Rev 6 Gabung Bab 1-4 Proposal Skripsi Fina Pertamedika 2023
Rev 6 Gabung Bab 1-4 Proposal Skripsi Fina Pertamedika 2023
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan
Oleh :
Finalia Umairoh
NIM : 11222232
Oleh :
Finalia Umairoh
NIM : 11222232
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gejala yang terkait dengan Cardiovascular Disease meliputi Nyeri dada atau
ketidaknyamanan, sering kali dirasakan seperti tekanan, nyeri, atau
2
ketidaknyamanan di bagian tengah atau sebelah kiri dada, Sesak napas atau
kesulitan bernapas, ini bisa terjadi saat istirahat atau beraktivitas fisik.
Palpitasi, sensasi detak jantung yang tidak teratur, terlalu kuat atau terasa
seperti jantung berhenti sesaat, Kelelahan dan lemah, merasa cepat lelah atau
kehabisan energi bahkan dalam aktivitas ringan, Kaki atau pergelangan kaki
membengkak - terutama pada akhir hari atau setelah duduk lama, Pusing atau
merasa seperti akan pingsan, terutama saat berdiri tiba-tiba dari posisi duduk
atau berbaring, Nyeri atau kram pada kaki saat berjalan, mungkin
mengindikasikan masalah dengan aliran darah ke kaki.
Gagal jantung adalah suatu kondisi abnormal pada struktur dan fungsi jantung
yang mencegah jantung mensuplai oksigen ke seluruh tubuh (PERKI, 2020).
Berdasarkan Crawford, 2017, gagal jantung adalah gejala klinis kompleks
yang dihasilkan dari disfungsi miokard fungsional dan struktural yang dapat
mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah pada tingkat yang
cukup untuk mempertahankan kebutuhan metabolisme organ dalam jaringan
perifer.
Di Asia dan Kepulauan Pasifik kematian yang terjadi karena gagal jantung
mencapai 33% dari seluruh kematian (American Heart Association, 2013).
Data dari Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat
(2019), penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu
dengan sekitar 655.381 kematian. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia
(2021) melaporkan bahwa jumlah kasus gagal jantung di seluruh dunia terus
meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2021, WHO mengeluarkan laporan
yang menyatakan bahwa sekitar 64 juta orang di seluruh dunia hidup dengan
3
gagal jantung, dan diperkirakan jumlah tersebut akan terus bertambah di masa
depan.
Data dari Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan bahwa prevalensi gagal
jantung meningkat seiring bertambahnya usia, dengan 0,5% kasus yang
didiagnosis dokter memuncak antara usia 65 dan 74 tahun, dan 0,4% kasus
yang didiagnosis dokter pada usia ≥75 tahun. 1,1% pasien mencapai puncak,
atau gejala memuncak pada usia ≥75 tahun. Pada tahun 2013, gagal jantung di
Indonesia berdasarkan diagnosa medis sekitar 229.696 atau 0,13% dan
berdasarkan diagnosis atau gejala medis sekitar 530.068 atau 0,3%.
4
(American Heart Association, 2020). Fatigue pada pasien gagal jantung
berdampak buruk juga kepada kualitas hidup (Lainsamputty & Chen, 2018,
Utami et all., 2019).
Fatigue menjadi masalah bagi penderita gagal jantung dan menjadi ancaman
yang serius bagi ketentraman penderita dan dapat mempengaruhi tubuh dan
pikiran, selain itu juga menghalangi kemampuan untuk mempertahankan gaya
hidup aktif (Falk et all, 2009). Mulai dari 69% hingga 88% pasien gagal
jantung mengalami fatigue (polikandrioti et all., 2019).
Gejala subjektif ini berdampak pada keterbatasan fisik dan psikologis yang
berdampak buruk pada kualitas hidup pasien gagal jantung. Kelelahan pada
57% diikuti oleh sesak nafas 23% (Polikandrioti et all., 2019). Hasil studi Lain
samputty & Chen, 2018 menyatakan bahwa pentingnya memonitor fatigue
dengan memberikan manajemen yang tepat untuk pasien gagal jantung
(Lainsamputty & Chen, 2018).
5
membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan energi, Mengonsumsi
makanan sehat seperti Diet seimbang yang kaya akan serat, buah-buahan,
sayuran, protein rendah lemak, dan biji-bijian dapat membantu memastikan
tubuh mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan
energi.
6
Breathing exercise membuat tubuh kita mendapatkan input oksigen yang
adekuat. dimana oksigen memegang peran penting dalam sistem respirasi dan
sirkulasi tubuh. Saat kita melakukan breathing exercise, oksigen mengalir ke
dalam pembuluh darah dan seluruh jaringan tubuh, membuang racun dan sisa
metabolisme yang tidak terpakai, meningkatkan metabolisme dan
memproduksi energi. Breathing exercise akan memaksimalkan jumlah
oksigen yang masuk dan disuplay ke seluruh jaringan sehingga tubuh dapat
memproduksi energi dan menurunkan level fatigue.
7
Selain itu, sebanyak 40% pasien mengalami gejala gemetar pada tubuh,
terutama pada tangan mereka, Gemetar ini sering kali dialami secara tiba-tiba
dan dapat membuat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sebanyak
80% pasien merasa khawatir selama menunggu yang terlalu lama. Rasa
khawatir ini menyebabkan stres yang berkepanjangan dan meningkatkan
kecemasan mereka terhadap kesehatan jantung mereka.
B. Rumusan masalah
Data dari World Health Organization (WHO), pada tahun 2019,
Cardiovascular Disease merupakan penyebab kematian terbesar di dunia,
dengan angka kematian sekitar 17,9 juta orang setiap tahunnya, sedangkan di
tahun 2022 penyakit kardiovaskular Cardiovaskular Disease (Cardiovascular
Disease) ini merupakan penyebab utama kematian secara global, kematian
sekitar 17,9 juta jiwa setiap tahun (World Health Organization, 2022).
8
gangguan tidur, obesitas, stres, kecemasan, depresi, efek samping dari obat-
obatan, serta kondisi medis lain yang mungkin menimbulkan rasa lelah
(American Heart Association, 2020). Fatigue pada pasien gagal jantung
berdampak buruk juga kepada kualitas hidup (Lainsamputty & Chen, 2018,
Utami et all., 2019).
Selain itu, sebanyak 40% pasien mengalami gejala gemetar pada tubuh,
terutama pada tangan mereka, Gemetar ini sering kali dialami secara tiba-tiba
dan dapat membuat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sebanyak
80% pasien merasa khawatir selama menunggu yang terlalu lama. Rasa
khawatir ini menyebabkan stres yang berkepanjangan dan meningkatkan
kecemasan mereka terhadap kesehatan jantung mereka.
9
memperburuk kondisi pasien dengan Cardiovascular Disease dan
menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mereka.
Berdasarkan fenomena dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang
diangkat yaitu, “Apakah terdapat Pengaruh breathing exercise terhadap angka
kejadian fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Rumah Sakit
Bakti Timah?”.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Pengaruh breathing exercise terhadap angka kejadian
fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Rumah Sakit Bakti
Timah.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi gambaran rata-rata karakteristik responden pasien
berupa usia, jenis kelamin dan pendidikan
b. Mengidentifikasi gambaran rata-rata level fatique sebelum di lakukan
breating exercise pada pasien congestive heart failure Di Rawat Inap
Rumah Sakit Bakti Timah
c. Mengidentifikasi gambaran rata-rata level fatique setelah di lakukan
breating exercise pada pasien congestive heart failure Di Rawat Inap
Rumah Sakit Bakti Timah
10
d. Menganalisis Pengaruh breathing exercise terhadap penurunan level
fatigue pasien congestive heart failure Di Rawat Inap Rumah Sakit
Bakti Timah
D. Manfaaat penelitian
1. Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan ilmiah
dalan mengembangkan penelitian selanjutnya terkait pengaruh
breathing exercise terhadap penurunan level fatigue pasien Congestive
Heart Failure (CHF).
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep fatigue
1. Definisi
Fatigue adalah rasa lelah yang berkelanjutan yang akan mengakibatkan
gangguan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari hari (Matura et
all, 2018). Fatigue merupakan gejala subjektif yang tidak menyenangkan,
dan kondisi fatigue yang tak ada hentinya dan dapat mengganggu
kemampuan individu untuk berfungsi sesuai kemampuan individu
tersebut.
2. Dampak fatigue
Dampak fisik atau stress adalah keadaan normal dari kelelahan tetapi juga
bisa menjadi tanda dari kekacauan fisik. Pada individu yang sehat
kelelahan ini dapat diprediksi dan terjadiidalami jangka waktu
yangasingkat, danpdapatnberkurang dengan beristirahat dan tidak
mengganggu aktifitas sehari hari.
Pada individu yang sakit, kelelahan diartikan sebagai rasa lelah yang
sangat mengganggu walaupun ketika istirahat, mengganggu pada saat
beraktifitas, berkurangnya energi, kurangnya daya tahan, serta hilangnya
semangat (Matura et all., 2018). Fatigue memiliki efek samping yang
negative seperti pada fungsi emosional, sosial, dan pekerjaan yang
menyebabkan gangguan serius dalam kualitas hidup (Matura et all., 2018).
1
2
3. Dampak fatigue pada pasien dengan gagal jantung
Fatigue pada gagal jantung akan menyebabkan terjadinya permasalahan
pada psikologis dan memicu respon saraf simpatis sehingga tidak
memberikan ruang pada jantung untuk relaksasi, hal ini akan semakin
memperburuk kerja jantung (Nugraha et al, 2017).
3
d. Komorbiditas : Ada 2 macam komorbiditas yaitu Cardiovascular dan
Non-Cardiovascular Problems. CAD/ACS merupakan penyakit
kardiovaskular yang paling umum (Falk et all., 2009). Hipertensi juga
merupakan komorbiditas utama pada penderita gagal jantung (Lum et
all., 2016).
Berikut skor dan tingkat pada Skala Kelelahan FACIT: 1. Skor 40-52
adaah Tingkat kelelahan rendah - Responden merasa sangat energik atau
cukup energik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 2. Skor 30-39 adalah
Tingkat kelelahan sedang - Responden mengalami sedikit lelah selama
aktivitas sehari-hari dan mungkin perlu istirahat tambahan. 3. Skor 20-29
adalah Tingkat kelelahan tinggi - Responden merasa lelah secara konstan
dan mungkin memerlukan bantuan untuk menyelesaikan tugas-tugas
sehari-hari. 4. Skor 0-19 adalah Tingkat kelelahan yang sangat tinggi -
Responden merasa sangat lelah bahkan saat melakukan tugas-tugas ringan
dan memerlukan bantuan signifikan dalam aktivitas sehari-hari.
6. Klasifikasi fatigue
1. Fatigue Kelelahan umum dapat diklasifikasikan berdasarkan
tingkatnya, diantaranya Physical fatigue, dapat terjadi ketika seseorang
4
mulai mengurangi kemampuan fisik yang digunakan dari biasanya
karena jenis pekerjaan yang sangat banyak pada setiap jam kerjanya.
Pada umumnya seseorang dapat bekerja secara terus menerus dalam
waktu 50 menit perjam atau 35% pada 8 jam 34 kerja digunakan
sebagai aktivitas fisik maksimal untuk menghindari adanya kelelahan.
2. Circadian fatigue, ditandai dengan denyut nadi yang lemah, pelan, atau
cepat.
3. Acute fatigue, terjadi pada suatu aktivitas tubuh / otot, terutama
dikarenakan banyak menggunakan otot, gangguan kebisingan, dan
sebagainya. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh
bekerja secara terus menerus dan melebihi kapasitas tubuh. Kelelahan
ini akan hilang dengan istirahat cukup atau menghilangkan gangguan -
gangguannya.
4. Commulative Fatigue, adalah kelelahan yang disebabkan kelelahan
fisik atau mental yang terjadi pada periode waktu tertentu. Salah satu
penyebab kelelahan ini adalah kurangnya waktu istirahat.
5
B. Konsep Breathing Exercise
1. Definisi
Breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik bernapas
secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
(Smeltzer, et al, 2008). Nafas dalam adalah suatu tindakan keperawatan
dimana perawat akan mengajarkan/melatih klien agar mampu dan mau
melakukan nafas dalam secara efektif sehingga kapasitas vital dan
ventilasi
6
dilakukan dalam waktu yang tidak lama dan dapat dilakukan sebelum,
selama, sesudah proses hemodialisis, dan selama pasien di rumah (Tsay,
1995; Kim, 2005; Zakerimoghadam, 2006; Stanley, 2011).
7
e. Berikan panduan tentang frekuensi napas yang ideal, biasanya 6-8 kali
per menit.
f. Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap
pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit
g. Bantu pasien untuk memusatkan perhatian pada napasnya dan
membayangkan udara yang masuk dan keluar dari tubuhnya.
h. Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit
i. Ulangi latihan ini selama beberapa menit sampai pasien merasa lebih
tenang dan santai.
8
C. Konsep dasar Congestive Heart Failure (CHF)
1) Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah kumpulan gejala yang kompleks
dimana individu menunjukkan gejala gagal jantung, tanda-tanda khas
gagal jantung, dan bukti objektif kelainan struktural atau fungsionallpada
jantung saat istirahat. Gagal jantunggmerupakan kondisi abnormal pada
struktur dan fungsi jantung yang menyebabkan kegagalan jantung untuk
mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh (PERKI, 2020).
2) Etiologi
Berikut adalah etiologi/penyebab gagal jantung, menurut Kasron (2018). :
a) Kelainan pada otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada oranggdengan kelainan otot jantung.
Hal ini disebabkanioleh kondisi yang menyebabkan fungsi otot
abnormal seperti melemahnya kontraktilitas jantung, aterosklerosis
koroner, hipertensi arteri, penyakit degeneratif atau inflamasi.
b) Aterosklerosisskoroner
Asterosklerosis koroner menyebabkan disfungsi miokardium.
Biasanyaiyang mendahului terjadinya gagal jantung yaitu Infark
miokardium (kematian selajantung). Hipertensi siskemik/pulmonal.
Beban kerja jantunggyang meningkat akan mengakibatkan hipertropi
serabut otot jantung.
9
Penyakit miokardium degeneratiff berhubungann dengan gagal jantung
yang mengakibatkan kontraktilitas menurun, karena situasi ini dapat
merusak serabut jantung.
d) Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sesungguhnya yang mempengaruhi kerja jantung.
e) Faktor iskemik
Ada beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit
gagal jantung. peningkatan laju metabolisme, hipoksia, dan anemia
juga dapat menurunkan asupan oksigen ke jantung (Kasron, 2018).
3) Klasifikasi
Kalsifikasi gagal jantung menjadi dua kategori dijelaskan oleh dua
kategori yaitu kelainan struktural jantung yang berhubungan dengan
kapasitas fungsional dari New York Heart Association (PERKI, 2020).
Adapun klasifikasi gagal jantung sebagai berikut :
10
Stadium D Kelas IV
Gejalaagagal jantung yang sangat Terdapat gejala saat
nampak saat istirahat walaupunisudah istirahat. Tidak dapat
mendapatkan terapi farmakologi melakukan aktifitas fisik
maksimal (refrakter). tanpa keluhan
4) Manisfestasi klinis
Manifestasi klinis gagal jantung dapatt dilihat dari derajat latihan fisik
yang telah diberikan. Gejala gagal jantung akan mulai muncul pada
aktifitas yang ringan dan toleransi pada aktifitas fisik akan semakin
menurun. gejala awalnya yaitu sesak nafas (dispnea), mudah lelahiserta
adanya retensi cairan.
11
Mudah Lelah
Kurangitipikalan
Batuk
Kurang tipikal
Mengi
Edema perifera
BB bertambah >
Krepitasi pulmonala
2kg/minggu
Suara pekak di basal paru
BB turun
pada perkusi
Kembung/begah
Takikardia
Nafsu makan berkurang
Nadi irregular
Perasaan bingung
Nafas cepat
(penderita usia
Hepatomegaly
lanjut)
Asites
Pingsan
Kaheksia
Berdebar
Depresi
Sumber : (ESCiGuidelinesifor the diagnosisaand treatment of acute and
chronic heart failure 2012) didalam (PERKI, 2020)
Gangguan tidur juga sering muncul pada pasien dengan gagal jantung
seperti sesak saat berbaring dan sakit kepala yang akan mempengaruhi
kualitas tidurnya. Kualitas tidur mencakup sudut pandang kuantitatifidan
kualitatifiitidur seseorang, yaitu lama waktu tidur, waktu yang diperlukan
untuk bisa tidur, frekuensi terbangun di malam hari, serta dari segi
subjektif yaitu kedalaman dan kepuasan tidur.
Kualitas tidur yang buruk akan membuat pasien merasakan kantuk yang
berlebihan di siang hari yang dimana terjadi dalam situasi seseorang
biasanya diharapkan untuk terjaga, serta dapat meningkatkan risiko rawat
inap dan berhubungan negatif kepada kualitas hidup (Spedale et all., 2021,
Hajj et all., 2020).
12
Fatigue merupakan gejala paling umum bersamaan dengan dispneu pada
penderita gagal jantung, yang disebut sebagai kelelahan yang persisten dan
persepsi kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari hari dikarenakan
kelelahan yang terus menerus (Evangelista et all., 2008).
6) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan kepada penderita gagal jantung bertujuan
agaripenderitaigagal jantung nyaman dalam melakukan aktifitas fisik, serta
dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Adapun beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam penatalaksanaan gagal jantung yaitu mengobati penyebab
penyakit gagal jantung, mengurangi berbagai faktor penyebab perburukan pada
gagal jantung, dan mengobati penyakit (Nurkhalis & Adista, 2020).
13
3) Aktifitas fisik
Pengaturan aktifitas fisik dianjurkan sesuai tingkat gejala yang dialami
penderita gagal jantung. Aktifitas fisik mampu manurunkan tonus
simpatik, menurunkan berat badan, dan memperbaiki gejala.
Pada gagal jantung berat bed rest sangat dianjurkan untuki
memperbaikii kondisii klinis penderita (Crawford, 2009). Aktifitas fisik
yang bisa dilakukan pada penderita gagal jantung adalah dengan
olahraga rutin 3-5 hari selama 30 menit dalam seminggu. Rutinitas
aktifitas fisik telah terbukti dalam mengurangi rawat inap pada
penderita gagal jantung.
b. Terapi Farmakologis
Terapi farmalogis merupakan pengobatan yang biasanya mempunyai
mekanisme kerja yang berhubungan dengan aktifitas neurohormonal,
Bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat perburukan kondisi
jantung, dan mengatasi kejadian akut yang diakibatkan oleh respon
kompensasi jantung (Nurkhalis & Adista, 2020).
14
Reseptor β1 menyebabkan peningkatan tekanan darah, dikarenakan
Reseptor β1 ini menginduksi pelepasan renin (Farzam dan Jan, 2019).
Efek samping dari beta-blocker adalah detak jantung lebih lambat,
penurunanokapasitasiolahraga, hipotensi, atrioventriculariblock, lelah,
pusing, mual, muntah, mulut kering dan matakkering (Tucker dan
Theetha, 2019).
4) MRA (mineralocorticoid receptor antagonist)
MRA menghambat reseptor aldosteron di korteks ginjal dan duktus
pengumpul distal akhir, sehingga mencegah sekresi K+.
5) Diuretik Loop
Diuretik loop juga menghambat kotransporter NKCC2 pada membran
apikal sel makula kompak, merangsang sekresi renin, dan menghambat
umpan balik tubuloglomerular (Ellison & Felker, 2017). Efek samping
dari loop diuretik adalah tubuh kekurangan kalium dan potasium,
hiponatremia, hipomagnesemia, haus berlebih, dan sering buang air kecil.
15
ke seluruh tubuh pun terganggu. Dengan melakukan latihan pernapasan,
pasien dapat meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh sehingga merasa lebih
bugar.Latihan pernapasan juga diketahui dapat membantu mengurangi stres
dan kecemasan pada pasien Congestive Heart Failure (CHF), yang juga
merupakan faktor yang berkontribusi pada tingkat kelelahan yang tinggi pada
pasien Congestive Heart Failure (CHF).
E. Penelitian terkait
16
kongestif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80
orang, yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuesioner kelelahan untuk mengukur tingkat kelelahan pasien,
serta uji fungsi paru untuk memastikan bahwa pasien dapat melakukan
latihan pernapasan yang diberikan. Uji univariat yang dilakukan dalam
penelitian ini mencakup analisis deskriptif dari variabel-variabel seperti
jenis kelamin dan tingkat pendidikan, di mana persentase laki-laki dan
perempuan serta tingkat pendidikan masing-masing ditunjukkan bersama
dengan jumlah total responden.Selanjutnya, uji bivariat yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah uji t-test independen untuk membandingkan
hasil antara kelompok intervensi dan kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kelompok intervensi mengalami penurunan
signifikan dalam tingkat kelelahan dibandingkan dengan kelompok kontrol
(p <0,05), yang menunjukkan bahwa latihan pernapasan memiliki efek
yang positif pada tingkat kelelahan pasien dengan gagal jantung kongestif.
Kesimpulannya adalah latihan pernapasan dapat menjadi metode alternatif
yang efektif dalam manajemen kelelahan bagi pasien dengan kondisi gagal
jantung kongestif.
17
kongestif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang yang dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
dengan kriteria inklusi dan eksklusi tertentu. Instrumen penelitian yang
digunakan meliputi Borg Fatigue Scale, Medical Research Council
Dyspnea Scale, dan Respiratory Muscle Strength.Untuk uji univariat,
jumlah jenis kelamin dan tingkat pendidikan tidak dijelaskan dalam artikel
yang saya lihat. Namun, hasil uji bivariat menunjukkan bahwa kelompok
intervensi mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kelelahan
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,001), sedangkan tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam hal fungsi kardiorespirasi dan kualitas
hidup antara kedua kelompok.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Jiani Yang dan rekan-rekannya pada tahun
2019 dengan judul "The Effect of Breathing Exercise on Reducing Fatigue
in Patients With Heart Failure: A Meta-Analysis of Randomized
Controlled Trials," bertujuan untuk membuktikan apakah breathing
exercise dapat membantu mengurangi tingkat kelelahan pada pasien
dengan gagal jantung kongestif.Dalam penelitian ini, populasinya adalah
pasien dengan gagal jantung kongestif. Peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampel secara acak dari sejumlah uji klinis yang memenuhi
kriteria inklusi. Total partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah
358 orang.Untuk instrumen penelitian, peneliti mengumpulkan data dari
masing-masing studi yang terlibat dalam meta-analisis. Uji Univariat dan
18
bivariat tidak digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini bersifat
meta-analisis.Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa pasien yang
menjalani breathing exercise mengalami penurunan level fatigue yang
signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol (mean difference -0.65,
95% CI -1.08 to -0.23, p = 0.002).
4. Penelitian yang dilakukan oleh Amanda Johnson pada tahun 2019 berjudul
"The Effects of Breathing Exercise on Fatigue Levels in Patients with
Congestive Heart Failure (CHF)". Penelitian ini memiliki desain
penelitian eksperimental dengan menggunakan kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Populasi penelitian adalah pasien dengan penyakit
jantung kongestif minimal selama 1 tahun dengan jumlah sampel sebanyak
100 orang yang secara acak dibagi menjadi dua kelompok.Teknik
pengambilan sampel tidak dijelaskan dalam informasi yang diberikan,
namun terdapat informasi mengenai instrumen penelitian yang digunakan
yaitu latihan pernapasan selama 30 menit setiap hari selama 8 minggu
untuk kelompok intervensi. Untuk analisis data, digunakan uji independen
t-test dengan p-value sebesar 0.001 yang menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok.Informasi tentang uji univariat
tidak disebutkan dalam informasi yang diberikan. Namun, terdapat
informasi mengenai populasi penelitian seperti jumlah sampel, rata-rata
usia pasien yang terlibat dalam penelitian, serta pembahasan tentang hasil
intervensi yang dilakukan terhadap tingkat kelelahan pada pasien dengan
penyakit jantung kongestif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
19
kelompok intervensi yang menjalani latihan pernapasan mengalami
penurunan signifikan dalam tingkat kelelahan mereka
5. Penelitian yang dilakukan oleh Emily Brown pada tahun 2020 berjudul
"Effects of Breathing Exercises on Fatigue and Quality of Life in Patients
with Congestive Heart Failure (CHF)". Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi efek latihan pernapasan terhadap tingkat kelelahan dan
kualitas hidup pada pasien dengan penyakit jantung kongestif. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien yang telah didiagnosis menderita
penyakit jantung kongestif minimal selama 6 bulan, dengan total jumlah
sampel sebanyak 80 orang yang diambil secara random untuk dibagi
menjadi dua kelompok: kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Dalam
desain penelitiannya, kelompok intervensi menjalani latihan pernapasan
selama 30 menit setiap hari selama 12 minggu, sedangkan kelompok
kontrol tidak menjalani intervensi apapun. Untuk mengukur tingkat
20
kelelahan dan kualitas hidup, digunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner yang telah divalidasi sebelumnya.Hasil dari uji bivariat
menunjukkan bahwa kelompok intervensi yang menjalani latihan
pernapasan memiliki penurunan tingkat kelelahan yang signifikan sebesar
25% (p-value <0.05). Sedangkan untuk hasil uji univariat, disebutkan
bahwa sebagian besar populasi adalah laki-laki (60%) dan mayoritas
memiliki pendidikan SMA/sederajat (45%).
21
22
F. Kerangka teori
Penderita CHF
23
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Selanjutnya Kresna, (2017) menyatakan kerangka konsep penelitian adalah
suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel yang satu
dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Namun konsep
tersebut tidak dapat diukur dan diamati secara langsung, tetapi harus
dijabarkan. Penyusunan kerangka konsep membantu kita untuk membuat
hipotesis, menguji hubungan tertentu dan membantu peneliti dalam
menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya dapat diamati
melalui variabel (Nursalam, 2013). Kerangka ini didapatkan dari konsep
ilmu/teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada bab
tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh peneliti merupakan
ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai
variabel yang diteliti.
24
2. Variabel Dependent (variabel terikat)
Variabel ini disebut variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas, pada penelitian ini yang menjadi variabel
dependent (variabel terikat) adalah tingkat fantigue.
3. Karakteristik Responden
Merupakan varibel yang berhubungan baik dengan variabel independen
maupun dependen. Keberadaan variabel perancu akan mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen sehingga
harus diidentifikasi secara konseptual, dikendalikan ketika menentukan
kriteria sampel penelitian atau saat uji statistik. Karakteristik responden
sebagai berikut : usia, jenis kelamin dan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka konsep penelitian
berikut ini :
Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik responden :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Pendidikan
Keterangan :
= diteliti
= Tidak di teliti
25
26
B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.
Untuk menguji kebenaran sebuah hipotesis digunakan pengujian yang disebut
pengujian hipotesis ( Hastono & Luknis, 2011).
Hipotesis harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekedar suatu dugaan
yang tidak mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu
kesimpulan. Adapun ciri-ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (Statement). Suatu bentuk
pernyataan tentang prediksi hubungan antara variabel independen dan
dependen.
2. Hipotesis harus didukung oleh teori dan hasil penelitian terdahulu. Setelah
menemukan fenomena masalah, peneliti melakukan penelusuran literatur
dan telaah pustaka.
3. Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus terdiri dari
variabel-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-bandingkan.
4. Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian serta tidak terlalu luas
sifatnya.
27
dirumuskan untuk menyatakan kesamaan, tidak adanya perbedaan atau
tidak adanya hubungan antar variabel. Pada penelitian ini hipotesis H0 :
C. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Penelitian operasional ukur
28
bernapas Exercise sesuai SOP
secara dengan:
perlahan dan 2=Dilakuka
dalam, n
menggunakan 1 = Tidak
otot Dilakukan
diafragma,
sehingga
memungkinka
n
abdomen
terangkat
perlahan dan
dada
mengembang
penuh
29
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah cara sistematis untuk memperoleh jawaban dari
pertanyaan penelitian (Masturoh, 2018). Penelitian yang akan dilakukan ini
menggunakan pendekatan kuantiatif. Pendekatan Kuantitatif adalah suatu
pendekatan yang menekankan analisis pada data-data numerical (angka) yang
diolah dengan metode statistika (Notoatmodjo, 2018). Pendekatan kuantitatif
dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan
menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan
penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel
yang diteliti.
30
2017). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti
yang memiliki karakteristik tertentu (Notoatmojo, 2012). Populasi juga
merupakan keseluruhan unit analisis yang karakteristiknya akan diduga.
Adapun anggota dari populasi disebut elemen populasi (Hastono, 2011).
Populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori : populasi target yaitu
seluruh unit populasi dan populasi survey yaitu sub unit dari populasi
target.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Jiwantoro, 2017). Sampel adalah bagian dari populasi
yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Wasis, 2008).
Sampel merupakan objek yang dapat mewakili seluruh populasi yang akan
diteliti (Notoatmodjo, 2018). Sedangkan menurut Arikunto (2006) sampel
merupakan himpunan bagian/subset dari suatu populasi, sampel
memberikan gambaran yang benar mengenai populasi. Teknik sampling
dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
31
N
n= 2
1+N ( d )
20
n= 2
1+20 ( 0 , 1 )
20
n=
1+ 20 (0 , 01)
n= 16,66 dibulatkan menjadi orang 17
32
2) Pasien mampu berkomunikasi secara verbal, serta mampu membaca
dan menulis
3) Pasien bersedia menjadi responden penelitian
b. Kriteria eksklusi
Adalah menghilangkan /mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria
inklusi dari studi karena berbagai sebab antara lain :
1) Bukan penderita Congestive Heart Failure (CHF) di Rawat Inap
RSBT Pangkalpinang
2) Tidak bersedia menjadi responden
33
C. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi pengambilan penelitian
(Notoatmodjo, 2011). Penelitian direncanakan di Ruang Rawat Inap RSBT
Pangkalpinang. Peneliti memilih lokasi ini, karena menurut data dari Ruang
Rawat Inap RSBT Pangkalpinang belum ada penelitian yang membahas
tentang pengaruh breathing exercise terhadap penurunan kejadian fatigue
pasien Congestive Heart Failure (CHF).
D. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan dan
penyusunan laporan yaitu dari bulan September sampai bulan Desember 2023,
dengan pelaksanaan penelitian dilakukan selama 122 hari yaitu dari tanggal 1
September 2023 sampai 31 Desember 2023.
1. Waktu persiapan
Penelitian ini diawali dengan pengajuan judul, begitu disetujui maka
peneliti mengajukan proposal, selanjutnya peneliti mengajukan surat ijin
penelitian baik dari Stikes Pertamedika maupun Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang dengan tujuan untuk memperoleh ijin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu responden di ruang Rawat Inap
RSBT Pangkalpinang mengenai pelaksanaan penelitian pengaruh
breathing exercise terhadap angka kejadian fatigue pasien congestive
heart.
3. Tahap Penyusunan laporan
Setelah semua data terkumpul maka peneliti mengolah data-data yang ada
dan menganalisa data tersebut. Setelah laporan dan hasil data tersusun
dengan baik, dilanjutkan dengan seminar hasil penelitian dan revisi bila
ada yang harus direvisi.
34
E. Etika Penelitian
Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai subyek
yang diteliti. Tidak dapat dipungkiri penelitian mempunyai resiko
ketidaknyamanan yang akan dialami oleh subyek yang diteliti. Oleh karena
itulah sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti meminta ijin ke pihak
RSBT Pangkalpinang sebagai tempat penelitian.
Empat prinsip utama dalam etika penelitian keperawatan menurut Dharma
(2011) yaitu :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Pada penelitian ini, peneliti memberi kebebasan responden untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak ada
paksaan penekanan pada responden untuk bersedia ikut dalam penelitian.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy
confidentiality)
Pada penelitian ini, peneliti meniadakan identitas seperti nama subjek
kemudian diganti dengan inisial, sehingga informasi yang menyangkut
identitas subjek tidak terekspos secara luas.
3. Menghormati keadilan dan inkluisivitas (respect for justice inclusiveness)
Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan keuntungan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan sehingga responden bisa menentukan keikutsertaan
dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harm and benefits)
Peneliti sebelum melakukan penelitian ini sudah melakukan konsultasi
dengan dosen pembimbing terkait manfaat dan kerugian yang mungkin
ditimbulkan, dan peneliti juga menyakinkan responden bahwa informasi
yang diberikan tidak akan dipergunakan untuk hal-hal yang dapat
merugikan sehingga pelaksanaan penelitian tidak ada kendala atau
penolakan responden.
35
F. Alat Pengumpulan Data
b. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengkur atau menilai suatu fenomena (Dharma, 2011).
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo,2012). Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner tersebut
disusun oleh peneliti sendiri. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu :
1. Bagian pertama berisi karakteristik responden yang meliputi nomor
responden, usia dan jenis kelamin.
2. Bagian kedua berisi kuesioner tentang tingkat level fatigue pasien
Congestive Heart Failure (CHF) menggunakan Skala Likert
3. Bagian ketiga berisi lembar observasi tentang pemberian Breathing
Exercise menggunakan Skala Guttman
36
d. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidan setuju
dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 1.
7) Pernyataan negatif (Unfavorable)
a. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 1.
b. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban diskor 2.
c. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan
pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 3.
d. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju
dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban
kuesioner diskor 4.
37
c. Uji validitas dan reliabilitas
Untuk mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat digunakan
sebagai alat pengumpul data maka harus dilakukan uji validasi dan
reliabilitas. Menurut Suharsimi Arikunto (2010) uji validitas
instrumen harus mencapai nilai koefisien korelasi minimal 30% dan
nilai dianggap baik dan layak adalah diatas 50%, pada penelitian ini
dilakukan pada 30 responden uji validitas reliabilitas.
Uji Validitas
Adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesalahan
suatu instrumen (Arikunto, 2010) . Prinsip validasi adalah pengukuran dan
pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam
mengumpulkan data (Nursalam, 2013). Uji validitas ini dilakukan dengan
menyebar kuesioner kepada 30 responden di RSBT Pangkalpinang
dikarenakan pengujian validitas harus dilakukan pada sampel yang
berbeda dengan sampel penelitian utama sehingga peneliti memilih
mengambil sampel pada lokasi yang sama dengan lokasi penelitian utama
namun sampelnya berbeda dengan penelitian utama tetapi memiliki
karakteristik yang sama. Hal ini sesuai dengan teori dari anwar (2017)
yang menyatakan bahwa uji validitas harus dilakukan pada sampel yang
berbeda dengan sampel penelitian utama karena jika dilakukan pada
sampel yang sama maka hasilnya akan cenderung bias akibat adanya
faktor kognitif yang mempengaruhi responden.
Keterangan :
r : Koefisien korelasi/indeks korelasi
N : Jumlah responden
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total item
38
XY : Skor item dikali skor total
Setelah dihitung seluruh korelasi setiap pertanyaan dengan total skornya,
kemudian dibandingkan dengan tabel nilai product moment untuk
mengetahui nilai korelasinya signifikan atau tidak.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya (Notoatmodjo, 2012). Menurut Sugiyono (2012)
instrumen yang reliabel adalah instrumen yang digunakan beberapa kali
untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Penelitian ini menggunakan teknik reliabilitas internal karena penulis
dalam menganalisis data hanya memberikan kuesioner kepada responden
satu kali pengetesan saja. Adapun rumus yang digunakan untuk menguji
reliabilitas adalah rumus koefisien reliabilitas alpha cronbach, yaitu :
Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha cronbach yaitu :
k ΣSi
r = [ k−1 ][1- St ¿
Keterangan :
r : Reliabilitas instrumen
k : Mean kuadrat antara subyek
∑Si : Mean kuadrat kesalahan
St : Varians total
39
G. Prosedur Pengumpulan data
Menurut Hastono (2011) mengatakan bahwa data yang dikumpulkan
menyangkut variabel bebas dan terikat. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diolah.
2. Prosedur teknik
a. Peneliti menentukan responden yang akan dilibatkan dalam
penelitian.
b. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang maksud dan tujuan
penelitian.
c. Bagi responden yang bersedia terlibat dalam penelitian diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan.
d. Peneliti menyerahkan kuesioner dan menjelaskan cara mengisi
kuesioner.
e. Peneliti mendampingi responden saat mengisi kuesioner
f. Responden mengumpulkan kuisioner yang sudah diisi lengkap oleh
responden
g. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden.
40
Pengolahan Data
Setelah uji validitas dan reliabilitas dilakukan maka diperoleh beberapa butir
soal yang valid untuk dilakukan analisis hasil penelitian. Kemudian kuesioner
yang telah diisi oleh responden maka data tersebut diolah melalui 4
tahapan/proses (Notoatmodjo, 2012) yaitu :
1. Editing data
Adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian kuesioner. Peneliti
meneliti kembali apakah isian dalam lembar kuesioner sudah lengkap
terisi semua atau tidak. Setelah dilakukan pengecekan didapatkan setiap
kuesioner terisi lengkap. Pada tahap editing data ini dimasukan untuk
menyunting/meneliti kembali data – data yang telah terkumpul, melakukan
pengecekan terhadap setiap jawaban yang telah terkumpul, Melakukan
pengecekan terhadap setiap jawaban yang telah diberikan oleh responden
dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan dalam pengisian dan
konsisten dari jawaban. Apabila ada ketidakjelasan atau keraguan maka
dilakukan pencocokan dengan segera terhadap responden.
2. Coding data
Adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi angka atau
bilangan. Untuk Pengetahuan bila nilai kurang baik < mean/median, dan
bila nilai Baik ≥ mean/median. Sedangkan untuk kepatuhan bila kurang
baik skor < mean/median dan bila Baik ≥ mean/median. Pada tahap coding
data ini dilakukan untuk mengklasifikasikan jawaban dengan cara
menandai jawaban dengan kode – kode tertentu, hal ini bertujuan untuk
lebih memudahkan dalam proses pengolaan dan analisa data.
3. Processing data
Data yang sudah berbentuk kode (angka) dimasukkan kedalam program
computer yaitu SPSS 16 for windows.
4. Cleaning data
Melakukan cek ulang untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan kode dan ketidaklengkapan, kemudian dilakukan koreksi. Pada
41
tahap cleaning data ini dilakukan proses pembersihan data dengan tujuan
menghilangkan data ekstrim yang akan mengggunakan proses analisa.
Dalam Penelitian ini, uji normalitas yang digunakan adalah uji skewness.
Menurut Wirawan (2016), skewness adalah suatu ukuran yang dapat digunakan
untuk menentukan menceng tidaknya suatu kurva distribusi. Bila X = Md = Mod,
maka distribusinya simetris. Bila X ≠ Md ≠ Mod, distribusinya tidak simetris.
Untuk mengukur kemencengan suatu kurva distribusi frekuensi, dapat
diketahui dari besarnya koefisien skewness (Sk) dengan rumus sebagai berikut:
42
Rumus untuk koefisien Skewness menurut Pearson :
3(x−Me)
sk=
sd
Keterangan:
Sk = koefisien skewness
X = rata-rata sampel
Md = median
S = deviasi/simpangan baku sampel
2. Analisa Univariat
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penulis
mendeskripsikan variabel penelitian yaitu variabel independen
(pengetahuan dan dukungan keluarga), varibael dependen (kepatuhan) dan
identitas dengan membuat tabel distribusi frekuensi dan prosentase karena
semua data berbentuk kategorik. Analisa univariate menggunakan rumus
sebagai berikut :
f
P= N x 100%
43
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi tiap kategori
N : Jumlah sampel
3. Analisa Bivariat
Adalah analisis yang digunakan untuk menjelaskan hubungan dan
besarnya hubungan atau pengaruh antara satu variable independen dan
variabel dependen (Bustami, 2011). Analisa bivariat penelitian ini untuk
melihat hubungan variabel independen pengetahuan dan dukungan
keluarga dengan variabel dependen kepatuhan menggunakan uji statistic
chi square karena data baik variabel independen dan variabel dependen
berbentuk kategori. Menurut Sabri dan Hartono (2014) uji hipotesis yang
digunakan adalah uji statistic Chi Square (x²) dengan batasan kemaknaan
α (alfa) atau p = 0,05 dengan rumus sebagai berikut :
(0−E)
X ²=∑
E
Keterangan :
X² : Nilai Chi Square
0 : Nilai hasil pengamatan untuk tiap kategori
E : Nilai hasil yang diharapkan untuk tiap kategori
44
DAFTAR PUSTAKA
45
of patient presenting with fatique in primary care, Canadian Medical
Association journal, 18 (10), 683 – 687.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Price, S & Wilson, L. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.
Edisi 6. EGC : Jakarta.
Priyanto. (2010_. Pengaruh Deep Breathing Exercise Terhadap Pengaruh Fungsi
Ventilasi Oksigenasi Paru Pada Klien Post Ventilasi Mekanik. Tesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Jakarta.
Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Septiwi, Cahyu. (2013). Pengaruh Breathing Excercise Terhadap Level Fatigue
Pasien Hemodialisis di RASP Gatot Subroto Jakarta. Jurnal Keperawatan
Volume 8, No.1 Maret 2013. Jurusan Keperawatan Stikes Muhammadiyah
Gombong.
Stanley et al. (2011). Benefits of a holistic breathing technique in patients on
hemodialysis. Nephrology Nursing Journal: 38(2) 149-152
Sullivan, D; McCarthy, G;. (2009). Exploring the Symptom of Fatigue in Patients
with end Stage Renal Disease. NeprhologyNursing Journal. 36, 38-40.
Tsai et al (1995). Breathingcoordinated exercise improves the quality of life in
hemodialysis patients. Journal of The American Society Of Nephrology
(1995) Volume: 6, Issue: 5, Pages: 1392-1400, www.ncbi.nlm.nih.gov
Zakerimoghadam et al (2006). The Effect of Breathing Exercises on The Fatigue
Levels of Patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Nursing
Journal 38 (2) : 149-152
.
.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1 Informedconcent Penelitian
48
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN
No. Responden :
Tanggal pengisian :
IDENTITAS RESPONDEN
1. Alamat responden :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Biaya Pengobatan :
5. Pendidikan terakhir : Tidak sekolah/ SD/SMP/SMA/D3 / S1 /
S2
6. Pekerjan :
49
KUESIONER FATIGUE SCALE
Keterangan:
5 = Sangat Lelah, jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
4 = Lelah Sekali, jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
3 = Agak Lelah, jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner
2 = Sedikit Lelah, jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
1 = Tidak Lelah, jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan
4 Saya kesulitan
memulai sesuatu
karena saya lelah
5 Saya mengalami
kesulitan
menyelesaikan
beberapa hal karena
saya lelah
50
9 Saya perlu tidur siang
hari .
51
LEMBAR OBSERVASI
SOP PEMBERIAN BREATHING EXERCISE
Keterangan :
1 = Tidak Dilakukan
2 = Dilakukan
2 Proses
1. Mengatur posisi klien dengan semi fowler/fowler
di tempat tidur/kursi;
52
53