Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN PELATIHAN PROBLEM SOLVING AND DECISION MAKING

Disusun oleh :

Feby Alhusna Taqwa (21101157510224)

Agnes Tasya Septira (21101157510204)

Nada Nur Afifa (21101157510205)

Vannesa Mesy Amanda (21101157510220)

Kelas : E

Dosen pengampu :

Harri Kurniawan, M.Psi, Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG

TAHUN AJARAN 2023


PANDUAN PELATIHAN PROBLEM SOLVING AND DECISION MAKING

Untuk siapa panduan ini?

Panduan ini berguna untuk peserta yang mengikuti pelatihan mengenai


problem solving and decision making, disini materi yang disampaikan bisa
membantu peserta untuk memahami apa itu problem solving and decision making
dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi pegawai kantor dalam bekerja.
Pastinya pegawai kantor dalam bekerja sering menemukan permasalahan dan
harus membuat keputusan atas permasalahan tersebut. Oleh karena itu pelatihan
ini menekankan bagaimana cara dalam penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan dengan benar bagi pegawai kantor dalam bekerja.

Pelatihan ini juga bermanfaat bagi fasilitator yang baru melakukan


pelatihan mengenai mengenai problem solving and decision making, dan lebih
memantapkan hal mengenai mengenai problem solving and decision making.
Pelatihan ini bersifat aplikasi dan perlu penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Fasilitator perlu adanya gambaran materi tentang mengenai problem solving and
decision making dan adanya sedikit gambaran pengalaman mengenai mengenai
problem solving and decision making yang pernah dialami oleh peserta pelatihan.

Rincian sesi-sesi pelatihan

Setiap sesi dari pelatihan problem solving and decision making akan
disampaikan dan dideskripsikan dengan menggunakan media infocus untuk
kemudahan yang disertai presentasi dengan powerpoint yang akan dilakukan di
ruang pelatihan. Sedangkan lama waktu dari pelatihan problem solving and
decision making ini adalah ± 6 jam.

Sesi 1: Pembukaan dan perkenalan

Sesi 2: Memahami problem solving and decision making dan tahapan problem
solving and decision making
Sesi 3: Pentingnya problem solving and decision making dan metode pengambilan

keputusan di tempat kerja

Sesi 4: Membangun jaringan sosial (diskusi)

Sesi 5: Tips dalam problem solving and decision making

Apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan ?

• Kartu nama bagi fasilitator

• Kartu nama bagi peserta pelatihan

• Kartu hvs A4

• Spidol

• Bolpoin

• Laptop

• Proyektor (infocus)

• Layar

• Flashdisk

• Alat pengeras suara (mikrofon dan speaker)

• Kamera dan handphone untuk melakukan dokumentasi selama pelatihan


berlangsung.
Apa Metode Pengajaran Pelatihannya?

Perkenalan

Perkenalan saat melaksanakan pelatihan ini berguna untuk menciptakan


suasana tenang tidak canggung antara peserta dengan fasilitator dan trainer.
Sehingga pelatihan yang dilakukan akan berjalan dengan baik.

Pembahasan kasus

Fasilitator akan bertanya kepada peserta yang ikut pelatihan apakah ada
peserta yang pernah kesulitan menghadapi suatu permasalahan dan membuat
keputusan atas permasalahan dalam bekerja.

Games

Fasilitator memberikan games saat pelatihan, games ini akan diberikan


sesudah materi disampaikan, ini bertujuan untuk meminimalisir rasa bosan dan
membangkitkan semangat peserta pelatihan.

Presentasi

Bagian ini fasilitator dan trainer akan mulai memberikan materi tentang
problem solving and decision making dimulai dengan gambaran umum apa itu
problem solving dan decision making, ini berfungsi agar peserta mempunyai
gambaran awal dan hal apa saja yang berkaitan dengan manajemen stres.

Diskusi partisipatoris

Pada bagian in fasilitator akan menyediakan sesi tanya jawab, sesi tanya
jawab yang fasilitator akan sediakan beragam, seperti peserta akan menanyakan
kepada fasilitator karena ada materi yang belum dimengerti saat materi
disampaikan, atau fasilitator akan memberikan pertanyaan saat menyampaikan
materi, ini juga berfungsi membuat fokus peserta yang mulai bosan dengan
pemberian materi yang disampaikan atau sesi tanya jawab yang akan fasilitator
sediakan di akhir materi.

Ceramah

Fasilitator akan memberikan kesempatan maksimal kepada 5 orang peserta


untuk mewujudkan pertanyaan kepada fasilitator dan trainer fasilitator akan
menyampaikan pertanyaan yang diajukan lebih detail lagi atau memberikan materi
baru dalam menjawab pertanyaannya supaya peserta yang bertanya maupun
seluruh peserta dapat dengan mudah memahami dengan baik hal yang
disampaikan trainer atau pemateri.

Bagaimana menggunakan buku panduan ini?

Buku ini dibuat untuk fasilitator dan peserta, kami sebagai fasilitator,
melakukan penerapan terlebih dahulu terhadap panduan yang kami buat, baik itu
tentang problem solving and decision making itu sendiri, yang berguna untuk
peserta yang mengikuti pelatihan ini.

Apa saja bahan-bahan yang perlu disiapkan?

Dalam pelatihan ini sebagai fasilitator akan membagi tugas sebaik


mungkin untuk keperluan selama pelatihan, seperti kertas, pena, atau melihat
ulang alat-alat yang dibutuhkan dalam pelatihan apakah alat tersebut berfungsi
dengan baik, dan juga melihat ulang materi yang akan diberikan apakah ada
kesalahan atau materi yang tertinggal di dalamnya. Hal itu sudah siap sebelum
pelatihan akan dimulai, sehingga pelatihan yang akan dilaksanakan berjalan
dengan baik.

Fasilitas pelatihannya?

Dalam melaksanakan pelatihan fasilitator mengatur ruangan yang


digunakan untuk melaksanakan pelatihan, memastikan tempat duduk yang diatur
menghadap ke layar saat penyampaian materi, antara suara fasilitator dan tampilan
slide materi terlihat dan terdengar dengan jelas. Fasilitator akan menyediakan
kertas dan bolpoin yang bisa digunakan peserta untuk mencatat hal-hal yang
berkaitan selama pelatihan berlangsung.

Fasilitasi

Hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pelatihan ini yaitu


interaksi yang terjalin selama pelatihan antara fasilitator, trainer dan peserta
pelatihan, hal ini berguna untuk menciptakan partisipasi peserta pelatihan.
Sehingga setelah dilaksanakan pelatihan ini peserta mampu memahami dan
membawa ke kehidupan sehari-hari tentang peran manajemen stres khususnya
dalam bekerja. Hal yang baik untuk menciptakan feedback dengan adanya peserta
yang mengajukan berupa pertanyaan-pertanyaan yang baik. Dan pelatihan diakhiri
dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa membantu para peserta untuk
merangkum hasil dari pelatihan yang dilaksanakan. Dan juga di bagian akhir
fasilitator meminta peserta untuk menyampaikan saran terhadap pelatihan ini, ini
bertujuan untuk melaksanakan pelatihan selanjutnya lebih baik lagi. Untuk di awal
pelatihan dan di awal kegiatan dilaksanakan, hal yang terpenting adalah
memperjelas maksud dan tujuan diadakan pelatihan.

Petunjuk untuk peserta

1. Persiapan

Sebelum melakukan pelatihan , fasilitator mencoba bertanya ke tempat yang akan


dijadikan tempat pelatihan, setelah mendapatkan izin kami akan menentukan
jadwal yang sesuai, kapan peserta bisa melakukan pelatihan tersebut, kami akan
mengirim surat ke kantor, dan langsung memberikan pedoman pelatihan tersebut
seperti hal apa saja yang akan dilakukan selama pelatihan waktu maupun materi
yang akan disampaikan saat pelatihan. Peserta bisa menyiapkan diri sebelum
pelatihan itu dilaksanakan, dengan bantuan pihak kantor dan itu bisa disampaikan
langsung ke peserta yang akan mengikuti pelatihan yang akan lakukan.
2. Partisipatoris

Proses pelatihan ini diarahkan untuk menjamin agar semua terlihat aktif dalam
penyusunan agenda bersama, berbagi hasil pembelajaran, dan berinteraksi dengan
sesama maupun berbeda kelompok. Sehingga mendapat peran dari keputusan
yang dibuat dan merasa wajib melaksanakannya.

Latar Belakang

Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir


setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu dicari jalan
keluarnya.Masalah seringkali disebut orang sebagai kesulitan, hambatan,
gangguan, ketidakpuasan atau kesenjangan. Anderson (dalam Suharnan, 2005)
mengemukakan bahwa secara umum dan hampir semua ahli psikologi kognitif
sepakat bahwa: Masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi sekarang dengan
situasi yang akan datang atau tujuan yang diinginkan.

Masalah selalu muncul dalam bentuk dan tingkat kerumitan yang


bermacam-macam. Morgan (dalam Gunarsa, 1990) mengemukakan bahwa
masalah adalah berbagai penyimpangan dari keadaan yang belum jelas.Apabila
ada ketidaksesuaian dalam suatu situasi antara keadaan yang sebenarnya dengan
tujuan, dan didalam situasi tersebut mengandung suatu perintang bagi seseorang
dalam mencapai tujuan, maka akan menimbulkan permasalahan.

Pemecahan masalah adalah suatu proses mencari atau menemukan jalan


yang menjembatani antara keadaan yang sedang dihadapi dengan keadaan yang
diinginkan (Hayes, dalam Suharnan, 2005). Ruang Masalah (problem solving)
sebagai jurang atau kesenjangan sangat menentukan tingkat kemudahan atau
kesulitan pencarian masalah.Chaplin (2001) dalam kamus lengkap psikologi
menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang tercakup dalam usaha
menemukan urutan yang benar dari alternatif- alternatif jawaban mengarah pada
satu sasaran atau kearah pemecahan yang ideal.Pemecahan masalah, adalah
individu yang dihadapkan pada persoalan yang mendesak dan perlu dilakukan
masalah atau mencari solusi dengan berpikir. Pemecahan masalah merupakan
proses berpikir, belajar, mengingat serta menjawab atau merespon dalam bentuk
pengambilan keputusan.

Kemampuan menyelesaikan masalah dapat diartikan sebagai sebuah


kemampuan aktivitas kognitif dan kecakapan individu dalam menyelesaikan
permasalahan secara efektif yang meliputi usaha individu untuk memikirkan,
memilih dan mempertahankan alternative jawaban kepada satu pemecahan atau
solusi yang ideal dengan meminimalkan dampak negative yang ditimbulkan.

Keputusan hampir dibuat oleh semua orang, baik secara perseorangan


(individual), atas nama pribadi sendiri, oleh pimpinan suatu organisasi
(perusahaan baik pemerintah atau perseorangan), seperti direktur perusahaan,
kepala dinas, rektor dan sebagainya (Supranto, 1991).

Tujuan Pelatihan

Tujuan dari pada pelatihan pemecahan masalah (Problem Solving) dan


pengambilan keputusan (Decision Making), yaitu:

a. Peserta dapat memecahkan masalah serta mengambil keputusan didalam


kehidupan praktisnya.

b. Peserta dapat mengenali masalah dalam dirinya dan dapat mengenali masalah
diluar dirinya.

c. Peserta dapat berfikir kritis dan kreatif.

Sehingga setelah mengikuti program pelatihan PSDM peserta dapat mengadakan


perubahan sikap atau perilaku yang lebih baik.

Sasaran pelatihan
Semua pegawai di PT Bank Perkreditan Rakyat, Lubuk Raya Mandiri, Kota
Padang, Sumatera Barat

Tempat dan waktu pelatihan

Disesuaikan dengan kebutuhan atau kesepakatan pihak fasilitator dan


diselenggarakan selama 1 hari. Dimulai pukul 08.00-16.00 WIB.
Sesi 1
PEMBUKAAN DAN PERKENALAN
Tujuan :
a. Membuka program pelatihan serta pengamalan kapada peserta
b. Saling mengenal antara fasilitator, trainer dengan peserta pelatihan,
sehingga selama pelatihan dilaksanakan akan terbangun suasana yang
nyaman
c. Fasilitator dan trainer memahami sistematika pelaksanaan pelatihan
d. Fasilitator dan trainer mampu mengenali harapan dan keinginan peserta
terhadap hasil pelatihan nantinya
Topik yang akan di pelajari:
a. Identitas diri dari peserta pelatihan, fasilitator dan trainer
b. Merangkan hal-hal yang berkaitan dengan jalannya suatu pelatihan, seperti
antusias dari peserta dalam mendengarkan maupun menyimpulkan isi dari
pelatihan tersebut
c. Merangkum hal yang terkait dengan peserta pelatihan, seperti harapan dan
keinginan peserta terhadap hasil pelatihan nantinya
d. Pertanyaan untuk mengetahui gambaran awal peserta terhadap
materi pelatihan
Metode :
a. Ceramah
b. Menjawab pertanyaan
Total waktu yang dibutuhkan : ± 1 jam
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
15’ Kegiatan 1: Laptop, layer dan infocus untuk
Pengenalan diri antara menampilkan presentasi power point,
fasilitator dengan peserta papan tulis dan spidol, sebuah meja
pelatihan. untuk meletakkan laptop serta alat
pengeras suara.
20’ Kegiatan 2: Bulpoint, kertas HVS A4, papan tulis
Acara diawali dengan atau flipchart.
pengenalan program
pelatihan dari trainer.
15’ Kegiatan 3:
Pemberian beberapa
pertanyaan mengenai
pemahaman awal peserta
terhadap materi pelatihan.

Rincian kegiatan:
Untuk memperkenal tujuan dari sesi yang akan dilaksanakan saat pelatihan
Kegiatan 1
a. Fasilitator terlebih dahulu membuka acara dengan membaca doa secara
Bersama
b. Kemudian fasilitator memperkenalkan diri, fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta untuk memperkenalkan dirinya secara
berurutan sampai pada peserta terakhir
c. Fasilitator akan menjelaskan cakupan topik, tujuan per sesi dan lama
waktu pelaku pelatihan yang akan diadakan, setelah itu fasilitator memberi
kesempatan untuk peserta apakah ada yang ingin ditanyakan terkait
pelatihan
d. Fasilitator mengajak peserta membuat kontrak pelatihan untuk aturan
bersama selama kegiatan dilaksanakan dengan ketentuan segala sesuatu
yang tidak dilarang boleh dikerjakan, segala sesuatu yang disepakati harus
dikerjakan. Setiap peserta akan menerima 2 (dua) lembar kertas HIVS A4
yang digunakan untuk menulis dua hal yang mereka anggap dilarang
dilakukan selama pelatihan berlangsung (misalnya, tidak boleh ribut
selama pelatihan berlangsung, tidak boleh main handphone atau di silent).
Setelah kertas terkumpul, peserta bersepakat tentang apa yang di tulis pada
kertas tadi
Kegiatan 2
a. Fasilitator memperkenalkan trainer pelatihan dan menjelaskan tentang
tujuan pelatia.
b. Fasilitator mengharapkan antusias dan sikap peserta pelatihan selama
acara pelatihan berlangsung
Kegiatan 3
a. Diberikan beberapa pertanyaan mengenai pemahaman awal peserta
terhadap materi pelatihan
b. Merangkum hal yang terkait dengan peserta pelatihan, seperti harapan dan
keinginan peserta terhadap hasil pelatihan nantinya
c. Fasilitator menjelaskan pentingnya mengidentifikasi berbagai harapan dan
keinginan peserta terhadap hasil pelatihan nantinya
d. Karena hal itu, fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan apa
saja harapan dan keinginan peserta terhadap hasil pelatihan nantinya
pada kerta HVS A4
Sesi 2
Memahami problem solving and decision making dan tahapan problem solving
and decision making
Tujuan:
 Peserta mampu memahami apa itu problem solving and decision making
 Peserta mampu mendengarkan dengan baik, apa itu pengertian problem
solving and decision making dalam bekerja serta bagaimana teknik analisis
problem solving and decision making terhadap suatu permasalahan.
 Trainer menjelaskan materi diselingi tanya jawab.
 Bertujuan agar peserta dapat memahami definisi, langkah langkah dan
teknik analisis problem solving and decision making.

Topik yang akan dipelajari:


a. Apa itu problem and problem solving
b. Apa itu decision making?
c. Apa kaitan problem solving dengan decision making?
d. apa tahapan penyelesain masalah
e. Apa Proses penyelesaian masalah
Metode:
 Presenstasi
 Ceramah
 Diskusi
 Total waktu yang dibutuhkan: ± 1 jam

Agenda
Durasi Kegiatan Apa Yang
Dibutuhkan
20’’ Kegiatan 1: Laptop untuk
 Trainer menjelaskan materi presentasi, power
diselingi tanya jawab point, infocus, layar,
bertujuan agar perseta dapat dan pengeras suara
memahami definisi, langkah
langkah dan teknik analisis
problem solving and decision
making.

20” Kegiatan 2:
Trainer meminta peserta
mengidentifikasi sumber masalah,
bertujuan agar peserta
mengidentifikasi masalah dan mencari
problem solving and decision making
dari permasalah tersebut

a. Pengertian Problem and Problem Solving


Masalah merupakan perbedaan atau kesenjangan antara kenyataan
yang dihadapi atau diterima dengan sesuatu yang dinginkan atau
dikehendaki, dan masalah tersebut menuntut untuk segera dipecahkan atau
diselesaikan. Suatu masalah akan dirasakan semakin berat manakala
perbedaan atau kesenjangan antara kenyataan yang dihadapi dengan
keinginan atau kehendak dituntuk untuk sesegera mungkin harus
dilakukan pemecahan atau penyelesaian.
Girl dkk (2002) menyatakan bahwa problem solving adalah proses
yang melibatkan penerapan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan
untuk mencapai tujuan. Sedang menurut Gagne & Briggs (1979) unjuk
kerja pemecahan masalah itu berupa penciptaan dan penggunaan aturan
yang kompleks dan lebih tinggi tingkatannya, untuk mencapai solusi
masalah.
Ihwal problem solving sebagai salah satu bentuk transfer juga
dikemukakan oleh Fuchs dkk (2003) yang menyatakan bahwa pemecahan
masalah matematika yang meminta pebelajar menerapkan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan serta strategi strategi pada masalah-masalah baru
adalah satu bentuk transfer belajar.
Hunsaker mendefinisikan problem solving sebagai suatu proses
penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil
yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (dalam cahyadi, 2011). Salah
satu bagian dari proses penyelesaian masalah adalah pengambilan
keputusan (keputusan membuat), yang didefinisikan sebagai memilih
solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.

b. Pengertian Decision Making


Secara umum decision making (pengambilan keputusan)
merupakan suatu proses pemilihan alternatif yang dilakukan oleh orang-
orang tertentu dalam suatu organisasi. Keputusan akurat yang
memecahkan atau menjawab masalah, kebutuhan, dan kreativitas dari para
pengambil keputusan. Para pengambil keputusan harus mengikuti setiap
langkah pengambilan keputusan itu sendiri.
Horold dan Cyril O‟Donnell mengatakan bahwa pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara
bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan
tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya,
petunjuk atau reputasi yang telah dibuat dan P. Siagian mendefinisikan
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas
alternatif dan tindakan.
Menurut Suharnan, pengambilan keputusan adalah poses memilih atau
menentukan berbagai kemungkinan diantara situasi-situasi yang tidak p

asti. Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang meminta


seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu dua
pilihan atau lebih, membuat estimasi (prakiraan) mengenai frekuensi
prakiraan yang akan terjadi.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pengambilan Keputusan (Decision Making) merupakan
suatu proses pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan
mengenai prediksi kedepan. Pengambilan keputusan yang tidak tepat, akan
mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah yang dilakukan.
Sedangkan definisi masalah itu sendiri adalah suatu keadaan yang tidak
sesuai dengan harapan
yang kita inginkan.

c. Apa kaitan problem solving dan decision making


Menurut Kast and Rosenzwieg (Dalam doongoran, 2012) Hubungan
pengambilan keputusan dengan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pengambilan keputusan mencakup:
a. kegiatan mengidentifikasi persoalan, memberi batasan atas persoalan
dan mendiagnosa persoalan
b. kegiatan menemukan berbagai alternatif pemecahan atas persoala
c. kegiatan menilai berbagai alternatif pemecahan dan memilih dari
berbagai alternatif pemecahan tersebut. Kegiatan ketiga (butir c)
adalah membuat pilihan. Selain ke tiga kegiatan tersebut, pemecahan
masalah (problem-solving) juga mencakup kegiatan:
d. pelaksanaan alternatif pemecahan yang telah dipilih
e. kegiatan memelihara, memonitoring dan mereview program
pemecahan tersebut. Dari berbagai kegiatan di atas, jelas bahwa
pemecahan masalah lebih luas dari pengambilan keputusan.
Selanjutnya, Kast and Rosenzweig (Dalam doongoran, 2012) menyebut
bahwa dalam pemecahan masalah perlu diperhatikan dua hal, yaitu diagnosis
dan tindakan. Keduanya harus seimbang dan dijalankan dengan baik dan
benar. Over-diagnosis menyebabkan “paralysis by analysis”, di mana
organisasi tidak berani dan tidak pernah bertindak, dan under-diagnosis
yang akan menghasilkan “extinction by instinct”, di mana organisasi terlalu
cepat bertindak. Jadi yang diperlukan dalam pemecahan masalah adalah
obyektifitas penilaian akan segala aspek permasalahan yang dihadapi dan
mengambil keputusan yang realistis untuk dijalankan agar konsekuensi
keputusan yang akan dihadapi dapat diantisipasi dengan baik dan semestinya.

d. Tahap-tahap pemecahan masalah


Kast dan Rosenzweig (Dalam doongoran, 2012) mengemukakan bahwa
dalam pemecahan masalah biasanya dilalui tahap-tahap berikut
(1) Problem sensing, mengidentifikasi kesenjangan antara situasi yang
dipersepsi dengan situasi yang diharapkan;
(2). Refining the problem untuk meyakinkan bahwa anggota organisasi
sepakat dan sepaham tentang batasan persoalan yang dihadapi. Misalnya,
siapa yang terlibat, siapa penyebabnya, macam persoalan, tujuan penyelesaian
persoalan, dan bagaimana menilai hasilnya;
(3). The generation of alternative solutions, yakni bertukar pikiran untuk
menganalis setiap alternatif pemecahan;
(4). The evaluation phase, yang mencakup identifikasi tahapan tindakan
tentatif, mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi, merefining dan
memilih solusi terbaik;
(5). Planning action steps;
(6). Implementing action steps;
(7). Following up.
Pendapat Kast dan Rosenzweigh (Dalam doongoran, 2012) dibandingkan
dengan pandangan Robbins and Judge (2009) dan Duncan (Dalam doongoran,
2012) ) mengenai tahap-tahap pemecahan masalah. Gambaran tahap-tahap ini
disajikan pada Tabel 1 di bawah. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa tahap 1
sampai tahap 6 meliputi pengambilan keputusan, sementara penyelesaian
masalah meliputi tahap 1 sampai tahap 10, sesuai dengan tahapan kromosom.
Dengan demikian, pemecahan masalah memiliki cakupan yang lebih luas
daripada pengambilan keputusan.”, pemecahan masalah jauh lebih luas dari
pada cakupan pengambilan keputusan.

Tabel. 1. Tahap-tahap pengambilan keputusan dan pemecahan masalah


Tahap Duncan (1981) Robbins (2001) Kast & Rosenzweig Tahap yang diusulkan
(1985)
1 Acquiring Acquiring information
Information
2 Identify Problem sensing Problem sensing
3 problems Refining the problem Refining the problem
4 Generate The generation of The generation of
alternatives alternative solutions alternative solutions
5 Evaluate those The evaluation phase The evaluation phase
alternative
6 Action in Make competent Make competent
decision choices choices
making
7 Planning action steps Planning action steps
8 Implementing action Implementing action
steps steps
9 Following up Following up
10 Cognitive Cognitive dissonance
dissonance

e. PROSES PEMECAHAN MASALAH


Proses Pemecahan Masalah menggunakan Pendekatan Edgar H. Schein's
Pakar Pengembangan Organisasi, Edgar Schein bersama dengan rekan-rekannya
manyarankan bahwa proses pemecahan masalah yang dilakukan secara kolektif
akan merujuk pada hasil yang lebih optimal. Pendekatan Schein ditampilkan
dalam model yang berupaya untuk menginvestigasi definisi masalah,
brainstorming, pengambilan keputusan kolektif, pengembangan ide, pembuatan
rencana tindakan dan penilaian.
Sebagai seorang konsultan, atau sebagai karyawan di sebuah perusahaan, Anda
dapat menggunakan proses ini untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, memperkuat kekompakan tim dan mendapatkan solusi.
1. Problem Definition atau Definisi Masalah
Mengidentifikasikan masalah melalui formulasi masalah dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Kunci dalam pendefinisian masalah adalah
mengajukan pertanyaan yang tepat untuk menemukan akar
permasalahannya. Kerangka yang sering digunakan adalah menggunakan
5W1H; What, Who, When, Where, Which Trends dan How big.
2. BRAINSTORM
Selama proses brainstorming, asumsi-asumsi dihilangkan dan masalah
ditelisik lebih dalam. Dengan dukungan data, fakta dan informasi yang
sebelumnya tidak diketahui semakin mendekatkan pada
akar permasalahan.
3. SELECTION atau PEMILIHAN
Keputusan diambil bersama-sama untuk menentukan solusi paling
tepat dan sesuai.
4. DEVELOPMENT atau PENGEMBANGAN
Ketika tim telah menemukan solusi dan alternatif pada suatu
permasalahan, maka tim akan mengeksplorasi pro dan kontra pada setiap
pilihan dan menganalisa dampak serta potensi permasalahan lain
yang mungkin muncul.
5. ACTION PLANNING atau RENCANA TINDAKAN
Pengembangan dan pembuatan rencana tindakan memastikan solusi yang
didapat dieksekusi dan dipantau terkait dengan
permasalahan yang muncul.
6. ASSESSMENT atau PENILAIAN
Tahapan terakhir dalam proses pemecahan masalah membutuhkan
penilaian atas solusi yang telah atau sedang diimplementasikan. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti; "Apakah pilihan solusi menjawab
pertanyaan- pertanyaan yang muncul?" "Apakah proses ini membereskan
temuan temuan yang didapat dari asumsi- asumsi yang dibuat?". Penilaian
juga akan menentukan apakah akar permasalahan telah ditemukan
sehingga permasalahan yang sama dapat dicegah 6 ASSESSMENT atau
PENILAIAN

Tahapan terakhir dalam proses pemecahan masalah membutuhkan


penilaian atas solusi yang telah atau sedang diimplementasikan. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti; "Apakah pilihan solusi menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang muncul?" "Apakah proses ini membereskan temuan temuan
yang didapat dari asumsi- asumsi yang dibuat?". Penilaian juga akan
menentukan apakah akar permasalahan telah ditemukan sehingga
permasalahan yang sama dapat dicegah.

Sesi 3
PENTINGNYA PROBLEM SOLVING AND DECISION MAKING DAN
METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI TEMPAT KERJA
Tujuan :
a. Peserta pelatihan mampu memahami pentingnya problem solving and
decision making terhadap kinerja
b. Dan peserta juga mampu menerapkan metode dalam pengambilan
keputusan
Topik yang akan di pelajari:
e. Pentingnya problem solving and decision making terhadap kinerja
f. Metode dalam pengambilan keputusan
g. Ice breaking / pencairan suasana dengan games “bertepuk tangan”
bertujuan membuat peserta tertawa dan membangkitkan semangat
Metode :
c. Presentasi power point
d. Ceramah
e. Diskusi
Total waktu yang dibutuhkan : ± 1 jam
Agenda
Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan
20’ Kegiatan 1: Presentasi power point, infocus, layer
Memahami pentingnya dan pengeras suara
problem solving and decision
making terhadap kinerja

20’ Kegiatan 2:
Mengidentifikasi metode dala
pengambilan keputusan
15’ Kegiatan 3:
Ice breaking / pencairan
suasana dengan games
“bertepuk tangan” bertujuan
membuat peserta tertawa dan
membangkitkan semangat

e. Pentingnya Problem Solving and Decision Making Terhadap Kinerja

Pelatihan problem solving akan menjadi skill yang sangat


dibutuhkan di masa depan, bukan sekadar kemampuan menyelesaikan
masalah saja. problem solving adalah sebuah pola pikir atau mindset yang
akan membawa secara tidak langsung untuk berpikir positif dan solutif. Di
era digital yang sangat dinamis ini butuh penyikapan yang tak biasa,
terutama menangani hal-hal yang secara tiba-tiba akan menjadi suatu
permasalahan.

Problem solving pada dasarnya menjelaskan dan mengidentifikasi


seluruh masalah dan efeknya menghasilkan semua solusi. Ini harus
dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, untuk menggunakan skill ini
dengan terstruktur tentu kamu harus bisa berpikir rasional dan kritis dalam
waktu yang bersamaan. Mulai dengan menggunakan pengalaman yang di
alami untuk memudahkan menemukan solusi alternatif.

Mempraktikkan berbagai latihan, pelatihan ini dapat


mengembangkan keterampilan dalam diri. Terutama pelatihan problem
solving decision making telah menjadi penting dalam membangun
kegembiraan dan pengambilan keputusan sehari-hari. Mengembangkan
keterampilan dapat memberikan kesempatan untuk pekerjaan baru atau
pengalaman baru. Banyak orang telah berhasil dalam hal ini membuat
bidang karir baru untuk diri mereka sendiri.

Pelatihan problem solving decision making ini sangat penting


untuk individu yang pebisnis, karyawan, sekalipun mahasiswa. Masih
banyak yang belum bisa memahami apa manfaat dari problem solving
decision making itu sendiri, dan masih banyak yang bingung ketika
menghadapi permasalahan, hampir rata-rata menyelesaikan permasalah
dengan cara yang singkat untuk mempermudah persoalan.
Problem solving penting bagi semua orang. Karyawan atau
pebisinis harus mengembangkan kemampuan problem solving untuk
menggunakan keterampilan ini ketika sedang menghadapi masalah yang
baru. Pelatihan problem solving juga meningkatkan pembelajaran diri.
Problem solving memberi kita mekanisme untuk mengidentifikasi hal-hal
ini, mencari tahu ada apa dan menentukan tindakan untuk menghadapinya.

Biasakan untuk berpikir positif untuk mengatasai masalah-masalah


yang akan datang di masa depan, jangan menunggu masalah berikutnya
terjadi. Lakukan improvement, definisi masalah, berpikir kreatif, dan
inisiatif. Hal ini akan terus membuat soft skill problem solving yang
dimiliki berkembang dengan pesat.

f. Metode dalam Pengambilan Keputusan


Apabila kita membahas tentang metode pengambilan keputusan,
dikenal Multi-
criteria decision making (MCDM) merupakan teknik pengambilan
keputusan dari beberapa pilihan alternatif yang ada. Ada dua macam
kategori dari Multi-criteria decision making (MCDM), yaitu :
1. Multi Attribute Decision Making (MADM)
Multi Attribute Decision Making (MADM), menyangkut masalah
pemilihan, di mana
analisa matematis tidak terlalu banyak dibutuhkan atau dapat digunakan
untuk pemilihan
hanya terhadap sejumlah kecil alternatif saja. Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP)
merupakan bagian dari teknik MADM.
Pengambilan keputusan (decision making) dapat dianggap sebagai
suatu output
(hasil) dari suatu proses mental atau kognitif yang membawa pada pilihan-
pilihan tindakan
(keputusan) di antara beberapa alternatif yang tersedia. Berikut beberapa
pendapat ahli
terkait pengambilan keputusan :
a. Claude S. Goerge, Jr (1968) mengatakan proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manager berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran
yang
termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan di antara sejumlah
alternatif.
b. G. R. Terry (1971) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan
adalah sebagai
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih
alternatif yang
mungkin. Leboih jauh disebutkan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan
alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif
yang ada.
c. Harold Koontz, Cyril O’Donnell (1972) mengatakan bahwa
pengambilan keputusan
adalah pemilihan di antara alternatif mengenai suatu cara bertindak
yaitu ini dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan jika tidak ada
keputusan, suatu
sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.
d. Kenneth C. Laudon (1986) bahwa keputusan dibuat untuk mencapai
tujuan melalui
pelaksanaan atau tindakan.
2. Multi Objective Decision Making (MODM)
Multiple Objective Decision Making (MODM) adalah suatu
metode dengan mengambil banyak kriteria sebagai dasar dari pengambilan
keputusan yang di dalamnya mencakup masalah perancangan (design),
dimana teknik-teknik matematik untuk optimasi digunakan dan untuk
jumlah alternatif yang sangat besar (sampai dengan tak terhingga).
Multiple Objective Decision Making (MODM) menyangkut masalah
perancangan (design), di mana teknik-teknik matematik optimasi
digunakan, untuk jumlah alternatif yang sangat besar (sampai dengan tak
berhingga) dan untuk menjawab pertanyaan apa (what) dan berapa banyak
(how much).

MODM “Multiple Objective Decision Making” atau


MODA “Multiple Objective Decision Analysis” adalah dua istilah yang
digunakan secara bergantian untuk menunjukkan serangkaian masalah
yang sama. Jenis masalah ini mencakup lebih dari satu tujuan, biasanya
Max, Min … “yang bertentangan dengan kriteria berbeda yang semuanya
dapat mempengaruhi semua tujuan atau sedikit yang mempengaruhi satu
dan yang lainnya mempengaruhi keduanya. MODM memiliki tingkat
transparansi yang lebih rendah karena banyaknya dan tidak didefinisikan
secara eksplisit alternatif (setidaknya pada awal proses evaluasi). Metode
ini mengasumsikan evaluasi simultan berkaitan dengan beberapa tujuan,
mencari alternatif terbaik.
SESI 4

MEMBANGUN JARINGAN SOSIAL ( DISKUSI )

Tujuan :

 Peserta dapat memberikan pengalaman tentang cara problem solving and


decision making?
 Fasilitator dan trainer dapat berdiskusi melalui tanya jawab tentang
problem solving and decision making

Topik yang akan dipelajari :

 Penyampaian kasus
 Pemahaman kasus
 Penyelesaian kasus

Metode :

 Berdiskusi
 Tanya jawab

Total waktu yang dibutuhkan : ± 45 menit

AGENDA

Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan


15’ Kegiatan 1 Microfon, kertas, notulen, alat
Peserta di berikan kesempatan tulis,
untuk menceritakan kasus yang
pernah dialami.
15’ Kegiatan 2
Peserta saling berdiskusi untuk
memahami kasus yang di
ceritakan dan saling berpendapat.
15’ Kegiatan 3
Berakhir dengan penyelesaian
kasus dan pemahaman yang
didapatkan mengenai problem
solving and decision making?

a. Penyampaian kasus
Fasilatator memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menceritakan pengalamannya mengenai problem solving and decision
making
b. Pemahaman kasus

Setelah mendengarkan pengalaman – pengalaman cara menagatsi


masalah, peserta di perbolehkan memberikan pendapatnya mengenai cara
mengambil keputusan.

c. Penyelesaian kasus

Setelah berdiskusi mengenai kasus tersebut, fasilitator dan peserta


memikirkan jalan keluar dari semua permasalahan yang telah di
diskusikan.
Sesi 5
TIPS PROBLEM SOLVING AND DECISION MAKING

Tujuan

 Peserta mampu memahami cara mengatasi masalah, dan mengambil


keputusan ditempat kerja.

Topik yang akan dipelajari :

a. Tips melakukan problem solving and decision making


b. Melakukan roleplay problem solving and decision making
c. Pesan dan kesan dari kegiatan yang dilakukan

Metode :

 Presentasi materi
 Ceramah
 Roleplay

Total waktu yang dibutuhkan :

Agenda

Durasi Kegiatan Apa yang dibutuhkan


15’ Kegiatan 1 Presentasi power point,
Menjelaskan tips melakukan problem infocus,layar, pengeras
solving and decision making suara, kertas HVS A4 dan
alat tulis
30’ Kegiatan 2
Melakukan roleplay problem solving
and decision making
15’ Kegiatan 3
Pemberian pesan dan kesan dari
kegiatan yang dilakukan
a. Tips yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dan mengambil
keputusan :
 Mencari Inti dari masalah
 Menganalisis situasi dan kondisi
 Identifikasi masalah
 Negosiasi keputusan
 Mengumpulkan informasi
 Analisis SWOT
 Menentukan keputusan
“Catatan Akhir Saya”
1. Problem solving adalah proses yang melibatkan penerapan pengetahuan
dan ketrampilan-ketrampilan untuk mencapai tujuan.
2. Pengambilan Keputusan (Decision Making) merupakan suatu proses
pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai
prediksi kedepan.
3. Pemecahan masalah perlu diperhatikan dua hal, yaitu diagnosis dan
tindakan. Keduanya harus seimbang dan dijalankan dengan baik dan
benar. Over-diagnosis menyebabkan “paralysis by analysis”, di mana
organisasi tidak berani dan tidak pernah bertindak, dan under-diagnosis
yang akan menghasilkan “extinction by instinct”, di mana organisasi
terlalu cepat bertindak.
4. Tahap-tahap dalam pemecahan masalah yaitu problem sensing, refining
the problem, the generation of alternative solutions, the evaluation phase,
planning action steps, implementing action steps, following up.
5. Proses dalam pengambilan keputusan yaitu pemahaman terhadap
masalah/identifikasi tujuan, membaca kriteria, membuat prioritas kriteria,
membuat alternatif, seleksi alternatif yang mendekati solusi, menetapkan
alternative,pelaksanaan,memodivikasi evaluasi alternative.
6. Pelatihan problem solving and decision making akan menjadi skill yang
sangat dibutuhkan di masa depan, bukan sekadar kemampuan
menyelesaikan masalah saja. problem solving and decision making adalah
sebuah pola pikir atau mindset yang akan membawa secara tidak langsung
untuk berpikir positif dan solutif. Di era digital yang sangat dinamis ini
butuh penyikapan yang tak biasa, terutama menangani hal-hal yang secara
tiba-tiba akan menjadi suatu permasalahan.
7. Metode dalam pengambilan keputusan dikenal dengan Multi-criteria
decision making (MCDM) merupakan teknik pengambilan keputusan dari
beberapa pilihan alternatif yang ada. Ada dua macam kategori dari Multi-
criteria decision making (MCDM), yaitu Multi Attribute Decision Making
(MADM) dan Multi Objective Decision Making (MODM).

Anda mungkin juga menyukai