Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STUNTING DAN PENCEGAHANNYA

DI KELURAHAN SELATPANJANG KOTA


KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Oleh: Mely Nia Saputri


mely.nia3873@student.unri.ac.id
pembimbing: Yoskar Kadarisman, M.Si
yoskar.kadarisman@lecturer.unri.ac.id

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
Universitas Riau.
Kampus Bina Widya,Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru
Pekanbaru 28293 Telp/Fax 0761-63277

ABSTRAK
Balita merupakan bagian kelompok umur yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah
stunting merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi di dunia, khususnya negara-negara
miskin maupun berkembang. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab stunting dan pencegahannya di Kelurahan Selatpanjang Kota Kecamatan Tebing
Tinggi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Jumlah populasi dalam
penelitian ini sebanyak 78 balita yang mengalami stunting, dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel adalah simple random sampling dengan menggunakan rumus slovin
diperoleh sampel sebanyak 65 balita. Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dengan
menggunakan kuesioner dan data sekunder. Hasil penelitian faktor paling dominan ialah
pengetahuan ibu, faktor lainnya ekonomi keluarga, air bersih dan sanitasi, ketahanan pangan
serta pelayanan kesehatan. Diharapkan kepada calon ibu dapat mempersiapkan kehamilannya
dengan meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan gizi ibu dan anak.

Kata Kunci : Stunting, Faktor Penyebab Stunting.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 1


THE CAUSING FACTORS OF STUNTING AND ITS PREVENTION IN KELURAHAN
SELATPANJANG KOTA, KECAMATAN TEBING TINGGI KABUPATEN
KEPULAUAN MERANTI

By: Mely Nia Saputri


mely.nia3873@student.unri.ac.id
Supervisor: Yoskar Kadarisman, M.Si
yoskar.kadarisman@lecturer.unri.ac.id

Major in Sociology
Faculty of Social and Political Sciences.
Riau University.
Bina Widya Campus, Jl. HR. Soebrantas KM 12.5 Simpang Baru
Pekanbaru 28293 Phone/Fax 0761-63277

ABSTRACT
Toddlers are part of the age group that is vulnerable to nutritional problems. The problem of
stunting is one of the problems faced in the world, especially in poor and developing countries.
The purpose of this study was to determine the factors that causingstunting and its prevention in
the Selatpanjang Kota,Kecamatan Tebing Tinggi. This type of research is a descriptive
quantitative research. The total population in this study was 78 children under five who were
stunted, in this study the sampling technique was simple random sampling using the slovin
formula, a sample of 65 children under five. Data was collected through primary data using
questionnaires and secondary data. The results of the study showed that he most dominant
factors were mother’s knowledge, other factors were family economy, clean water and
sanitation, food security and health services. It is hoped that prosprective mothers can be prepare
for their pregnancy by increasing knowledge about maternal and child nutritional health.

Key words: Stunting, factors that cause stunting.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 2


PENDAHULUAN Keadaan sosial ekonomi
tentunya juga berkaitan terhadap
1.1 Latar Belakang pemilihan jenis-jenis makanan dan
pola pemberian makan serta kebiasaan
Keberhasilan dalam
hidup sehat. Kondisi ini secara tidak
pembangunan suatu bangsa dapat
langsung akan dapat mempengaruhi
dilihat dari ketersediaan Sumber Daya
ketahanan pangan keluarga wilayah
Manusia (SDM) yang berkualitas yaitu
tersebut. Ketidakmampuan dalam
sumber daya manusia secara fisik yang
memenuhi kebutuhan pangan dalam
tangguh, mental yang kuat, cerdas,
rumah tangga khususnya bagi ibu
kreatif serta kesehatan yang prima.
hamil dan anak balita dalam 1000 Hari
Gizi merupakan salah satu faktor yang
Pertama Kehidupan akan berakibat
dapat menentukan kualitas sumber
pada kekurangan gizi yang dapat
daya manusia, jika terdapat gangguan
berdampak pada lahirnya generasi
gizi pada awal kehidupan maka akan
yang tidak berkualitas 1000 Hari
dapat mempengaruhi kualitas
Pertama Kehidupan mencakupi 280
kehidupan di masa yang akan datang
hari dalam masa hamil dan pada 720
(Robert & Posangi, 2013).
hari termasuk dua tahun pertama
Masa balita ialah bagian
kehidupan (Aryati, Hanim, &
kelompok umur yang rentan terhadap
Sulaeman, 2018).
permasalahan gizi dan penyakit.
Anak yang mengalami stunting
Dimana salah satu permasalahan yang
memiliki potensi tumbuh kembang
dihadapi oleh dunia, khususnya pada
yang tidak sempurna dan akan berisiki
negara-negara miskin dan berkembang
lebih tinggi terkena penyakit tidak
ialah permasalahan stunting. Stunting
menular, diantaranya ialah obesitas,
dianggap menjadi suatu ancaman
kanker, hipertensi, diabetes, dan
terhadap kualitas manusia Indonesia
jantung (Widanti, 2017).
dan juga dianggap sebagai ancaman
Alasan pentingnya membahas
terhadap kemampuan daya saing
mengenai stunting, karena stunting
bangsa. Stunting merupakan indikator
menjadi suatu permasalahan yang
keberhasilan kesejahteraan, pendidikan
memiliki risiko akan terjadinya
dan pendapatan masyarakat (Indriyanti
kesakitan dan kematian, kemudian
& Khoeroh, 2017).
mengalami perkembangan otak yang
Menurut Kemenkes R.I,2012
kurang optimal akan dapat
dalam penelitian (Illahi, 2017) bahwa
mengakibatkan terjadinya suatu
stunting merupakan penilaian status
keterlambat serta terhambatnya
gizi yang dengan berdasarkan
pertumbuhan mental. Hal ini dapat
indikator panjang badan disbanding
membuktikan bahwa masalah stunting
umur (PB/U) atau tinggi badan
pada balita merupakan suatu
disbanding umur (TB/U) dengan hasil
permasalahan bagi kesehatan
pengukuruan menggunakan
masyarakat yang memiliki dampak
antropomteri menunjukkan Z-score <-
begitu serius terhadap generasi
2 SD sampai dengan -3 SD (pendek)
selanjutnya.
dan <-3 SD (sangat pendek).

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 3


Tabel 1.1 Kepulauan Meranti mengatakan bahwa
Data Posyandu dan Kader Posyandu stunting atau perumbuhan anak yang
Kelurahan kurang baik diakibatkan dari adanya
Sidomulyo Timur 2021 kekurangan gizi dan faktor yang paling
No Nama Jumlah utama ialah suatu akibat dari faktor
Kelurahan/ Stunting kemiskinan dan kurangnya
Desa (Balita) pengetahuan dan pemahaman keluarga
1 Sesap 14 mengenai pola asupan makanan yang
bergizi ibu dan anak. Bahwa faktor
2 Selatpanjang 18 kemiskinan serta kurangnya
Barat pemahaman atau pengetahuan
3 Alah Air 31 merupakan masalah serius yang
Timur dihadapi banyak keluarga di Meranti,
4 Selatpanjang 41 yang dapat mengakibatkan banyak
Selatan anak-anak yang mengalami
5 Banglas 45 suatuketerlambatan dalam
Barat pertumbuhan fisik dan mengalami otak
6 Alah Air 67 yang lamban.
Secara langsung masalah
7 Selatpanjang 68 stunting dapat dipengaruhi oleh
Timur penyakit infeksi dan kurangnya asupan
8 Banglas 71 gizi yang baik secara kualitas maupun
kuantitas. Status sosial ekonomi
9 Selatpanjang 78 keluarga terdiri dari pendapatan
Kota keluarga, pendidikan orangtua,
Sumber: Kelurahan Sidomulyo Timur pengetahuan ibu mengenai gizi serta
jumlah anggota keluarga secara tidak
Terdapat prevalensi angka langsung memiliki kaitan dengan
stunting pada tahun 2020 tertinggi kejadian stunting. Berdasarkan latar
terletak pada Kelurahan Selatpanjang belakang tersebut maka peneliti
Kota dengan jumlah 78 balita, dan tertarik untuk melakukan penelitian ini
disusul dengan jumlah 68 balita yang mengenai “Faktor-Faktor Penyebab
terdapat pada Kelurahan Selatpanjang Stunting dan Pencegahannya di
Timur kemudian dengan jumlah 67 Kelurahan Selatpanjang Kota
balita terdapat pada Desa Alah Air. Kecamatan Tebing Tinggi
Sedangkan yang terendah terdapat Kabupaten Kepulauan Meranti.”
pada Desa Sesap dengan jumlah 14
balita yang mengalami stunting. 1.2 Rumusan Masalah
Humas Pemerintah Kabupaten Berdasarkan latar belakang yang
Kepulauan Meranti, 2021, selamatkan telah dipaparkan oleh penulis diatas
Generasi Dari Stunting. Dalam maka penulis merumuskan penelitian
pertemuan pada hari senin, 12 April sebagai berikut:
2021 di Aula Kantor Bupati Meranti
H.M Adil sebagai Bupati Kabupaten

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 4


1. Apa saja faktor-faktor kemampuan menulis serta
penyebab stunting pada anak menambah wawasan
balita di Kelurahan dalam bidang ilmu sosial.
Selatpanjang Kota Kecamatan b. Bagi Calon Ibu dan Ibu
Tebing Tinggi? Penelitian ini dapat
2. Bagaimana Upaya pencegahan digunakan sebagai
yang dilakukan ibu terhadap sumber informasi
anak balita stunting di mengenai faktor-faktor
Kelurahan Selatpanjang Kota penyebab stunting,
Kecamatan Tebing Tinggi? sehingga calon ibu agar
dapat lebih
1.3 Tujuan Penelitian memperhatikan
Berdasarkan rumusan masalah khususnya kesehatan
diatas, maka perlu adanya tujuan ibu dan anak selama
penelitian sebagai berikut : masa kehamilan
maupun setelah
1. Untuk mengetahui faktor-
melahirkan
faktor penyebab stunting pada
anak balita di Kelurahan
TINJAUAN PUSTAKA
Selatpanjang Kota Kecamatan
1. Teori Tindakan Sosial (Talcott
Tebing Tinggi.
Parson)
2. Untuk mengetahui upaya
Tindakan sosial merupakan
pencegahan yang dilakukan
tindakan individu yang mempunyai
oleh orang tua terhadap anak
makna atau arti subyek bagi dirinya
balita stunting di Kelurahan
dan diarahkan pada orang lain.
Selatpanjang Kota.
Menurut Max Weber, yang dikenal
1.4 Manfaat Penelitian dengan teori tindakan (action theory)
Berdasarkan tujuan yang telah bahwa perilaku individu sangat
peneliti paparkan, adapun manfaat dipengaruhi oleh pengalaman,
penelitian sebagai berikut: persepsi, pemahaman dan
penafsirannya atas suatu objek
1. Secara Teoritis stimulus dan kondisi tertentu (Lawang,
Dari hasil penelitian ini dapat 1986).
dijadikan bahan atau referensi Sebagaimana dalam jurnal
bagi ilmu sosiologi kesehatan (Muhlis & Nurkholis, 2016) bahwa
serta dapat menjadi acuan bagi teori tindakan sosial Max Weber
penelitian dimasa yang akan berorientasi pada motif dan tujuan
datang. pelaku. Teori ini dapat digunakan
2. Secara Praktis untuk memahami bagaimana perilaku
a. Bagi peneliti setiap individu maupun kelompok, pun
Bagi peneliti dengan dengan halnya menghargai dan
melalui penelitian ini memaklumi alasan-alasan dalam
dapat diharapkan mengenai suatu tindakan.
menambah pengetahuan,
meningkatkan

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 5


Weber melakukan pembagian yaitu kemiskinan, sosial dan budaya,
terstruktur mengenai menurut empat peningkatan paparan terhadap
tindakan yang dibedakan pada konteks penyakit, kerawanan pangan, dan
motif para pelakunya, yaitu: Tindakan akses masyarakat terhadap pelayanan
rasionalitas instrumental, tindakan kesehatan. Dengan uraian sebagai
rasional nilai, tindakan afektif dan berikut:
tindakan tradisional. Kemudian dari
keempat pembagian tindakan tersebut, 1. Ekonomi keluarga
selanjutnya akan penulis gunakan Faktor ekonomi pada stunting
untuk menganalisis fenomena dalam berkaitan erat dengan
penelitian. pemenuhan makanan yang
Adapun penjabaran mengenai berfungsi untuk membantu
empat pembagian tipe tindakan, yaitu kesehatan anak-anak. Sejalan
sebagai berikut: pertama, Tindakan dengan penelitian yang
rasional instrumental merupakan dilakukan oleh (Putri, 2020)
tindakan yang ditujukan dalam bahwa krisis ekonomi ialah
pencapaian tujuan-tujuan yang secara akar dari masalah mengenai
rasional yang diperhitungkan dan proses tumbuh kembang anak.
diupayakan sendiri sang aktor yang Dari ketidakmampuan kepala
bersangkutan. Kedua, Tindakan keluarga dalam memenuhi
rasional nilai ialah suatu tindakan kebutuhan pangan gizi baik
rasional yang berdasarkan nilai, yang kualitas maupun kuantitas akan
dilakukan dengan tujuan yang memiliki akibat buruk untuk
memiliki kaitan dengan nilai-nilaiyang gizi anak.
diyakini secara personal tanpa 2. Pengetahuan Ibu
memperhitungkan berhasil atau Sejalan dengan penelitian yang
gagalnya tindakan tersebut. Ketiga, dilakukan oleh (Ibrahim &
Tindakan afektif ialah tindakan yang Faramita, 2015) menunjukkan
ditentukan atau didominasi oleh adanya hubungan yang
perasaan atau emosi tanpa perencanaan signifikan antara pengetahuan
sadar. Keempat, Tindakan tradisional ibu dengan kejadian stunting.
ialah jenis tindakan yang ditentukan Untuk memperoleh gizi yang
berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang baik diperlukan pengetahuan
sudah mengakar secara turun-temurun. ibu dalam menyediakan menu
yang bergizi dan seimbang.
2. Faktor Penyebab Stunting Tingkat pengetahuan gizi ibu
Stunting atau keterlambatan berpengaruh terhadap sikap
pertumbuhan pada anak di bawah lima dan perilaku dalam pemenuhan
tahun ialah hasil dari beberapa faktor makanan
yang sering dikaitkan dengan 3. Ketahanan Pangan
kemiskinan, termasuk pola makan, Berbagai permasalahan kurang
kesehatan, serta kebersihan dan gizi, yang salah satunya dapat
lingkungan. Dalam jurnal (Aridiyah, mengakibatkan stunting.
Ririanty, & Rohmawati, 2015) terdapat Keluarga yang mengalami
lima faktor utama penyebab stunting kerawanan pangan dapat

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 6


disebabkan oleh kurangnya METODE PENELITIAN
ketersediaan dan akses pangan,
sehingga asupan atau gizi tidak Jenis Penelitian
terpenuhi (Sitasari, Raharja, & Jenis penelitian dalam
Waryana, 2019) penelitian ini ialah penelitian
4. Pelayanan Kesehatan kuantitatif dengan pendekatan
Terbatasnya layanan kesehatan deskriptif. Penelitian kuantitatif
termasuk layanan ANC- Ante deskriptif ialah yang digunakan untuk
Aatal Care (pelayanan menganalisis data dengan cara
kesehatan untuk ibu semasa mendeskripsikan maupun menjelaskan
kehamilan), Post Natal Care data atau sampel yang telah terkumpul
dan pembelajaran dini yang (Sugiyono, 2018).
bermutu. Informasi dari
Kemenkes dan Bank Dunia Lokasi Penelitian
yang menyatakan bahwa ada Lokasi penelitian dilakukan
penurunan pada tingkat disalah satu Kelurahan di Kecamatan
kehadiran anak di posyandu Tebing Tinggi tepatnya di Kelurahan
dari 79 % pada tahun 2007 Selatpanjang Kota. Kelurahan
kemudian pada tahun 2013 Selatpanjang Kota dijadikan lokasi
menjadi menjadi 64 %. Dalam penelitian dengan beberapa
penelitian yang dilakukan oleh pertimbangan, yaitu berdasarkan angka
Fajariyah, R., & Hidayah A. prevalensi stunting di Kelurahan
(2020) Anak dengan imunisasi Selatpanjang Kota berjumlah 78 balita
tidak lengkap 1,78 kali lebih yang mengalami stunting,
berisiko akan mengalami Populasi dan Sampel
stunting jika dibandingkan Populasi ialah keseluruhan
dengan anak yang dengan subyek yang akan diukur, yang
status imunisasi lengkap merupakan unit yang diteliti
5. Air Bersih dan Sanitasi (Sugiyono, 2018). Populasi dalam
Kondisi lingkungan meliputi penelitian ini adalah ibu dari anak
kurangnya akses sanitasi air yang mengalami stunting di
bersih dan sehat yang tidak Selatpanjang Kota Kecamatan Tebing
memenuhi indikator yang Tinggi sebanyak 78 balita.
mempengaruhi kejadian Sampel merupakan bagian dari
stunting. Sanitasi dan jumlah dan karakteristik yang dimiliki
lingkungan yang kurang baik oleh populasi tersebut. Dalam
dapat mengakibatkan mudah penelitian ini teknik pengambilan
terkena penyakit infeksi, sampel ialah teknik simple random
dengan kondisi tersebut dapat sampling (acak sederhana)
memengaruhi kebersihan pengambilan sampel secara acak tanpa
makanan yang memperhatikan strata yang ada dalam
dikonsumsi.(Sitasari, Raharja, populasi tersebut. Besar sampel
& Waryana, 2019) ditentukan dengan menggunakan
rumus slovin (Sugiyono, 2018)

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 7


𝑁 pengumpulan data yang dilakukan
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2 dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan atau pernyataan tertulis
78 untuk dijawab oleh responden. Dalam
𝑛=
1 + 78(5%)2 penyebaran kuesioner dilakukan
kepada ibu dari anak yang mengalami
78 stunting di Selatpanjang Kota
𝑛= Kecamatan Tebing Tinggi.
1 + 78 (0,0025)
b. Dokumentasi
78 Dokumentasi merupakan teknik
𝑛= pengumpulan data yang tidak langsung
1,195
ditujukan pada subjek penelitian,
𝑛 = 65,271966 melalui catatan, buku, surat kabar,
majalah, notulen, dan lain-lain.
𝑛 = 65 Dokumen dapat berupa tulisan maupun
gambar. Sehingga dapat mendukung
Sumber Data serta menambah kepercayaan suatu
kejadian.
Data Primer ialah sumber data
yang diperoleh secara langsung dari Analisis Data
responden yang bersangkutan Teknik analisis data dalam
mengenai permasalahan atau penelitian kuantitatif deskripstif
fenomena. (Sugiyono, 2012) Untuk digunakan untuk menganalisis data
memperoleh data tersebut, maka dengan cara mendeskripsikan atau
peneliti melakukan dengan melalui menggambarkan data yang sudah
kuesioner. terkumpul. (Sugiyono, 2018). Dengan
Data Sekunder ialah data yang menggunakan alat bantu analisis
diperoleh secara tidak langsung berupa program SPSS versi 23 dalam
(Sugiyono, 2012) . sumber data yang menghitung semua pertanyaan dalam
diperoleh dengan menggunakan cara kuesioner yang ada
membaca serta memahami melalui
media lain yang bersumber GAMBARAN UMUM MENGENAI
berdasarkan literature, buku-buku, STUNTING
maupun dokumen.
Berdasarkan Riskesdas 2018
Teknik Pengumpulan Data dalam jurnal (Sindar, D. Amisi, & I.
Punuh, 2019) bahwa Indonesia masih
Adapun teknik pengumpulan
memiliki masalah kesehatan mengenai
data yang digunakan peneliti ialah
kekurangan gizi. Dengan
dengan menggunakan beberapa cara
kecenderungan prevalensi wasting
untuk mendapatkan data-data yang
(kurus) pada anak balita sebesar 6,7 %,
akan diperoleh sebagai berikut:
sedangkan prevalensi stunting (anak
a. kuesioner pendek) sebesar 19,3 %. Prevalensi
Menurut (Sugiyono, 2018) bahwa gizi kurang (underweight) sebesar 13,8
kuesioner merupakan suatu teknik % dan gizi buruk prevalensi sebesar

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 8


3,9 % kemudian prevalensi gizi lebih lebih jelasnya mengenai permasalahan
sebesar 3,10 %. penelitian akan dijelaskan dalam poin-
Stunting merupakan suatu poin dibawah ini, sebagai berikut
kondisi yang mengalami kegagalan
dalam tumbuh kembang anak balita 1. Ekonomi
(bayi dibawah lima tahun) yang Kondisi ekonomi memiliki
diakibatkan dari kekurangan gizi kaitan yang berkesinambungan dengan
kronis yang menyebabkan tinggi badan terjadinya stunting. Faktor ekonomi
anak menjadi terlalu pendek untuk sebagai tolak ukur yang dapat
usianya. (Pakpahan, 2020). berkaitan terhadap status gizi. Berikut
Menurut World Health
distribusi responden Biaya pemenuhan
Organization (WHO) dalam jurnal
(Widajanti, Aruben, & Oktavia, 2017) gizi yaitu sebagai berikut:
bahwa gizi buruk dapat ditentukan
Tabel 5.1
dengan berdasarkan indikator
antropomteri berat badan menurut Distribusi Responden Berdasarkan
tinggi atatu panjang badan (BB/TB) Biaya Pemenuhan Gizi
dengan z-score BB/TB <-3 SD dan ada
atau tidak nya odema. Biaya Frekuensi Persentase
Dapat diambil kesimpulan Pemenuhan (%)
bahwa stunting ialah kondisi dimana Gizi
tinggi badan anak dibawah rata-rata Rp 1.000.000 42 64,6
untuk anak seusianya. Hal tersebut – 1.250.000
dapat disebabkan dari kekurangan Rp. 1.255.000 23 35,4
asupan zat gizi dalam jangka waktu – 1.500.000
yang lama, khususnya dalam 1000. Total 65 100,0
Sedangkan, gizi buruk ialah sebuah
kondisi ketika anak tidak menerima Sumber: Data Olahan Lapangan 2021
asupan nutrisi sesuai dengan
Berdasarkan tabel diatas biaya
kebutuhannya. Anak gizi buruk dapat
yang paling kecil ialah Rp.1.000.000
disebabkan dari kekurangan asupan zat
dan paling besar ialah Rp.1.500.000
gizi dalam jangka waktu yang singkat.
dengan rata-rata Rp.1.207.000. Dapat
Dengan ciri-ciri kulit yang kering,
ditarik kesimpulan bahwa biaya yang
lemak di dibawah kulit berkurang, otot
digunakan responden untuk
mengecil, dan ada kemungkinan perut
pemenuhan gizi dalam keluarga paling
anak membuncit.
banyak ialah Rp.1.000.000- 1.250.000
HASIL PENELITIAN per bulan sebanyak 42 responden
dengan persentase 64,6 % , sedangkan
Dalam bab ini akan diuraikan terdapat 23 responden dengan biaya
hasil penelitian yang berdasarkan pemenuhan gizi dalam keluarga
dengan masalah penelitian yaitu sebesar Rp.1.255.000- 1.500.000 per
“Faktor-faktor penyebab stunting dan bulan dengan persentase 35,4 %.
pencegahannya di Selatpanjang Kota Terjadinya perbedaan biaya dalam
Kecamatan Tebing Tinggi. Untuk pemenuhan gizi yang digunakan pada

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 9


tiap keluarga sesuai dengan responden yang memiliki
pendapatan yang diperoleh dalam perekonomian yang kurang baik
suatu keluarga mereka memilih untuk membeli obat
ke apotik.
Tabel 5.2
5.2 Pengetahuan Ibu
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ialah suatu hasil
Berdasarkan Biaya Pengobatan dari tahu yang dapat terjadi dengan
Anak melalui pancaindra manusia, berupa
dari indra penglihatan, pendengaran,
Biaya Frekuensi Persentase
penciuman, rasa dan raba. Dimana
Pengobatan (%)
pengetahuan ini dapat menghasilkan
Rp. 15.000 – 39 60,0 suatu tindakan seseorang.
30.000 (Notoatmodjo, 2014).
Rp. 31.000 – 20 30,7
46.000 Tabel 5.3
Rp. >47.000 6 9,3
Total 65 100,0 Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Ibu
Sumber: Data Olahan Lapangan 2021
Pengetahuan Frekuensi persentase
Berdasarkan tabel diatas biaya ibu (%)
yang paling kecil ialah Rp.15.000 dan mengenai
yang paling besar ialah Rp.50.000 stunting
dengan rata-rata Rp.28.000. Dapat Mengetahui 8 12,3
ditarik kesimpulan bahwa untuk biaya
pengobatan anak saat mengalami sakit Kurang 51 78,5
paling banyak ialah sebesar Mengetahui
Rp.15.000-30.000 sebanyak 39 Tidak 6 9,2
responden dengan persentase 60,0 %, Mengetahui
sedangkan untuk biaya pengobatan Total 75 100,0
sebesar Rp.31.000-46.000 sebanyak 20 Sumber: Data Olahan Lapangan 2021
responden dengan persentase 30,7 %,
dan terdapat 6 responden dengan Berdasarkan tabel diatas dapat
persentase 9,3 % menggunakan biaya ditarik kesimpulan bahwa terdapat
pengobatan untuk anak sebesar diatas sebanyak 51 responden dengan
Rp.47.000. persentase 78,5 % kurang mengetahui
Terdapat perbedaan biaya yang stunting pada saat hamil, kemudian
digunakan dalam pengobatan anak hanya 8 responden yang mengetahui
dapat disesuaikan dengan kecukupan stunting pada saat hamil dengan
pendapatan keluarga. Hal ini dapat persentase 12,3 % serta terdapat 6
dilihat dari faktor ekonomi responden, responden yang mengalami
responden yang memiliki ketidaktahuan terhadap stunting pada
perekonomian yang baik akan memilih balita saat hamil dengan persentase
untuk berobat ke dokter, sedangkan 9,2%.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 10


Indikator pengetahuan dalam mengkonsumsi cumi-cumi dengan
penelitian ini pengetahuan mengenai persentase 4,6 %. Kemudian terdapat
kesehatan gizi ibu dan anak pada saat 44 responden tidak ada kepercayaan
hamil, dimana dikatakan mengetahui mengenai larangan makan pada saat
apabila ibu mengetahui penyebab dari hamil dengan persentase 67,7 %.
stunting, dan indikator untuk kurang
mengetahui ibu hanya mengetahui 5.3 Ketahanan Pangan
anak kerdil namun tidak mengetahui Sebagaimana tertera undang-
istilah stunting dan bahkan ibu kurang undang nomor 7 tahun 1996 tentang
menguasai pengetahuan bahwa pangan dalam jurnal (Rachman &
penyebab dari anak stunting dimulai Ariani, 2002) ketahanan pangan adalah
sejak janin dalam kandungan, kondisi terpenuhinya kebutuhan
kemudian indikator tidak mengetahui pangan bagi rumah tangga diantaranya
bahwa ibu tidak pernah sebelumnya ketersediaan pangan yang cukup,
mendengar bahkan tidak mengetahui aman, merata serta terjangkau.
mengenai anak stunting maupun anak
pendek. Tabel 5.5
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan
Ketersediaan Pangan Dalam Rumah
Distribusi Responden Berdasarkan Tangga
Jenis Larangan Makanan Pada Saat
Hamil Ketersediaan Frekuensi persentase
Pangan (%)
Jenis Frekuensi Persentase Cukup 8 12,3
Larangan
Makanan Kurang 51 78,5
Nenas 7 10,8 Cukup
Telur 11 16,9 Total 75 100,0
Cumi-cumi 3 4,6 Sumber: Data Olahan Lapangan 2021
Tidak Ada 44 67,7
Total 58 100,0 Berdasarkan tabel diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat 38
Sumber: Data Olahan Lapangan 2021 responden persentase 58.5 % cukup
dengan ketersediaan pangan dalam
Berdasarkan tabel diatas dapat keluarga, sementara 27 responden
ditarik kesimpulan bahwa menurut ketersediaan pangan dalam keluarga
responden makanan yang dilarang cukup dengan persentase 41.5 %.
kemudian dikonsumi pada saat hamil Indikator dari tingkat ketersediaan
akan dapat berakibat buruk dalam saat pangan dalam keluarga meliputi cukup
proses melahirkan. Hal ini dapat dan kurang cukup. Cukup mencakup
dilihat bahwa 7 responden bahwa dari ketersediaan pangan dalam
mengkonsumsi nenas dengan keluarga yang artinya tidak mengalami
persentase 10,8 %, dan 11 responden kekurangan ketersediaan pangan,
mengonsumsi telur dengan persentase sedangkan kurang cukup mengalami
16,9 %, dan 3 responden

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 11


kekurangan dalam ketersediaan mendapatkan atau menerima suatu
pangan yang tersedia dalam keluarga. informasi.

5.4 Pelayanan Kesehatan 5.5 Air Bersih dan Sanitasi


Pelayanan kesehatan Sumber air bersih tersebut
merupakan suatu upaya yang diberikan dapat berasal dari mata air, air sumur
oleh puskesmas kepada masyarakat atau air sumur pompa, air ledeng atau
yang mencakup perencanaan, perusahaan air minum, air hujan dan
pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, air dalam kemasan.
pelaporan dan dituangkan dalam suatu
sistem. Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan
Tabel 5.6
Menerapkan Perilaku Hidup Bersih
Distribusi Responden Berdasarkan dan Sehat Dalam Keluarga.
Pelayanan Kesehatan
Perilaku Frekuensi persentase
Pemeriksaan Frekuen persentase Hidup Bersih (%)
Kesehatan Pada si (%) dan Sehat
Saat Hamil Menerapkan 25 38,5
Setiap Bulan 22 33,8 Kadang- 40 61,5
Sekali 2- 43 66,2 kadang
3Bulan Total 65 100,0
Total 75 100,0 Sumber: Data Olahan Lapangan 2021
Sumber: Data Olahan Lapangan 2021
Berdasarkan tabel diatas dapat
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 25
ditarik kesimpulan bahwa terdapat 22 responden yang menerapkan perilaku
responden dengan persentase 33.8 % hidup bersih dan sehat dalam keluarga
pada saat hamil setiap bulan dengan persentase 38,5 %, sedangkan
melakukan pemeriksaan ke pelayanan keluarga yang hanya kadang-kadang
kesehatan, kemudian 43 responden menerapkan perilaku hidup bersih dan
melakukan pemeriksaan selama hamil sehat sejumlah 40 responden dengan
dapat diperkirakan sekali 2-3 bulan persentase 61,5 %. Perilaku Hidup
dengan persentase 66,2 %. Bersih dan Sehat dalam penelitian ini
Pada penelitian ini terdapat ialah keluarga yang dengan
hampir sepenuhnya responden menggunakan air bersih sebagai
melakukan pemeriksaan terdapat 22 kebutuhan sehari-hari, mencuci tangan
responden melakukan pemeriksaan dengan air bersih dan sabun, tidak
setiap bulan dan 43 responden merokok dalam rumah, memberantas
melakukan pemeriksaan sekali dalam jentik nyamuk dan pembuangan air
2-3 bulan. Tingkat pengetahuan besar balita pada jamban.
mengenai gizi ibu dan anak diukur dari
mampu atau tidak mampu nya dalam

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 12


2. Upaya Pencegahan PENUTUP
Di akui bahwa intervensi untuk
menurunkan stunting sudah dilakukan Kesimpulan
sejak sebelum hamil dan setelah Berdasarkan hasil penelitian
melahirkan pada usia 2-3 tahun dan pembahasan tentang Faktor-Faktor
pertama kehidupan. Terdapat beberapa Penyebab Stunting dan Pencegahannya
bukti adanya tumbuh kejar atau catch di Kelurahan Selatpanjang Kota
up dalam kemudian hari (Eckhardt et Kecamatan Tebing Tinggi, maka dapat
al,2005) dalam (Pakpahan, 2020). disimpulkan sebagai berikut:
Adapun bentuk upaya yang dilakukan
1. Faktor–faktor yang dapat
oleh orangtua, sebagai berikut:
menyebabkan stunting pada
Tabel 5.6 anak balita yaitu faktor
ekonomi keluarga,
Distribusi Responden Berdasarkan pengetahuan ibu, ketahanan
Bentuk Upaya Pencegahan Yang pangan, pelayanan kesehatan,
Dilakukan Oleh Orang Tua serta air bersih dan sanitasi.
Bentuk melakukan persentase Dari kelima faktor tersebut
Upaya Ya Tidak (%) yang paling dominan adalah
Pencegahan faktor pengetahuan ibu, dimana
Melakukan 51 14 100,0 ibu yang mengetahui stunting
pemeriksaan (78,5) (21,5) pada anak hanya sebesar 8
anak di responden (12,3 %).
pelayanan Disamping faktor ibu, faktor
kesehatan lainnya yaitu: ekonomi
secara rutin keluarga dengan kecukupan
dan berkala kebutuhan keluarga hanya
Mengkonsu 36 29 100,0 sebesar 12 responden (18,5 %)
msi vitamin (55,4) (44,6) menerapkan perilaku hidup
yang sudah bersih dan sehat menggunakan
diberikan air bersih yang layak untuk
oleh medis digunakan sebesar 25
atau tenaga responden (38,5%)
kesehatan ketersediaan sumber pangan
Menjaga 28 37 100,0 memenuhi kriteria 4 sehat 5
kebersihan (43,1) (56,9) sempurna sebanyak 38
lingkungan responden (58,5%) dan
tumbuh pelayanan kesehatan pada saat
kembang hamil maupun setelah
anak melahirkan hampir sepenuhnya
Memberika 47 29 100,0 melakukan pemeriksaan
n makanan (72,3) (27,7) dengan setiap bulan 22
tambahan responden (33,8 %) dan sekali
Total 65 100,0 2-3 bulan sebanyak 43
Sumber: Data Olahan Lapangan 2021 responden (66,2 %).

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 13


2. Upaya pencegahan yang penyebab stunting, yaitu
dilakukan oleh orangtua diharapakan kepada seluruh
terhadap anak stunting dalam calon ibu dan ibu pada masa
penelitian ini yang paling kehamilan agar dapat
dominan ialah dengan mempersiapkan kehamilannya
melakukan pemeriksaan anak dengan meningkatkan
di pelayanan kesehatan secara pengetahuan mengenai
rutin dan berkala sebanyak 51 kesehatan gizi ibu dan anak
responden (78,5 %), sebanyak dengan tetap memperhatikan
47 responden memberikan faktor penyebab stunting.
makanan tambahan (72,3 %),
sebanyak 36 responden
mengkonsumsi vitamin yang DAFTAR PUSTAKA
sudah diberikan oleh medis
(2021),Bupati H.M Adil Selamatkan
atau tenaga kesehatan (55,4 %),
Generasi DariStunting Humas
kemudian terdapat 28
PemkabMeranti.http://news.merantika
responden menjaga kebersihan
b.go.id/webnewsV2/webpage/berita/12
lingkungan tumbuh kembang
699/Bupati%20H.M%20Adil%20Sela
anak (43,1 %).
matkan%20Generasi%20Dari%20Stun
Saran ting. Diakses pada tanggal 29 Juni
Berdasarkan hasil dari 2021.
penelitian, pembahasan dan
keseimpulan maka saran yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut: Aryati, N. B., Hanim, D., & Sulaeman,
E. S. (2018). Hubungan Ketersediaan
1. Bagi Dinas Kesehatan: Hasil Pangan Keluarga Miskin, Asupan
dalam penelitian ini dapat Protein, dan Zink Dengan
dijadikan sebagai pedoman dan Pertumbuhan Anak Umur 12-24 Bulan
infromasi mengenai Pada Siklus 1000 Hari Pertama
stunting.Diharapkan untuk Kehidupan. 99-112.
petugas kesehatan lebih
memberikan perhatian dengan Fajariyah, R. N., & Hidayah, A. C.
sosialisasi ataupun pemahaman (2020). Hubungan Status Imunisasi
bahwa pentingnya pengetahuan Anak dan Tinggi Ibu Dengan Kejadian
stunting maupun pencegahan Stunting Pada Anak Usia 2-5 Tahun di
stunting, serta perilaku hidup Indonesia. Jurnal Berkala
bersih dan sehat dalam Epidemiologi , 89-96.
keluarga untuk menghasilkan Ibrahim, I. A., & Faramita, R. (2015).
lingkungan yang bersih. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi
2. Bagi Calon Ibu Dan Orang Keluarga Dengan Kejadian Stunting
Tua: Hasil dalam penelitian ini Anak Usia 24-59 Bulan Di Wilayah
dapat dijadikan sebagai Kerja Puskesmas Barombong Kota
pedoman dan informasi Makassar Tahun 2014. Public Health
mengenai apa saja faktor Science Journal , 63-75.

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 14


Illahi, R. K. (2017). Hubungan Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pendapatan Keluarga, Berat Lahir dan Pineleng Kabupaten Minahasa. Jurnal
Panjang Lahir dengan Kejadian Kesmas , 247-254.
Stunting Balita 24-59 Bulan di
Bangkalan. Jurnal Manajemen Sitasari, A., Raharja, U. M., &
Kesehatan , 1-14. Waryana, W. (2019). Status Ekonomi
Orang Tua dan Ketahanan Pangan
Indriyanti, D., & Khoeroh, H. (2017). Keluarga Sebagai Faktor Risiko
Evaluasi Penatalaksanaan Gizi Balita Stunting Pada Balita di Desa Bejiharjo.
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Ilmu Gizi Indonesia , 73-82.
Sirampog. Journal Of Public Health ,
190-195. Sugiyono. (2012). Memahami
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Lawang, R. M. (1986). Teori Sosiologi Alfabeta.
Klasik dan Modern Jilid II. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2018). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan RD.
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Bandung: ALFABETA.
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta. Widajanti, L., Aruben, R., & Oktavia,
S. (2017). Faktor-faktor Yang
Pakpahan, J. P. (2020). Cegah Stunting Berhubungan Dengan Status Gizi
Dengan Pendekatan Keluarga. Buruk Pada Balita Di Kota Semarang .
Bangka: Penerbit Gava Media. Jurnal Kesehatan Masyarakat , 186-
192.
Putri, A. R. (2020). Aspek Pola Asuh,
Pola Makan, Dan Pendapatan Widanti, Y. A. (2017). Prevalensi,
Keluarga Pada Kejadian Stunting. Faktor Risiko, Dan Dampak Stunting
Jurnal Kesehatan Tadulako , 7-12. Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan , 23-
Rachman, H. P., & Ariani, M. (2002). 28.
Ketahanan Pangan: Konsep,
Pengukuran dan Strategi. 12-24.
Robert, D., & Posangi, I. (2013).
Penyuluhan Makanan Seimbang
Terhadap Asupan Zat Gizi, Status Gizi
dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri Sangkub
Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara. Jurnal Gizi Polteknes Kemenkes
Manado , 108-116.
Sindar, C. C., D. Amisi, M., & I.
Punuh, M. (2019). Hubungan Antara
Status Sosial Ekonomi Keluarga
Dengan Status Gizi Anak Usia 12-24

JOM FISIP Vol. 9: Edisi I Januari-Juni 2022 Page 15

Anda mungkin juga menyukai