetap dijaga ya Ibu kesehatannya. Terimakasih Ibu.”
Pasien : “Terimakasih juga Mbak.”
Referensi
MISBAHUL, G. Literature Review: Efektivitas Kompres Hangat Jahe untuk
Menurunkan Intensitas Nyeri pada Penderita Rheumatoid Arthritis.
GHUFRON, M. Efektivitas Kompres Hangat Jahe untuk Menurunkan Intensitas
Nyeri pada Penderita Rheumatoid Arthritis.
Istianah, H., & Oktaviana, E. (2020). Kompres hangat jahe untuk mengurangi
nyeri rheumatoid arthritis pada warga dusun bongor desa taman ayu
kecamatan gerung kabupaten lombok barat. Jurnal Kreativitas
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), 3(1), 119-126.
Arisandy, W., Suherwin, S., & Nopianti, N. (2023). PENERAPAN KOMPRES
HANGAT DENGAN JAHE MERAH PADA RHEUMATOID
ARTHRITIS TERHADAP NYERI KRONIS. Jurnal'Aisyiyah
Medika, 8(1).
Instrumen Delivery Sistem Design

Anda mungkin juga menyukai