FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
2023/2024
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH
NO Bagian yang Dinilai Skor Nilai
1. Ada makalah 60
2. Keseuaian dengan LO 0 – 10
4. Pembahasan Materi 0 – 10
TOTAL
NB : LO = Learning Objective
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya
selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra
Utara dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat
waktunya. Makalah ini yang berjudul Kulitku merah dan gatal.
Makalah ini berisikan tentang materi Reaksi hipersensitivitas.
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini belum sempurna.
Sehingga, sumbang saran, kritik dan masukkan akan kami terima
dengan penuh rasa terima kasih. Selain itu, saya dan teman sgd 3
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada tutor bernama dr.
Dody Firmanda, Sp. An yang sudah bersedia membimbing saya dan
teman sgd saya sehingga makalah ini dapat di selesaikan.
Saya juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi
referensi bagi teman teman sekalian untuk bahan belajar. Akhir kata,
saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin
B. Klasifikasi
Reaksi hipersensitivitas dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis
berdasarkan mekanisme kekebalan utama yang bertanggung jawab
atas cedera yang terjadi. Tiga di antaranya merupakan variasi dari
cedera yang diperantarai oleh antibodi, sedangkan satu jenis lagi
dipicu oleh sel T.
B. Patofisiologi
Gambar 4. Mekanisme reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh sel T (tipe IV). (A)
Sel CD4+ TH1 (dan kadang-kadang sel CD8+ T, tidak ditunjukkan) merespons antigen
jaringan dengan mengeluarkan sitokin yang merangsang peradangan dan mengaktifkan
fagosit, yang menyebabkan cedera jaringan. Sel CD4+ TH17 berkontribusi pada peradangan
dengan merekrut neutrofil (dan, dalam tingkat yang lebih rendah, monosit). (B) Pada
beberapa penyakit, limfosit T sitotoksik CD8+ (CTL) membunuh langsung sel-sel jaringan
yang mengekspresikan antigen intraseluler (ditunjukkan sebagai batang orange di dalam sel).
APC, Sel yang menyajikan antigen.
• Tes Kulit : Tes tusuk (prick test) dan tes intradermal (tes lilit)
adalah tes kulit yang umum digunakan. Tes tusuk melibatkan
tusukan kecil pada kulit dengan larutan obat, sementara tes
intradermal melibatkan penyuntikan kecil di bawah lapisan kulit.
Kedua tes ini memeriksa respons kulit terhadap zat yang
dicurigai.
• Tes Provokasi : Tes provokasi dilakukan di bawah pengawasan
medis yang ketat. Ini melibatkan pemberian dosis kecil zat yang
dicurigai dapat memicu reaksi hipersensitivitas. Tes ini
membantu mengkonfirmasi kehadiran reaksi hipersensitivitas
terhadap obat atau zat tertentu.
• Tes Basofil Aktivasi (BAT) : Metode ini melibatkan pengujian
basofil dalam darah untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas
terhadap beberapa jenis obat tertentu. Tes ini penting dalam
situasi di mana tes in vitro lainnya tidak tersedia.
• Tes Lymphocyte Activation Test (LAT) : Tes ini mengaktifkan
limfosit dengan antigen yang dicurigai dan mengukur
responsnya. Ini membantu mengidentifikasi reaksi
hipersensitivitas pada tingkat seluler.
• Tes Transformasi Lymfosit (LTT) : Tes ini juga menguji
respons limfosit terhadap antigen yang dicurigai untuk
mengidentifikasi reaksi hipersensitivitas. Ini sering digunakan
dalam penelitian atau kasus-kasus tertentu di mana respons
limfosit terhadap zat tertentu penting.
B. Hipersensitivitas tipe 2
D. Hipersensitivitas tipe 4
Kelainan autoimun serta reaksi patologis terhadap bahan kimia di
lingkungan dan mikroba yang bersifat menetap, saat ini diidentifikasi
sebagai hasil dari aktivitas reaksi sel T (Tabel 4).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reaksi hipersensitivitas merupakan respons
berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap zat
atau lingkungan yang dianggap asing oleh tubuh. Jenis
reaksi ini dapat diklasifikasikan menjadi empat tipe,
yaitu tipe I (reaksi alergi), tipe II (hipersensitivitas
sitotoksik), tipe III (hipersensitivitas kompleks imun),
dan tipe IV (hipersensitivitas selular). Masing-masing tipe
reaksi tersebut memiliki karakteristik dan mekanisme
respons kekebalan tubuh yang berbeda, yang
menyebabkan manifestasi gejala yang beragam dan
terkadang dapat bersifat ringan hingga mengancam jiwa.
Pemahaman mendalam tentang berbagai jenis reaksi
hipersensitivitas sangat penting untuk mengidentifikasi,
mencegah, serta memberikan penanganan yang sesuai
terhadap kondisi ini.
3.2 Saran
Saya sebagai penulis memohon saran dan kritikannya
guna untuk menyempunakan tugas makalah saya
dengan judul “Kulitku merah dan gatal”.
DAFTAR PUSTAKA
Romano, A., Torres, M. J., Castells, M., Sanz, M. L., & Blanca, M.
(2011). Diagnosis and management of drug hypersensitivity
reactions. The Journal of allergy and clinical immunology, 127(3
Suppl), S67–S73. https://doi.org/10.1016/j.jaci.2010.11.047
Dougherty, J. M., Alsayouri, K., & Sadowski, A. (2023). Allergy. In
StatPearls. StatPearls Publishing.
Mikhail, I., Stukus, D. R., & Prince, B. T. (2021). Fatal Anaphylaxis:
Epidemiology and Risk Factors. Current allergy and asthma reports,
21(4), 28. https://doi.org/10.1007/s11882-021-01006-x
Murphy, P. B., Atwater, A. R., & Mueller, M. (2023). Allergic Contact
Dermatitis. In StatPearls. StatPearls Publishing.
Sokumbi, O., & Wetter, D. A. (2012). Clinical features, diagnosis, and
treatment of erythema multiforme: a review for the practicing
dermatologist. International journal of dermatology, 51(8), 889–902.
https://doi.org/10.1111/j.1365-4632.2011.05348.x
Chowdhury, M. D. S., Koziatek, C. A., & Rajnik, M. (2023). Acute
Rheumatic Fever. In StatPearls. StatPearls Publishing.
Karnen Garna Baratawidjaja, I. R. (2014). Imunologi Dasar. In S. Setiati,
I. Alwi, A. W. Sudoyo, & M. S. K., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I Edisi VI (pp. 83-92). Jakarta: InternaPublishing.
Kumar, V., Abbas, A. K., & Aster, J. C. (2018). Robbins Basic Pathology
10th ed. Philadelphia: Elsevier.