PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDIKAN
KEJURUAN OTO
Skor Nilai :
DISUSUN OLEH:
TIOBUKI SIMBOLON (5182122008)
MEDAN
08 September 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas dalam pembuatan MAKALAH PROSEDUR
PENGEMBANGAN KURIKULUM:sebagai pemenuhan tugas dalam mengikuti
perkuliahan,pada mata kuliah “PENGEMBANGAN KURIKULUMPENDIDIKAN
KEJURUAN OTOMOTIF”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dalam
kesempurnaan dan tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya tugas-tugas selanjutnya. Kami
berharap semoga MAKALAH ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin luas.
dalam tren globalisasi. Hal tersebut sangatlah kompleks jika dalam implementasinya tidak
melalui sosialisasi terlebih dahulu dalam wadah yang jelas. Maka pemerintah dan instansi
terkait dalam hal ini, memulai rancangan tersebut dari yang paling mudah untuk
adalah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) serta
Dalam dunia pendidikan rancangan yang dimaksud adalah kurikulum. Hal ini karena,
dalam kurikulum semua konsep dan strategi belajar mengajar di sekolah dapat dilaksanakan
Dari uraian diatas, maka sudah barang tentu jika dalam setiap tahunnya kurikulum
menjadi landasan untuk meningkatkan potensi dan kreativitas siswanya. Oleh sebab itu, maka
nasional atau bahkan internasional pengembangan kurikulum-pun menjadi hal yang wajar dan
yang dianut di dalam pengembangan kurikulum merupakan kaidah, norma, pertimbangan atau
Karena kurikulum merupakan relnya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat
hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat.
Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi ( Rohman, 2012:
170).
pengembangan kurikulum harus dapat dilakukan dapat dilakukan secara efektifn dan efisien.
kurikulum agar bisa bekerja secara mantap, terarah, dan hasilnya dapat
akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, perkembangan zaman serta ilmu
(http://deatirsa.blogspot.com/2016/04/makala-prosedur-pengembangan-kurikulum.html)
B. Rumusan masalah
1. Pengertian prosedur dalam pengembangan kurikulum ?
A. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam pembahasan ini adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan
oleh sekolah
B. TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk menumbuhkan gagasan gagasan ataupun ide ide baru
tentang pengembangan kurikulum.selain itu penulis juga berharap,gagasan yang ada dalam
makalah ini adalah dapat memicu pengetahuan siswa maupun mahasiswa dalam
pengembangan kurikulum yang lebih baik dan efektif dalam dunia pendidikan.
C. MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
A PENGERTIAN PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM
Prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan(Amin widjaja),sedangkan menurut
Ismail masya prosedur adalah suatu rangkain tugas tugas yang saling berhubungan yang
merupakan urutan urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melakukan suatu
pekerjaan yang dilaksanakan berulang ulang.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum atau (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional
Prosedur pengembangan kurikulum adalah tahapan sistematis tentang aktifitas analisis
dan penepatan komponen komponen kurikulum sehingga membentuk suatu kesatuan utuh
berupa program belajar siswa(kurikulum sebagai rencana,kurukulum ideal,atau kurikulum
tertulis).
Pinsip adalah asas, dasar, keyakinan dan pendirian (Susilana, :2012). Menurut UU. NO. 20
tahun 2003, Bab 1 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
dan bahan pelajaran pada penyelenggaraan kegiatan pendidikan tertentu. Sebenarnya tidak
prinsip-prinsip tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip
khusus.
pendidikan mempunyai tingkatan/hierarki tertentu, mulai dari tujuan yang sangat umum
sampai dengan tujuan khusus spesifik).Tujuan yang dimaksud meliputi tujuan pendidikan
nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan
perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.
direfleksikan dalam pola berpikir dan pola bertindak. Ciri utama prinsip ini adalah
digunakannya pemikiran yang sistematik dan sistemik (sytstematic and systemic thinking) di
sebagai titik awal desain dan implementasi kurikulum, dan sebagai kerangka untuk
terarah untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya ( Arifin, 2011 :31).
Jadi seorang pengembang kurikulum harus memiliki suatu hal yang ingin dicapai dalam
2. Prinsip Relevansi
Prinsip ini terdiri atas dua jenis, yaitu relevansi eksternal dan relevansi internal. Relevansi
eksternal menunjukkan relevansi antara kurikulum dengan lingkungan hidup peserta didik
dan masyarakat, perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang, serta
tuntutan dan kebutuhan dunia pekerjaan. B. Othaniel dan kawan-kawan menjelaskan relevansi
kurikulum dapat membantu peserta didik “memilih dan mengikuti suatu pekerjaan, melatih
warga negara melaksanakan tugas, mengeratkan hubungan pribadi, dan mengambil bagian
dalam melaksanakan aktivitas kebudayaan.” Jika relevansi eksternal ini tidak terpenuhi,
berarti kurikulum tersebut tidak ada artinya bagi kehidupan masyarakat. Relevansi internal
artinya relevansi di antara komponen kurikulum itu sendiri ( Arifin, 2011 :32). Jadi prinsip
3. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi dalam pengembangan kurikulum tentu sulit digunakan bila bandingkan
dengan produk suatu perusahaan atau mesin. Meskipun demikian, prinsip ini perlu
dipertimbangkan terutama yang menyangkut tentang waktu, tenaga, peralatan, dan dana.
Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi
tempat di mana kurikulum itu akan digunakan. Pengetahuan tentang tempat ini akan
untuk diterapkan. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, maksudnya tidak mahal alias
murah, tetapi bukan bearti murahan. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, seperti
tenaga, dana, fasilitas, terutama di daerah sangat terbatas. Kurikulum harus dikembangkan
secara efisien, tidak boros, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini
menunjukkan, bahwa terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah
mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber-
sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan
memenuhi harapan ( Rohman, 2012 :171). Prinsip efisiensi adalah dalam pengembangan
kurikulum seorang pengembang kurikulum harus membuat kurikulum itu bisa digunakan di
4. Prinsip Keefektifan
Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses
mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (keefektifan guru
mengajar dan keefektifan peserta didik belajar), sedangkan dimensi produk mengacu pada
hasil yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen dalam rangka penguasaan
kompetensi tertentu. Jenis dan karakteristik kompetensi apa yang ingin dikuasai peserta didik
harus jelas. Kejelasan standar kompetensi dan kompetensi dasar akan mengarahkan pada
pemilihan dan penentuan isi, metode, dan sistem evaluasi, serta model konsep kurikulum
yang memudahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri. Implikasinya adalah pera
hasil, yaitu menguasai kompetensi tanpa ada kegiatan mubazir (Susilana, :2012). Prinsip
keefektifan berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum yang dapat dilaksanakan dan
5. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum harus dikembangkan secara lentur (tidak kaku), baik dalam dimensi proses
maupun dimensi hasil yang diharapkan. Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel
media pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga fleksibel
memilih program pendidikan. Begitu juga hasil yang diharapkan, tidak hanya untuk satu jenis
pekerjaan saja, tetapi bisa juga untuk pekerjaan yang lain (Susilana, :2012). Dari penjelasan
diatas dapat kit simpulkan bahwa kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan
6. Prinsip Integritas
bermakna dan berstruktur. Bermakna maksudnya adalah suatu keseluruhan itu memiliki arti,
nilai, manfaat atau faedah tertentu. Keseluruhan bukan merupakan penjumlahan dari bagian-
bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Prinsip ini berasumsi
bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam struktur
tertentu ( Mujahida, 2015 ). Jadi dari penjelasan diatas bahwa prinsip integritas adalah para
7. Prinsip Kontinuitas
pelajaran, antar kelas maupun antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses
pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, di mana pendidikan pada kelas
ataun jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas dan
secara vertikal (berthap, berjenjang) maupun secara horizontal (Arifin, 2011 :34). Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa prinsip ini dalam pengembangan kurikulum
perlu dijaga saling keterkaitan antara materi pelajaran dan jenjang/program pendidikan.
8. Prinsip Sikronisasi
ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapat serasi, selaras,
seimbang, searah, dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat,
9. Prinsip Objektivitas
2011 :35). Dari penjelasan diatas bahwa dalam pengembangan kurikulum harus
memperhatikan kebenaran ilmiah atau tidak abstrak yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain.
Demokrasi dalam suatu negara akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang
memiii kehidupan demokratis. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kurikulum perlu
kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis (Arifin, 2011 :35).
hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya
kurikulum perlu adanya suasana yang terbuka, akrab, dan saling menghargai. Sebaliknya,
guru harus menghindari suasana pembelajran yang kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat
dengan perintah atau instruksi yang membuat peerta didik menjadi pasif, tidak bergairah,
agar manajemen kurikulum dan pembelajaran serta keterlibatan lingkungan dapat dilakukan
sebagainya. Pada negara-negara tertentu, prinsip ideologi dan politik mendapat prioritas
kurikulumnya. Terlepas dari kepentingan setiap negara, prinsip-prinsip kurikulum mana pun
yang digunakan, di dalam kehidupan modern ini, para pengembang kurikulum tidak dapat
melepaskan diri dari sebuah prinsip, yaitu prinsip modernisasi. Implikasinya adalah agar
materi kurikulum tersebut selalu berada di dalam proses pembaruan, sebagai upaya untuk
dikaji dari keseluruhan isi buku kurikulum tersebut atau didalam pelaksanaan kurikulum dan
kurikulum dan untuk menimbulkan pemahaman bahwa suatu kurikulum mendukung nilai-
kurikulum. Pelaksanaan kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak menunjukkan adanya
3. Situasi dan kondisi tata hidup tempat kurikulum itu dilaksanakan telah
Menurut Hilda Taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu kebudayaan masyarakat, individu,
dan mata pelajaran disiplin ilmu. Sementara itu, Nana Sy. Sukmadinata ( 2005)
mengemukakan sumber tujuan adalah (a) Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat
murid dengan menggunakan angket, wawancara, observasi, (c) survei mengenai persepsi
observasi, (d) survei tenteng pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu yang
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa, (e) survei
tentang manpower, (f) pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama, dan (g)
Prinsip ini menunjukkan : (a) Isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan dasar suatu
negara, (b) isi kurikulum harus diintegrasikan dalam nation dan character building, (c) isi
kurikulum harus mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya agar peserta didk memiliki
mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi keyakinan agamanya, cerdas, terampil, serta
memiliki fisik yang sehat dan kuat, (d) isi kurikulum harus mempersiapkan sikap dan mental
peserta didik untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab dalam masyarakat, (e) isi
kurikulum harus memadukan teori dan praktik, (f) isi kurikulum harus memadukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap dan nilai-nilai, (g) isi kurikulum harus diselaraskan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, (h) isi kurikulum harus
sesuai dengan minat, kebutuhan, da perkembangan masyarakat, (i) isi kurikulum harus dapat
mengintegrasikan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler, (j) isi kurikulum harus
memungkinkan adanya kontinuitas antara satu lembaga dengan lembaga lainnya, dan (k) isi
meliputi: (a) perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil
belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar, (b) isi bahan pelajaran
harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan, (c) unit-unit kurikulum harus
disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga rana belajar, yaitu kognitif, sikap, dan
keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut
diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan
3. Prinsip-prinsip Didaktik-Metodik
Prinsip ini meliputi: (a) semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fungsional
dan praktis, (b) pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pemahaman dan
perkembangan peserta didik, (C) guru harus membangkitkan dan memupuk minat, perhatian,
dan kemampuan peserta didik, (d) penyajian bahan pelajaran harus berbentuk jalinan teori
dan praktik, (e) dalam pembelajaran, guru harus dapat membentuk perpaduan antara kegiatan
belajar individual dengan kegiatan belajar kelompok, (f) guru harus dapat mengembangkan
sikap dan nilai-nilai peserta didik, (g) peyajian bahan belajar harus dapat meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan YME,(h) penyajian bahan hendaknya
menggunakan multimetode, media, sumber belajar dan variasi teknik penilaian, dan (i) dalam
hal tertentu, guru perlu memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik (Arifin,
2011 :39).
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelajaran, tingkat
pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondisi (sekolah dan peserta didik), kualitas
5. Prinsip-prinsip Evaluasi
prinsip objektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas. Dilihat dari
dan teknik penilaian, kesesuaian instrumen dengan kompetensi, jenjang kemampuan yang
diukur, tingkat perkembangan peserta didik, waktu yang diperlukan, teknik pengelolaan dan
Manfaat yang bisa diambil dari prinsip umum dan prinsip khusus pengembangan
kurikulum tersebut adalah kita bisa menggunakannya secara bersamaan, karena akan saling
melengkapi. Semakin lengkap dan komprehensif kesempurnaan suatu prinsip akan semakin
baik, karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan kerja para pengembang
prinsip yang disajikan diatas sifatnya tidak kaku, masih mugkin untuk dimodifikasi, ditambah
atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Selain itu, dalam literatur modern tentang
kurikulum masih banyak para ahli yang mengajukan dan membahas tentang prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum..
Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam ruang lingkup nasional yang
meliputi Tri-Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan
normal, baik secara vertikal maupun horizantal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
pendidikan atau sekolah, seperti TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan perguruan tinggi.
Secara horizontal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan jenis pendidikan atau
sekolah yang sederajat, seperti sekolah dasar, madrasah ibtidiyah, dan program paket A
(Arifin, 2011 :41). Pengembangan kurikulum pada tingkat makro adalah pengembangan
kurikulum yang dibahas pada ruang lingkup keseluruhan pendidikan yang ada di negara
tersebut.
penetapan isi dan struktur program, dan penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara
keterampilan, sikap dan nilai yang diharapkan dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan
pejabat-pejabat pemerintah dan swasta tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain,
serta merupakan harapan bagi sekolah yang lebih tinggi atau dunia kerja. Standar kompetensi
diantara tujuan pendidikan nasional dengan stadar kompetensi mata pelajaran (bidang studi).
Peetapan isi adalah penetapan materi atau bahan pelajaran, sedangkan penetapan struktur
program mencangkup penetapan jumlah an jenis-jenis mata pelajran sistem semester, serta
antara lain meliputi menyiapkan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya (pusakawan,
ahli media, tata usaha), menyiapkan sarana dan prasarana, melaksanakan pembelajaran ,
administrasi sekolah (Arifin, 2011 :41). Dalam pengembangan kurikulum ini ruang lingkup
Pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi ini dilakukan dalam bentuk
menyusun atau mengembangkan silabus bidang studi mata pelajaran untuk setiap semester.
antara lain ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel
dan menyuruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan baik oleh guru secara mandiri
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawara Guru Mata
Pelajran (MGMP), Pusat Kegiatan Guru (PKG) maupun Dinas Pendidian Kabupaten/Kota.
jenis penilaian, (f) menentukan alokasi waktu, dan (g) menentukan sumber belajar.(Arifin,
2011 :42).
menyusun program pembelajaran, seperti paket modul, paket belajar, paket berprogram, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara garis besar, RPP tersebut terdiri atas
identitas mata pelajaran, topik/materi pokok, kelas dan semester, waktu, standar kompetensi,
dan penilaian. Berdasarkan RPP tersebut, guru diharapkan dapat mengelola proses
berikut.
Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan analisis kebutuhan program dan
Analisis kebutuhan dapat dilakukan terhadap: (a) kebutuhan peserta didik, terutama aspek
kompetensi vokasional, sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang di tetapkan (b)
kebuthan masyarakat dan dunia kerja, dan (c) kebutuhan pembangunan (nasional dan daerah).
Teknik yang dapat digunakan antara lain studi lapangan (observasi, wawancara, angket, dll),
survei, analisis kompetensi, analisis tugas, dan studi dokumentasi. Studi kelayakan meliputi
program yang akan dikembangkan, rasional pengembangan, rumusan deskripsi tugas secara
umum, analisis tugas secara khusus, rumusan kemampuan yang akan dikembangkan, analisis
kurikulum. Berdasarkan rumusan kemampuan yang akan dikembangkan pada tahap pertama,
kemudian dirumuskan tujuan kurikulum yang mendasari rumusan isi dan sruktur kurikulum
meliputi pendekatan, strategi, metode, media, sumber belajar, dan sistem penilaian
berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap awal.
Pemilihan metode, media, sumber belajar, dan teknik penilaian hendaknya mengacu pada
prinsipnya msing-masing dan disesuaikan dengan kemampuan guru di lapangan serta situasi
Pada tahap ini, pengembang kurikulum membuat rencana operasional kurikulum, yang
belajar, seperti buku sumber, modul, nara sumber, dan sebagainya. Rencana pelaksanaan ini
Tujuan uji coba dilapangan adalah untuk mengetahui kemungkinan pelaksanaan dan
keberhasilan kurikulum, hambatan atau masalah apa yang terjadi, bagaimana pengaruh
lingkungan, faktor-faktor apa yang mendukung, dan bagaimana upaya mengatasi hambatan
atau pemecah masalah. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, pengembang kurikulum
uji coba meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan dan penyesuaian. Uji coba
yaitu (a) kegiatan diseminasi, yaitu pelaksanaan kurikulum dalam ruang lingkup yang lebih
luas, dan (b) melaksanakan kurikulum secara menyeluruh untuk semua jenis dan jenjang
pendidikan.
Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan monitoring dan evaluasi kurikulum,
yang meliputi tahap masukan sesuai dengan desain kurikulum dan hasil atau dampak
pelaksanaan kurikulum.
Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan perbaikan dan penyesuaian
apabila berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kurikulum ternyata terdapat hal-hal yang
menyimpang atau tidak sesuai dengan keadaan. Perbaikan mungkin dilakukan terhadap
Menurut Arich Lewy (1977) dalam Arifin tahap-tahap pengembangan kurikulum meliputi
2. Perencanaan
5. Pelaksanaan Kurikulum
Sebagian besar anggota tim kurikuler adalah guru, ini adalah hal yang masuk akal,
karena guru adalah implement kurikulum dan dapat menarik pengalaman kelas mereka ketika
mengembangkan kurikulum. Mereka cenderung terbiasa dengn konten subjek yang efektif
dan strategi pengajaran.
Tim kurikulum tingkat tertinggi adalah mereka yang berada di tingkat federal atau
negara bagian.anggota komiteini menghasilkan program-program, kebijakan, dan hukum,
seperti No Child Left Behind dan Race to the Top.
2.MENCIPTAKAN TUJUAN
Seperti halnya tujuan, tujuan harus mengatasi waktu saat ini tetapi juga relevan untuk
masa depan( masa yang akan datang). Menciptakan tujuan pendidikan adalah kegiatan yang
berkelanjutan. Kebutuhan siswa, masyarakat, dan komunitas tertentu memunculkan
pernyataan awal tujuan kurikulum.Tujuan kadang-kadang diurutkan berdasarkan tingkat
kepentingan, kelayakan, atau keduanya.
Konten (materi pelajaran) adalah ringkasan fakta, konsep, generalisasi, prinsip, dan
teori. Ini juga mencakup tujuan , strategi, untuk memproses informasi. Konten kurikulum
menyediakan, atau seharusnya memberi, siswa peluang untuk menemukan pengetahuan dan
menghubungkannya dengan dunia nyata. konten yang dipilih harus “ tak terbatas dan
multi nasional, namun holistik dan pribadi.menyarankan/mendorong pendidik untuk
memungkinkan imajinasi mereka dan siswa menjadikan imajinasi menjadi satu-satunya batas-
batas lingkup.
5.SINTESIS AKHIR
PENGIDENTIFIKASIAN(PESERTAYANGTERLIBAT
DALAMPENGEMBANGAN KURIKULUM)
1. GURU
Guru menempatiposisisentraldalampengambilankeputusankurikulum. Tetapi
sebagaimana Mary Moss Brown dan Alisa Berger berpendapat, peran guru di
abadbaruinisedangberubah, menghadapi guru dengantantangan yang
semakinluas.Merekatidaklagihanyabertanggungjawabuntukmengembangkanrencanape
lajarandanmelayani di komitekurikulum.Dengan era digital kontenmeledak, program
komputer, dandunia virtual, guru harusberinteraksidenganparaahlikontendari Internet.
Namun guru harusterusterlibatdalamsetiapfasepengembangankurikulum.Dan
seperti yang dikatakan Michael Fullandanrekan-rekannya, para guru
harusterusberfungsitidakhanyasebagaipembuatkodesistempakardanpengajaran,
tetapijugasebagaipencariintikedalamefektivitaskurikulum yang diterapkan.
2. SISWA
Siswa harus memiliki suara dalam pengembangan kurikulum . Sungguh
mengejutkan bahwa sampai saat ini, para guru, meskipun mereka berpikir mengenai
apa yang akan dipelajari siswa, sebagian besar mengabaikan mereka sebagai individu
yang dapat berkolaborasi dalam menciptakan atau memodifikasi kurikulum. Jeroen
Bron dan Wiel Veu-gelers memiliki presented argumen meyakinkan untuk melibatkan
siswa dalam desain kurikulum dan skr pengembangan pencanganan. Mereka
menunjukkan bahwa pendidik pada dekade pertama-plus abad baru ini telah datang
untuk melihat kekuatan suara siswa dan telah menjadi pendukung melibatkan siswa
sebagai peserta aktif dalam pengembangan kurikulum.
3. KEPALA SEKOLAH
Agar perencanaan kurikulum berhasil dalam sistem sekolah atau sekolah,
kepala sekolah harus dilibatkan.Di mana sekolah telah berhasil menciptakan
pendidikan yang berkualitas, kepala sekolah adalah pemimpin pengajaran. Kami
menafsirkan instruksi sebagai synon ymous dengan curriculum. Ketika kepala sekolah
telah menerima peran kepemimpinan instruksional, mereka menghabiskan lebih
sedikit waktu untuk tugas-tugas administrasi, keuangan, dan logistik. Kepala sekolah
tidak menjadi memimpin instruksional, tetapi mereka bekerja sama dengan orang-
orang individu yang terlibat.
4. SPESIALIS KURIKULUM
Spesialis kurikulum memainkan peran utama dalam pengembangan dan
implementasi kurikulum. Mereka yang disebut koordinator atau direktur
kurikulum biasanya adalah generalis kurikulum. Mereka memiliki pengetahuan
yang luas tentang kurikulum dan keahlian dalam membuat dan menerapkan
kurikulum. Mereka biasanya tidak memiliki jurusan dalam konten tertentu.
Generalis lainnya di distrik sekolah yang k nown sebagai direktur pendidikan
dasar atau menengah. Biasanya, orang-orang ini memiliki keahlian dalam
administrasi serta kurikulum, tetapi fokus mereka adalah pada pendidikan dasar
atau menengah.
6. DEWAN PENDIDIKAN
Dewan pendidikan adalah sekolah ' agen hukum. Mereka terdiri dari
orang awam, biasanya dipilih sebagai wakil dari masyarakat umum. Anggota
dewan bertanggung jawab atas sekolah ' manajemen secara keseluruhan.
Mereka harus memastikan bahwa kurikulum kemajuan sistem sekolah . Dewan
sekolah memiliki keputusan akhir tentang apakah suatu program baru didanai
atau dilaksanakan di luar negeri. Mereka memberlakukan kebijakan kabupaten
yang memfasilitasi pengembangan dan implementasi kurikulum baru.
Di beberapa komunitas, anggota komunitas yang telah memanggil
anggota dewan. Di banyak distrik sekolah, dewan sekolah hanya memainkan
peran sekunder dalam menentukan kurikulum dan kebijakan profesional
federal, negara bagian, dan lokal membuat kurikulum baru.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum memang sangatlah diperlukan supaya pendidikan lebih
maju dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan .
B. SARAN
Dalam pengembangan kurikulum hendaknya harus mengetahui prinsip prinsip
kurikulum dan memang betul memahami langkah langkah dalam pengembangan
kurikulum.Dalam pengembangan kurikulum hendaknya harus bertanggung jawab
supaya kurikulum yang ingin dikembangkan benar benar meningkatkan kualitas
dalam dunia pendidikan.
C. DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya.
Allan,Francis(2017).Curriculum;Fondation,Principles,andissues.Amerika serikat:pearson
Education
oaks,C A