Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AUDIT KOMUNIKASI

AUDIT KOMUNIKASI DALAM PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Dosen pengampu
Wahyu Rizki M.I. KOM

Kelompok 4
Asmariah
Muhammad Hatta Bako
Sayyan Nadilahanum
Selfi rahayu
Asyifa Mahira

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Audit komunikasi
dengan judul “Audit Komunikasi dalam Psikologi Komunikasi”

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin. Untuk itu, kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada Bapak Wahyu Rezeki M.I Kom selaku dosen mata kuliah Audit
komunikasi yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Audit komunikasi dalam psikologi
komunikasi” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banda Aceh, 7 desember 2023


DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN

Sistem komunikasi dinilai sebagai aspek yang sangat penting dalam meningkatkan
produktivitas organisasi, hal ini mulai disadari oleh organisasi-organisasi modern. Peningkatan
kelancaran informasi di dalam organisasi menjadi salah satu upaya organisasi untuk
meningkatkan produktivitasnya. Informasi menjadi hal yang penting, sehingga harus dikontrol
agar tidak memengaruhi aspek-aspek lain dalam suatu organisasi. Pengontrolan ini mencakup
usaha usaha untuk melakukan audit informasi dalam sistem komunikasi di sebuah
organisasi.Audit komunikasi dilakukan dengan tujuan meninjau efektivitas serta keefisienan
proses kerja dalam suatu organisasi. Selain itu, mengaudit komunikasi berarti melakukan
tinjauan terhadap tingkat kepuasan suatu komunikasi dalam berbagai tingkatan kerja di sebuah
organisasi. Evaluasi sistem komunikasi internal dengan menekankan aspek-aspek seperti kualitas
informasi dalam suatu organisasi, hubungan yang dijalin oleh anggota kerja, umpan balik
terhadap kinerja, lingkungan komunikasi, serta kontribusi bawahan dalam pembuatan keputusan
menjadi fokus utama dari audit komunikasi1
Pendekatan audit yang modern mengharuskan auditor internal untuk menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan auditee. Auditor yang
terlalu banyak menggunakan waktunya untuk “berhubungan” dengan dokumen dan arsip
merupakan auditor masa lalu yang sudah pasti tidak akan pernah dapat mencapai kinerjanya
secara efektif. Di samping itu, tidak seperti halnya auditor eksternal yang di satu sisi dalam
penugasannya lebih banyak berhubungan dengan angka-angka di laporan keuangan, maka
auditor internal di sisi lain lebih banyak berhubungan dengan individu-individu dalam penugasan
auditnya. Tentunya, kondisi ini membuat pekerjaan dan penugasan auditor menjadi lebih
dinamis. Banyak faktor-faktor yang secara psikologis mempengaruhi penugasan audit.
Memahami dengan baik faktor-faktor psikologis dalam audit merupakan kunci sukses hubungan
auditor & auditee/manajemen.Agar dapat membina hubungan secara efektif, auditor masa kini
harus dibekali dengan pemahaman mengenai mekanisme dan keterampilan komunikasi.
Hubungan dan komunikasi yang tidak baik seringkali dapat menimbulkan kesalahpahaman,
hambatan, dan kesulitan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Penguasaan terhadap keterampilan

1
Mohammed, R., & Bungin, B. 2015. Audit Komunikasi Pendekatar dan Metode Asesmen Sistem Informasi
Komunikasi dalam Organisasi. Jakarta: Prenada Media.
komunikasi dapat menghindarkan auditor dari kesulitan dan hambatan yang tidak perlu, namun
menghabiskan waktu dan perhatian ini.
Auditor modern menggunakan keterampilan berkomunikasi dalam berbagai tahap audit.
Dalam tahap perencanaan, auditor menggunakan keterampilan komunikasi untuk mendapatkan
pemahaman terhadap auditee dan meng-assess risiko (prioritas). Dalam tahap pekerjaan lapangan
(fieldwork), komunikasi bermanfaat untuk menjelaskan maksud audit dan mendapatkan
komitmen auditee (pada entry meeting) dan untuk mendapatkan audit evidence. Dalam tahap
pelaporan (reporting), teknik komunikasi dan presentasi bermanfaat untuk menyajikan,
menjelaskan dan membahas hasil audit
A. Pentingnya Audit Komunikasi
Penekanan bahwa sistem informasi dalam suatu organisasi merupakan hal yang penting
menyebabkan hambatan-hambatan yang terjadi dalam sistem informasi dapat mengganggu
seluruh aspek yang berkontribusi dalam jalannya suatu organisasi. Umumnya, terdapat tiga
sistem komunikasi yang digunakan dalam suatu organisasi, yaitu formal, informal, dan
semiformal. Ketika sistem informasi terhambat, fungsi bagian akan rusak, yang kemudian
memengaruhi tujuan organisasi. Di sinilah audit komunikasi bermain peran, yaitu untuk
mengevaluasi interaksi formal, informal, dan semiformal untuk mendorong moral dan motivasi
anggota organisasi.
Menurut Gildea, anggota kerja dalam sebuah organisasi membutuhkan informasi-
informasi yang berkaitan dengan tujuan organisasi, perencanaan kebijakan personel, data-data
yang berhubungan dengan tugas, kemajuan karier, serta posisi organisasi terhadap pesaing-
pesaing organisasi tersebut. Kebutuhan akan informasi ini berdampak pada kepuasan kerja pada
setiap anggota kerja di dalam suatu organisasi 2. Dalam rangka meningkatkan keberhasilan
organisasi atau upaya mencapai tujuan organisasi, audit komunikasi dapat berperan sebagai
pemberi nilai mengenai tingkat efektivitas sistem informasi dan saluran informasi yang ada di
dalam suatu orgnisasi. Hamilton menyatakan audit komunikasi dapat berkontribusi terhadap
keefektifan pembuatan keputusan melalui pengayaan sumber informasi internal dalam suatu
organisasi. Hamilton berpendapat audit komunikasi merupakan usaha melakukan penilaian untuk
mengetahui tingkat kejelasan dan pemahaman, serta tingkat kesesuaian dan tingkat efesiensi
sistem komunikasi internal dalam suatu organisasi.

2
Gildea dalam Mohammed & Bungin, 2015: 5
Suatu komunikasi dianggap efektif apabila terdapat tingkat kepuasan yang tinggi dalam suatu
proses komunikasi antara sumber informasi dengan penerima informasi. Redding mendefinisikan
kepuasan komunikasi sebagai suatu tingkatan sempurna yang mencakup tingkat kepuasan yang
diterima dalam lingkungan komunikasi secara keseluruhan3 Dalam manajemen audit
komunikasi, terdapat tiga dimensi yang menjadi fokus utama, yaitu dimensi informatif, dimensi
hubungan, dan dimensi hubungan-informatif.Dimensi InformatifDimensi informatif digunakan
untuk tujuan pengukuran tingkat kepuasan anggota kerja terhadap informasi-informasi yang
disalurkan dalam suatu organisasi. Dimensi ini terdiri dari faktor-faktor kepuasan yang meliputi
kualitas suatu informasi, pandangan organisasi, serta keutuhan organisasi. Penilaian mencakup
tingkat keakuratan informasi, tingkat kejelasan informasi dan informasi yang memadai, serta
tingkat validitas informasi yang diterima, ketiga hal ini akan dinilai berdasarkan persepsi
responden. Selain itu, dilakukan juga evaluasi terhadap informasi yang berkaitan dengan
organisasi, tujuan organisasi, serta isu-isu yang timbul terkait strategi lembaga dan informasi-
informasi mengenai perubahan kebijakan serta rumusan kebijakan. Dalam melakukan penilaian,
terdapat tiga faktor dimensi informatif yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Keutuhan Organisasi (Organizational Integration)


Aspek keutuhan organisasi mencakup organisasi yang umumnya terfokus pada sinkronisasi
kegiatan dari berbagai departemen, serta membuat pembaharuan rencana, berkaitan dengan
tujuan masa depan serta keberlangsungan organisasi.Metode ini memungkinkan sinkronisasi
yang baik akan memperoleh peningkatan dalam kegiatan kerja yang kemudian menunjang
pencapaian tujuan manajemen dan organisasi4 Hal ini juga berhubungan dengan cara anggota
kerja menerima informasi-informasi terbaru yang berhubungan dengan pekerjaan dan lingkungan
kerja. Derajat kepuasan dinilai berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh, terkait
perencanaan organisasi, kebutuhan melaksanakan tugas, serta informasi tentang anggota.

b. Kualitas Informasi
3
Redding dalam Mohammed dan Bungin, 2015: 9
4
Downs dan Hazen dalam Mohammed dan Bungin, 2015: 10
Melakukan pemilihan terhadap media yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan untuk
mencapai sasaran merupakan hal yang penting. Kualitas media ini berkaitan juga dengan kualitas
informasi yang harus memenuhi beberapa dimensi, yaitu:

1) Keakuratan informasi (accuracy)


2) Kesesuaian (relevancy)
3) Tepat waktu (timeliness)
4) Lengkap (completeness)5
Suatu informasi dikatakan berkualitas apabila informasi tersebut merupakan informasi
yang jelas, lengkap, diterima dalam waktu yang tepat, serta memiliki tingkat legitimasi yang
tinggi.
c. Pandangan Perusahaan
Secara umum, pandangan perusahaan meliputi pernyataan perihal filsafat organisasi,
tujuan sistem manajemen, strategi terbaru, informasi yang berkaitan dengan tugas, sesuai dengan
visi dan misi organisasi, baik dalam jangka waktu pendek, mau pun dalam jangka waktu
panjang.Dalam proses audit komunikasi, perspektif para anggota kerja akan dievaluasi, yaitu
apakah mereka menerima informasi tentang tujuan, pembaruan, serta kebijakan untuk
pengetahuan mereka.Dimensi Hubungan (Relational Dimension)Kemampuan, kebijakan, serta
tingkat keefektifan anggota kerja dalam membuat suasana hubungan dan kerja sama dengan
sesama anggota kerja di dalam lingkungan internal maupun lingkungan eksternal organisasi
disebut dengan dimensi hubungan atau relational dimension. Untuk membantu para anggota
kerja untuk mencapai tujuan organisasi,terdapat beberapa sifat hubungan yang dapat membantu
atau memudahkan para anggota kerja untuk mencapai tujuan organiasi, yaitu:
a) Melakukan interaksi perorangan dan interaksi kelompok secara tatap muka.
b) Menyesuaikan gaya komunikasi dengan unit atau bagian sesuai fungsi.
c) Memilih saluran atau medium komunikasi yang sesuai serta mengatur frekuensi interaksi.
d) Melakukan komunikasi infomal guna meningkatkan motivasi untuk prestasi kerja harian.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan dimensi hubungan, yaitu:
a. Komunikasi Horizontal Antar-Bagian
5
McLeod dalam Mohammed dan Bungin, 2015: 10
Komunikasi horizonal antar-bagian merupakan proses penyatuan tindakan dalam kegiatan yang
ditujukan untuk mempercepat proses pemecahan masalah, semangat dalam tim, dan sinkronisasi
pencapaian untuk pembentukan organisasi.
b. Komunikasi Subordinasi (Rekan Kerja)
Komunikasi subordinasi atau biasa didefinisikan sebagai komunikasi antarkalangan
anggota kerja dalam suatu organisasi di luar posisi mereka dalam organisasi tersebut. Hubungan
ini biasanya terjalin karena keinginan para anggota kerja untuk memperoleh informasi yang tidak
mereka peroleh ketika berhubungan secara formal. Sifat utama dari komunikasi ini yaitu:
1) Komunikasi ini berlangsung dengan cepat dan digunakan secara berkala (irregularly).
2) Para eksekutif tingkat atas tidak dapat mengontrol komunikasi ini.
3) Komunikasi ini terjalin sekadar untuk memenuhi kepentingan pribadi para anggota kerja.
Penilaian dimensi hubungan ini biasanya dilihat dari kerja sama para anggota karyawan
ketika bekerja dalam sebuah tim. Faktor-faktor seperti dukungan satu sama lain, saling bertukar
informasi dan pendapat, serta tingkat keintiman hubungan dapat dinilai melalui tingkat
kepuasannya.c. Komunikasi Manajemen AtasanOrang-orang dalam organisasi yang terlibat
dalam perencanaan, perumusan, dan evaluasi kebijakan, strategi, koordinasi, serta evaluasi
program-program yang telah dilaksanakan disebut sebagai manajemen atasan. Menurut Down
dan Clampitt, kemampuan manajemen puncak dalam menerima masukan, terbuka, transparan
dalam berkomunikasi, serta mendengarkan dengan baik aspirasi para anggota kerja akan
memengaruhi tingkat kepuasan kerja Smith berpendapat, komunikasi yang baik antara bagian
manajemen dengan karyawan merupakan sesuatu yang dinilai dapat memajukan bisnis tingkat
dunia. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya produktivitas kerja serta keunggulan yang tinggi
sebagai akibat dari hubungan komunikasi yang efektif 6.Faktor utama yang paling diperhatikan
dalam dimensi ini adalah evaluasi komunikasi antara manajemen puncak dan anggota kerja
dalam organisasi. Selain itu, terdapat tiga hal lainnya yang dianggap penting, seperti kemampuan
manajemen puncak untuk terbuka dalam menerima ide, kemampuan manajemen puncak untuk
mendengar dan memberi perhatian terhadap informasi serta hubungan antara manajemen puncak
dengan anggota kerja.Dimensi Hubungan-Informatif Dimensi hubungan-informatif merupakan
dimensi yang mengukur tingkat kepuasan dalam berkomunikasi yang mencakup informasi harian

6
Smith dalam Mohammed dan Bungin, 2015: 12
yang dilakukan sehari-hari. Selain itu, dimensi ini juga mengevaluasi dampak dari penyampaian
informasi terhadap tingkat kepuasan para anggota kerja.
a. Menentukan metode penilaian dengan membuat umpan balik, baik secara harian, mingguan,
bulanan, atau bahkan tahunan.
b. Pandangan terhadap citra serta budaya kerja yang dilakukan.
c. Intensitas pengakuan serta pengajuan acara-acara yang bersifat tidak resmi, seperti hari
keluarga, acara bersifat tidak formal, dan lain-lain.
d. Lingkungan komunikasi yang meningkatkan kontribusi para anggota kerja dalam membuat
atau menentukan keputusan.Terdapat beberapa faktor yang menjadi bagian dari penilaian tingkat
kepuasan.
a. Lingkungan Komunikasi
Tingkat komunikasi baik dalam organisasi maupun individu digambarkan melalui lingkungan
komunikasi. Lingkungan komunikasi ini meliputi dorongan dalam proses komunikasi antara
anggota organisasi di tingkat atasan, bawahan, maupun horizontal. Sifat lingkungan komunikasi
yang terbuka, dapat dengan mudah dihubungi, menjalin kerja sama, dan saling terlibat menjadi
upaya untuk mencapai tujuan organisasi.7.Daniel, Spikers, dan Papa menjelaskan bahwa suatu
lingkungan komunikasi dianggap sempurna jika memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Bersifat fleksibel, yaitu memiliki banyak saluran dan menerima informasi dari berbagai arah
(atas, bawah, dan horizontal).
2) Informasi yang dimiliki tepat dan memadai, bersifat lengkap terutama yang berkaitan dengan
prosedur kerja, menilai prestasi kerja, kebijakan atau keputusan, serta yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas.
3) Memiliki rasa kepercayaan, keterbukaan, serta saling memberi dukungan yang tinggi antara
atasan dan bawahan.
4) Memiliki kontribusi dalam pembuatan keputusan, pencarian solusi, dan hal lainnya yang
berkaitan dengan penyelesaian tugas serta kepemimpinan yang bersifat demokratis.

b. Komunikasi Pengawasan
Komunikasi pengawasan merupakan komunikasi dua arah, baik secara vertikal maupun ke
bawah, yang dilakukan sehari-hari oleh para anggota kerja, terutama dalam hal hubungan antara
7
Down dan Hazen dalam Mohammed dan Bungin, 2015:14
supervisor dan metode pengawasan. Terdapat tiga hal yang penting dalam komunikasi
pengawasan, yaitu kemampuan para pejabat untuk terbuka terhadap masukan-masukan,
kemampuan untuk mendengarkan dan memberikan perhatian, serta kemampuan untuk memberi
arahan ketika menyelesaikan masalah. Dalam melakukan penilaian, fokus utamanya adalah
seberapa jauh atasan mampu untuk terbuka dalam menerima masukan atau ide, kesediaan atasan
untuk mendengarkan dan memberikan perhatian terhadap isu dan permasalahan anggota kerja,
serta kemampuan untuk membimbing dalam penyelesaian masalah yang berhubungan dengan
pelaksanaan tugas.
c. Umpan Balik
Tanpa adanya proses saling menanggapi, proses komunikasi akan menjadi bentuk komunikasi
satu arah, oleh karena itu, umpan balik menjadi hal yang penting dalam suatu proses komunikasi.
Penilaian umpan balik yaitu perihal seberapa jauh anggota kerja merasa puas terhadap metode
atau cara yang digunakan, intensitas pemberitahuan mengenai prestasi kerja, serta arahan atau
bimbingan yang diberikan.
Langkah-langkah Melakukan Audit Komunikasi
1. Langkah-langkah Dasar Sebelum Audit Komunikasi
a. Review awal (The Walk Around)
Pada tahap review awal ini, umumnya seorang konsultan audit telah mendapatkan izin
dan surat tugas melaksanakan audit dari manajemen tertinggi. Proses review awal ini meliputi
proses wawancara serta pengamatan yang dilakukan dalam semua tingkatan, baik individu
maupun kelompok. Tanpa surat tugas atau surat izin ini, konsultan audit akan sulit dalam
mendapatkan informasi. Selain itu, ketiadaan surat tugas atau surat izin dapat menyebabkan
timbulnya persepsi dari anggota dalam organisasi bahwa konsultan audit memiliki tendensi
mencari kesalahan dan kelemahan dalam organisasi. Untuk menghindari hal ini, selain memiliki
surat tugas atau surat izin, seorang konsultan audit juga harus mampu menjelaskan kepada semua
tingkatan, baik individu maupun kelompok, perihal proses pelaksanaan audit. Misalnya,
konsultan audit bermaksud untuk mendapatkan informasi tentang tingkat efektivitas aliran
informasi internal di dalam organisasi, konsultan audit harus mendapat persetujuan dari
pimpinan organisasi yang akan diaudit terlebih dahulu. Setelah mendapat izin dari pimpinan
organiasasi, konsultan audit juga harus mendapatkan izin dari eksekutif untuk memberi
pengarahan kepada setiap pimpinan
unit-unit di dalam organisasi.
1) Petunjuk Review Awal
a) Cara individu memanggil nama individu yang lain;
 Berlandaskan jabatan;
 Berlandaskan nama;
 Secara formal atau informal.
b) Indikasi yang menunjukkan tingkatan status atau tugas;
 Cara berpakaian, pakaian kerja khusus perusahaan, ruang
 kantor, kantin, tempat istirahat, dan lain-lain;
 Tempat menerima tamu;
 Penataan kursi dan meja (terbuka atau tertutup).
c) Tempat yang paling digemari atau lokasi yang paling dikenal nyaman untuk berinteraksi.
d) Cara serta tempat pertemuan diadakan.
e) Cara penggunaan fasilitas.
2) Cara melakukan komunikasi formal
Pengumuman di papan, piagam untuk pelanggan, regulasi serta prosedur kerja, panduan
kerja, petunjuk dalam menangani krisis, kotak saran, serta informasi lain yang disajikan dalam
kerja sehari-hari merupakan bentuk dari komunikasi secara formal.
3) Aktivitas yang dilaksanakan oleh auditor
a) Membuat pencatatan yang berisi hasil temuan serta informasi yang didapatkan dari
pengamatan serta diskusi. Dalam membuat pencatatan, auditor perlu menambahkan nama
serta jabatan tanpa sepengetahuan mereka. Hal ini ditujukan untuk merekam narasumber.
b) Seorang auditor harus lebih tanggap dalam setiap kalimat yang diucapkan oleh
narasumber serta lebih tanggap dalam ekspresi wajah yang ditunjukkan. Hal ini
dikarenakan gabungan antara ucapan dan ekspresi wajah dapat diartikan sebagai peluang
atau sebagai ancaman.
c) Auditor harus mengamati seluruh anggota dalam organisasi tanpa memperhitungkan
jabatan atau status sosial anggota.
d) Auditor berusaha mengurangi perspektif negatif para anggota dalam organisasi terkait
audit komunikasi dengan cara menyampaikan tujuan audit komunikasi secara lengkap.
4) Menyusun Perencanaan Kegiatan Audit
Dalam melakukan penyusunan perencanaan kegiatan audit, seorang auditor dapat
membuat statistik perencanaan tindakan, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
penyusunan perencanaan kegiatan. Selain review awal, perencanaan kegiatan memungkinkan
auditor melakukan proses audit sesuai dengan kemauan dan keperluan manajemen organisasi.
Perencanaan kegiatan harus berlandaskan kegiatan yang akan dilakukan serta waktu kegiatan
kerja. Hal ini disebabkan oleh kesulitan dalam hal waktu serta kesediaan sumber yang nantinya
dapat berpengaruh terhadap kualitas audit.Penyusunan perencanaan kegiatan ini memudahkan
audit dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas kerja. Selain itu, melalui metode ini, audit
dapat membuat sketsa grafik gant yang ditujukan untuk melakukan pemantauan kerja.
C. Lingkup, Model Penilaian, dan Dimensi Audit Komunikasi
Dalam menilai tingkat efektivitas praktik komunikasi, terdapat beberapa model
komunikasi yang dapat digunakan sebagai pedoman. Misalnya seperti model persuasi
komunikasi dan model gaya komunikasi.Pedoman ini berguna untuk mempermudah proses
diagnosis praktik komunikasi. Sebagai contoh, untuk memberi penilaian terhadap kepuasan
komunikasi, model yang dijelaskan oleh Down dan Hazen dapat digunakan sebagai dasar
penilaian kepuasan komunikasi. Dalam model ini terdapat sembilan faktor yang memengaruhi
kepuasan komunikasi.Berdasarkan mikro, pembuatan penilaian bisa dibuat dengan cara
wawancara, kuesioner, dan melakukan analisis dengan mengacu pada dokumen tertulis.
Kementerian Aparatur Pendayagunaan Negara dan Reformasi Birokrasi RI (2011), terdapat 16
dimensi dalam melakukan audit komunikasi, yaitu:
1. Cara penyampaian pesan;
2. Gaya berkomunikasi;
3. Model komunikasi yang digunakan dalam instansi pemerintah dan
publik;
4. Saluran komunikasi;
5. Medium komunikasi;
6. Ketepatan waktu dalam melakukan komunikasi;
7. Intensitas melakukan komunikasi;
8. Kepastian makna pesan;
9. Keterbukaan dan kejujuran;
10. Kontribusi anggota instansi pemerintah dan publik;
11. Umpan balik dari publik;
12. Peran serta fungsi anggota instansi pemerintah dalam berbagai kelompok;
13. Penyelesaian masalah dan pembuatan keputusan;
14. Norma yang digunakan;
15. Kepemimpinan dan kewenangan;
16. Penghargaan serta hukuman.
Dimensi-dimensi tersebut dianalisis dan dievaluasi, hal ini bertujuan untuk
mengidentifikasi penyebab dan solusi untuk mengatasi persoalan dengan keefektivan sistem serta
proses komunikasi yang dilakukan oleh instansi pemerintah.Audit komunikasi memungkinkan
untuk mengidentifikasi efektivitas proses komunikasi, gaya, saluran, model, kepastian makna
pesan, waktu, media, keterbukaan dan kejujuran, kontribusi anggota instansi pemerintah dan
publik, serta penghargaan dan hukuman yang diterapkan oleh instansi pemerintah dalam
melakukan interaksi dengan indikator seberapa jauh anggota instansi pemerintah dan publik
memahami pesan dan memberi tanggapan.

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Mohammed, R., & Bungin, B. 2015. Audit Komunikasi Pendekatar dan Metode Asesmen Sistem
Informasi Komunikasi dalam Organisasi. Jakarta: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai