Anda di halaman 1dari 27

MK.

PENGEMBANGAN
KURIKULUM PENDIDIKAN
KEJURUAN OTO

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK


OTOMOITF

Skor Nilai :

PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM

DISUSUN OLEH:
TIOBUKI SIMBOLON (5182122008)

WAHYU PASARIBU (51831122010)

WAHYUDA SITINJAK (5181122003 )

SENTANA SEMBIRING (5183323004)

RIFQI IQBAL MUZAKKI (5183122029)

SITEVEN LUMBAN TOBING (5183322013)

ANGGA PANGGE SETIAWAN (5181122013)

DAVID HOLIF HUTAPEA (5183322005)

ABDI REBBANI (5181122010)

DOSEN PENGAMPU :Dr.KEYSAR PANJAITAN, M.Pd

MATA KULIAH : PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

08 September 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas dalam pembuatan MAKALAH PROSEDUR
PENGEMBANGAN KURIKULUM:sebagai pemenuhan tugas dalam mengikuti
perkuliahan,pada mata kuliah “PENGEMBANGAN KURIKULUMPENDIDIKAN
KEJURUAN OTOMOTIF”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dalam
kesempurnaan dan tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya tugas-tugas selanjutnya. Kami
berharap semoga MAKALAH ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca.

MEDAN, 15OKTOBER 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................... 2


Daftar Isi ....................................................................................... 3
BAB I .PENDAHULUAN..................................................................4
A. Latar Belakang masalah....................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Batasan Masalah................................................................................
D. Tujuan................................................................................................
E. Manfaat
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 7
B. BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin luas.

Memungkinkan setiap negara berlomba-lomba untuk memajukan kehidupan masyarakatnya

dalam tren globalisasi. Hal tersebut sangatlah kompleks jika dalam implementasinya tidak

melalui sosialisasi terlebih dahulu dalam wadah yang jelas. Maka pemerintah dan instansi

terkait dalam hal ini, memulai rancangan tersebut dari yang paling mudah untuk

penerapannya yaitu pendidikan yang ada di sekolah-sekolah. Sekolah-sekolah yang dimaksud

adalah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) serta

dalam lingkungan Perguruan Tinggi.

Dalam dunia pendidikan rancangan yang dimaksud adalah kurikulum. Hal ini karena,

dalam kurikulum semua konsep dan strategi belajar mengajar di sekolah dapat dilaksanakan

melalui pedoman yang jelas.

Dari uraian diatas, maka sudah barang tentu jika dalam setiap tahunnya kurikulum

menjadi landasan untuk meningkatkan potensi dan kreativitas siswanya. Oleh sebab itu, maka

kurikulum-pun selalu mengalami metamorposis atau perubahan. Untuk mencapai standar

nasional atau bahkan internasional pengembangan kurikulum-pun menjadi hal yang wajar dan

wajib agar meningkatnya mutu ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan kurikulum harus berdasarkan pada prinsip-prinsip tertentu. Prinsip

yang dianut di dalam pengembangan kurikulum merupakan kaidah, norma, pertimbangan atau

aturan yang menjiwai kurikulum itu.

Karena kurikulum merupakan relnya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat

hidup sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan

masyarakat.

Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan

dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi ( Rohman, 2012:

170).

Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi , analisis, sintesis,

evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Proses

pengembangan kurikulum harus dapat dilakukan dapat dilakukan secara efektifn dan efisien.

Untuk itu, para pengembang kurikulum perlu memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan

kurikulum agar bisa bekerja secara mantap, terarah, dan hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan. Produk dari proses pengembangan kurikulum tersebut diharapkan

akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, perkembangan zaman serta ilmu

pengetahuan dan teknologi ( Arifin, 2012: 28).

(http://deatirsa.blogspot.com/2016/04/makala-prosedur-pengembangan-kurikulum.html)

B. Rumusan masalah
1. Pengertian prosedur dalam pengembangan kurikulum ?

2. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ?

3. Apa yang dimaksud dengan langkah-langkah pengembangan kurikulum ?

4. Bagaimana seseorang membuat prosedur pengembangan kurikulum dan

mengindentifikasi peserta yang terlibat dalam pengembangan kurikulum?

A. BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam pembahasan ini adalah pengembangan kurikulum yang dilakukan
oleh sekolah

B. TUJUAN
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk menumbuhkan gagasan gagasan ataupun ide ide baru
tentang pengembangan kurikulum.selain itu penulis juga berharap,gagasan yang ada dalam
makalah ini adalah dapat memicu pengetahuan siswa maupun mahasiswa dalam
pengembangan kurikulum yang lebih baik dan efektif dalam dunia pendidikan.

C. MANFAAT

1. Mengetahui prosedur dalam pengembangan kurikulum


2. Mengetahui prinsip prinsip dalam pengembangan kurikulum
3. Mengetahui langkah langkah dalam pengembangan kurikulum
4. Mengetahui prosedur dalam mengembangkan kurikulum dan pengidentifikasian
tentang siapa saja yang terlibat dalam pengembangan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN
A PENGERTIAN PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM
Prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan(Amin widjaja),sedangkan menurut
Ismail masya prosedur adalah suatu rangkain tugas tugas yang saling berhubungan yang
merupakan urutan urutan menurut waktu dan tata cara tertentu untuk melakukan suatu
pekerjaan yang dilaksanakan berulang ulang.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh
pengembang kurikulum atau (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional
Prosedur pengembangan kurikulum adalah tahapan sistematis tentang aktifitas analisis
dan penepatan komponen komponen kurikulum sehingga membentuk suatu kesatuan utuh
berupa program belajar siswa(kurikulum sebagai rencana,kurukulum ideal,atau kurikulum
tertulis).

B.PRINSIP PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pinsip adalah asas, dasar, keyakinan dan pendirian (Susilana, :2012). Menurut UU. NO. 20

tahun 2003, Bab 1 pasal 1 ayat 19 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum adalah dasar pendirian dalam mengembangkan isi,

dan bahan pelajaran pada penyelenggaraan kegiatan pendidikan tertentu. Sebenarnya tidak

terhitung banyaknya prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,tetapi

prinsip-prinsip tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip

khusus.

A. Prinsip-prinsip Umum Pengembangan Kurikulum

1. Prinsip Berorientasi pada Tujuan dan Kompetensi


Tujuan yang dimaksud merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam pendidikan. Tujuan

pendidikan mempunyai tingkatan/hierarki tertentu, mulai dari tujuan yang sangat umum

sampai dengan tujuan khusus spesifik).Tujuan yang dimaksud meliputi tujuan pendidikan

nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajaran umum, dan tujuan

pembelajaran khusus (behavioral objective).Tujuan pendidikan harus mencakup semua aspek

perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Kompetensi adalah perpaduan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

direfleksikan dalam pola berpikir dan pola bertindak. Ciri utama prinsip ini adalah

digunakannya pemikiran yang sistematik dan sistemik (sytstematic and systemic thinking) di

dalam pengembangan kurikulum. Prinsip berorientasi pada kompetensi digunakan untuk

menunjukkan sekurang-kurangnya tiga hal, yaitu sebagai indikator penguasaan kemampuan,

sebagai titik awal desain dan implementasi kurikulum, dan sebagai kerangka untuk

memahami kurikulum. Implikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler

terarah untuk menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya ( Arifin, 2011 :31).

Jadi seorang pengembang kurikulum harus memiliki suatu hal yang ingin dicapai dalam

penerapan ilmu pengetahuan serta pada sikap-sikap moral dalam pendidikan.

2. Prinsip Relevansi

Prinsip ini terdiri atas dua jenis, yaitu relevansi eksternal dan relevansi internal. Relevansi

eksternal menunjukkan relevansi antara kurikulum dengan lingkungan hidup peserta didik

dan masyarakat, perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang, serta

tuntutan dan kebutuhan dunia pekerjaan. B. Othaniel dan kawan-kawan menjelaskan relevansi

kurikulum dapat membantu peserta didik “memilih dan mengikuti suatu pekerjaan, melatih

warga negara melaksanakan tugas, mengeratkan hubungan pribadi, dan mengambil bagian

dalam melaksanakan aktivitas kebudayaan.” Jika relevansi eksternal ini tidak terpenuhi,

berarti kurikulum tersebut tidak ada artinya bagi kehidupan masyarakat. Relevansi internal
artinya relevansi di antara komponen kurikulum itu sendiri ( Arifin, 2011 :32). Jadi prinsip

relevansi adalah dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan keaadaan lingkungan

tempat dimana diterapkannya kurikulum serta kesesuaian antara bagian-bagian kurikulum.

3. Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi dalam pengembangan kurikulum tentu sulit digunakan bila bandingkan

dengan produk suatu perusahaan atau mesin. Meskipun demikian, prinsip ini perlu

dipertimbangkan terutama yang menyangkut tentang waktu, tenaga, peralatan, dan dana.

Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi

tertentu. Para pengembang kurikulum harus memahami terlebih dahulu situasi dan kondisi

tempat di mana kurikulum itu akan digunakan. Pengetahuan tentang tempat ini akan

memandu pengembang kurikulum untuk memenuhi prinsip praktis, yang memungkinkan

untuk diterapkan. Salah satu kriteria praktis itu adalah efisien, maksudnya tidak mahal alias

murah, tetapi bukan bearti murahan. Hal ini mengingat sumber daya pendidikan, seperti

tenaga, dana, fasilitas, terutama di daerah sangat terbatas. Kurikulum harus dikembangkan

secara efisien, tidak boros, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Ini

menunjukkan, bahwa terdapat keragaman tingkat kemampuan di berbagai daerah dan sekolah

penyelenggara pendidkanmserta pencapaian hasil belajar peserta didik. ImPlikasinya adalah

mengusahakan agar kegiatan kurikuler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya, dan sumber-

sumber lain secara cermat dan tepat sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan

memenuhi harapan ( Rohman, 2012 :171). Prinsip efisiensi adalah dalam pengembangan

kurikulum seorang pengembang kurikulum harus membuat kurikulum itu bisa digunakan di

semua kalangan, tetapi kurikulum tersebut tetap layak digunakan

4. Prinsip Keefektifan

Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi proses

mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (keefektifan guru
mengajar dan keefektifan peserta didik belajar), sedangkan dimensi produk mengacu pada

hasil yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen dalam rangka penguasaan

kompetensi tertentu. Jenis dan karakteristik kompetensi apa yang ingin dikuasai peserta didik

harus jelas. Kejelasan standar kompetensi dan kompetensi dasar akan mengarahkan pada

pemilihan dan penentuan isi, metode, dan sistem evaluasi, serta model konsep kurikulum

yang memudahkan dalam implementasi kurikulum itu sendiri. Implikasinya adalah pera

pengembang kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan

hasil, yaitu menguasai kompetensi tanpa ada kegiatan mubazir (Susilana, :2012). Prinsip

keefektifan berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum yang dapat dilaksanakan dan

dicapai dalam proses belajar mengajar.

5. Prinsip Fleksibilitas

Kurikulum harus dikembangkan secara lentur (tidak kaku), baik dalam dimensi proses

maupun dimensi hasil yang diharapkan. Dalam dimensi proses, guru harus fleksibel

mengembangkan program pembelajaran, terutama penggunaan strategi, pendekatan, metode,

media pembelajaran, sumber belajar, dan teknik penilaian. Peserta didik juga fleksibel

memilih program pendidikan. Begitu juga hasil yang diharapkan, tidak hanya untuk satu jenis

pekerjaan saja, tetapi bisa juga untuk pekerjaan yang lain (Susilana, :2012). Dari penjelasan

diatas dapat kit simpulkan bahwa kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan

kondisi yang ada.

6. Prinsip Integritas

Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatuan yang

bermakna dan berstruktur. Bermakna maksudnya adalah suatu keseluruhan itu memiliki arti,
nilai, manfaat atau faedah tertentu. Keseluruhan bukan merupakan penjumlahan dari bagian-

bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki maknanya sendiri. Prinsip ini berasumsi

bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi dalam struktur

tertentu ( Mujahida, 2015 ). Jadi dari penjelasan diatas bahwa prinsip integritas adalah para

pengembang kurikulum harus memperhatikan dan mengusahakan agar pendidikan dapat

menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan manusia seutuhnya.

7. Prinsip Kontinuitas

Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan, baik sinambung antar mata

pelajaran, antar kelas maupun antar jenjang pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar proses

pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, di mana pendidikan pada kelas

ataun jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk melanjutkan pada kelas dan

jenjang diatasnya. Implikasinya adalah mengusahakan agar setiap kegiatan kurikuler

merupakan bagian yang berkesinambungan dengan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik

secara vertikal (berthap, berjenjang) maupun secara horizontal (Arifin, 2011 :34). Dari

penjelasan diatas dapat disimpulkan bahawa prinsip ini dalam pengembangan kurikulum

perlu dijaga saling keterkaitan antara materi pelajaran dan jenjang/program pendidikan.

8. Prinsip Sikronisasi

Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan kurikuler,

ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapat serasi, selaras,

seimbang, searah, dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler menghambat,

berlawanan dan mematikan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya termasuk dengan kegiatan

ekstra dan kokurikuler ( Arifin, 2011 :35)..

9. Prinsip Objektivitas

Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan

(intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler) dilakukan dengan tatanan kebenaran ilmiah


serta mengesampingkan pengaruh-pengaruh subjektivitas, emosional dan irasional (Arifin,

2011 :35). Dari penjelasan diatas bahwa dalam pengembangan kurikulum harus

memperhatikan kebenaran ilmiah atau tidak abstrak yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal lain.

10. Prinsip Demokrasi

Demokrasi dalam suatu negara akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang

memiii kehidupan demokratis. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kurikulum perlu

memperhatikan nilai-nilai demokratis. Tujuannya untuk menjadikan sekolah sebagai pusat

kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis (Arifin, 2011 :35).

Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan

terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan

memperhatikan keragaman peserta didik. Dalam praktiknya, pengembang kurikulum

hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya

dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Dalam proses pengembangan

kurikulum perlu adanya suasana yang terbuka, akrab, dan saling menghargai. Sebaliknya,

guru harus menghindari suasana pembelajran yang kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat

dengan perintah atau instruksi yang membuat peerta didik menjadi pasif, tidak bergairah,

cepat bosan dan mengalami kelelahan. Pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan

agar manajemen kurikulum dan pembelajaran serta keterlibatan lingkungan dapat dilakukan

sesuai dengan prinsip atau asas demokrasi.

Apabila prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang telah disebutkan diatas disimak

kembali, ternyata prinsip-prinsip itu berasal dari bermacam-macam sumber pandangan,

seperti psikologi, sosiologi, manajemen, ekonomi, pendidikan, filsafat, politik dan

sebagainya. Pada negara-negara tertentu, prinsip ideologi dan politik mendapat prioritas

pertama. Pada negara-negara berkembang yang sedang membangun, prinsip-prinsip

pembangunan dan kesejahteraan lebih banyak mewarnai pengembangan kurikulumnya. Pada


negara-negara yang telah mapan kehidupan ekonominya, prinsip-prinsip psikologis yang

mendukung pengembangan individu secara optimal menjiwai komponen-komponen

kurikulumnya. Terlepas dari kepentingan setiap negara, prinsip-prinsip kurikulum mana pun

yang digunakan, di dalam kehidupan modern ini, para pengembang kurikulum tidak dapat

melepaskan diri dari sebuah prinsip, yaitu prinsip modernisasi. Implikasinya adalah agar

materi kurikulum tersebut selalu berada di dalam proses pembaruan, sebagai upaya untuk

meliputi perkembangan-perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir.

Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit di dalam

kurikulum sekolah. Implementasi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut dapat

dikaji dari keseluruhan isi buku kurikulum tersebut atau didalam pelaksanaan kurikulum dan

evaluasi kurikulum. Sering terjadi, implementasi prinsip-prinsi kurikulum sukar

diidentifikasi, bahkan yag sering terjadi adalah peristiwa-peristiwa kurikuler yang

menyimpang dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum itu.

Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Pencantuman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum di dalam buku kurikulum tidak hanya

bersifat proforma. Hal itu dimaksudkan untuk menaati langkah-langkah pengembangan

kurikulum dan untuk menimbulkan pemahaman bahwa suatu kurikulum mendukung nilai-

nilai luhur tertentu, terutama yang bersifat politis dan ilmiah.

2. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak hanya dipahami oleh para pengembang

kurikulum. Pelaksanaan kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak menunjukkan adanya

kandungan nilai dari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu.

3. Situasi dan kondisi tata hidup tempat kurikulum itu dilaksanakan telah

B. Prinsip-prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum

1. Prinsip-prinsip tujuan krikulum


Prinsip ini ditinjau sebagai salah satu komponen pokok dalam pengembangan kurikulum.

Menurut Hilda Taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu kebudayaan masyarakat, individu,

dan mata pelajaran disiplin ilmu. Sementara itu, Nana Sy. Sukmadinata ( 2005)

mengemukakan sumber tujuan adalah (a) Ketentuan dan kebijakan pemerintah, yang dapat

ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan dan strategi

pembangunan termasuk didalamnya pendidikan, (b) survei mengenai kebutuhan-kebutuhan

murid dengan menggunakan angket, wawancara, observasi, (c) survei mengenai persepsi

orang tua/masyarakat tentang kebutuhannya yang dijaring melalui angket, wawancara,

observasi, (d) survei tenteng pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu yang

dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa, (e) survei

tentang manpower, (f) pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama, dan (g)

penelitian lain (Arifin, 2011 :38).

2. Prinsip-prinsip isi kurikulum

Prinsip ini menunjukkan : (a) Isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan dasar suatu

negara, (b) isi kurikulum harus diintegrasikan dalam nation dan character building, (c) isi

kurikulum harus mengembangkan cipta, rasa, karsa, dan karya agar peserta didk memiliki

mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi keyakinan agamanya, cerdas, terampil, serta

memiliki fisik yang sehat dan kuat, (d) isi kurikulum harus mempersiapkan sikap dan mental

peserta didik untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab dalam masyarakat, (e) isi

kurikulum harus memadukan teori dan praktik, (f) isi kurikulum harus memadukan

pengetahuan, keterampilan dan sikap dan nilai-nilai, (g) isi kurikulum harus diselaraskan

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, (h) isi kurikulum harus

sesuai dengan minat, kebutuhan, da perkembangan masyarakat, (i) isi kurikulum harus dapat

mengintegrasikan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler, (j) isi kurikulum harus
memungkinkan adanya kontinuitas antara satu lembaga dengan lembaga lainnya, dan (k) isi

kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi setempat.

Lebih lanjut, Nana Sy.sukmadinata(2005) merincikan prinsip-prinsip isi kurikulum yang

meliputi: (a) perlu penjabaran tujuan pendidikan, kurikulum dan pembelajaran ke dalam

perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil

belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar, (b) isi bahan pelajaran

harus meliputi segi pengetahuan, sikap dan keterampilan, (c) unit-unit kurikulum harus

disusun dalam urutan yang logis dan sistematis. Ketiga rana belajar, yaitu kognitif, sikap, dan

keterampilan, diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. Untuk hal tersebut

diperlukan buku pedoman guru yang memberikan penjelasan tentang organisasi bahan dan

alat pembelajaran secara lebih mendetail (Arifin, 2011 :38-39).

3. Prinsip-prinsip Didaktik-Metodik

Prinsip ini meliputi: (a) semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fungsional

dan praktis, (b) pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pemahaman dan

perkembangan peserta didik, (C) guru harus membangkitkan dan memupuk minat, perhatian,

dan kemampuan peserta didik, (d) penyajian bahan pelajaran harus berbentuk jalinan teori

dan praktik, (e) dalam pembelajaran, guru harus dapat membentuk perpaduan antara kegiatan

belajar individual dengan kegiatan belajar kelompok, (f) guru harus dapat mengembangkan

sikap dan nilai-nilai peserta didik, (g) peyajian bahan belajar harus dapat meningkatkan

keimanan dan ketakwaan peserta didik terhadap Tuhan YME,(h) penyajian bahan hendaknya

menggunakan multimetode, media, sumber belajar dan variasi teknik penilaian, dan (i) dalam

hal tertentu, guru perlu memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik (Arifin,

2011 :39).

4. Prinsip yang Berkenaan dengan Media dan Sumber Belajar


Prinsip ini menunjukkan kesesuaian media dan sumber belajar dengan standar

kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelajaran, tingkat

perkembangan peserta didik, tingkat kempampuan guru, praktis-ekonomis. Untuk itu,

pengembang kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor, antara lain objektivitas, program

pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondisi (sekolah dan peserta didik), kualitas

media, keefektifan dan efisiensi penggunaan ( Arifin, 2011 :40).

5. Prinsip-prinsip Evaluasi

Prinsip-prinsip ini meliputi: prinsip mendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuitas,

prinsip objektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis, dan prinsip akuntabilitas. Dilihat dari

teknik pengembangan instrumen, perlu diperhatikan: prosedur penyusunan instrumen, jenis

dan teknik penilaian, kesesuaian instrumen dengan kompetensi, jenjang kemampuan yang

diukur, tingkat perkembangan peserta didik, waktu yang diperlukan, teknik pengelolaan dan

analisis item, administrasi penilaian, da pemanfaatan hasil penilaian (Susilana, :2012).

Manfaat yang bisa diambil dari prinsip umum dan prinsip khusus pengembangan

kurikulum tersebut adalah kita bisa menggunakannya secara bersamaan, karena akan saling

melengkapi. Semakin lengkap dan komprehensif kesempurnaan suatu prinsip akan semakin

baik, karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan kerja para pengembang

kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang dihasilkannya. Meskipun demikian, prinsip-

prinsip yang disajikan diatas sifatnya tidak kaku, masih mugkin untuk dimodifikasi, ditambah

atau dikurangi sesuai dengan kebutuhan yang ada. Selain itu, dalam literatur modern tentang

kurikulum masih banyak para ahli yang mengajukan dan membahas tentang prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum..

C. LANGKAH LANGKAH PENGEMBANGAN KURIKULUM


1 Pengembangan kurikulum pada Tingkat Makro (Nasional)

Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam ruang lingkup nasional yang

meliputi Tri-Pusat Pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan

normal, baik secara vertikal maupun horizantal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan

nasional. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan tingkatan

pendidikan atau sekolah, seperti TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan perguruan tinggi.

Secara horizontal, pengembangan kurikulum dilakukan sesuai dengan jenis pendidikan atau

sekolah yang sederajat, seperti sekolah dasar, madrasah ibtidiyah, dan program paket A

(Arifin, 2011 :41). Pengembangan kurikulum pada tingkat makro adalah pengembangan

kurikulum yang dibahas pada ruang lingkup keseluruhan pendidikan yang ada di negara

tersebut.

2 Pengembangan kurikulum pada Tingkat Institusi (Sekolah)

Pengembangan kurikulum tingkat institusi/lembaga mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu

merumuskan tujuan sekolah atau standar kompetensi lulusan masing-masing lembaga,

penetapan isi dan struktur program, dan penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum secara

keseluruhan. Standar kompetensi lulusan yang dimaksud adalah rumusan pengetahuan,

keterampilan, sikap dan nilai yang diharapkan dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan

keseluruhan program pendidikan pada suatu lembaga pendidikan. Misalnya, standar

kompetensi lulusan SD, SMP, SMA, UPI dan sebagainya.

Standar kompetensi lulusan menunjukkan harapan masyarakat, seperti orang tua,

pejabat-pejabat pemerintah dan swasta tentang dunia pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain,

serta merupakan harapan bagi sekolah yang lebih tinggi atau dunia kerja. Standar kompetensi

lulusan hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga tingkat kekhususannya berada

diantara tujuan pendidikan nasional dengan stadar kompetensi mata pelajaran (bidang studi).
Peetapan isi adalah penetapan materi atau bahan pelajaran, sedangkan penetapan struktur

program mencangkup penetapan jumlah an jenis-jenis mata pelajran sistem semester, serta

alokasi waktu yang di perlukan. Adapun penyususunan strategi pelaksanaan kurikulum,

antara lain meliputi menyiapkan tenaga guru dan tenaga kependidikan lainnya (pusakawan,

ahli media, tata usaha), menyiapkan sarana dan prasarana, melaksanakan pembelajaran ,

mengadakan penilaian, mengadakan bimbingan dan penyuluhan, dan melaksanakan

administrasi sekolah (Arifin, 2011 :41). Dalam pengembangan kurikulum ini ruang lingkup

yang membahas pelaksanaan kurikulum itu adalah hanya sekolah.

3 Pegembangan kurikulum pada Tingkat Mata Pelajaran (Bidang Studi)

Pengembangan kurikulum pada tingkat bidang studi ini dilakukan dalam bentuk

menyusun atau mengembangkan silabus bidang studi mata pelajaran untuk setiap semester.

Silabus suatu bidang studi berstandar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok/pembelajaran , kegiatan pembelajaran, indikator, sistem penilaian, alokasi waktu dan

sumber /bahan/alat belajar. Pengembangan silabus harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu,

antara lain ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel

dan menyuruh. Pengembangan silabus dapat dilakukan baik oleh guru secara mandiri

berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawara Guru Mata

Pelajran (MGMP), Pusat Kegiatan Guru (PKG) maupun Dinas Pendidian Kabupaten/Kota.

Adapun langkah-langkah pengembangan silabus adalah (a) menganalisis standar kompetensi

dan kompetensi dasar, (b) mengidentifikasi materi pokok/pembelajran, (c) mengembangkan

kegiatan pembelajaran, (d) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (e) menentukan

jenis penilaian, (f) menentukan alokasi waktu, dan (g) menentukan sumber belajar.(Arifin,

2011 :42).

4 Pengembangan kurikulum pada Tingkat Pembelajaran di kelas


Untuk mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas, maka guru perlu

menyusun program pembelajaran, seperti paket modul, paket belajar, paket berprogram, dan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Secara garis besar, RPP tersebut terdiri atas

identitas mata pelajaran, topik/materi pokok, kelas dan semester, waktu, standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, alat/media/sumber,

dan penilaian. Berdasarkan RPP tersebut, guru diharapkan dapat mengelola proses

pembelajaran secara efektif dan efisien.

Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum harus menempuh tahap-tahap sebagai

berikut.

Tahap 1: Studi Kelayakan dan Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan analisis kebutuhan program dan

merumuskan berbagai pertimbangan, termasuk hal-hal apa yang harus dikembangkan.

Analisis kebutuhan dapat dilakukan terhadap: (a) kebutuhan peserta didik, terutama aspek

perkembangan psikologis, seperti bakat, minat, dan kompetensi-kompetensi yang harus

dimiliki, baik kompetensi akademik, kompetensi sosial, kompetensi personal, maupun

kompetensi vokasional, sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan yang di tetapkan (b)

kebuthan masyarakat dan dunia kerja, dan (c) kebutuhan pembangunan (nasional dan daerah).

Teknik yang dapat digunakan antara lain studi lapangan (observasi, wawancara, angket, dll),

survei, analisis kompetensi, analisis tugas, dan studi dokumentasi. Studi kelayakan meliputi

program yang akan dikembangkan, rasional pengembangan, rumusan deskripsi tugas secara

umum, analisis tugas secara khusus, rumusan kemampuan yang akan dikembangkan, analisis

kebutuhan program sesuai dengan rumusan kemampuan yang akan dikembangkan.

Tahap 2: Perencanaan kurikulum (Draft Awal)


Pada tahaf ini, pengembang kurikulum menyusun suatu konsep perencanaan awal

kurikulum. Berdasarkan rumusan kemampuan yang akan dikembangkan pada tahap pertama,

kemudian dirumuskan tujuan kurikulum yang mendasari rumusan isi dan sruktur kurikulum

yang diharapkan. Selanjutnya, pengembang kurikulum merancang strategi pembelajaran yang

meliputi pendekatan, strategi, metode, media, sumber belajar, dan sistem penilaian

berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya pada tahap awal.

Pemilihan metode, media, sumber belajar, dan teknik penilaian hendaknya mengacu pada

prinsipnya msing-masing dan disesuaikan dengan kemampuan guru di lapangan serta situasi

dan kodisi lembaga pendidikan/sekolah.

Tahap 3: Pengembangan Rencana Operasional Kurikulum

Pada tahap ini, pengembang kurikulum membuat rencana operasional kurikulum, yang

meliputi penyusunan silabus, pengembangan bahan ajar, dan menentukan sumber-sumber

belajar, seperti buku sumber, modul, nara sumber, dan sebagainya. Rencana pelaksanaan ini

hendaknya memperhatikan faktor waktu, tenaga, biaya, dan kemungkinan pelaksanaannya di

lembaga pendidikan (sekolah).

Tahap 4: Pelaksanaan Uji Coba Terbatas kurikulum di Lapangan

Tujuan uji coba dilapangan adalah untuk mengetahui kemungkinan pelaksanaan dan

keberhasilan kurikulum, hambatan atau masalah apa yang terjadi, bagaimana pengaruh

lingkungan, faktor-faktor apa yang mendukung, dan bagaimana upaya mengatasi hambatan

atau pemecah masalah. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, pengembang kurikulum

hendaknya memperhatikan keandalan program, kemampuan guru dan tenaga teknis,

instrumen evaluasi, kelengkapan sumber-sumber belajar, dan kriteria keberhasilan. Kegiatan

uji coba meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan dan penyesuaian. Uji coba

biasanya dilakukan pada kelompok sampel yang refresentatif.

Tahap 5: Implementasi Kurikulum


Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan minimal dua kegiatan pokok,

yaitu (a) kegiatan diseminasi, yaitu pelaksanaan kurikulum dalam ruang lingkup yang lebih

luas, dan (b) melaksanakan kurikulum secara menyeluruh untuk semua jenis dan jenjang

pendidikan.

Tahap 6: Monitoring dan Evaluasi kurikulum

Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan monitoring dan evaluasi kurikulum,

yang meliputi tahap masukan sesuai dengan desain kurikulum dan hasil atau dampak

pelaksanaan kurikulum.

Tahap 7: Perbaikan dan Penyesuaian

Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan perbaikan dan penyesuaian

apabila berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kurikulum ternyata terdapat hal-hal yang

menyimpang atau tidak sesuai dengan keadaan. Perbaikan mungkin dilakukan terhadap

perencanaan kurikulum, strategi penyampaian, materi pembelajaran, teknik reinforcement,

sistem penilaian, dan sebagainya (Arifin, 2011 :42-44).

Menurut Arich Lewy (1977) dalam Arifin tahap-tahap pengembangan kurikulum meliputi

hal-hal berikut ini.

1. Penentuan Tujuan Umum

2. Perencanaan

3. Uji Coba dan Revisi

4. Uji Coba Lapangan

5. Pelaksanaan Kurikulum

6. Pengawas Mutu Kurikulum

D.PROSEDUR DAN PENGIDENTIFIKASIAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


1.MEMBENTUK TIM KURIKULUM

Sebagian besar anggota tim kurikuler adalah guru, ini adalah hal yang masuk akal,
karena guru adalah implement kurikulum dan dapat menarik pengalaman kelas mereka ketika
mengembangkan kurikulum. Mereka cenderung terbiasa dengn konten subjek yang efektif
dan strategi pengajaran.

Tim kurikulum tingkat tertinggi adalah mereka yang berada di tingkat federal atau
negara bagian.anggota komiteini menghasilkan program-program, kebijakan, dan hukum,
seperti No Child Left Behind dan Race to the Top.

2.MENCIPTAKAN TUJUAN

Seperti halnya tujuan, tujuan harus mengatasi waktu saat ini tetapi juga relevan untuk
masa depan( masa yang akan datang). Menciptakan tujuan pendidikan adalah kegiatan yang
berkelanjutan. Kebutuhan siswa, masyarakat, dan komunitas tertentu memunculkan
pernyataan awal tujuan kurikulum.Tujuan kadang-kadang diurutkan berdasarkan tingkat
kepentingan, kelayakan, atau keduanya.

3.MEMILIH KONTEN KURIKULUM

Konten (materi pelajaran) adalah ringkasan fakta, konsep, generalisasi, prinsip, dan
teori. Ini juga mencakup tujuan , strategi, untuk memproses informasi. Konten kurikulum
menyediakan, atau seharusnya memberi, siswa peluang untuk menemukan pengetahuan dan
menghubungkannya dengan dunia nyata. konten yang dipilih harus “ tak terbatas dan
multi nasional, namun holistik dan pribadi.menyarankan/mendorong pendidik untuk
memungkinkan imajinasi mereka dan siswa menjadikan imajinasi menjadi satu-satunya batas-
batas lingkup.

4.MEMILIH PENGALAM KURIKULUM

Pengalaman kurikulum yang merangsang kegembiraan siswa dalam beradaptasi dan


mengelola kompleksitas, merayakan ketidakpastian, dan menghargai pengambilan risiko
intelektual akan membantu siswa abad ini dengan baik. Juga, pengalaman pendidikan yang
mendorong pada siswa main-main dalam pembelajaran mereka dan sukacita di
dalam t eracting dengan ide-ide, bahan, teknologi, dan orang-orang dari berbagai budaya etnis,
dan pandangan, pengetahuan akan berharga.

5.SINTESIS AKHIR

Tahap pengembangan kurikulum harus menghasilkan sebuah dokumen yang


membahas konten, pengalaman pendidikan, dan lingkungan pendidikan sesuai dengan tujuan,
sasaran, dantujuansekolah. Apakah pendidik menciptakan desain kurikulum utama, panduan
kurikulum untuk program studi tertentu, atau rencana pelajaran untuk hari tertentu, mereka
pada dasarnya terlibat dalam semua tahap yang dibahas.

PENGIDENTIFIKASIAN(PESERTAYANGTERLIBAT
DALAMPENGEMBANGAN KURIKULUM)
1. GURU
Guru menempatiposisisentraldalampengambilankeputusankurikulum. Tetapi
sebagaimana Mary Moss Brown dan Alisa Berger berpendapat, peran guru di
abadbaruinisedangberubah, menghadapi guru dengantantangan yang
semakinluas.Merekatidaklagihanyabertanggungjawabuntukmengembangkanrencanape
lajarandanmelayani di komitekurikulum.Dengan era digital kontenmeledak, program
komputer, dandunia virtual, guru harusberinteraksidenganparaahlikontendari Internet.
Namun guru harusterusterlibatdalamsetiapfasepengembangankurikulum.Dan
seperti yang dikatakan Michael Fullandanrekan-rekannya, para guru
harusterusberfungsitidakhanyasebagaipembuatkodesistempakardanpengajaran,
tetapijugasebagaipencariintikedalamefektivitaskurikulum yang diterapkan.

2. SISWA
Siswa harus memiliki suara dalam pengembangan kurikulum . Sungguh
mengejutkan bahwa sampai saat ini, para guru, meskipun mereka berpikir mengenai
apa yang akan dipelajari siswa, sebagian besar mengabaikan mereka sebagai individu
yang dapat berkolaborasi dalam menciptakan atau memodifikasi kurikulum. Jeroen
Bron dan Wiel Veu-gelers memiliki presented argumen meyakinkan untuk melibatkan
siswa dalam desain kurikulum dan skr pengembangan pencanganan. Mereka
menunjukkan bahwa pendidik pada dekade pertama-plus abad baru ini telah datang
untuk melihat kekuatan suara siswa dan telah menjadi pendukung melibatkan siswa
sebagai peserta aktif dalam pengembangan kurikulum.

3. KEPALA SEKOLAH
Agar perencanaan kurikulum berhasil dalam sistem sekolah atau sekolah,
kepala sekolah harus dilibatkan.Di mana sekolah telah berhasil menciptakan
pendidikan yang berkualitas, kepala sekolah adalah pemimpin pengajaran. Kami
menafsirkan instruksi sebagai synon ymous dengan curriculum. Ketika kepala sekolah
telah menerima peran kepemimpinan instruksional, mereka menghabiskan lebih
sedikit waktu untuk tugas-tugas administrasi, keuangan, dan logistik. Kepala sekolah
tidak menjadi memimpin instruksional, tetapi mereka bekerja sama dengan orang-
orang individu yang terlibat.

4. SPESIALIS KURIKULUM
Spesialis kurikulum memainkan peran utama dalam pengembangan dan
implementasi kurikulum. Mereka yang disebut koordinator atau direktur
kurikulum biasanya adalah generalis kurikulum. Mereka memiliki pengetahuan
yang luas tentang kurikulum dan keahlian dalam membuat dan menerapkan
kurikulum. Mereka biasanya tidak memiliki jurusan dalam konten tertentu.
Generalis lainnya di distrik sekolah yang k nown sebagai direktur pendidikan
dasar atau menengah. Biasanya, orang-orang ini memiliki keahlian dalam
administrasi serta kurikulum, tetapi fokus mereka adalah pada pendidikan dasar
atau menengah.

5. SUPERINTENDENTS ASISTEN (REKAN)


Di kabupaten banyak sekolah, asisten, atau asosiasi, pengawas yang
paling bertanggung jawab untuk skr pengembangan pencanganan. Orang ini
melapor langsung ke pengawas. Di distrik sekolah besar, direktur kurikulum
melapor kepada asisten, atau associate, superintendent. Idealnya, orang ini
memimpin atau memberi nasihat kepada komite penasihat kurikulum umum,
menginformasikan kepada pengawas tren utama di bidang kurikulum dan
bagaimana tren ini mempengaruhi sistem sekolah, bekerja dengan direktur
dasar dan menengah mengenai aktivitaskurikulum, bertanggung jawab atas
anggaran untuk kegiatan kurikuler, memberikan masukan ke dalam pernyataan
filosofi, tujuan, dan sasaran, panduan evaluasi yang relevan dengan maksud dan
tujuan, dan mengelola kegiatan jangka panjang dan jangka pendek yang
dirancang untuk program. Asisten (associate) superintendent juga membantu
merumuskan kebijakan tentang inovasi kurikulum.

6. DEWAN PENDIDIKAN
Dewan pendidikan adalah sekolah ' agen hukum. Mereka terdiri dari
orang awam, biasanya dipilih sebagai wakil dari masyarakat umum. Anggota
dewan bertanggung jawab atas sekolah ' manajemen secara keseluruhan.
Mereka harus memastikan bahwa kurikulum kemajuan sistem sekolah . Dewan
sekolah memiliki keputusan akhir tentang apakah suatu program baru didanai
atau dilaksanakan di luar negeri. Mereka memberlakukan kebijakan kabupaten
yang memfasilitasi pengembangan dan implementasi kurikulum baru.
Di beberapa komunitas, anggota komunitas yang telah memanggil
anggota dewan. Di banyak distrik sekolah, dewan sekolah hanya memainkan
peran sekunder dalam menentukan kurikulum dan kebijakan profesional
federal, negara bagian, dan lokal membuat kurikulum baru.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengembangan kurikulum memang sangatlah diperlukan supaya pendidikan lebih
maju dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan .

B. SARAN
Dalam pengembangan kurikulum hendaknya harus mengetahui prinsip prinsip
kurikulum dan memang betul memahami langkah langkah dalam pengembangan
kurikulum.Dalam pengembangan kurikulum hendaknya harus bertanggung jawab
supaya kurikulum yang ingin dikembangkan benar benar meningkatkan kualitas
dalam dunia pendidikan.
C. DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Z. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mujahadi. (2015). Pengembangan Kurikulum. Pengembangan Kurikulum , 1-6.

Rohman, M. (2012). Kurikulum Berkarakter (Refleksi dan Proposal Solusi Terhadap

KBK dan KTSP). JAKARTA: Prestasi Pustaka.

Susiliana, R. (2012). Prinsip Pengembangan Kurikulum. KP3 Prinsip Pengukur , 1-6.

Allan,Francis(2017).Curriculum;Fondation,Principles,andissues.Amerika serikat:pearson

Education

Prosedur pengembangan kurikulum,12 April 2016<https//deatirsa.blogspot.com2/016/04/

Makalah-prosedur-pengembangan- kurikulum html[diakses 15 Oktober 2019]

Prosedur pengembangan kurikulum,12 Mei 2016<https//contoh-makalah2.blogspot.com/

2016/05/contoh-prosedor-pengembangan-kurikulum.html[diakses 15 Oktober 2019]

Arich Lewy (1977) dalam Arifin tahap-tahap pengembangan kurikulum

Hilda Taba (1962).Pinsip kurikulum

Nana Sy. Sukmadinata ( 2005).prinsip prinsip kurikulum

Mary Moss Brown,Alisa(2014).cara berinovasi:panduan penting untuk pemimpin sekolah

yang tak takut new york:teachers collage press,hlm. 72.

Michael Fullan,Peter Hiil,Carmel Crevola(2009).the principal and change:thousand

oaks,C A

Anda mungkin juga menyukai