Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TEKNOLOGI, DIRI SENDIRI,GAYA HIDUP,DAN EKONOMI

TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF

MAHASISWA EKONOMI PEMBANGUNAN ANGKATAN 2021

DISUSUN OLEH:

1. RENITA JUNIARTI C1A021036


2. TRISNA WANDIRA C1A021054
3. MOHAMMAD RAIHAN C1A021076
4. DITA AULIA BUDIARTHA C1A021082
5. ADRIAN ALAMSYAH C1A021084

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ir. Lela Rospida, M.M.

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

2023
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Konsumerisme seringkali diinterpretasikan sebagai kecenderungan konsumtif


karena makna keduanya tampaknya serupa dan bahkan mirip. Dalam definisi dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumtif dijelaskan sebagai bersifat konsumtif
(hanya menggunakan barang, tanpa menghasilkannya sendiri) dan cenderung
menguntungkan pihak lain yang memproduksi barang tersebut. Perilaku konsumtif
dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk mengonsumsi barang secara berlebihan
tanpa pertimbangan yang matang, di mana masyarakat fokus pada kepuasan pribadi dan
mengedepankan keinginan daripada kebutuhan.
Istilah konsumtif sering kali digunakan dalam konteks perilaku konsumen
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu gaya hidup konsumen yang umum terjadi
dalam masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap benda materi sebagai sumber
kepuasan pribadi. Gaya hidup semacam ini dapat menunjukkan gejala perilaku
konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan tindakan membeli dan menggunakan barang
tanpa didasarkan pada pertimbangan rasional, dengan kecenderungan mengkonsumsi
tanpa batas. Individu cenderung lebih memprioritaskan keinginan mereka, ditandai oleh
gaya hidup mewah dan berlebihan. Seorang individu dihadapkan pada keputusan
pembelian tanpa mempertimbangkan konsekuensi pilihannya terhadap aspek lainnya.
Sebagai contoh, dalam dunia mode, gaya pakaian wanita mengikuti suatu siklus
berkesinambungan di mana satu tren pakaian digantikan oleh tren lainnya. Pilihan gaya
pakaian seseorang dipengaruhi oleh respons pikiran orang lain.
• Karakteristik Perilaku Konsumtif
Menurut Sumartono, karakteristik atau indikator perilaku konsumtif adalah
sebagai berikut :
a) Membeli produk karena iming-iming hadiah.
Pembelian barang tidak lagi melihat manfaatnya akan tetapi tujuannya
hanya untuk mendapatkan hadiah yang ditawarkan.
b) Membeli produk karena kemasannya menarik.
Individu tertarik untuk membeli suatu barang karena kemasannya yang
berbeda dari yang lainnya. Kemasan suatu barang yang menarik dan
unik akan membuat seseorang membeli barang tersebut.
c) Membeli produk demi menjaga penampilan gengsi.
Gengsi membuat individu lebih memilih membeli barang yang
dianggap dapat menjaga penampilan diri, dibandingkan dengan
membeli barang lain yang lebih dibutuhkan.
d) Membeli produk berdasarkan pertimbangan harga (bukan atas dasar
kebutuhan atau manfaat).
Pembeli cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya
kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang
dianggap paling mewah.
e) Membeli produk hanya sekedar menjaga symbol atau status.
Individu menganggap barang yang digunakan adalah suatu symbol dari
status sosialnya. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan
symbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain.
• Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif.
Banyak Faktor yang mempengaruhi perilaku kounsumtif bagi
seseorang,berikut adalah faktor faktor yang mempengaruhi yaitu :
1) Faktor Pribadi/Diri sendiri
a) Pekerjaan
Seseorang dengan pekerjaan berbeda tentunya akan mempunyai
kebutuhan yang berbeda pula. Dan hal ini dapat menyebabkan
seseorang berperilaku konsumtif untuk menyesuaikan diri dengan
pekerjaannya.
b) Keadaan Ekonomi
Orang yang mempunyai uang yang cukup akan cenderung lebih
senang membelanjakan uangnya untuk membeli barang-barang,
sedangkan orang dengan ekonomi rendah akan cenderung hemat.
c) Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang
diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya
hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang
berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan
sesuatu di balik kelas sosial seseorang
2) Faktor Sosial dan Lingkungan
a) Kelompok Refrensi
Orang pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi
mereka pada tiga cara, pertama, kelompok referensi
memperlihatkan pada seseorang perilaku dan gaya hidup baru.
Kedua, mereka juga memengaruhi sikap dan konsep jati diri
seseorang karena orang tersebut umumnya ingin “menyesuaikan
diri”. Ketiga, mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan
diri yang dapat memengaruhi pilihan produk dan merek seseorang.
b) Peran dan Status Sosial
Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama
hidupnya keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam
setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status.
II. Metode Penelitian
Dalam rangka penelitian, dipilih sampel sejumlah 50 responden dengan
menerapkan metode purposive sampling. Proses pengumpulan data dilakukan
melalui distribusi kuesioner secara langsung, dengan skala Likert sebagai alat
pengukuran. Untuk menganalisis data, digunakan metode analisis Structural
Equation Modeling (SEM) berbasis variance, yang lebih spesifik disebut Partial
Least Square (PLS). Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristiknya
yang tidak memerlukan sampel besar untuk analisis.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengukuran Outer Model

• Realibilitas instrument
Uji kehandalan (reliability) adalah suatu metode evaluasi yang bertujuan untuk
menilai sejauh mana suatu instrumen dapat diandalkan dalam menghasilkan informasi
yang konsisten di lapangan sebagai sarana pengumpulan data. Suatu kuesioner
dianggap memiliki kehandalan jika respons individu terhadap pernyataan dalam
kuesioner tersebut selalu konsisten dari waktu ke waktu. Salah satu indikator yang
sering digunakan untuk mengukur tingkat konsistensi respons responden dalam suatu
instrumen penelitian adalah nilai Cronbach alpha. Apabila nilai alpha Cronbach tinggi,
hal tersebut mengindikasikan tingkat kehandalan yang memadai. Sebaliknya, nilai
alpha Cronbach yang rendah menunjukkan adanya ketidakhandalan pada sejumlah item
dalam instrumen. Standar umum yang diterima adalah nilai alpha Cronbach > 0,70,
yang menandakan tingkat kehandalan yang memadai.
Tabel 1. Construk Realibility

Cronchbach's
Alpha
Diri 0.789
Sendiri
Ekonomi 0.742
Gaya 0.785
Hidup
Teknologi 0.848

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS

Dari hasil analisis pada tabel Cronbach alpha, dapat disimpulkan bahwa nilai
rata-rata untuk Literasi Keuangan, Pengetahuan Keuangan, Inklusi Keuangan, dan
Kinerja Keuangan semuanya melebihi angka 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa semua
data yang berasal dari variabel yang digunakan memiliki tingkat kepercayaan
(reliabilitas) yang memadai. Oleh karena itu, data tersebut dapat dianggap dapat
diandalkan dan layak untuk digunakan dalam tahap analisis selanjutnya.

• Validitas Indikator
Indeks loading factor mencerminkan tingkat keterkaitan antara suatu indikator
dan variabel laten. Validitas suatu indikator dianggap terpenuhi jika memiliki nilai
loading factor absolut (outer loading) minimal 0,5 terhadap variabel laten yang
bersangkutan. Semakin tinggi nilai loading factor absolut, maka semakin kuat
hubungan antara indikator dan variabel laten yang bersangkutan.

Tabel 2. Nilai Loading Factor

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS

Dengan merujuk pada tabel loading factor, dapat disimpulkan bahwa


mayoritas nilai loading factor berada di atas 0,6. Hasil ini menggambarkan bahwa
sebagian besar indikator yang membentuk konstruk (variabel laten) memiliki tingkat
validitas yang tinggi.

• Indikator Collinearity Statistics


Untuk menilai keberadaan multikolinieritas pada indikator dalam analisis PLS
PM, dapat digunakan nilai Outer VIF (Variance Inflation Factor). Suatu indikator
dianggap bebas dari multikolinieritas jika nilai Outer VIF indikator tersebut kurang dari
10.
Berdasarkan tabel VIF VALUE di bawah, terlihat bahwa semua nilai tersebut
berada di bawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi
multikolinieritas antar indikator dalam analisis PLS PM tersebut. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa hasil ini memenuhi kriteria pengukuran formatif, yang
mengharapkan ketidakberkorelasi antar indikator.

Tabel 3. Outer VIF Value

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS

2. Hasil Pengukuran Inner Model


• Validitas Variabel Laten
Untuk mengetahui validitas suatu variabel laten adalah dengan melihat nilai
average variance extracted (AVE). Nilai AVE yang disarankan adalah di atas 0,5
Tabel.4 Nilai construct validity
AVE
Diri 0.541
Sendiri
Ekonomi 0.742
Gaya 0.785
Hidup
Teknologi 0.848
Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS

Berdasarkan tabel AVE di atas, diketahui semua nilai AVE berada di atas 0,5,
sehingga dapat di simpulkan bahwa semua variabel laten yang digunakan adalah valid.

• Path Coefficiens
Untuk menganalisis pengaruh antar variabel laten, dapat dilihat dari nilai
absolut koefisien jalur (Path Coefficients). Berdasarkan tabel di bawah, terlihat bahwa
seluruh variabel laten eksogen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
laten endogen.
Tabel 5. Path Coefficiens

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS

• Collinearity Statistics Variabel Laten


Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas pada variabel laten dalam
analisis PLS PM, dapat digunakan nilai Inner VIF Value.
Tabel.6 Nilai Inner VIF Value

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS


Sebuah variabel laten dianggap bebas dari multikolinieritas jika nilai Inner VIF
variabel laten tersebut kurang dari 10. Dari tabel di atas, dapat diamati bahwa seluruh
nilai VIF berada di bawah 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat indikasi
multikolinieritas pada variabel laten yang bersangkutan.

• Koefisien Determinasi (R2)


Nilai R2 dalam model PLS PM memperlihatkan sejauh mana variasi perubahan
variabel eksogen dapat menjelaskan variasi variabel endogen. Dengan kata lain, R2
adalah ukuran kekuatan prediksi model PLS PM yang mengindikasikan proporsi
variabilitas pada variabel endogen yang dapat dijelaskan oleh variabel eksogen yang
ada dalam model. Semakin tinggi nilai R2, semakin besar kontribusi variabel eksogen
terhadap variasi variabel endogen.
Tabel.7 Nilai R2

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS


Berdasarkan nilai R2 dapat disimpulkan bahwa estimasi menunjukann kekuatan
prediksti model yaitu kemampuan variabel diri sendiri adalah sebesar 5.38%,lalu untuk
variabel ekonomi mendapatkan nilai sebesar 36,8%,untuk variabel gaya hidup sebesar
40,5%, dan variabel teknologi sebesar 10.8% . %. Semakin besar nilai R2 maka
semakin baik pula model prediksi tersebut.

3. Hasil Pengukuran Outer Model dan Inner Model

Penggambaran hasil pengukuran outer model dan inner model yang menentukan
variabel yang memengaruhi tingkat konsumtif dapat ditemukan secara menyeluruh
pada representasi visual yang terlampir.

Gambar1. Diagram PLS-PM dan Hasil Pengukuran

Sumber : Hasil data diolah melalui Aplikasi Smart PLS


BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Berdasarkan analisis reliabilitas, nilai teknologi, diri sendiri, gaya hidup, ekonomi,
dan tingkat konsumtif memiliki rata-rata di atas 0,7, menunjukkan bahwa data dari
semua variabel yang digunakan dapat diandalkan (reliabel). Dari tabel validitas
indicator loading factor, mayoritas nilai berada di atas 0,6, memberikan indikasi bahwa
sebagian besar indikator yang membentuk konstruk (variabel laten) bersifat valid.
Pada linear model, semua nilai Average Variance Extracted (AVE) berada di atas
0,5, mengindikasikan bahwa semua variabel laten yang digunakan memenuhi kriteria
validitas. Suatu variabel laten dianggap bebas dari multikolinieritas jika nilai Inner VIF
variabel laten tersebut kurang dari 10, dan dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat tanda-tanda multikolinieritas pada variabel laten.
Dalam analisis outer model, indikator yang tidak signifikan memiliki nilai outer
loading kurang dari 0,5, sementara pada inner model PLS-PM, hasil signifikan
ditunjukkan oleh T Statistic > 1,96 atau Nilai V value < 0,05.

Anda mungkin juga menyukai