Anda di halaman 1dari 53

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN

KONSELING UNTUK MENGATASI PERILAKU


MEMBOLOS SISWA DI SMPN 7
MUARO JAMBI

PROPOSAL

OLEH:
DALILLAH FITRI NOVIA RIZKY
NIM : A1E120068

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb
Segala puji hanya milik allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya, penulis mampu
menyelesaikan proposal ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi
Penelitian Kualitatif. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen
Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif atas tugas yang telah diberikan
sehingga menambah pemahaman tentang penulisan proposal.
Dalam penyusunan proposal ini tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan dan
penyusunan proposal ini tidak lain berkat Allah SWT sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi dapat teratasi. Proposal ini disusun selain untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif juga disusun untuk
memperluas ilmu.
Semoga proposal ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para Mahasiswa
Universitas Jambi. Penulis sadar bahwa proposal ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kepada dosen mata kuliah meminta
masukan demi perbaikan pembuatan proposal penulis dimasa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi, Desember 2022

Dalillah Fitri Novia Rizky


NIM. A1E120063

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................................

DAFTAR TABEL.................................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................................

BAB I.....................................................................................................................................

PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................................

BAB II...................................................................................................................................

LANDASAN TEORITIS..................................................................................................

2.1 Kerangka Teori.................................................................................................................

2.2 Penelitian Relevan..........................................................................................................

2.3 Kerangka Konseptual.....................................................................................................

BAB III................................................................................................................................

METODE PENELITIAN..............................................................................................

3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................................

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................................

3.3 Subjek Penelitian............................................................................................................

3.4 Variabel Penelitian.........................................................................................................

3.5 Definisi Operasional Variabel........................................................................................

ii
3.6 Instrumen Pengumpulan data.........................................................................................

3.7 Teknik Analisa Data.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian……………………………….
Tabel 1. Indikator dan Aspek Pertanyaan Wawancara dengan Guru Bimbingan
dan Konseling ………………………………....

v
LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator dan Aspek Pertanyaan Wawancara dengan Guru
Bimbingan dan Konseling

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Abd Rahman, 2020).

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan

pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha

untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga

tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan

semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang,

tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan

menuju ketingkat kedewasaannya.

Pendidikan dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1

ialah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat bangsa dan negara”. Jika di kaji lebih jauh lagi, masih

banyak permasalahan-permasalah Pendidikan yang ada di Indonesia yang

1
2

masih belum berjalan secara maksimal. Hal demikian harus diatasi dengan

bersama-sama.

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu

secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang

telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat

memahami dirinya, lingkunganya serta dapat mengarahkan diri dan

menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi

dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan

masyarakat. Konseling merupakan rangkaian pertemuan antara konselor

dengan klien. Dalam pertemuan itu konselor membantu klien mengatasi

kesulitan-kesulitan yang dihadah. Tujuan pemberian bantuan itu adalah agar

klien dapat menyesuaikan dirinya, baik dengan diri maupun dengan

lingkungan. Berbicara mengenai perbaikan perilaku disekolah, peran konselor

atau guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat membantu dalam

menangani permasalahan peserta didik khususnya pada ranah perilaku yang

dapat merugikan peserta didik. Membantu adalah memberikan pertolongan

untuk persoalan tertentu.

Konselor atau guru Bimbingan dan Konseling diharapkan dapat

membantu peserta didik yang mengalami suatu permasalahan terkait dengan

perbuatan yang dapat merugikan baik aspek pribadi maupun sosialnya. Salah

satu perbuatan yang merugikan peserta didik dalam ranah pendidikan yaitu

perilaku membolos. Untuk menghadapi permasalahan siswa tentang perilaku

membolos konselor dapat menerapkan berbagai jenis layanan bimbingan


3

konseling, diantaranya adalah layanan konseling individual, layanan klasikal

dan layanan konseling kelompok. Tugas dari siswa disekolah yaitu belajar

akademik, namun kenyataan yang banyak kita lihat sekarang bahwa siswa

lupa akan tanggung jawabnya dengan melakukan sikap membolos. Perilaku

membolos ini sudah menjadi kebiasaan buruk atau tidak baik yang turun

temurun dilakukan oleh siswa.

Membolos ialah suatu demonstrasi dimana seseorang tidak mengikuti

jadwal sehari-hari dapat dikatakan bahwa dia melarikan diri atau benar-benar

menjauh maka dia tidak liburan. Perilaku ini bukan cuma berdampak prestasi

murid. Namun, perilaku itu didelegasikan sebagai jenis kesalahan remaja.

Pelanggaran remaja itu sendiri adalah perilaku aneh karena ada

penyimpangan dalam perilaku dan pedoman sosial yang berbeda atau praktik

yang berlaku yang berlaku menjadi penyebab masalah yang membahayakan

pemeliharaan kerangka sosial (Kathryan & David, 2010 dalam Rahmadani

Pulungan, 2010). Jika dipandang dari segi pendidikan membolos dapat

menghambat berkembangnya sumber daya manusia. Siswa yang membolos

tidak dapat bertanggung jawab dalam belajarnya, hal ini akan merusak

potensi bakat, kemampuan, cita-cita, dan masa depan mereka. Sehingga

perilaku membolos akan menghambat tercapainya tujuan pendidikan

nasional, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa.

Oleh sebab itu, penanganan terhadap peserta didik yang suka membolos

menjadi perhatian yang sangat serius oleh semua guru Bimbingan dan
4

Konseling serta guru mata pelajaran dan peran orang tua peserta didik itu

sendiri. Penanganan tidak saja dilakukan oleh sekolah, tetapi pihak keluarga

juga perlu dilibatkan. Terkadang penyebab utama peserta didik membolos

lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi komunikasi antara

pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting dalam

pemecahan masalah peserta didik tersebut.

Pada saat peneliti melakukan Magang Kependidikan di SMPN 7 Muaro

Jambi. Berdasarkan hasil observasi, maka terdapat beberapa siswa yang

melakukan bolos sekolah. Sikap bolos siswa tersebut bukan hanya tidak

datang sekolah melainkan siswa terkadang sengaja tidak masuk jam pelajaran

tertentu karena tidak suka dengan pelajaran tersebut atau dengan guru mata

pelajarannya, bolos keluar dari sekolah dengan teman-teman yang lain ke

warkop atau tempat lainnya, keluar saat jam pelajaran berlangsung dan pergi

ke kantin dan ada juga yang membuat alasan sakit lalu pergi ke UKS agar

tidak belajar. Hal ini dapat merugikan siswa itu sendiri karena tertinggal

materi pelajaran yang telah dilewatkan. Jika hal ini dibiarkan begitu saja,

dikhawatirkan akan mempengaruhi banyak siswa yang lainnya. Sehingga

akan mengganggu proses pembelajaran di Sekolah. Sangat diperlukan

bantuan dari konselor sekolah atau guru pembimbing untuk mengatasi

tingkah laku membolos tersebut. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan

memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Peneliti sebagai calon guru

bimbingan dan konseling merasa tertarik dan penasaran bagaimana caranya


5

agar siswa bisa mengindari dan mengurangi perilaku membolos yang sudah

turun temurun dilakukan oleh peserta didik.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, sehingga penulis tertarik

untuk mengangkat judul penelitian sebagai berikut: “Pelaksanaan Layanan

Bimbingan dan Konseling untuk Mengatasi Perilaku Membolos Siswa di

SMPN 1 Muaro Jambi”.


6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran guru bimbingan dan konseling di SMPN 7 Muaro Jambi

dalam mengatasi siswa bolos?

2. Bagaimana layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru

bimbingan dan konseling di SMPN 7 Muaro Jambi?

3. Bagaimana tingkat keefektifan layanan bimbingan dan konseling dalam

mengatasi perilaku membolos siswa di SMPN 7 Muaro Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat

dirumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui:

1. Peran guru bimbingan dan konseling di SMPN 7 Muaro Jambi dalam

mengatasi siswa bolos.

2. Layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru bimbingan

dan konseling di SMPN 7 Muaro Jambi.

3. Tingkat keefektifan layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi

perilaku membolos siswa di SMPN 7 Muaro Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
7

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumber informasi, ilmu

pengetahuan dan sumber rujukan kepada mahasiswa disiplin ilmu bimbingan

dan konseling khususnya dibidang Pendidikan yang berkaitan dengan

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk mengatasi perilaku

membolos siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan masukan dan menambah ilmu pengetahuan serta

wawasan bagi peneliti mengenai pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling untuk mengatasi perilaku membolos siswa.

b. Memberikan masukan kepada guru bimbingan dan konseling agar

memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk mengatasi

perilaku membolos siswa.

c. Dapat memberikan pemahaman kepada siswa untuk menjelaskan

masalah ini dapat menjadi cermin bahwa sikap membolos merupakan

hal yang menyimpang dan berdampak buruk pada prestasi belajar siswa

itu sendiri.
8
BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Adapun bimbingan secara istilah dapat didefinisikan sebagai berikut

(Umira Rizkilia, 2020):

a. Dewa Ketut Sukardi, bimbingan adalah suatu proses pemberian

bantuan yang terus tercapai dalam sistematis dari pembimbing

kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam

pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dalam penyesuaian diri dilingkungan.

b. Koestoer Partowisastro, bimbingan adalah bantuan yang diberikan

oleh seorang kepada seseorang agar memperkembangkan

potensipotensi yang dimilikinya mengenai dirinya sendiri.

c. Menurut Muhammad Surya, bimbingan adalah suatu proses

pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari

pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian

dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungannya.

d. bimbingan adalah batuan atau pertolongan yang diberikan kepada

individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau

9
10

mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya atau

sekumpulan indivudu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya

(2004:6 dalam Afiatin Nisa, 2018).

e. Achmad Badawi (1973) dalam Zainal aqib (2020) mengemukakan

bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh pembimbing

terhadap individu yang mengalami problem, agar terbimbing

mempunyai kemampuan untuk mencegah problemnya sendiri dan

akhirnya dapat mencapai kebahagian hidupnya, baik kebahagian

dalam kehidupan maupun sosial.

Jadi bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang

(konselor/guru BK) agar yang diberikan bimbingan menjadi lebih terarah dan

dapat mengambil keputusan dengan tepat bagi dirinya dan lingkungannya

untuk hari ini, masa depan yang akan dating.

Adapun konseling secara harfiah adalah (Umira Rizkilia, 2020):

a. Menurut Prof. Prayitno dan Erman Anti Konseling adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling

oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang menjalin

suatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya

masalah yang dihadapi oleh klien.

b. Menurut Hasan Langgulung, Konseling adalah proses yang

bertujuan menilong seseorang yang mengidap kegoncangan emosi

yang belum sampai pada tingkat kegoncangan psikologis atau

kegoncangan akal, agar ia dapat menghindari diri daripadanya.


11

c. Menurut Bimo Walgito, konseling adalah bantuan yang diberikan

kepada individual dalam memecahkan masalah kehidupannya

dengan wawancara, dan cara-cara yang sesuai denga keadaan

indvidu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

d. Menurut Andre (2021) Konseling adalah suatu proses pemberian

bantuan terhadap seorang atau sekelompok orang yang meminta

bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang tidak bisa

dipecahkan oleh orang tersebut, dengan cara professional, terlatih,

sehingga siswa, anak didik atau orang yang meminta bantuan tadi

mampu menuju kea rah aktualisasi diri dan kesadaran diri serta

mencapai kesejahteraan hidupnya.

Jadi konseling adalah sebuah bantuan yang diberikan kepada individu

dalam memecahkan masalah hidup yang dihadapi klien dengan cara

wawancara atau dengan cara yang disesuaikan dengan keberadaan

lingkungannya. Perlu diperhatikan kepada semua konselor bahwa keputusan

akhir dari sebuah proses konseling diserahkan kepada klien bukan sebaliknya

konselor yang mengambil keputusan pemecahan masalahnya.

Bimbingan konseling dapat diartikan sebagai seperangkat program

pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan

kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari

secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik

mengatasi masalah yang dialaminya (Alip Badrujama, 2000 dalam Ramhalh,

2018). bimbingan dan konseling yaitu proses pemberian bantuan yang


12

diberikan kepada seseorang yang membutuhkan pertolongan agar tercapai

kemandirian dalam pemahaman diri, sehingga orang tersebut sanggup

mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan

sekitarnya baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat

(Permana, 2015 dalam Warsiati, 2019). Bimbingan dan konseling merupakan

proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien secara bertatap muka

untuk membantu klien keluar dari masalahnya, dengan adanya bimbingan dan

konseling di sekolah diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

mengaktualisasikan diri yang dimiliki peserta didik secara optimal sehingga

dapat tercapai prestasi yang lebih baik (W. S. Winkel, 2006:27 dalam Amani,

2018).

Dari pengertian layanan, bimbingan dan konseling di atas, dapat ditarik

sebuah kesimpulan layanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan yang

diberikan oleh konselor berupa bantuan atau pertolongan serta pengarahan

kepada individu atau kelompok individu dalam menghindari atau mengatasi

kesulitan didalam hidupnya. Maka, di dalam pengertian bimbingan dan

konseling merupakan bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang

mengalami kesulitan-kesulitan.

2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling

Secara Umum, tujuan bimbingan dan konseling adalah Untuk

membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan

tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan

dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar
13

belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan

tuntutan positif lingkungannya. Sedangkan tujuan khusus bimbingan dan

konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara

langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang

bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu (Prayitno,

2008 dalam Rmlah, 2018).

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar

peserta didik, dapat:

a. Mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin;

b. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri;

c. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi

lingkungan sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan

kebudayaan;

d. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan

masalahnya;

e. Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan

bakatnya dalam bidang pendidikan dan pekerjaan;

f. Memperoleh bantuan secara tepat dari pihak-pihak di luar sekolah

untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak dapat dipecahkan di

sekolah tersebut.

3. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Pentingnya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilihat

dari beberapa fungsi bimbingan dan konseling bagi perkembangan pribadi


14

siswa sebagai makhluk sosial yang senantiasa bersosialisasi dengan

masyarakat baik di sekolah maupun diluar sekolah. Untuk lebih lanjut

bimbingan dan konseling di sekolah memiliki beberapa fungsi, antara lain:

a. Fungsi pencegahan (preventif)

Layanan Bimbingan dan Konseling dapat berfungsi pencegahan artinya:

merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi

pencegahan ini layanan yang diberikan berupa bantuan kepada klien agar

terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya.

Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa orientasi, progam

bimbingan karier, inventarisasi data, dan sebagainya (Ahmad Juntika, 2006

dalam Umira Rizkilia, 2020).

b. Fungsi pemahaman

Fungsi pemahaman yang dimaksud yaitu fungsi Bimbingan dan

Konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-

pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan. Misalnya

pengembangan pemahaman siswa yaitu:

1) Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang

tua, guru, dan guru pembimbing.

2) Pemahaman tentang lingkungan siswa(termasuk di dalam

lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orang

tua, guru dan guru pembmbing.


15

3) Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas(terutama di

dalamnya informasi pendidikan, jabatan/pekerjaan dan atau karier

dan informasi budaya/nilai-nilai terutama oleh siswa.

c. Fungsi perbaikan

Walaupun fungsi pencegahan dan pemahaman telah dilakukan, namun

mungkin saja masyarakat masih menghadapi masalah-masalah tertentu.

Disinilah fungsi perbaikan itu berperan, yaitu fungsi Bimbingan dan

Konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai

masalah yang dialami klien.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Fungsi ini berarti bahwa layanan Bimbingan dan Konseling yang

diberikan dapat membantu dalam klien memelihara dan mengembangkan

keseluruhan pribadi secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi

ini hal-hal yang dipandang positif agar tetap baik dan mantap. Dengan

demikian, klien dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan

kondisi yang positif dalam rangka perkembangan diri secara mantap dan

berkelanjutan (Prayitno, 2010 dalam Umira Rizkilia, 2020).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi tersebut

diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan

pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana

terkandung di dalam masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan

bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu


16

kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak

dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

4. Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip yang digunakan

bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalama praktis

tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam

konteks sosial budayanya, pegertian, tujuan, fungsi, dan proseses,

penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya ialah

berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses

penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan.

Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah (Erisa Kurniati, 2018).

a. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan.

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu

baik secara perorangan aupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan

pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun

secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang

dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta kondisi

lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan

kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan

konseling sebagai berikut :

1) BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin,

suku, agama dan status sosial ekonomi.


17

2) BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik

dan dinamis.

3) BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek

perkembangan individu.

4) BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang

menjadi orientasi pokok pelayanannya.

b. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan

individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang

berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap

kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah.

Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang

berkenaan dengan:

1) BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi

mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah,

disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan,

dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan

fisik individu.

2) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor

timbulnya masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian

utama pelayanan BK.

c. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan.


18

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK

itu adalah sebgaai berikut:

1) BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan

pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan

dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta

didik.

2) Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu,

masyarakat dan kondisi lembaga.

3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari

jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.

d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun

terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan

ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga

ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional. Prinsip-prinsip yang

berkenaan dengan hal tersebut adalah:

1) BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya

mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi

permasalahannya.

2) Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh

individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena

kemauan atau desakan dari pihak lain.


19

3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam

bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

4) Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua

anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

5) Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui

pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian

terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program

bimbingan dan konseling itu sendiri (Hanen, 2002 dalam Erisa

Kurniati, 2018).

5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

Adapun asas-asas yang harus terpenuhi dalam pelayanan Bimbingan

dan Konseling adalah (Erisa Kurniati (2018):

a. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menuntut dirahasiakannya sejumlah data dan keterangan peserta

didik (klien) yang menjadi sasaran layanan yaitu data atau

keterangannya yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain.

Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memiliki dan

menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya

benar-benar tejamin.

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

mengkehendaki adanya kesukarelaaan dan kerelaan peserta didik

(klien) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukan


20

baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina

dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran

layanan/kegiatan bersikap trerbuka dan tidak berpura-pura, baik di

dalam keterangan tentang dirinya sendiri maupun berbagai informasi

dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya.

Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban mengembangkan

keterbukaan peserta didik (klien). Keterbukaan ini amat terkait pada

terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri

peserta didik yang menjadi sasaran/layanan kegiatan. Agar peserta

didik dapat terbuka, Guru Pembimbing terlabih dahulu harus

bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi sasaran

berpatrisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan

layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini Guru Pembimbing perlu

mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan

bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

e. Asas kemandirian, yaitu bimbingan dan konseling yang menunjuk

pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu: peserta didik

(klien) sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan

menjadi individu-individu yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal


21

dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil

keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri sebagaimana

telah diutarakan terdahulu. Guru Pembimbing hendaknya mampu

mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang

diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.

f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling

ialah permasalahan peserta didik (klien) dalam kondisinya sekarang.

Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa

lampaupun” dilihat dampak dan atau kaitannya dengan kondisi yang

ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.

g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan (klien) yang

sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus

berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan

konseling, baik yang dilakukan oleh Guru Pembimbing maupun

pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Untuk ini

kerjasama antara Guru Pembimbing dan pihak-pihak yang berperan

dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu

terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan


22

bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya.

i. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar segenap layanan dan bimbingan dan konseling

didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan

norma-norma yang ada, yaitu norma-norma agama, hukum dan

peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang

berlaku. Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling

yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan dan

pelaksanaannya tidak berdasarkan norma-norma yang dimaksudkan

itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru

harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien)

memahami, menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.

j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling

diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal

ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling

hendklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan

konseling. Keprofesionalan Guru Pembimbing harus terwujud baik

dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan

dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan

konseling.
23

k. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu

menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat

dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien)

mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli.

Guru Pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua,

guru-guru lain, atau ahli lain dan demikian pula Guru Pembimbing

dapat mengalihtangankan kasus kepada Guru Mata Pelajaran/Praktik

dan ahli-ahli lain.

l. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara

keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi

(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan,

memberikan rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang

seluas-luasnya kepada peserta didik (klien) untuk maju.

6. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling memiliki berbagai macam jenis.

Menurut pendapat Prayitno (2004: 254) dalam Iman Santoso (2019) bahwa

ada tujuh jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu:

a. Layanan Orientasi, merupakan layanan yang memungkinan peserta

didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah dan

obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan

memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru


24

itu, sekurang-kurangnya diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu

pada setiap awal semester.

b. Layanan Informasi, adalah layanan yang memungkinan peserta didik

menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi diri,

sosial, belajar, pergaulan, karier, pendidikan lanjutan).

c. Layanan Pembelajaran, merupakan layanan yang memungkinan

peserta didik mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik

dalam menguasai materi belajar atau penguasaan kompetensi yang

cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai

aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

d. Layanan penempatan dan Penyaluran, merupakan layanan yang

memungkinan peserta didik memperoleh penempatan dan

penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi,

program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan

potensi, bakat, minat erta kondisi pribadinya.

e. Layanan Penguasaan Konten, merupakan layanan yang membantu

peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan

atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga,

dan masyarakat.

f. Layanan Konseling Perorangan, merupakan layanan yang

memungkinan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap

muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing untuk


25

membahas dan mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan

perkembangan dirinya.

g. Layanan Bimbingan Kelompok, merupakan layanan yang

memungkinan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui

dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok

bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan

pengembangan kemampuan sosial, baik sebagai individu maupun

sebagai pelajar, kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk

pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika

kelompok.

B. Peran Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 6, “keberadaan

konselor dalam Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan sebagai salah satu

kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar,

tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur”. Guru bimbigan dan konseling

atau yang disebut konselor merupakan pendidik yang bertanggung jawab

penuh terhadap pelakasanaan bimbingan dan konseling terhadap siswanya.

Menurut Ws. Winkell Guru bimbingan dan konseling adalah seorang guru

bidang studi yang telah mendapat pendidikan formal sebagai tenaga

pembimbing, disamping tetap menjadi tenaga pengajar, ia berkedudukan

sebagai tenaga bimbingan yang dibawahi oleh penyuluh pendidikan dan

bertugas memberi pelayanan bimbingan sejauh tidak bertentangan dengan


26

tugasnya sebagai tenaga pengajar (Ws. Winkel, 1997 dalam Reza Anugrah,

2021). Selanjutnya menurut Andi Mapiare, guru bimbingan dan konseling

adalah suatu tunjukan kepada petugas dibidang konseling yang memiliki

sejumlah kompetensi professional (Andi mapiare, 2006 dalam Reza anugrah,

2021). Selanjutnya menurut prayitno guru bimbingan dan konseling adalah

seorangg pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah secara khusus

ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak

dilaksanakan oleh semua guru atau sembarangan guru (Prayitno, 1997 dalam

Reza Anugrah, 2021.

Dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling ialah seseorang

tenaga pendidik ataupun petugas dibidang konseling yang mempunyai

kompetensi profesional yang bertanggug jawab penuh serta mempunyai

wewenang secara menyeluruh dalam pelaksanaan bimbingan konseling

terhadap siswa. Guru bimbingan dan konseling harus menggambarkan tenaga

pendidik profesional dalam bidang bimbingan dan konseling dengan tugas

untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling ialah, mendidik,

membimbing dan meningkatkan keahlian peserta didik dalam memecahkan

kasus yang dialami dan segala kemampuan melalui layanan-layanan

bimbingan dan konseling.

2. Tujuan Guru Bimbingan dan Konseling

Ahmad Juntika Nurihsan dalam Reza Anugrah (2021) Menyatakan

bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling itu sendiri:


27

a. Mengadakan perubahan sikap perilaku pada diri klien sehingga

memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.

b. Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang postif.

c. Menyelesaikan masalah klien.

d. Mencapai keefektifan pribadi klien.

e. Mendorong klien mampu mengambil keputusan yang penting bagi

dirinya.

Adapun tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu sesuai dengan

tujuan pendidikan, sebagaimana dinyatakan Undang-Undang Sistem

Pendidikan Tahun 2003 yaitu terwujudnya manusia Indonesia yang berbudi

pekerti luhur, memiliki ketrampilan dan pengetahuan, kesehatan jasmani dan

rohani serta tanggung jawab ke masyarakat. Sebaliknya tujuan bimbingan dan

konseling secara khusus meliputi aspek pribadi sosial, belajar, serta karir.

Berikut ini beberapa tujuan bimbingan dan konseling ditinjau dari bermacam

aspek yaitu:

a. Merancang aktivitas penyelesaian studi, perkembangan karir dan

kehidupan partisipan siswa di masa mendatang.

b. Membisakan diri dengan area pembelajaran serta lingkungan

masyarakat.

c. Mengenali hambatan serta kesulitan yang dialami siswa dalam

pembelajaran, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan serta

masyarakat.
28

d. Meningkatkan segala kemampuan serta kekuatan yang dimiliki oleh

siswa dengan optimal.

C. Perilaku Membolos

1. Pengertian Perilaku Membolos

Azwar (2003: 9) dalam Haris Handoko (2013) menyebutkan bahwa

perilaku adalah reaksi terhadap stimulus yang bersifat sederhana maupun

kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku

merupakan reaksi seorang individu terhadap adanya stimulus guna mencapai

suatu tujuan. Gunarsa (1981: 31) dalam Haris Handoko (2013) menyebutkan

bahwa perilaku membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa

sepengetahuan pihak sekolah. Pengertian lain menyebutkan bahwa perilaku

membolos dapat diartikan sebagai anak yang tidak masuk sekolah dan anak

yang meninggalkan sekolah belum usai tanpa izin (Supriyo, 2008:111 dalam

Haris handoko, 2013).

Menurut Arianti (2017) dalam Rini (2020) perilaku membolos

merupakan suatu tindakan atau perilaku siswa yang tidak masuk sekolah

dengan alasan yang tidak jelas, atau bisa diartikan ketidakhadiran dengan

alasan tidak jelas, serta peserta didik meninggalkan jam-jam pelajaran

tertentu tanpa izin dari pihak guru ataupun pihak sekolah yang bersangkutan.

Menurut Reid Ken (1999) Rini (2020) menjelaskan bahwa penyebab spesifik

pembolosan bervariasi dari survei ke survei dan wilayah ke wilayah, tetapi

alasan utama mengapa anak bolos adalah karena mereka tidak suka sekolah.
29

Ketidaksukaan siswa dapat berupa tidak suka terhadap mata pelajaran atau

guru yang mengajar tentang mata pelajaran tertentu.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka diperoleh kesimpulan

bahwa perilaku membolos merupakan sebuah perilaku tidak masuk sekolah

ataupun meninggalkan sekolah yang dilakukan tanpa sepengetahuan pihak

sekolah dan tanpa izin yang jelas, dan dilakukan untuk mencapa i suatu tujuan

tertentu.

2. Penyebab Perilaku Membolos

Damayanti & Setiawati (2013) dalam Siti Ma’rifah (2020)

menunjukkan bahwa perilaku membolos disebabkan oleh:

a. Perasaan rendah diri dan tersisihkan dari teman-temanya

mempengaruhi dalam hubungan sosial di sekolah. Ketika kurang

mampu menjalin hubungan sosial di sekolah akan membuat anak

tidak betah dan ingin meninggalkan sekolah mencari tempat yang

lebih nyaman.

b. Latar belakang keluarga mempengaruhi pribadi siswa dimana

keluarga yang broken home cenderung anak menjadi nakal dan salah

satu bentuk perilakunya yaitu mengonsumsi narkoba, minum-

minuman keras.

c. Status ekonomi keluarga dimana keluarga yang termasuk menengah

ke bawah secara tidak langsung anak membantu orang tua untuk


30

bekerja. Orang tua berharap anaknya dapat membantu tugas-tugas

orang tuanya, bahkan tidak jarang orang tuanya yang meminta agar

anaknya tidak ke sekolah agar dapat membantu.

d. Pengaruh teman sebaya dimana pergaulan yang cukup luas dan

bebas bergaul dengan siapa saja. Salah satu diantaranya bergaul dan

hidup dengan gaya hidup anak punk atau kelompok anak-anak yang

kehidupannya bebas tanpa pengawasan dari orang tua. Teman sebaya

banyak menjadi panutan teman-teman lainnya, rasa konformitas

yang tinggi membuatnya mengikuti keinginan kelompok temannya.

e. Pengaruh teknologi dimana sekarang ini siswa lebih suka bermain

game dan pergi ke warnet. Disana siswa berjam-jam di depan

komputer hanya untuk bermain games saja hingga mengakibatkan

siswa kecanduan dengan games. Akibatnya sering meninggalkan

pelajaran di sekolah dengan alasan bangun kesiangan dan datang

terlambat.

f. Sikap guru serta fasilitas sekolah dapat mempengaruhi siswa dalam

menerima materi ketika siswa merasa bosan di kelas maka akan

mencari kesibukan di luar kelas. Perilaku keluar kelas bahkan hingga

meninggalkan pelajaran ketika sedang berlangsung dan pergi ke

warnet, warung kopi dan di rumah teman.

3. Dampak Perilaku Membolos

Pembolosan berdampak negatif pada siswa dalam beberapa cara. Siswa

yang membolos lebih cenderung tertinggal secara akademis, putus sekolah,


31

menggunakan narkoba dan alkohol, dan terlibat dengan sistem peradilan

pidana Bye Lynn, etc (2010) dalam Rini (2020). Perilaku membolos

memberikan beberapa dampak yang kurang baik terhadap individu, salah

satunya yang paling merugikan yaitu penurunan prestasi akademik dari siswa

karena dalam hal ini perilaku membolos menuntut siswa untuk meninggalkan

jam pelajaran sekolah. dan hal tersebut sering kali membuat siswa tertinggal

dengan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru sehingga

menyebabkan menurunnya prestasi hasil belajar siswa.

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2015: 62) dalam Rini (2020),

perilaku membolos memiliki beberapa dampak, antara lain:

a. Minat terhadap pelajaran akan semakin kurang.

b. Gagal dalam ujian.

c. Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang

dimiliki.

d. Tidak naik kelas.

e. Penguasaan terhadap materi pelajaran tertinggal dari teman-teman

lainnya.

f. Dikeluarkan dari sekolah.

Dampak yang ditimbulkan dari perilaku membolos tersebut

memberikan pengaruh pula terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Hal

tersebut juga akan menimbulkan ketidakpuasan orang tua terhadap hasil

belajar yang dicapai oleh seorang anak di dalam sekolahnya. Dapat

disimpulkan bahwa dampak dari perilaku membolos tidak hanya terhadap diri
32

sendiri seperti berkurangnya minat untuk belajar kemudian prestasi hasil

belajar yang menurun akan tetapi juga memberikan dampak ada pihak diluar

diri individu seperti dampak terhadap pihak sekolah dan masyarakat.

2.2 Penelitian Relevan

Penelitian relevan atau penelitian terdahulu yang dijadikan referensi

pada penelitian ini, yaitu:

1. Menurut Umira Rizkilia, (2020) dalam judul “Pelaksanaan Layanan

bimbingan dan Konseling untuk Menatasi Perilaku Membolos Siswa di

SMPN 6 Banda aceh”. Teknik analisa data yang digunakan pada

penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu

untuk mengetahui peran guru bimbingan dan konseling dalam

mengatasi masalah membolos. Pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling yang sering digunakan untuk mengatasi masalah membolos

adalah layanan konseling individual dan konseling kelompok. Layanan

bimbingan dan konseling sendiri terutama layanan konseling individual

dan konseling kelompok sudah cukup efektif dalam mengatasi masalah

membolos.

2. Menurut Haris handoko, (2013) dalam judul “Mengatasi Perilaku

Membolos Melalui Konseling Individual Menggunakan Pendekatan

Behavior dengan Teknik Self Management pada Siswa Kelas X SMK

Bina Nusantara”. Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian

ini yaitu analisis kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu untuk

Menggambarkan masalah perilaku membolos siswa siswa kelas X,


33

mendeskripsikan gambaran masalah perilaku membolos siswa siswa

kelas X serta Untuk mengetahui masalah siswa kelas X.

3. Menurut Rahmadani Pulungan, (2021) dalam judul “Layanan

Bimbingan Konseling Individual dalam Mengatasi Siswa yang Suka

Membolos di MTS Madinatulssalam Percut Sei Tuan”. Teknik analisa

data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis kualitatif. Hasil

dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui layanan Bimbingan

Konseling individual yang diberikan guru BK agar dapat membantu

siswa dalam menngurangi sikap membolos. Hambatan yang dihadapi

guru BK dalam penanganan siswa membolos ada beberapa yaitu,

kurangnya jam masuk untuk guru BK, dan ruangan untuk guru BK

belum tersedia. Guru BK juga melakukan kunjungan rumah jika

diperlukan dalam membantu masalah siswa yang suka membolos.

2.3 Kerangka Konseptual

Penelitian ini merupakan tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

untuk mengatasi perilaku membolos siswa. Layanan bimbingan dan konseling

yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang yang

membutuhkan pertolongan agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri,

sehingga orang tersebut sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntutan dan

keadaan lingkungan sekitarnya baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun

masyarakat. Dengan adanya layanan bimbingan dan konseling yang diberikan

oleh guru bimbingan dan konseling, dengan demikian perilaku membolos bisa

berkurang.
34

Gambar. 1 Kerangka Konseptual Penelitian

Perilaku
Siswa Membolos Membolos
Berkurang

Guru BK

Layanan
Bimbingan dan
Konseling
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif tentang

cara mengatasi perilaku membolos siswa di SMPN 7 Muaro Jambi. Dengan

menggunakan metode kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

objek yang alamiah untuk diamati oleh peneliti ditempat penelitian (Sugiono,

2016 dalam Umira Rizkilia, 2020). Penelitian ini berjalan secara natural,

kemudian dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini.

Hasil penelitian kualitatif berupa deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah

metode dalam penelitian suatu kondisi atau pemikiran disuatu peristiwa pada

masa sekarang ini yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran

secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang diselidiki (Yatim Riyanto, 1996 dalam Umira Rizkilia,

2020). Menurut Sugiyono dalam Rahmadani Pulungan (2021) penelitiam

Penelitian kualitatif ialah semacam pemeriksaan tentang kehidupan individu,

cerita, perilaku dan lebih jauh lagi kapasitas asosiasi, perkembangan sosial,

atau hubungan timbal balik.

Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa penelitian ini

menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis

yang melibatkan orang-orang untuk diwawancarai lalu hasil wawancara akan

analisis secara rinci dan detail. Adapun jenis penelitian kualitatif yang

35
36

dimaksud disini adalah penelitian yang bermaksud mendeskripsikan proses

pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru

bimbingan dan konseling untuk siswa di SMPN 7Muaro Jambi. Dalam

penelitian ini peneliti berusaha memperoleh data yang sesuai dengan

gambaran, keadaan, realita yang akan diteliti. Sehingga data yang diperoleh

penulis dapat dideskripsikan secara rasional dan obyektif sesuai dengan

kenyataan yang ada dilapangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SMPN 7 Muaro Jambi yang

beralamat Mandalo Darat, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro

Jambi, Provinsi Jambi.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember sampai dengan bulan

Maret seperti tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Bulan dan Minggu


No Kegiatan
Desember Januari Febuari Maret
1. Persetujuan Judul

2. Penulisan Proposal

3. Bimbingan Proposal

4. Persetujuan Proposal

5. Seminar Proposal
6. Penelitian
7. Sidang skripsi
37

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat kita memperoleh keterangan

penelitian. Subjek penelitian disini adalah segala sesuatu yang berwujud

seperti benda, individu, atau kelompok yang dijadikan sebagai informasi yang

dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian, yang biasanya disebut

responden atau informasi objek dari suatu penelitian.

Menurut peneliti subjek penelitian adalah orang atau benda yang

menjadi sumber data atau tempat kita untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah dua orang

guru bimbingan dan konseling diSMPN 7 Muaro Jambi, masing-masing

yaitu, Ibu Siti Supriyah, S.Pd dan subjek kedua adalah Ibu Dina Sosilawati,

S.Pd.

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu layanan bimbingan dan

konseling, perilaku membolos siswa dan pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling untuk mengatasi masalah membolos siswa.

A. Indikator dalam variabel layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai

berikut:

1. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diterapkan.

2. Program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan.

3. Faktor penghambat dan pendukung.

B. Perilaku Membolos Siswa

1. Masalah siswa membolos.


38

2. Penyebab siswa membolos.

3. Membolos siswa dilakukan secara individua tau kelompok.

4. Kemana siswa membolos.

5. Perilaku membolos siswa mempengaruhi proses belajar mengajar.

C. Indikator dalam variabel pelaksanaan layanan bimbingan dan bimbingan

untuk mengatasi masalah membolos siswa adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi siswa membolos.

2. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mengatasi siswa

membolos.

3. Kerjasama pihak sekolah terhadap mengatasi perilaku membolos.

4. Layanan yang digunakan.

5. Tindak lanjut terhadap mengatasi perilaku membolos.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang menjadi objek penelitian

dapat didefinisikan adalah sebagai berikut:

A. Layanan bimbingan dan konseling yaitu proses pemberian bantuan yang

diberikan kepada seseorang yang membutuhkan pertolongan agar tercapai

kemandirian dalam pemahaman diri, sehingga orang tersebut sanggup

mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan

sekitarnya baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

B. Perilaku membolos merupakan suatu tindakan atau perilaku siswa yang

tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas, atau bisa diartikan

ketidakhadiran dengan alasan tidak jelas, serta peserta didik meninggalkan


39

jam-jam pelajaran tertentu tanpa izin dari pihak guru ataupun pihak

sekolah yang bersangkutan.

3.6 Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini adalah

menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

A. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengadakan pengamatan langsung terhadap objek dan subjek penelitian

dengan seksama. Dalam penelitian ini peneliti datang ke sekolah dan

mengamati pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada siswa yang

membolos. Observasi dilakukan pada saat melaksanakan Magang

Kependidikan yang sudah dilakukan oleh penulis.

B. Wawancara

Wawancara merupakan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan

keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal. Bentuk wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara langsung.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan peneliti dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi-informasi yang mendukung diantaranya dengan

mengetahui peran guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku

membolos lalu diterima oleh siswa dan hasil apa yang sudah tercapai dalam

proses. Wawancara dilakukan dengan dua guru bimbingan konseling yang

ada di SMPN 7 Muaro Jambi yaitu Ibu Siti Supriyah, S.Pd dan Ibu Dina

Sosilawati, S.Pd.
40

C. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental

dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Metode

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya,

letak geografis, keadaan siswa dan guru serta sarana prasarana yang

menunjang pelaksaan layanan bimbingan dan konseling untuk mengatasi

perilaku membolos siswa di SMAN 7 Muaro Jambi.

3.7 Teknik Analisa Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Kejenuhan data

ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Teknik

analisis data yang akan digunakan adalah model interaktif, yaitu antara proses

pengumpulan data, reduksi data (penyusunan data dalam pola, kategori atau

pokok permasalah tertentu), penyajian data (penyusunan data dalam bentuk

matrik, grafik, jaringan atau bagan tertentu), dan pengambilan kesimpulan,

tidak dipandang sebagai kegiatan yang berlangsung secara linier, namun

merupakan siklus yang interaktif (Mathew, 1992 dalam Umira Rizkilia,

2020).

Proses analisis data (reduksi data, penyajian data bahkan pengambilan

kesimpulan) dilakukan pada saat pengumpulan data sampai berakhirnya

kegiatan lapangan dan setelah kegiatan lapangan. Jika dirasa datanya masih
41

kurang, maka akan diadakan pengumpulan data tambahan. Dari pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengolahan dan analisis data, langkah

awal yang dilakukan adalah mengumpulkan semua data yang diperoleh dari

wawancara. Setelah itu data dikumpulkan serta dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis data kualitatif dan diamati secara mendetail.

A. Reduksi Data

Reduksi data adalah “merangkum, memilih hal-hal yang dianggap

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, merampingkan data yang

dipandang penting, menyederahakan, dan mengabstraksikannya (Sugiono,

2013 dalam dalam Umira Rizkilia, 2020).

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam reduksi data, semua

data yang ada di lapangan. Peneliti melakukan pengelompokan data,

merangkumkan data-data mana yang penting dan tidak penting, pada tahap ini

peneliti melakukan pemeriksaan terhadap hasil dari wawancara yang telah

dijawab oleh guru bimbingan dan konseling yang menjadi sampel. Tujuan

peneliti melakukan proses reduksi data adalah untuk penghalusan data yang

sesuai dengan tema penelitian, peneliti mereduksikan data. Semua ini peneliti

lakukan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data, agar data

yang didapat lebih jelas dan tidak terlihat rumit.

B. Tahap Penyajian Data

Penyajian Data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan (Etta Mamang, 2010 dalam Umira Rizkilia, 2020).


42

Menurut pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa penyajian

data yang digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman dan sebagai

acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis penyajian

data, dalam penyajian data peneliti menyajikan makna terhadap data yang

telah disajikan tersebut.

C. Tahap Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab

fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Simpulan disajikan dalam

bentuk deskriptif objektif penelitian dengan berpedoman pada kajian

penelitian (Imam Gunawan, 2013 dalam Umira Rizkilia, 2020).

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa setelah semua

data dikumpulkan maka diolah dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisis

tersebut maka dapat dirumuskan sebagai suatu kesimpulan.


DAFTAR PUSTAKA

Amani. 2018. “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Memotivasi Belajar
Siswa SMPN 15 Yogyakarta. Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 15, No.
1, Hal. 20.

Andre. 2021. Memahami Bimbingan dan Konseling Belajar: Teori dan Aplikasi
Dasar-Dasar Bimbingan serta Konseling Belajar. Jawa Barat: CV. Adanu
Abimata.

Anugrah, Reza. 2021. Analisis Hambatan yang dihadapi oleh Guru BK dalam
Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok di MAN 1 Medan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Medan.

Aqib, Zainal. 2020. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Yrama Widya.

Handoko, Aris. 2013. Mengatasi Perilaku Membolos melalui Konseling


Individual Menggunakan Pendekatan Behavior dengan Teknik Self
Management pada Siswa Kelas X TKJ SMK Bina Nusantara Ungaran.
Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Kurniati, Erisa. 2018. “Bimbingan dan Konseling di Sekolah: Prinsip dan Asas”.
Jurnal Bimbingan dan Konseling. Vol. 3, No. 2, Hal. 55-58.

Ma’rifah, Siti. 2020. “Perilaku Membolos: Penyebab, Dampak dan Solusi”. Jurnal
Lokarya Nasional. Vol. 2, No. 2, Hal. 100-103.

Nasuha. 2019. “Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling “. Jurnal


Bimbingan dan Konseling. Vol. 4, No.1, Hal. 2-5.

Nisa, Afiatin. 2018. “Analisis Kenakalan Siswa dan Implikasinya terhadap


Layanan Bimbingan Konseling”. Jurnal Edukasi. Vol. 4, No. 2, Hal. 116.

Pulungan, Rahmadani. 2021. Layanan Bimbingan Konseling Individual dalam


Mengatasi Siswa yang Suka Membolos di MTS Madinatulssalam Percut Sei
Tuan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Medan.

Rizkilia, Umira. 2020. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk


Mengatasi Perilaku Membolos Siswa di SMPN 6 Banda Aceh. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam. Banda Aceh.

Rini. 2020. “Hubungan Peran Keluarga dan Kontrol Diri dengan Perilaku
Membolos Siswa”. Jurnal Edukasi. Vol. 4, No. 4, Hal. 20-23.

Santoso, Iman. 2019. “Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling”. Jurnal


Bimbingan dan Konseling. Vol. 4, No. 2, Hal. 21-24.

43
44

Warsiati. 2019. “Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling”. Jurnal


Bimbingan dan Konseling. Vol. 2, No. 2, Hal. 2.
Lampiran 1.

Indikator dan Aspek Pertanyaan Wawancara

dengan Guru Bimbingan dan Konseling

Tabel. 2 Indikator dan Aspek Pertanyaan Wawancara dengan Guru Bimbingan

dan Konseling

No Indikator Aspek Pertanyaan


1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan
konseling yang diterapkan di sekolah?
2. Apa tujuan diberikannya layanan bimbingan dan
konseling?
3. Apa saja program bimbingan dan konseling
yang diberikan oleh guru BK di SMPN 7Muaro
Jambi?
Layanan Bimbingan 4. Layanan bimbingan dan konseling apa saja yang
1.
dan Konseling sudah ibu terapkan?
5. Apa factor penghambat dan pendukung dalam
pemberian layanan bimbingan dan konseling?
6. Bagaiman antusias siswa dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling?
7. Bagaimana respon orang tua dengan adanya
pelaksanan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah?
1. Apakah terdapat masalah siswa yang membolos
di SMPN 7 Muaro Jambi?
2. Siswa kelas berapakah yang sering membolos?
3. Seberapa besarkah persentasi permasalahan
membolos siswa di SMPN 7 Muaro Jambi?
Perilaku Membolos 4. Apa penyebab siswa sering membolos?
2.
Siswa 5. Pada jam berapakah siswa sering membolos?
6. Apakah siswa membolos dilakukan secara
individua tau kelompok?
7. Kemanakah siswa sering membolos?
8. Apakah perilaku membolos siswa
mempengaruhi proses belajar mengajar di kelas?
3. Pelaksanaan 1. Bagaimana cara mengatasi siswa yang sering
Layanan Bimbingan membolos tersebut?
dan Konseling untuk 2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan
Mengatasi Masalah konseling untuk mengatasi masalah membolos
Membolos Siswa siswa di SMPN 7 Muaro Jambi?
3. Apakah ada kerja sama dengan pihak sekolah
yang lain, jika ada bagaimana bentuk kerjasama

45
46

tersebut?
4. Apakah ada berkoordinasi dengan wakil kepala
bidang kesiswaan dan guru mata pelajaran untuk
menangani masalah membolos ini?
5. Diantara banyaknya layanan bimbingan dan
konseling, layanan apa yang sering digunakan
untuk mengatasi masalah membolos siswa?
6. Setelah dilakukan layanan bimbingan dan
konseling tersebut apakah ada perubahan
terhadap perilaku membolos siswa?
7. Apa upaya guru bimbingan dan konseling untuk
mencegah masalah perilaku membolos di
sekolah?
8. Tindak lanjut apa yang akan di berikan guru
bimbingan dan konseling untuk mengatasi
masalah membolos?

Anda mungkin juga menyukai